Cewek Gila Bernama Piatos
“Semua orang itu sama di mata Tuhan, yang membedakan hanyalah tingkat ketaqwaan kita saja.”
—Piatos.
***
Bagi sebagian orang, beradaptasi di lingkungan baru adalah hal yang sulit. Apalagi jika yang memiliki kepribadian introvert, bertemu dengan orang-orang baru adalah hal yang paling sukar dilakukan. Makanya, mereka lebih betah berada di dalam zona nyaman saja.
Suara derap langkah kaki terdengar menggema di koridor yang sudah sepi karena KBM sedang berlangsung. Sepasang kaki itu dibawa ke depan sebuah pintu yang memiliki plang VII D. Setelah mengetuknya dua kali, dia mulai melangkah masuk ke dalam kelas. Suasana kelas yang semula sedikit bising karena mereka sedang mengerjakan tugas secara berkelompok, mendadak senyap setelah kedatangan seorang cewek berambut pendek.
Dia tidak datang seorang diri, melainkan dikawal oleh Pak Wondo—guru BK SMP Diponegoro. Seperti hari-hari biasanya, guru itu membawa penggaris kayu yang selalu ia gunakan untuk menggertak anak-anak bandel.
“Selamat pagi,” sapanya pertama kali.
“Pagi, Pak.” Seisi kelas menyahut dengan kompak. Mereka semua sangat segan dengan Pak Wondo, karena ketika memberi hukuman guru itu tidak tanggung-tanggung.
“Kalian kedatangan teman baru. Ayo, perkenalkan diri kamu.”
Gadis berkulit sawo matang itu mengangguk, kemudian maju satu langkah ke depan. “Hai! Perkenalkan nama saya Piatos. Kalian bisa memanggil saya Pia, asal jangan panggil 'bakpia' saja.” Ia memasang senyum terbaiknya.
“Kalau panggil ‘tos’ aja, boleh?” tanya Ucup.
“Jangan.” Pia menyilangkan tanganya, membentuk huruf 'X'.
“Kenapa?”
“Nanti kamu dikira minta dijotos,” kelakar Pia.
Keceriaan yang Pia bawa, membuat seisi kelas tertawa—termasuk Pak Wondo sekali pun. Namun, tawa itu tak menular pada seorang cowok yang duduk sendirian di bangku pojok.
“Sudah, sudah. Pia duduk di sebelah Jasuke, ya.” Pak Wondo menunjuk sebuah meja yang berada di pojok.
Pia mengangguk, dia tidak membantah meskipun diminta untuk duduk bersama cowok. Kaki mungilnya bergerak menuju bangku yang terletak di sudut ruangan. Sesekali dia melempar senyum ke arah teman-teman barunya.
“Hai,” sapanya.
Hening. Tidak ada sahutan dari cowok yang sedang duduk dan fokus matanya tertuju pada buku biologi.
“Lah, nggak dijawab. Eh, nama lo siapa?”
Pia tentu saja sudah tahu siapa nama cowok itu, ini hanya sekadar basa-basi karena seseorang tetap menutup mulutnya. Seolah enggan untuk menjawab pertanyaan itu. Lagi-lagi yang terjadi hanya hening.
Suasana kelas sudah kembali menjadi ramai, setelah Pak Wondo meninggalkan ruangan. Memang sedang jam kosong dan mereka hanya diberikan tugas kelompok biologi. Tanpa meminta izin untuk duduk di bangku kosong milik Jasuke, Pia langsung mendudukan tubuhnya serta meletakkan ransel biru muda di atas meja. Sampai detik kesekian, belum ada pergerakan apa-apa dari cowok di sampingnya.
Mata Pia melirik sekeliling, semua murid kelas VII D sedang mengerjakan tugas secara berkelompok, tetapi hanya Jasuke saja yang sendirian.
“Lo nggak punya kelompok?” tanya Pia.
Hening lagi. Pia jadi berpikir, apakah Jasuke tidak mampu berbicara atau telinganya tersumbat oleh kotoran? Setiap pertanyaan yang keluar dari mulutnya selalu tak mendapatkan jawaban. Pia sampai merasakan seperti orang yang sedang berbircara di depan cermin.
“Atau lo nggak ada yang mau temanan sama lo?”
Bagus. Pertanyaan yang baru saja dia lontarkan cukup lancang. Pia menutup mulutnya sendiri, merasa tidak enak hati dengan Jasuke. Dia takut sudah melukai hati cowok berkacamata itu. Namun, yang terjadi sama seperti sebelumnya; Jasuke hanya diam dan pura-pura sibuk dengan buku.
“Kenalin gue Piatos, murid pindahan yang baru 20 menit lalu resmi menjadi siswi kelas VII D. Dan, mulai detik ini, lo sama gue itu sahabat. Ada pertanyaan?”
Tidak ada sahutan.
“Oke, karena lo nggak ada pertanyaan, jam 8, lebih 8 menit, 8 detik kita resmi sahabatan.”
Kali ini keputusan yang baru saja Pia lontarkan berhasil mendapatkan reaksi dari Jasuke. Cowok itu melirik Pia sekilas, kemudian kembali pura-pura membaca buku. Pia melihat beberapa buliran keringat mulai mencuat di pelipis Jasuke, tetapi dia mengabaikannya.
Bagi Pia, beradaptasi dengan lingkungan baru adalah hal yang mudah. Namun, mencari teman yang benar-benar teman adalah hal yang sulit.
“So, welcome masa putih biru,” ujar Pia sembari merentangkan kedua tangannya.
🦌🦌🦌
Happy Reading♥️
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Next?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top