Chapter 6 - Urge
* * *
* *
*
Beberapa menit sebelumnya ...
Di hadapan Sesshoumaru terbentang air terjun, getaran Tenseiga telah berkurang, tapi detaknya semakin kencang. Pangkal alis siluman berwujud manusia itu mengerut. Apakah dia telah melewati tempat di mana benda itu tersembunyi? Tak lama kemudian, pedang itu kembali bergetar hebat, ia lantas melangkah ke tepi sungai. Saat itu dia bisa mencium bau hanyou itu mulai mendekatinya.
Pria itu melompat ke batu besar tempat air bermuara. Detak Tenseiga kembali terasa. Ia lantas melangkah masuk ke dalam gua gelap nan lembap di balik air terjun. Makam itu sebagai penanda, petunjuk-petunjuk itu sesuai dengan tempat ini. Tidak salah lagi, pikir Sesshoumaru. Sebuah tempat yang tak terkena sinar matahari, tak tertembus oleh angin, dan bukti utama yang tak terbantahkan adalah reaksi Tenseiga itu sendiri.
Sesshoumaru menyadari bahwa si penguntit berhasil membaca jejaknya, dengan jelas ia mampu mendengar hanyou itu mengumpat meski bunyi air yang jatuh dengan bebas ke dasar sungai sangatlah gaduh. Tapi cukup sampai di sana, Sesshoumaru yakin kalau wanita itu tidak akan dapat mengikutinya lebih jauh lagi sebab, ia telah menutupi auranya, baunya pun terselimuti oleh air terjun.
Pria itu berjalan lebih jauh masuk ke dalam gua, jalan yang dilaluinya hitam pekat. Tapi kegelapan itu sama sekali tidak berpengaruh pada penglihatannya yang berbeda dengan manusia, setelah berjalan puluhan detik lamanya ternyata gua itu buntu. Kendati demikian, ia sangat yakin kalau ini adalah tempat penyimpanan yang tepat.
Dia mengeluarkan Tenseiga dari sarungnya, mengulurkannya secara horizontal lalu mengayunkannya, jalan buntu yang terlihat itu hanyalah sebuah kekkai (penghalang) yang diciptakan agar tidak ada makhluk lain selain yang dikehendaki yang dapat melewatinya.
Cahaya biru muncul setelah Tenseiga diayunkan di udara, dinding gua di depan mata sontak menghilang. Lima kaki dari Sesshoumaru terdapat sebuah pedang yang ukurannya lebih panjang dari pedang yang lain. Sebuah Odachi, pedang legenda yang dikatakan mampu menebas seribu musuh terkuat sekalipun.
Sesshoumaru memandang katana itu dengan takjub. Pedang itu mengambang di atas sebuah batu dan diselimuti oleh lingkaran cahaya merah muda keunguan, sebuah penghalang lainnya.
Dai youkai itu maju beberapa langkah, pedangnya masih bergetar. Dia mengulurkan tangan dan lantas menggenggam pedang itu dengan mantap. Kekkai tertembus, Odachi tidak menolaknya, Tenseiga pun menunjukkan letak pedang tersebut. Itu sudah lebih dari cukup sebagai bukti nyata bahwa pedang itu adalah warisan untuknya semata.
Barang yang dicari sudah di tangan. Sesshoumaru melesat secepat kilat dari balik air terjun, hanya sedikit air yang membasahi figurnya. Seusai keluar dari gua, bukan udara segar yang ia hirup, melainkan bau darah dan racun yang menusuk penciumannya. Di antara deru air, inu youkai itu mendengar geram dan rintih tertahan yang sudah ia kenal.
Dia melompat 'tuk mendekati sumber suara, apa yang dilihat membangkitkan sesuatu di dalam dirinya. Hanyou wanita itu di sana, tergeletak tak sadarkan diri, kakinya terluka parah. Wajahnya sepucat kertas. Detak jantungnya melemah, dia sedang sekarat!
Napas wanita itu pendek-pendek, bibirnya mulai membiru. Sesshoumaru mengerti, jika dia membiarkannya begitu saja lebih lama lagi dia akan mati, pedang hebat yang dimilikinya itu pun memiliki keterbatasan. Tenseiga hanya mampu membangkitkan seseorang dari kematian sekali saja, tidak lebih.
Makhluk besar berbulu memerangkap sang hanyou dengan salah satu kaki depannya. Saliva beracun menetes-netes di kanan kiri kepala wanita itu
Urgensi luar biasa, itulah yang dirasakan oleh Sesshoumaru.
Ia merasa dihantui, entah mengapa dan bagaimana, di dalam dirinya ada kebutuhan yang mendesak untuk lekas menyelamatkan wanita itu. Dia harus melakukan sesuatu. Tidak pernah dia merasakan hal seperti ini sebelumnya, perasaan itu begitu merongrongnya sehingga dia tidak mempunyai waktu untuk mempertanyakan kepada dirinya sendiri apa yang tengah ia alami.
Makhluk itu bersiap-siap menggigit kepala si hanyou. Namun, sebelum itu terjadi, Sesshoumaru menebarkan youki-nya. Energi besar berasal mengalir ke seluruh tubuhnya, rambut dan pakaiannya terombang-ambing oleh kekuatan yang tak kasat mata.
Skleranya berubah merah darah, iris mata emasnya menjadi biru terang. Wajahnya mulai berubah, begitu pun dengan tubuhnya. Dengan sekejap dia sudah menjelma ke bentuk aslinya, seekor anjing besar berbulu putih dengan tanda bulan sabit keunguan di dahinya dan dua garis magenta tanda youkai dari garis keturunan teratas. Sesshoumaru menggeram lalu melompat menabrak serigala itu, membuat tubuh serigala itu terpental beberapa puluh meter. Serigala itu balas menggeram, merasa terganggu sekaligus tertantang.
Tomoaki kehilangan kendali diri, siapapun yang menghalangi jalannya untuk menghabisi wanita itu, youkai manapun akan dilawan olehnya. Walaupun dengan sekali pandang dia tahu lawannya adalah lawan yang tangguh. Tetapi, Tomoaki tidak perduli, harga dirinya dipertaruhkan. Berita telah tersebar, dia akan membuat kehormatan ayahnya kembali pulih dengan membunuh siapapun pembunuhnya dan semua yang menghalangi jalannya.
Putra Kuroichi bangkit, Sesshoumaru menyerangnya lagi sehingga dia kembali terpental. Kini, kedua siluman itu berada jauh dari sungai. Sangat kecil kemungkinan wanita itu akan terkena imbas oleh perkelahian mereka. Sesuai dengan tujuan utama Sesshoumaru berganti rupa ke wujud aslinya.
Serigala itu berusaha menggigitnya, Sesshoumaru menghindar. Tomoaki menyerbu, dengan mudah Sesshoumaru menangkis dan melancarkan serangan balik. Mereka bertarung dengan sengit, badan mereka penuh dengan cakaran dalam yang menciptakan semburan darah segar.
Toksik bawaan kedua siluman itu sama-sama hebat, begitupun daya tahan tubuh mereka. Baik Tomoaki maupun Sesshoumaru memiliki imun kuat terhadap racun dari luar. Sehingga, tidak ada sebab fatal yang berpengaruh pada keduanya. Sesshoumaru berubah kembali ke wujud manusianya, dia mengeluarkan Bakusaiga dari sarungnya.
Tomoaki hanya kalah sepersekian detik lebih cepat dari Sesshoumaru. Dengan sekali tebas, kepala serigala besar itu telah berguling di atas tanah. Tak lama, kepala beserta tubuh serigala itu berubah jadi debu.
Perkelahian yang bodoh, pikir pria yang memenangkan pertarungan. Telah banyak waktu yang telah terbuang, dia kembali ke tepi sungai tempat wanita itu ditinggalkannya sekarat. Dia meneliti lukanya sekilas, dengan cepat Sesshoumaru mengambil keputusan. Dia menggendongnya, tangan kanan memapah bagian atas tubuh Kagome dan tangan kirinya mengangkat bagian bawah tubuhnya, lalu Sesshoumaru terbang dengan kecepatan cahaya.
Penguasa Barat itu terbang ke arah Gunung Fuji, tempat di mana pusat mata air yang tersembunyi berada. Mata air yang mampu menetralkan racun yang paling ganas sekalipun. Tidak ada obat-obatan herbal atau apapun yang menandingi kemujaraban tempat itu.
Mata air yang dituju oleh Sesshoumaru adalah pusat dari mata air Oshino Hakkai, pusat dari delapan danau yang sangat indah di kaki Gunung Fuji. Kedelapan danau itu sangat dipercaya oleh manusia sebagai tempat yang bisa memurnikan pikiran kotor. Akan tetapi, para manusia tidak tahu kehebatan sebenarnya dari pusat mata air dari delapan danau itu. Pun, tiada youkai yang mengetahui rahasia tentang mata air itu selain garis keturunan penguasa wilayah Barat, itu dilakukan untuk menjaga keberadaan tempat itu sendiri.
Tanpa membuang-buang waktu, Sesshoumaru menerobos masuk ke mulut gua, dia berdiri di depan suatu celah yang sepertinya terlalu kecil untuk dilewati oleh manusia. Jarak yang terlihat itu hanya cukup untuk dilewati oleh binatang kecil seperti kucing atau yang lainya. Tetapi, lagi-lagi, itu merupakan ilusi dari sebuah penghalang yang dipasang.
Dengan satu tangan, dia menggendong Kagome dan tangan yang lain menebas segel pelindung itu dengan Bakusaiga. Penghalang telah menghilang, sekarang jarak asli terlihat. Gua lebar itu dilewati dengan leluasa olehnya, Sesshoumaru terus terbang hingga tiba di kedalaman gua tempat sebuah mata air mengalir. Di sudut gua, terdapat kolam kecil yang di sekeliling dindingnya dihiasi oleh lumut yang berpendar. Di atasnya, terdapat batu sebesar kepala manusia yang menonjol dan meneteskan air tiap tiga detik sekali.
Sesshoumaru berlutut, dia mendudukkan Kagome di bibir kolam tersebut. Sesshoumaru berpikir cepat seraya memindai luka yang telah melebar, tulang di tempurung lututnya telah terlihat. Tungkainya sudah hampir tidak bisa dikenali lagi.
Kaki dari bagian betis ke bawah itu sekarang hanyalah tulang yang ditempeli sedikit daging berwarna coklat merah kehitaman dan kulit yang menggantung hanya tersisa di beberapa bagian. Bila dilihat sekilas, kakinya seperti onggokan daging sisa buruan binatang buas yang ditinggalkan untuk para burung pemakan bangkai.
Sesshoumaru tahu, dengan kerusakan separah itu, hanya meminum air kolam tersebut tidak akan lekas membawa kesembuhan. Oleh sebab itu, ia menggendong Kagome masuk ke kolam yang airnya hanya mencapai lutut orang dewasa. Dengan perlahan dan hati-hati, ia mendudukan sang hanyou di tengah di kolam. Kini, separuh tubuh wanita itu telah terendam oleh air, tangan Sesshoumaru menopang punggung Kagome. Hakama pria itu ikut basah, mokomoko-nya terombang-ambing oleh air.
Perhatiannya terpaku pada wajah Kagome yang tak sadarkan diri. Kala itu, meski kematian dekat dengannya, wajahnya begitu tenteram. Tak lama berselang, suara detak jantung Kagome yang lemah mulai kembali ke berdentam di irama normal. Perlahan-lahan, napas wanita itu tidak lagi pendek-pendek.
Racun di kakinya perlahan-lahan menghilang, tulang kakinya tidak terlihat lagi. Daging mulai tumbuh, selapis demi selapis mulai menutupi lukanya. Lapisan lemak, daging, dan otot mengisi tempatnya semula. Secara ajaib, lapisan kulit mulai menutup kembali seperti sebelumnya seakan-akan tidak ada luka satu goresan ranting pun yang pernah menyentuhnya.
Kendati demikian, Kagome masih tidak sadarkan diri dan badannya masih tetap dingin. Bibirnya masih membiru, masih tidak ada rona yang mewarnai romannya.
-.
Diantara kondisinya yang setengah sadar, Kagome merasa seperti melayang di antara awan-awan lembut. Kakinya seperti dientak oleh sesuatu yang sangat menyengat, rasa sakit itu menusuk hingga ke tulang. Lalu, sesuatu yang hangat mengalir di kakinya.
Kehangatan itu kemudian mengalir ke seluruh tubuh. Untuk pertama kalinya, Kagome mengalami mimpi indah dalam tidurnya. Rasa nyaman membuat matanya begitu berat untuk dibuka.
Kagome bergelung, memeluk kasurnya yang lembut. Entah berapa lama ia tertidur sebelum merasakan pergerakan halus dari kasur empuknya. Betapa kagetnya Kagome kala sepenuhnya tersadar, tempat pembaringannya bukanlah kasur seperti yang ia duga, melainkan mokomoko milik Sesshoumaru yang melingkari tubuhnya.
Mokomoko yang menopangnya begitu hangat dan lembut. Untuk sesaat, Kagome bisa merasakan aliran darah di bawah lapisan mokomoko itu, benda itu seakan hidup!
Dia terlonjak, segera bangkit dari posisi nyamannya. Tangannya masih merenggut bulu-bulu yang halus itu, dia lantas melepaskan mokomoko itu sesaat setelah dia menyadari apa yang tangannya lakukan.
Sesshoumaru berdiri di samping Kagome dengan segala keanggunannya. Pria itu memandang Kagome dengan wajah datar. Kini, Kagome bisa memperhatikannya dengan lebih jelas, kimono putih dengan corak bunga berwarna merah terbuat dari sutra lengkap dengan pelindung kokoh untuk dada dan bahunya.
Kedua pedangnya disampirkan di obi kuningnya, mokomoko memeluk bahu kanannya. Rambutnya yang panjang berwarna putih keperakan tergerai indah, tanda di dahinya menunjukkan status tingginya. Dua garis magenta di pipinya semakin membuat wajahnya terlihat sangat tampan, dingin, sekaligus mematikan.
Kagome memandang sekitar, dia berada di sebuah gua. Tidak ada cahaya matahari di gua itu. Biarpun begitu, dia bisa melihat dengan jelas, telinga anjingnya berkedut-kedut mendengar ritme tetes air, satu-satunya bunyi yang terdengar dengan jelas selain kedua napas mereka.
Hanyou cantik itu berusaha mengingat-ingat apa yang telah terjadi, yang dia ingat terakhir adalah dia mengikuti Sesshoumaru. Kagome menyeret tubuhnya yang masih terasa lemah untuk bersandar di dinding gua tidak jauh di belakangnya.
Ingatan itu melesat dengan cepat ke kepalanya, potongan-potongan mozaik telah sempurna melengkapi ingatannya. Sesshoumaru yang menghilang, air terjun, musuh yang tiba-tiba menyerang, kakinya yang terluka hingga membuatnya pingsan, dan suara-suara yang terakhir dia dengar. Suara dentuman, benturan, dua geraman marah mahluk buas, lalu satu lolongan kesakitan yang mengakhiri kegaduhan.
Dia membuka kedua matanya, menatap kakinya yang masih utuh dengan terheran-heran. Lalu dia menyadari kimono-nya basah.
Youkai itu telah menyelamatkannya, lagi! Kali ini apa yang dia lakukan untuk menyelamatkannya? Air di kolam itu ternodai oleh bau darah dan racun. Kagome segera paham bahwa sumber air itulah yang menyembuhkannya. Karena itulah, lelaki itu membawanya ke tempat ini.
Biarpun potongan kecil telah terlengkapi, tapi pertanyaan utama belumlah terjawab: 'Mengapa Penguasa Barat itu menyelamatkannya?'
Kagome tidak menyukai perasaan lemah seperti saat itu, dia benci untuk mengakui bahwa dia berhutang banyak pada sosok itu. Youkai yang bahkan belum ia ketahui namanya. Selain itu, ia telah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa, pada pertemuan kedua mereka, dia tidak akan membiarkan pria itu menghilang lagi sebelum dia mengetahui namanya.
Aroma khas sang penyelamat kini menyelubungi tubuhnya, baunya seperti kayu-kayuan, hangat matahari, dan harum maskulin khas pejantan yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata. Itu suatu hal yang tidak dapat dipungkiri karena Kagome baru saja terbangun dengan mokomoko membelit tubuhnya.
Yang paling mengganggu Kagome adalah harum pria itu membuat tubuhnya bereaksi dengan aneh, seperti ada yang menggelitik dadanya. Sensasi yang menciptakan perasaan tertentu yang asing untuknya, rasa butuh. Suatu kebutuhan yang baru baginya, yang tidak pernah di sangka akan dirasakannya di tengah semua kepahitan hidup yang melingkupinya.
Saat Kagome tidak lagi tenggelam di dalam pikirannya, dia menyadari bahwa Sesshoumaru menatapnya. Ekspresinya datar, tapi sinar dimatanya membuat wajah Kagome memerah. Saat dia menyadari arah pandangannya tertuju kepada pakaiannya yang tersingkap hingga gagal dalam menutupi kaki jenjang, paha, dan belahan dadanya.
Di musim panas ini terlalu panas baginya untuk memakai hadajuban, artinya tidak ada lagi penghalang antara dirinya dan tatapan youkai itu selain selembar kain tipis. Kimono-nya yang basah menjadi erat memeluknya, membuat semua lekuk tubuhnya terekspos dengan terang-terangan.
Dengan wajah yang memerah Kagome segera menarik pakaiannya, sebisa mungkin menutupi kulit yang terpampang. Sesshoumaru melengos, rambutnya berayun dengan indah. Tanpa mengatakan apa-apa lelaki itu berjalan ke mulut gua.
"Tunggu!" teriak wanita itu, ia berniat untuk mengejar Sesshoumaru. Saat berdiri, ia malah langsung terjatuh.
Menampik rasa lemas, Kagome segera bangkit, tidak ingin pria itu menghilang lagi sebelum berterima kasih kepadanya dengan sepenuh hati. Youkai itu adalah salah satu dari banyak pertanyaan yang berputar di benak yang harus dia ketahui jawabannya.
Sesshoumaru menghentikan langkahnya.
"Terima kasih," ucap Kagome cepat-cepat sebelum Sesshoumaru menghilang dari pandangan. Suaranya parau saat menambahkan, "Jika ada yang bisa kulakukan untuk membalasmu ... " Suasana kembali hening, hanya tetesan air yang terdengar.
Sesshoumaru kembali berjalan, tidak menoleh sedikit pun, punggungnya tak terlihat lagi. Pria itu meninggalkan Kagome yang terombang-ambing dalam kebimbangan dalam pertempuran dua sisi dirinya. Pertaruhan harga diri Kagome dan perasaan yang tidak ia mengerti.
Apa yang dia rasakan, apa yang dia inginkan, saat itu Kagome pun tidak mengetahuinya dengan pasti. Dia tidak terbiasa dengan kebaikan yang dicurahkan kepadanya. Kagome tertegun menatap dinding gua yang gelap, dia tertunduk.
Sesshoumaru berada di ambang celah kecil tempat kekkai terpasang, dia tidak mengerti mengapa dia melakukan semua itu. Mengapa hanyou rendahan membuatnya menjadi bersikap lunak? Mengapa dia tidak membiarkan saja racun itu melumat tubuh menjijikkan itu dan membiarkannya tergeletak mati.
Mengapa dia harus repot-repot melakukan semua itu untuk seorang hanyou yang tidak dikenalnya? Dan mengapa perempuan itu membuatnya merasakan sesuatu yang lain dari tubuhnya. Kebutuhan yang selama ini ditekannya mulai membuncah.
Tidak satupun lawan jenis terlihat pantas yang pernah dijumpainya. Selama ini, dia tidak tertarik untuk membiarkan dirinya mengalah kepada hasrat sesaat terhadap youkai wanita mana saja yang dia temui, karena menurutnya, itu adalah tindakan merendahkan.
Mengapa hanyou itu berani membuatnya merasa lemah, membuatnya hampir tidak sanggup menahan diri untuk tidak terus menatap. Sesshoumaru merasa terhina karena tertarik dengan tubuh seorang hanyou. Mahluk tercela, sebuah penyimpangan yang dibencinya selama ini, sepanjang hidupnya, dan akan selalu.
Hanya dengan youkai wanita dengan garis keturunan terkuatlah dia akan membagi gairahnya, demi menciptakan garis keturunan terbaik yang kuat seperti dirinya. Keturunan inu youkai yang murni, pewaris yang pasti akan dibanggakannya.
Sesshoumaru merasa konyol dan marah. Dia berjanji dalam hati tidak akan merendahkan dirinya sendiri seperti itu lagi. Tidak akan!
Aroma manusia setengah siluman itu menyelimuti tubuh Sesshoumaru. Dia membenci itu, karena bau perempuan itulah yang pertama kali menarik perhatiannya. Harumnya seperti madu, dedaunan, dan sesuatu yang tidak dapat dijelaskannya yang teramat menarik penciumannya.
Sesaat, Sesshoumaru menahan napas dan hendak melangkahkan kaki, di kala itulah dia mendengar.
"Jangan pergi, kumohon ... "
Suara Kagome hanya sebatas bisikkan, tapi terdengar jelas di telinga Sesshoumaru. Pria itu mengepalkan tangannya hingga cakarnya yang panjang dan tajam menembus daging di telapak tangan. Putra Inu no Taisho menggeram. Desakkan yang sama timbul lagi di dalam diri.
Amarahnya meluap, dia melawan dirinya sendiri yang tergugah untuk menemui hanyou itu lagi hanya karena kesedihan yang tersirat dari bau dan suaranya. Sesshoumaru terus berpikir apa yang salah pada dirinya akhir-akhir ini? Tetapi, dia terlalu congkak untuk mengakui bahwa ada keanehan yang berlaku.
Sisi arogannya yang menang, tidak ada sesuatu yang salah dengan dirinya! Kesalahan sepenuhnya berasal dari hanyou itu. Dia harus melenyapkan sumber dari buih-buih perasaan yang tidak dia mengerti!
Dia adalah Dai youkai penguasa wilayah Barat yang disegani oleh para penguasa lainnya dia tidak akan melemah oleh emosi sampah seperti yang dimiliki manusia.
Keputusan telah dibuat, tekadnya telah bulat. Sumber kesalahan itu harus dimusnahkan, sesegera mungkin. Karena dia adalah Sesshoumaru yang berarti The killing perfection, tidak akan ada yang bisa merubah itu!
Kagome duduk memeluk kedua lututnya, wajahnya tenggelam di antara kedua lengan. Rela tidak rela, hatinya telah tergugah oleh kebaikan yang diberikan pria itu. Sebab, setelah bertahun-tahun yang dia lewati dalam kesendirian, tidak pernah dia menemukan orang lain yang peduli kepadanya selain ibunya.
Hanya bunyi hembusan udara yang dirasakan oleh Kagome, sebelum tiba-tiba saja dia sudah terhempas ke dinding gua. Kagome terkesiap. Sebuah tangan yang besar dan kuat mencekik lehernya sampai-sampai kedua kakinya tidak menyentuh tanah.
Yang membuatnya lebih terkejut adalah youkai yang menyerangnya dengan tiba-tiba adalah sang dewa penolong, tangan lelaki itu begitu kuat mencengkeram lehernya. Begitu hebat sehingga lehernya bisa dengan mudah patah kapan saja. Belum lagi, cakar tajam youkai itu sudah hampir menembus kulit leher bagian belakangnya.
Tubuh Sesshoumaru menghimpitnya, matanya menusuk, rupanya murka. Kagome hendak memukulnya, tapi dia baru menyadari kalau kedua tangannya ditahan di atas kepala oleh tangan kiri pria itu.
Kagome memberontak dengan menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri agar terbebas dari siksaan itu, tapi sia-sia. Ia mencoba menendang. Akan tetapi, kedua kakinya terpenjara oleh kedua paha Sesshoumaru yang kokoh.
Cakar Sesshoumaru semakin lama semakin dalam menembus dagingnya, likuid berma nan hangat mulai menetes dari lehernya. Dia berjuang sekuat tenaga untuk bernapas, dia merintih kesakitan. Kagome memejamkan mata, tidak ingin melihat wajah puas penyiksanya.
Kali ini, tidak akan ada kesempatan lagi untuk Kagome. Karena, sang dewa penolong telah berubah menjadi malaikat pencabut nyawa.
.
.
.
End notes :
Mata Air Oshino Hakkai adalah mata air khas yang mengalir dari Gunung Fuji, setelah "Danau Oshino" telah kering. Delapan mata air yang terbentuk oleh air lelehan menumpuk di Gunung Fuji, disaring melalui lava selama lebih dari sepuluh tahun. Oshino Hakkai juga merupakan tempat ziarah, di mana para peziarah dimurnikan dari pikiran kotor. Oshino Hakkai ditetapkan sebagai harta alam (warisan dunia?) pada tahun 1934.
Mokomoko Sesshoumaru, kalau kata Rumiko Takahashi-sensei adalah bagian dari tubuh dan bukan buntut. Di awal-awal anime, mokomoko itu bisa bergerak dan ngebelit tubuh Inuyasha saat mereka bertarung memperebutkan Tessaiga di makam Inu papa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top