Chapter 9 - Invasion
.
Black String of Fate
.
Kagome kecil terus berlari dari kejaran dua oni tinggi besar dengan tubuh gempal berwarna biru kehijauan. Perut buncit berlemak para monster itu beriak pada tiap gerakan. Keempat taring mereka mencuat keluar, saling silang, ke atas dan ke bawah.
hanyou kecil itu berbelok ke rimbunan semak-semak, memutar ke belakang, lalu memilih satu titik sebagai tempat persembunyian.
"Kemana bocah sialan itu pergi?" tanya oni bermata satu youkai sambil menggaruk kepalanya.
Oni yang lainnya memindai sekitar, rambut sebahu yang bergumpal dengan aneh bergerak-gerak ketika ia menunjuk satu arah dengan kepalanya.
Makhluk itu menunjuk ke sebuah batang pohon yang tergeletak secara horizontal di balik semak-semak, tak jauh dari tempat keduanya berdiri.
Air liur mereka menetes saat mereka membuat seringai kemenangan, hanyou kecil itu akan menjadi santapan mereka malam ini. Tidak ada yang lebih lezat dari darah segar yang mengalir dari daging muda dan kenyal.
Jantung Kagome berdetak sangat kencang dan kuat di dalam rongga dadanya yang kecil, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. Wajahnya pucat pasi, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung bergerak turun secara perlahan di dahinya. hanyou mungil itu tertunduk memeluk kedua lutut rapat-rapat, telinga anjingnya menempel di puncak kepala. Ia memejamkan mata, berdoa kepada siapa atau apa pun yang menciptakannya agar kedua makhluk mengerikan itu tidak menemukannya.
Gambaran jasad ibunya kembali muncul. Kejadian itu sudah seminggu berlalu. Setelah itu, dia kembali berdoa, bila para oni itu menemukannya, Kagome berharap kematiannya cepat dan tidak menyakitkan.
"Rupanya kau di sini, hanyou!" suara berat menggema di hutan yang sunyi, diikuti tawa dari oni lain di belakangnya. "Keluarlah!" bujuknya sedemikian rupa agar terdengar menenangkan tapi gagal.
Tangan oni itu menggapai-gapai, tubuh Kagome semakin menggelung. "Berhentilah bermain dengan makananmu!" ujar yang satu. Disaat yang sama, sebuah tangan besar berlumpur itu berhasil meraih salah satu pergelangan kaki bocah tersebut.
Kagome ditarik dengan kasar, ia menjerit. Sedetik kemudian, hanyou kecil itu sudah tergantung terbalik. Kedua tangannya mengapai-gapai demi meraih apapun agar bisa terbebas dengan segera, tapi sia-sia.
Oni itu melepaskannya ke tanah. Kagome terempas ke permukaan bumi dengan kepala terlebih dahulu. Kagome telentang, kedua oni itu sudah di hadapannya, memandang dengan tatapan lapar. Kagome memejamkan mata saat salah satu oni itu mencekiknya.
Kedua kaki hanyou itu berayun di udara, tangannya berusaha menarik lepas cengkeraman di lehernya, tapi percuma. Hanya masalah waktu untuk kesadarannya mulai menipis sebelum padam seluruhnya.
Entah berapa lama masa berlalu kala Kagome tersadar kembali. Ketika ia membuka penglihatan, tubuh para oni itu telah dengan tubuh tercabik-cabik. Pada awalnya, dia hanya berpikir bahwa itu adalah sebuah keberuntungan.
Namun, pemikiran itu lantas terpinggirkan setelah kejadian serupa berlaku setiap kali Kagome berada dalam pengalaman hidup dan mati.
.
Safir biru kelabu terbuka. Selapis sinar biru memecah tepi cakrawala. Lagi-lagi, masa lalu menyelinap kedalam mimpinya. Dari sudut mata Kagome melihat sosok Kanna yang bertengger di pohon seberang tiba-tiba menghilang.
Hal itu tidak lagi membuatnya terkejut. Akan tetapi, sebaliknya, Kanna akan selalu mengejutkannya tiap kali siluman serba putih itu membuka mulut.
Kagome ingat sekali apa yang pertama kali gadis itu terangkan, hanya hanyou dari keturunan darah youkai yang kuat mempunyai sistem perlindungan diri sampai mereka dewasa.
Aliran jyaki yang ada di dalam tubuhnya akan mengambil alih bila nyawa hanyou itu terancam. Secara otomatis, darah youkai yang ada dalam tubuh mengubah manusia setengah siluman itu menjadi mesin pembunuh. Tujuannya satu, bertahan hidup dengan membunuh semua makhluk yang instingnya tangkap sebagai musuh.
Darah buas itu tidak akan berhenti sebelum semua musuh terkalahkan. Dengan cara itulah, Kagome yang berumur lima belas tahun dapat mengalahkan Tokushin, kemenangannya saat itu murni sebuah keberuntungan yang takkan terulang.
Sebab, semenjak satu tahun yang lalu, dia telah mengalami masa subur, tubuhnya telah sempurna sebagai hanyou dewasa dan akan tetap seperti itu selama ratusan tahun kedepan. Darah youkai penyelamat yang mengambil alih sudah tidak lagi berlaku. Kini, dia adalah hanyou dewasa yang seimbang dalam penguasaan kekuatannya.
Kendati demikian, menjadi hanyou dewasa juga mempunyai kelemahan. Bila saat kecil darah youkai yang mengalir dari ayahnya mengambil kendali, sekarang adalah masa di mana darah manusia memimpin.
Setiap tiga bulan sekali, Kagome harus mengalami 'malam manusia'. Malam ia kehilangan cakar dan telinga anjing yang ada di puncak kepala. Begitu pun seluruh kekuatan hanyou yang selama ini melindunginya; baik itu penciuman, penglihatan, serta kecepatan.
Saat itu adalah saat-saat yang paling dibenci oleh Kagome. Sialnya lagi, ia tidak mampu mengetahui dengan pasti kapan ia berubah menjadi manusia biasa. Satu-satunya petunjuk yang ia miliki adalah tiga hari sebelum dan sesudah purnama. Selama kurang lebih tujuh hari masa rawannya. Rentang waktu itu adalah momen yang sangat riskan bila Kagome bertemu penjahat dari golongan manusia sekalipun.
Bunyi perut yang meminta diisi langsung memutus pemikiran Kagome. Ia lompat ke dahan tempat Kanna bersemayam tadi malam, beberapa jenis buah-buahan telah tersedia. Tanpa ragu Kagome duduk dan melahap semuanya.
Belasan menit kemudian, Kagome tengah membelah hutan. Ia terus berlari tanpa merasakan lelah. Sesekali, dia melompat jauh di atas pepohonan untuk melihat keadaan ratusan meter di depan.
Kala ia mengambang di udara, penglihatannya menangkap pemandangan yang dicarinya. Tungkainya kian melesat, degup jantungnya semakin menggila. Dalam hitungan detik, ia sampai di depan sebuah benteng di atas bukit.
Pagar di hadapannya tinggi. Dua youkai yang berdiri di samping pintu besar berwarna cokelat tua memasang sikap siaga atas kedatangannya. Kagome melangkah perlahan, tangannya bergetar oleh rasa antusias yang tinggi. Napasnya mulai memburu, tulang-tulang kakinya seakan melunak. Semua hal itu selalu dia rasakan saat ingin menghadapi lawan yang ditunggu-tunggunya, lawan yang kuat yang mungkin bisa mengantarkannya bertemu dengan satu-satunya sosok yang cintai.
"Berdetaklah sedikit lebih lama bersamaku," bisik Kagome pada diri sendiri.
.
Invasion
.
Dengan satu hentakan, dia melompat lalu mendarat tepat di depan pintu, dengan sekali hantaman yang melumpuhkan, kedua penjaga itu roboh ke tanah. Kagome merangsek masuk ke dalam benteng, sebagian para pelayan yang berada di kebun bunga menghadang Kagome. Sedangkan yang sebagian lagi langsung berlarian ke dalam untuk memberitahukan kepada tuan besarnya bahwa ada penyusup yang berhasil memasuki halaman mereka.
Tidak seperti Kuroichi dan Tokushin, Tokugawa lebih mengadaptasi cara hidup manusia sehingga membuatnya sangat mudah ditemukan.
Tokugawa berdiam diri di benteng besar yang terdiri dari beberapa bangunan mewah terpisah, dengan puluhan pelayan yang terdiri dari youkai dan manusia.
Kagome berpikir untuk sesegera mungkin menghadapi Tokugawa, dia harus menyelesaikan apa yang telah dimulainya dengan cepat agar tidak banyak jatuh korban yang tidak perlu.
Para pelayan manusia yang menghadang dengan alat kebun seadanya telah pingsan oleh satu pukulan minim tenaga yang Kagome layangkan ke perut.
Di waktu yang bertepatan, pasukan youkai rendahan lain bertubuh manusia kembali menerjang. Dalam sekejap, semuanya ambruk mencium tanah. Kagome tidak membunuh mereka, dia hanya melayangkan serangan yang cukup untuk menahan mereka sementara.
"Dimana tuan kalian?" Tidak ada dari mereka yang bersuara, semuanya hanya mempunyai satu niatan. Melumpuhkan penyerang benteng, itulah tujuan mereka.
"Aku sudah menunggumu, hanyou!" suara menggelegar terdengar seiring dengan munculnya sosok youkai tinggi tegap dari ambang pintu bangunan utama.
Dagu pria itu terangkat, tubuhnya terbalut oleh baju pelindung, tangan kirinya berada di sarung pedang, ia sudah siap bertempur.
Tokugawa meneliti hanyou lancang yang berani masuk ke kawasannya. Selayang pandang cukup untuknya meremehkan apa yang mata nilanya tangkap. Senyum mengejek terukir di garis wajahnya yang keras.
Menantangnya untuk bertarung tanpa membawa pedang, inikah hanyou yang selama ini di beritakan oleh tangan kanannya? Tubuh mungil, dan wajah cantik ini tidak mungkin berhasil pembunuh para penguasa wilayah lain, pikirnya.
"Baguslah kalau begitu," Kagome tersenyum. Berat tubuhnya bertumpu pada satu kaki, punggungnya mengendur, posisi. "Seperti biasa," ucap gadis itu lebih kepada dirinya sendiri.
Dengan satu gerakan tangana dari Tokugawa, para penjaga youkai dan manusia itu menjauh dari area kastil. Mereka mengerti, inilah saat penantang mengantarkan nyawa kepada tuan mereka.
"Aku harus menanyakkan sesuatu kepadamu." Kagome maju dengan langkah santai. Pada jarak lima puluh meter, ia berhenti, cukup dekat untuk memandang wajah Tokugawa dengan jelas begitu pun sebaliknya.
Kagome menatap tampang Tokugawa lekat-lekat. Kulitnya berwarna kecoklatan, rambut silvernya yang panjang di kuncir bawah. Dalam wujud manusianya, rupa pria itu bisa dikatakan menarik. "Apakah kau mengenal seorang miko bernama Kikyou?"
Sekilas, tapi Kagome bisa melihat kedua alis Tokugawa terangkat untuk beberapa saat. Pria itu tak dapat menyembunyikan keterkejutan kala ia menyebutkan nama ibunya. "Hm, jadi, kau mengenalnya," ia mengeluarkan pernyataan. Si gadis tersenyum tipis.
"Apa maumu, hanyou? Bukankah kau ingin menantangku? Merebut kekuasaanku? Ayo, cepat serang aku! Sebelum akulah yang akan menyerangmu lebih dulu!" koarnya dengan tidak sabar.
Kagome terus melangkah. "Apa yang aku mau adalah kau menjawab pertanyaanku, sekarang!" nadanya meninggi.
"Apa hubunganmu dengan miko itu?" tanya Tokugawa tidak sekeras sebelumnya.
"Kau memang mengenalnya, ya 'kan?" Kagome tersenyum menang. Jarak mereka berdua kini tak lebih dari lima kaki.
Mereka saling menatap. Tokugawa dengan sorot mata penasaran, sedangkan Kagome tidak pernah menanggalkan senyum di paras manisnya.
"Siapa kau?" tanya Tokugawa pendek.
"Aku adalah anaknya!" kata-kata yang dikeluarkan Kagome seakan memukul Tokugawa, dia mundur satu langkah.
Tokugawa terdiam untuk beberapa saat, dia tidak membutuhkan banyak waktu untuk kembali tenang, tapi dia tetap belum bisa berkata-kata. Ingatan-ingatan indah dan pahit berkelebat di pikirannya. Kikyouu, seorang pendeta wanita yang begitu menarik perhatiannya. Kepintarannya, pembawaan dirinya yang tenang serta dewasa begitu dikaguminya. Penguasaan reiki-nya yang hebat membuatnya menjadi salah satu miko yang paling kuat di wilayah Selatan.
Wanita itulah alasan utama Tokugawa memutuskan untuk membaur dan mengadaptasi cara hidup manusia. Gadis kuil itu lebih dari sekedar menarik perhatiannya, kecantikan dan kekuatannya sangat berbahaya baginya yang seorang siluman. Namun, kedua poin itulah yang membuat perasaan yang ia miliki untuk Kikyou bertambah dalam.
Tokugawa sangat suka tantangan, dia ingin menaklukkannya. Selain itu, akan ada banyak keuntungan bila Kikyou memihaknya. Keinginannya terpenuhi. Kikyou berpihak padanya, miko itu bersedia tinggal di kastil bersamanya. Dengan reiki Kikyou, tidak akan ada youkai yang berani menantangnya. Para bangsawan dari kaum manusia pun tunduk padanya.
Sialnya, setelah semua yang dilakukan, Tokugawa tidak berhasil merebut hati miko yang dicintainya. Walaupun wanita itu selalu berada di sisinya, tapi tidak dengan jiwanya.
Kenangan atas kepergian Kikyou dari istananya adalah saat yang paling ingin ia hapus dari ingatan. Meski peristiwa itu terjadi bertahun-tahun yang lalu, rasa sakit itu terus menghunjamnya seperti baru terjadi kemarin. Dia tidak pernah merasa begitu terhina seperti saat itu, tidak pernah sekali pun!
Tokugawa tidak akan pernah memaafkan miko-nya itu. walaupun dia mencintainya, dia akan membunuh Kikyou seribu kali bila dia dapat melakukannya. Kikyou hanyalah untuknya, miliknya!
Napas pria itu mulai memburu, hanyou di hadapannya ini tiba-tiba muncul dan membawa semua kenangan buruk dalam hidupnya. Dan yang lebih memuakkan adalah apa yang gadis itu ucapkan. hanyou itu adalah anak Kikyou? Itu berarti dia adalah ... Wajahnya begitu mirip dengan Kikyou, hanya matanya yang kontras dengan ibunya. Dan aroma tubuhnya memang sedikit mirip Kikyou, tapi tertutupi oleh youki.
"Kehabisan kata-kata, heh, orang tua?" tanya Kagome, matanya menyipit memperhatikan youkai di hadapannya yang bisa saja adalah ayahnya.
Tokugawa melerai diri dari lamunan, tidak ada lagi ekspresi kaget yang tersisa. Penguasa Selatan yang penuh wibawa itu telah kembali.
"Tidak ada yang perlu aku katakan kepadamu, sebaiknya kau pergi dari sini karena aku tidak mau menyia-nyiakan waktuku untuk gadis kecil sepertimu!" Tokugawa berbalik, dia berjalan menuju bangunan tempatnya tadi muncul.
"Bukankah selama ini kau sudah menanti untuk melawanku?" Kagome tertawa, "Tidak kusangka, dari semua penguasa yang pernah aku temui kaulah yang paling pengecut!" imbuhnya ketus.
Tokugawa menghentikan langkahnya, tangan terkepal disisi tubuh. "Kau hanya membuang-buang waktuku, hanyou. Lekas tinggalkan tempat ini!" titahnya tanpa menoleh.
"Sial sekali ibuku pernah mengenal youkai pengecut sepertimu," baru saja Kagome menyelesaikan kata-katanya, ujung pedang Tokugawa sudah menyentuh permukaan kulitnya, tepat di cekungan tempat kedua ujung tulang selangka bertemu.
"Aku akan membiarkanmu hidup untuk kali ini," dengan rahang terkatup ia menambahkan, "hanyou," hidungnya berkerut jijik saat mengatakan kata terakhirnya.
"Aku, tidak, akan ... " kalimat Kagome terpotong-potong.
Biarpun ujung pedang mulai menekan kulitnya, Kagome memaksa diri untuk menyeringai. Gerakan ia berikutnya juga tidak kalah cepat. Dengan kedua tangan, dia meraih pergelangan tangan kanan Tokugawa yang menggenggam pedang, lalu memuntirnya sehingga tangan kanan pria itu kini tertekuk di punggungnya, membuat pedangnya terjatuh ke tanah. Kaki kanan Kagome bergegas menginjak senjata tersebut, lalu menendangnya jauh-jauh.
Sedetik kemudian, Tokugawa berusaha memutar badannya agar terlepas dari belitan Kagome, dan usahanya berhasil.
Dia dapat dengan segera melepaskan tubuhnya tapi dia tidak menduga tendangan kuat diarahkan tepat di puncak kepalanya, sesaat setelah dia melepaskan diri. Tokugawa jatuh tersungkur beberapa meter ke depan dengan kepala mencium tanah.
Memulihkan harga diri, dia melompat bangkit. Suara geraman muncul dari kerongkongan pria itu. Para pengawal yang menunggu di kejauhan segera berlari mendekat. Tetapi, dia mengangkat satu tangan, memberi tanda untuk tidak mendekat.
"Aku tidak akan membiarkanmu hidup bila tidak menjawab pertanyaanku dengan benar!" Kagome mengancam. Benaknya berkobar oleh api dendam. Mungkin pria itulah yang memegang semua kunci jawaban dari pertanyaannya. "Apakah kau mengenal ibuku?"
Atas pertanyaan barusan, Tokugawa tertawa lantang. Siluman itu menghapus darah di sudut bibir dengan punggung tangannya. "Tidak hanya wajahmu yang sama, sifat kalian berdua pun serupa. Kau benar-benar keras kepala, persis seperti ibumu!" Lengkung aneh terpampang, entah bagaimana senyum itu terlihat sedih juga murka.
Dada Kagome seperti terpilin, rasanya sakit. Apakah ini akhir perjalanannya? Apakah ini ayah yang setengah mati ia cari? Tanpa gentar, Kagome berjalan mendekat. Tokugawa jauh lebih tinggi, lebih bersenjata, dan kemungkinan besar lebih kuat dari dirinya.
Semua kegugupan yang dimilikinya saat itu lenyap tak bersisa. "Apakah kau yang telah membunuh ibuku?" intonasinya lemah sebelum berteriak, "Jawab!" Murka mulai mengambil tempat, semua emosi yang menghantam di dalam diri Kagome seakan hendak meledak.
"Aku tidak membunuh ibumu," suara Tokugawa lemah, berbanding terbalik dengan penampilannya, suaranya terdengar begitu tulus.
"Jangan kau berani berbohong kepadaku!" nada Kagome penuh kebencian. Tanpa aba-aba, ia melompat lalu menyerang Tokugawa secara acak dengan cakarnya. Tokugawa berhasil menghindar dengan mudah, tapi entah mengapa dia tidak membalas serangan gadis itu.
"Berani benar kau menantangku, merusak tempat tinggalku, lalu kau menuduhku berbohong!?" bersamaan dengan kata terakhir yang keluar dari mulutnya, ia mendaratkan satu pukulan kepada sang oponen. Belum sempat Kagome bangun, laki-laki itu sudah menendangnya lagi.
"Ugh" darah kental menyembur keluar dari mulutnya, mengalir deras di dagunya. Dia merangkak di tanah mencoba berdiri, satu tangan memegangi perutnya yang masih sedikit terasa nyeri.
Tokugawa menarik kimono Kagome agar dia berdiri, dengan tangannya yang besar dan kekar dia mencengkeram leher gadis itu dengan kuat. Sedikit tenaga lagi saja yang dikeluarkannya, kepala hanyou itu pasti telah terpisah dengan badannya.
"Kau ... " kata-katanya memudar, cengkramannya melonggar seiring dia melihat wajah Kagome yang mengernyit menahan sakit dengan kedua mata tertutup.
Wajah itu adalah wajah yang telah menghantuinya bertahun-tahun lamanya, dan akan selalu menghantui hidupnya yang hampir kekal. Wajah yang dia cintai itu kini, terhiasi oleh darah merah dan kental di dagunya. Otaknya menolak keras.Paras itu bukanlah milik Kikyou!
Yang ada di hadapannya hanyalah seorang mahluk yang menyimpang, sebuah kesalahan. Dada Tokugawa masih kembang kempis oleh amarah, dan kesedihan. Betapa dia sangat mencintainya, mengapa Kikyou pergi meninggalkannya?!
Kagome terempas ke tanah saat dengan tiba-tiba Tokugawa melepaskan cengkramannya dan berbalik. Pria itu berjalan, perlahan menjauh meninggalkan hanyou yang masih tergeletak di tanah.
Kagome berjuang sekuat tenaga mengumpulkan kekuatannya kembali. Dengan susah payah, dia menjejalkan udara ke dalam paru-parunya yang masih terasa sesak. Lehernya hampir patah, dan mungkin memang retak. Lagi-lagi, nyawanya di ambang batas, Tokugawa begitu kuat. Mungkinkah keberuntungannya berakhir di sini?
Sepertinya, misi bunuh dirinya kali ini benar-benar terencana dan berhasil, tanpa pedang sebagai senjata, menemui seorang youkai yang dianugrahi kekuatan para penguasa terdahulu, lalu menantangnya untuk bertarung, hanya untuk menggapai kebenaran hampa.
Kagome meneliti sosok itu. Pedang kebesaran Tokugawa masih bertengger di pinggangnya. Pedang sumber kekuatan utamanya itu tidak digunakan untuk melawannya. Itu berarti, pria itu tidak berniat membunuhnya. Tidak setelah mendengar ia menyebut nama ibunya, mengapa?
Satu simpulan Kagome dapatkan. Youkai penguasa wilayah ini mengenal ibunya, tidak mau bertarung dengannya dan malah mengusirnya pergi. Tubuh yang tegap tinggi, rambut silver yang panjang. Mungkin, Tokugawa adalah ayahnya.
Sungguh, ia berharap untuk menerima jawaban. Ia akan menelan apapun yang menjadi kebenaran. Akan tetapi, pikiran buruk menyelinap ke dalam diri Kagome, bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan hal itu bila keberadaannya sendiri adalah penyimpangan?
Kagome berusaha menekan dalam-dalam perasaan itu. Saat itu bukanlah saat yang tepat untuk membenci diri sendiri. Dengan cakarnya, gadis itu dia meraup tanah. Ia memaksa tubuhnya yang sakit untuk berdiri. Dia meludah, mencoba menghalau rasa darah di mulutnya.
Dadanya seakan-akan hampir pecah di setiap tarikan napas. "Apa hubunganmu dengan ibuku?" Hanyou itu berusaha keras agar kata-katanya terdengar tegas, tapi suaranya lemah nian. "Apakah kau ...," dengan ragu-ragu Kagome melanjutkan "Ayahku?"
Tokugawa yang merasa terkutuk karena telah mencintai seorang manusia lantas berpaling. Dengan menaruh rasa pada Kikyou yang juga seorang miko, ia telah menjadi pengkhianat bagi diri serta kaumnya.
Meski begitu, ia rela menerima itu semua demi Kikyou. Hingga, wanita itu tega meninggalkannya. Oleh sebab itulah, rasa cinta berubah. Ia ingin sekali membunuh wanita itu. Namun, sayang sekali, Kikyou lebih dulu mati dibunuh orang lain.
Dengan sekejap mata Tokugawa sudah berbalik menghadap lurus ke Kagome. Entah sejak kapan pedang itu keluar dari sarungnya. Pedang itu terangkat tinggi-tinggi di udara dengan sinar yang biru keunguan gelap yang menyelubunginya, kekuatan dahsyat yang menjadi legenda itu kini disaksikan langsung oleh Kagome. Napas hanyou itu tercekat, matanya terbelalak lebar melihat kekuatan yang mampu menghilangkan bukti keberadaannya di dunia tanpa sisa.
Wajah Tokugawa penuh kemenangan, senyum sadis terukir. Aura youki-nya memenuhi area itu. Para pengawal dari kedua ras berlarian keluar dari kastil agar terhindar dari kemurkaan tuan mereka.
Dengan dingin, Tokugawa membahasakan isi pikirannya, "Bila aku memang ayahmu pun aku tak akan sudi mengakuimu sebagai anak!"
"Hentikan, Tokugawa-sama!" seorang wanita berpakaian miko berlari mendekati mereka. "Aku mohon!" dia berlutut di belakang Tokugawa "Biarkanlah dia pergi!" nadanya semakin lama semakin melemah.
"Diam kau!" Tokugawa tak bergeming, masih dengan posisi siap menyerang setiap saat. "Akhirnya, keberuntungan berpihak kepadaku, aku bisa membalaskan dendamku kepada wanita penghianat itu melalui anaknya. Kini, aku bisa hidup dengan tenang." dia tertawa pendek.
"Dia bukan Kikyou, lepaskanlah dia!" wanita itu semakin menunduk.
"Dia adalah anaknya, itu sama saja. Aku membencinya, amat sangat membencinya!" matanya tak lepas dari Kagome, wajah tampannya berubah menjadi sangat mengerikan karena dendam.
Kagome terpaku di tempat, bingung dengan situasi yang sedang terjadi. Dua kali dia menyerang Tokugawa, dua kali dia tidak melayaninya dalam satu pertarungan. Tetapi, saat dia menanyakan apakah dia adalah ayahnya, sikapnya langsung berubah. Tokugawa benar-benar ingin membunuhnya!
Di sisi lain, wanita cantik berpakaian miko itu tetap berlutut, memohon agar Tokugawa melepaskan dirinya yang hanya seorang hanyou.
"Tidak!" miko itu bangkit berdiri, suaranya berubah menjadi tegas. "Kau tidak membencinya, kau mencintai Kikyou sepenuh hati!" dia meletakkan tangannya di bahu Tokugawa.
"Kau tidak tahu apa-apa, miko!" kepala Tokugawa menoleh ke arah pendeta wanita yang berperan sebagai penasihatnya. "Dan jangan berani mengancamku dengan kekuatan reiki-mu yang tidak seberapa. Sebelum mampu menyakitiku, kujamin kau akan mati lebih dulu oleh tebasan pedangku!" Tokugawa menggeram, pandangan kembali beralih pada Kagome. "Dan kau, hanyou bersiap-siaplah bergabung dengan ibumu di alam sana!"
"Aku tidak tak akan menyakitimu, begitu pun kau tidak akan menyakiti dia!" miko itu memohon.
"DIAM!" tatapan Tokugawa menusuk, miko disampingnya sontak tertunduk. "Kau mau aku buat berhenti berbicara?"
"Kau dulu mencintainya, kau sekarang masih mencintainya, dan sampai kapanpun akan selalu mencintainya," tetes air mata bergulir di pipi miko itu.
"Kau hanyalah pengganti, kau tidak berhak berbicara seperti itu kepadaku!" bentak Tokugawa garang.
Miko itu rubuh, dia terduduk lesu di tanah. "Iya, benar, aku hanyalah pengganti tempatnya di istana ini. Tidak di hatimu, selamanya," rintihnya.
Kagome mencermati keduanya, dalam diam dia menggabungkan pecahan-pecahan jawaban dari perkataan mereka. Ibunya dulu tinggal di istana ini, Tokugawa sang penguasa Selatan mencintainya. Seorang miko menggantikan tempatnya, miko yang mempunyai perasaan untuk Tokugawa.
Tokugawa mencintai ibunya, tapi kini Tokugawa memendam dendam pada ibunya yang pergi dari istana ini? Mengapa dia pergi? Apakah dia anak Tokugawa? Mengapa dia tidak mengakui Kagome sebagai anaknya? Mungkin karena dia memang bukan ayahnya atau karena alasan lain?
Semua kemungkinan terasa menyesakkan. Semua pertanyaan hanyalah memunculkan pertanyaan lainnya.
Dan di sini, dia berdiri menanti kematian yang sewaktu-waktu menjemputnya. Apakah dia akan menyerah? Tidak! Jeritnya dalam hati. Bila dia tidak tahu siapa ayahnya kenapa dia tidak bunuh saja youkai yang membenci ibunya ini? Dan seandainya Tokuguawa adalah benar ayahnya, itu pun tidak ada bedanya. Sebab, lelaki itu sendiri berucap bahwa ia tidak akan mengakui seorang hanyou sebagai anaknya.
Apakah karena itu ibunya melarikan diri dari istana ini? Karena dia telah mengandungnya? Dadanya sesak. Amarah dan benci menguasai Kagome. Kepada siapakah dia harus menyalahkan takdir yang begitu kejam?
Sanubari gadis itu melagukan kebimbangan dan merubahnya menjadi ketegaran. Apabila dia diciptakan dengan takdir yang kelam, mengapa dia tidak memanfaatkan kebencian itu menjadi kekuatan? Hapuslah semua keraguan, inilah saat yang dia nantikan. Musuh berada di hadapan, inilah kesempatan!
"Sudah cukup dengan drama murahan ini!" Kagome bangkit, hanyou tangguh itu telah kembali.
Dengan secepat kilat, dia menyerang Tokugawa yang tidak dalam posisi siap. Cakaran itu membuat pedang sang penguasa Selatan terpental jauh dari jangkauan. Belum sempat pria itu pulih dari efek serangan mendadak, Kagome sudah menyerangnya lagi dengan tendangan bertubi-tubi.
Tokugawa terseret beberapa meter ke belakang, Kagome menyambar pedang itu lalu membuangnya jauh-jauh ke hutan di luar pagar istana. Kesempatan itu digunakan Tokugawa untuk bangkit berdiri, dia berbalik menyerang Kagome yang terus menghindar.
Dia berusaha merobek tubuh Kagome dengan cakarnya, Kagome menghindar ke samping sedetik sebelum cakar tajam itu mencabik dan memuntahkan organ dalam perutnya.
Sesaat setelah Tokugawa menyerang adalah saat-saat pertahanannya melemah dan kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Kagome, dia melayangkan pukulannya ke arah perut Tokugawa dua kali sebelum berusaha merobek lehernya.
Kecepatan Tokugawa tidak kalah dari Kagome, dia berhasil menghindar sehingga hanya lengannya yang berhasil terobek oleh cakar gadis itu.
"Kau cukup beruntung ya bisa melukaiku!" Tokugawa tersenyum pahit. Ia memandang tulang lengannya yang kini sudah tidak ditutupi daging di beberapa tempat.
Serangan Kagome tidak cukup untuk memutuskan lengan dari persendiannya, tapi itu cukup untuk membuat gerakan Tokugawa semakin melambat.
"Sayang, keberuntunganmu tidak akan bertahan lama!" Tokugawa menyerang hanyou itu lagi secara membabi buta.
Kagome berhasil mengelak. Sesekali, ia melakukan serangan balik.
Pertarungan sengit tangan kosong terus berlangsung selama beberapa menit. Hingga, Tokugawa berhasil menyerang Kagome dengan tendangannya, darah merah yang hangat itu mengalir bersamaan dengan batuk gadis itu.
Baru saja Kagome bangkit, Tokugawa membombardirnya dengan hantaman demi hantaman. Hanyou itu terpental, tembok istana yang terhantam pun luluh lantak. Puing-puing reruntuhan menimpa gadis itu.
Tokugawa berjalan mendekat ke tempat sang musuh tergeletak. Kuncir rambut perempuan itu terlepas, mahkota kelamnya tergerai. Kagome telungkup tak bergerak, sekujur tubuhnya dilapisi debu tipis. Tatkala Kagome mengangkat kepala, Tokugawa muncul dengan menggenggam pedangnya, Yoarashi!
Yoarashi mengeluarkan sinar keunguan yang menyilaukan mata. Tanpa ampun, Tokugawa menendang tubuh gadis itu sekuat tenaga. Kagome melayang jauh sebelum terempas ke tengah kebun istana itu.
Kagome mampu merasakan organ dalamnya terluka parah. Pandangan matanya mulai kabur, dadanya seakan hendak meledak di setiap tarikan napas. Tubuhnya seakan menolak diperintah olehnya, dia tidak dapat bergerak!
Dengan pandangannya yang kabur dia bisa melihat sepatu Tokugawa menjejak. Pria itu mendekat seraya menyeret ujung pedangnya di atas tanah. Pedang itu masih mengeluarkan cahaya keunguan yang mematikan.
Hanya selangkah, kaki itu berhenti, mata Kagome terpejam sesaat setelah cahaya berwarna biru terang menghantam tempat Tokugawa berdiri.
.
~SessKag~
.
Minna saiko arigatou!
14/02/2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top