Chapter 19 - Let it Burn
.
"When this four spirit are gathered into one, and good and evil are sealed inside the chaos, then it's possible for a sacred jewel to be created," -Izumo/Gyu Oh- Inuyasha anime eposide #94.
.
BSOF
.
Angin kencang membelai seluruh tubuhnya yang lunglai bagai boneka tak bernyawa, pemandangan sekelilingnya hanyalah bagaikan potret buram saat ia terjun dalam kecepatan tinggi. Kagome memejamkan mata, menanti benturan yang akan menyelesaikan cerita tentangnya di dunia ini. Senyum tipis menghiasi wajahnya, sensasi terjun bebas sama persis seperti perasaan yang dimilikinya untuk Sesshoumaru, terasa bebas, sangat cepat, tak terkendali, dan tak dapat dihentikan oleh apapun kecuali hantaman kenyataan yang menghancurkan dirinya. Saat Kagome tersadar untuk berhenti memberikan hatinya untuk Sesshoumaru disaat itulah ia terlambat.
Melalui mata yang terpejam ia dapat merasakannya, sebentar lagi tulang-tulangnya akan berderak patah, tengkorak kepalanya yang selama ini menjadi bagian yang paling kuat diantara seluruh anggota tubuhnya akhirnya akan hancur pula seperti hatinya. Tubuh bagian belakang Kagome menghantam lebih dulu, tapi bukan tanah melainkan sungai Kiso yang berada tak jauh dari istana Inuyama. Berat air tidak lama menahan beban tubuhnya, dengan cepat Kagome membentur Dasar sungai yang berlumpur.
Lumpur tebal meminimalisasi efek benturan ke tubuhnya, ia tidak terluka seperti yang diharapkannya saat menghantam tanah, tidak ada tulang yang patah dan otak yang berceceran seperti yang ia harapkan. Air dengan cepat menyerbu masuk ke rongga hidung dan mulutnya, sangat menyengat. Kagome muncul ke permukaan air, tak lama mengambang tubuhnya diseret seseorang ke tepi sungai. Kagome terbatuk-batuk hebat karena tersedak air, rongga hidung dan saluran tenggorokannya terasa pedih. Rambut hitam legamnya yang panjang awut-awutan menutupi wajahnya.
"Kagome-sama" pekik seorang wanita yang menolongnya.
Dengan segera beberapa pelayan wanita lain yang secara kebetulan berada di tepi sungai Kiso juga berdatangan untuk menolong Kagome. Susah payah mereka menggotong tubuh lemahnya dari tepi sungai, beberapa kali para wanita itu tersungkur saat mendaki bukit untuk mencapai istana Inuyama. Setelah sampai, mereka membaringkannya di sebuah kamar di lantai bawah. Kimono basah Kagome telah diganti dengan yang baru, lumpur sungai telah dibersihkan dari tubuhnya. Selama dirawat oleh para pelayan wanita yang ada, Kagome tergeletak bagai mati. Hanya gerakan naik turun perlahan dadanya yang dapat menandakan ia masih hidup.
Tenaganya berangsur-angsur pulih dalam hitungan beberapa puluh menit, tapi tidak dengan hatinya. Kagome telah sepenuhnya sadar, tapi ia masih tidak bergerak. Tak lama, Jaken datang bukan untuk menanyakan keadaannya tapi untuk menyerbu Kagome dengan pertanyaan secara beruntun tentang keberadaan tuannya. Karena tidak ada jawaban Jaken berlalu pergi. Kagome menutup erat mata, telinga, dan mulutnya. Ia menolak kembali melihat kenyataan yang kembali dijejalkan dengan paksa untuknya akibat kata-kata Jaken, tapi tangannya yang tanpa sadar bergerak ke atas perutnya mengkhianati dirinya.
Untuk beberapa lama tangan Kagome bersemayam disana, air mata mengalir dari kedua sudut matanya yang terpejam, betapa ia merindukan tangan besar hangat yang tadi pagi menyentuh perutnya. Kagome merindukannya, Sesshoumaru. Ia merindukan satu-satunya Dai youkai penguasa wilayah, pasangannya, yang ternyata adalah kakaknya, dan Sesshoumaru juga salah satu pembunuh ibunya. Anak yang dikandungnya saat ini adalah anak dari orang yang sangat dicintai sekaligus dibenci olehnya. Getir itu sungguh tak terperi.
Kagome bangkit setelah tenaganya pulih, tanpa mengucapkan apapun ia bergegas pergi meninggalkan istana itu menuju hutan, para pelayan wanita yang telah menolongnya tidak berhasil mencegah dan menghentikannya. Hanya butuh waktu beberapa saat hingga mereka menyadari apa yang terjadi sebenarnya di atas sana, pikir Kagome. Para penjaga manusia maupun youkai yang lain kemungkinan besar akan memburunya. Kagome tidak peduli bila mereka akan menangkapnya atau membunuhnya, bila itu terjadi ia lebih memilih mati di tempat yang menjadi rumah baginya yaitu hutan.
Jejeran pohon di pembukaan hutan menyambut langkah Kagome yang timpang, matanya perih, dan siap meledakkan air mata setiap saat. Bau khas hutan di sekelilingnya saat ini hanya membuat kenangan tentang Sesshoumaru semakin menyerbu pikirannya. Bau segar hutan membuat ingatan saat ia menelusuri tubuh Sesshoumaru dengan penciumannya kembali menyeruak. Memori indah itu berubah menjadi serpihan tajam yang kembali menghujam setiap inchi tubuhnya. Putihnya awan yang mengingatkan Kagome akan kimono putih sutra teramat menyesakkan dada. Setiap apa yang Kagome lihat, dengar dan rasakan selalu membawanya kepada sosok youkai bersurai silver.
Tidak ada yang disesali Kagome selain kebodohannya sendiri. Seharusnya dia tidak terlena akan mimpi indah, seharusnya ia tidak bermimpi sama sekali, seharusnya ia tahu itu. Selamanya ia tercipta untuk tetap merendah di dalam sudut tergelap dan tidak pernah merasakan cahaya kebahagiaan dari cinta. Cinta, hal yang paling indah dan paling mematikan yang dikenalnya. Sesshoumaru orang yang ingin sekali dibunuh olehnya beberapa tahun ini telah mengorbankan diri demi menyelamatkannya, salah satu tanda cinta untuknya. Tanda cinta yang semakin menohok ulu hati Kagome yang rapuh, dan menusuk pikirannya.
Andaikan Sesshoumaru masih hidup dan terlepas dari kenyataan bahwa ia telah membunuh ibunya, mampukah ia menjalani hidup dengan Sesshoumaru sebagai pasangan walau ia telah mengetahui bahwa Sesshoumaru adalah kakaknya? Jawaban hati kecil Kagome adalah tidak. Semua pemikiran itu membuat dada Kagome bagai dihunus oleh tujuh pedang dari berbagai arah langsung menembus jantungnya yang berdegup kencang. Pilu. Semua jalan yang ia miliki menuju Sesshoumaru telah tertutup, tapi ada satu jalur yang dapat ditempuhnya agar tetap bersama orang yang dicintainya yaitu, ikut bersama kekasihnya dalam dekapan kematian.
Betapa cepat hidup berputar arah, pagi ia merasakan madu bersama Sesshoumaru dan sekarang ia harus kembali merasakan kegetiran yang akan terus melekat selama nafas masih menyambung hidupnya. Air mata kembali menggenang, ia mendongakkan kepalanya, mencium bau tetes hujan yang akan segera jatuh. Langit siang itu senada dengannya yang bermuram durja, awan-awan kelabu tebal menggantung siap melemparkan kilat dan petir yang mencekam. Hutan berisi pepohonan rindang yang dimasukinya dengan segera berubah menjadi labirin psikotik yang siap menelannya lebih jauh lagi dalam keputusasaan. Para binatang penghuni hutan menatapnya dengan mata merah darah yang siap menerkam kapan saja.
Semua mahluk hidup seakan melemparkan tatapan benci pada dirinya, kepala Kagome kembali menekuri tanah yang dipijaknya. Ia tidak peduli bila seluruh dunia membencinya kini, karena yang paling membencinya adalah dirinya sendiri, ia sangat membenci hanyou tangguh yang telah membuat ia kehilangan orang yang disayanginya. Tanpa Kagome rapuh sadari, semakin ia membenci bagian dirinya yang lain, semakin kuat bagian itu ditelan kemarahan, dan semakin kuat sang hanyou tangguh akan berusaha mengambil alih tubuhnya.
Tubuhnya terasa hampa, meski dendam yang merusak dirinya telah terbalas. Kekejaman akan selalu mewarnai hidup yang dijalaninya, dan kesengsaraan selalu teman yang setia menemaninya. Tak dapat dipungkiri bahwa itulah yang ia rasakan, seluruh dunia bagaikan memusuhinya, tak terkecuali para Kami yang menciptakannya. Nafas hanyou itu seakan terenggut walau paru-parunya masih terisi udara, Kagome seperti cangkang kosong tak bertuan, jiwa yang dulu menghuni tubuhnya ikut tertelan dengan meido bersamaan dengan menghilangnya Sesshoumaru. Berbagai pertanyaan seakan mencekik otak Kagome. Dan pertanyaan itu selalu diawali dengan satu kata : 'Mengapa?'
.
.
.
'Mengapa?'
Itu adalah pertanyaan dalam benak Sesshoumaru saat tertelan dalam meido yang hitam pekat. Mengapa harus ada kenyataan seperti ini? Kenyataan yang tidak bisa diterima, benak Sesshoumaru. Di dalam meido tempatnya berada sekarang, tidak ada satu tetes suarapun yang mengalir ke telinga sensitifnya. Tempat itu hanya penuh sesak dengan bau kematian. Sesshoumaru yang melayang telah mendarat dengan perlahan diatas sebuah jalan setapak yang baru terbentuk di bawah kakinya. Meido yang menghantam, menghantarkannya ke alam akhirat tempat para manusia yang telah mati berkumpul.
Dadanya bergejolak dengan perasaan yang asing baginya, untuk kali pertama di dalam hidupnya Sesshoumaru merasakan ketakutan. Bukan karena tempatnya berada saat ini, tapi Kagome. Apa yang terjadi dengannya? Apakah Kagome dan pewaris mereka berhasil selamat? Ketakutan, hal merusak yang hanya ada di dalam pikiran, hal yang pada awalnya di anggap konyol oleh Sesshoumaru kini menghantuinya. Ketakutan itu dengan lihai menyelinap di otaknya lalu mencekiknya, dan membuat dadanya terhimpit.
Kakinya terus melangkah, kewaspadaan tidak pernah bergulir dari puncak kesadaran Sesshoumaru walau perasaan takut menderu tak kalah kuat di otaknya. Ia benci merasa takut, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Berbanding terbalik dengan ketakutannya untuk Kagome, Sesshoumaru sangat yakin akan menemukan jalan keluar dari tempatnya sekarang. Namun bila masa itu tiba, harapan terbesarnya adalah ia dapat kembali menemui pasangannya walau itu berarti wanita yang telah melahirkannya telah tiada. Ia akan menemui pasangannya. Iya, pasangan. Kagome akan selalu menjadi pasangannya, apapun yang terjadi. Sesshoumaru tidak akan peduli pada kenyataan bahwa Kagome adalah anak dari Inu no Taisho seperti dirinya.
Jalan setapak yang Sesshoumaru lalui bertambah seiring langkahnya, terus bertambah selama kakinya melangkah. Jalan itu seakan tidak berujung, Sesshoumaru memutuskan untuk tidak membuang waktu lebih banyak lagi, dengan itu dia terbang menembus kabut tebal yang pekat oleh bau busuk mayat. Waktu yang dihabiskannya tidak boleh disia-siakan, taruhannya terlalu besar bila itu menyangkut Kagome. Ketakutannya itu membuatnya terdesak, ia harus bergegas sebelum segalanya terlambat. Kagome telah dibangkitkan oleh Tenseiga, dia tidak akan bisa lagi dibangkitkan bila nyawanya kembali terlepas dari tubuhnya.
Kimono sutra dan surainya terombang-ambing oleh angin karena kecepatan yang ditempuh Sesshoumaru, mata sang Dai youkai memicing berusaha menangkap apapun yang dapat terlihat. Jauh di penghujung tempat antah berantah itu, sebuak titik kecil cahaya terpantau oleh mata awas Sesshoumaru. Cahaya itu redup, lemah, tapi cukup untuk mengembalikan bukit harapan miliknya. Jarak antara dirinya dan titik cahaya itu berkurang, ia semakin mendekat. Tak dinyana, Tenseiga berdetak dan bergetar hebat di tempatnya tersangkut. Detakan Tenseiga menjadi sebuah pertanda baik, Sesshoumaru menambah kecepatannya.
Titik cahaya itu semakin terlihat jelas, cahaya itu tidak lebih dari besar dari sekepalan tangannya. Sesshoumaru melayang di hadapan cahaya itu, saat ia menarik keluar Tenseiga dari sarungnya disaat yang sama terdengar suara bergemuruh, sesosok mahluk besar berwarna hitam dengan satu mata di kepalanya telah muncul di belakangnya bersamaan dengan puluhan juta mayat manusia yang menggunung. Mata Sesshoumaru menyipit, mahluk besar itu bukanlah sebuah ancaman untuknya. Getaran Tenseiga mereda saat ia telah terlepas dari sarungnya, pedang itu digenggamnya kuat.
Sesshoumaru menebas mahluk itu dengan Tenseiga, seketika itu juga mahluk itu terbelah dan lenyap. Sesshoumaru membalikkan tubuhnya untuk menghadap cahaya yang kemungkinan besar sebuah portal yang menghubungkannya dengan dunianya berasal, Tenseiga kembali berdetak kuat. Dia akan menebas titik cahaya itu dengan Tenseiga, di saat Sesshoumaru hendak mengayunkan tenseiga ratusan tangan-tangan mayat merenggut kimono sutra miliknya hingga tidak ada satu inchi tempatpun yang tidak terjamah. Tangan-tangan kering, dengan kulit yang menyusut berwarna cokelat kehitaman itu mencengkram, lalu dengan kuat menarik Sesshoumaru semakin jauh dari titik cahaya.
.
.
.
Setelah otak Kagome rapuh diisi dengan bermacam-macam pertanyaan yang diawali 'mengapa' kini kepalanya dikuasai oleh 'andai saja' yang tak kalah menyiksa. Andai saja masa lalu keji tidak tertoreh di hidupnya, andai saja dirinya tidak terpecah-belah, begitu banyak pengandaian lain yang bersemayam di sel-sel kelabu miliknya. Kagome hanya bisa membenci dirinya sendiri yang tidak akan pernah dapat sembuh, perpecahan dirinya hanya akan membawa kepahitan untuknya. Dia tahu satu-satunya penawar akan perpecahan itu tak lain dan tak bukan hanyalah kematian. Lagi-lagi kematian terdengar begitu menggiurkan baginya, sudut-sudut bibir Kagome sedikit tertarik ke atas.
"Kagome-samaaaa" pekik Jaken. Dengan mudah Jaken menyusulnya "Apakah benar apa yang mereka katakan bahwa Sesshoumaru-sama.." kata-katanya menghilang di penghujung kalimat, air mata kembali mengalir di kedua mata ganjilnya.
Lidah Kagome kelu, jangankan mengatakannya, untuk memikirkannya pun ia tidak bisa. "Menjauhlah dariku" ucapnya lemah.
"Aku telah bersumpah untuk melayanimu" pekik Jaken.
"Dia telah..." kata-kata Kagome tersangkut "Sebaiknya kau pergi" nadanya lebih keras.
"Ti-tidak Kagome-sama, aku telah berjanji pada Sesshoumaru-sama bahwa aku akan melayanimu seperti aku melayaninya" ucap Jaken tersedu-sedu.
Nama yang diucapkan Jaken membuat mata Kagome berkaca-kaca "Kau tidak perlu memenuhi janjimu itu" gumamnya.
"Ti-tidak Kagome-sama, aku akan terus mengikutimu" desak Jaken.
"Kubilang pergilah! Bila kau sangat menyayangi Sesshoumaru kau seharusnya membenci diriku karena akulah penyebab kematiannya" nada yang keluar dari mulut Kagome tajam menusuk.
"A-a-apa?" Jaken tergagap.
"Itu benar, akulah penyebab kematian tuanmu itu, jadi pergilah dari hadapanku!" perintah Kagome. Kata-kata yang telah dikeluarkannya seperti lecutan cambuk api yang kembali melukai dirinya sendiri.
"Be-benarkah itu?" tanya Jaken tak percaya, ia sangat berharap apa yang baru saja di dengarnya salah.
"Pergilan Jaken!"
"Bila itu benar.." kata-kata Jaken menghilang, tangannya yang gemetear mencengkram erat tongkat kepala dua miliknya "Bila itu benar, aku tidak akan memaafkanmu. Kau harus berhadapan dengan nintojou milikku" pekik Jaken.
Belum sempat Jaken menyelesaikan kalimatnya Kagome sudah berlari menjauh. Ia memaksa kedua kakinya yang terasa lemas untuk bergerak, larinya tidak secepat biasanya tapi masih jauh lebih cepat dari manusia. Ia lari menjauh bukan karena takut atau apapun, apalagi dari Jaken. Alasan utamanya adalah ingin sendiri, tanpa ada Jaken yang menyebut nama seseorang yang ia ratapi. Karena, tanpa ada yang menyebut nama Sesshoumaru pun nama itu terus terngiang-ngiang di kepalanya.
Belum lama Kagome berhenti dari larinya ia merasakan aura youkai yang gelap dan kuat, diiringi dengan langit yang berubah semakin menjadi kelam. Tanpa suara, sesosok pria muncul dari kegelapan.
Pria itu berambut panjang bergelombang, seperti kebanyakan youkai lainnya, kedua iris matanya merah darah sewarna dengan garis tipis di kelopak matanya. Sosok tinggi tegap yang muncul tak jauh di depan Kagome itu mengenakan jubah putih yang terbuat dari kulit bulu baboon.
"Kagome" sebuah suara lembut yang dikenalnya terdengar muncul disamping sosok pria itu.
"Kanna?" Kagome hanya sedikit menoleh.
"Sudah tiba saatnya" suara lembut Kanna terdengar datar. "Ikutlah bersama kami" ajak Kanna.
Kagome tersenyum lemah "Ikut bersama kalian?" kepalanya kembali tertunduk.
"Kau terlahir untuk menguasai seluruh wilayah" suara dalam dan berat hampir seperti milik Sesshoumaru membuat Kagome mengangkat kepalanya.
"Siapa kau?" tanya Kagome.
"Namaku Naraku, dan aku sama sepertimu"
Kagome dapat merasakan aura youki dari pria yang mengaku bernama Naraku, youki yang dimilikinya berbeda dari para youkai "Kau hanyou heh?"
Naraku mengangguk kecil "Kita hanyou, selalu menjadi penyimpangan bagi mereka. Tapi sistem itu akan berakhir dengan adanya dirimu, kau dapat merubahnya karena kaulah satu-satunya penguasa saat ini"
"Aku?" dia tertawa ironi.
"Iya, kaulah Shikon itu"
"Shikon? Aku tidak mengerti maksudmu" ucapnya tak acuh. Bagi Kagome yang saat ini setengah hidup, semua terasa tidak penting lagi.
"Tubuh setiap mahluk diisi dengan empat jiwa, semua yang ada di alam semesta ini. Manusia, youkai, hanyou, hewan, pohon, bahkan bebatuan" ujar Kanna.
"Yu, shin, chi, ai" suara Kagome hanya sebatas bisikan.
"Ara-mitama atau Yu adalah perlambang keberanian. Nigi-mitama atau Shin, perlambang Persahabatan. Kushi-mitama disebut juga Chi, adalah kebebasan, dan Sai-mitama atau Ai perlambang dari cinta dan kasih sayang. Shikon adalah perpaduan semua itu, shikon juga dasar dari karakter dari seluruh manusia. Dan di dalam dirimu, Shikon yang kuat itu menyempurnakan aliran youki besar yang diturunkan oleh Penguasa Wilayah Barat yang terdahulu Inu no Taisho, ayahmu" tatapan mata Kanna yang menatapnya seakan kosong.
Pada kenyataannya Kagome mengerti hal itu, bagaimana tidak, karena ibunya adalah miko dari ajaran Shinto. Hanya saja ia merasa tidak mempunyai Shikon kuat yang Kanna katakan. Pikirannya teralih saat mendengar nama penguasa wilayah Barat disebut, Kagome terbawa kenangan masa lalu, saat usianya masih kecil ia selalu menanti pertemuan dengan ayahnya. Pertemuan di waktu yang tepat, itulah yang telah dijanjikan kedua orang tuanya. Mereka akan berkumpul, saat keadaan sudah menjadi tenang. Sayangnya, keadaan tenang yang mereka janjikan itu tidak akan pernah terjadi di hidup mereka bertiga.
Ia sempat sangat membenci ayahnya karena mengira ia telah menelantarkan mereka. Kagome mengira ayahnya meninggalkan ibunya lantaran sang ayah membenci dirinya yang seorang hanyou. Sebuah penyesalan lain kini merundung hati Kagome, ternyata yang dilakukan ayahnya selama ini adalah melindunginya, bukan menelantarkannya. Satu-satu orang yang ia pikir telah membunuh ibunya ternyata sangat menyayangi mereka. Sang ayah, orang yang selama ini diburunya, orang yang dipersalahkannya atas kematian sang ibu ternyata harus meregang nyawa demi mereka.
Selain penyesalan atas prasangka buruknya kepada ayahnya, selama ini Kagome sempat membenci dirinya sendiri karena telah membunuh para penguasa wilayah yang ia duga ayahnya. Tapi, bila apa yang di dengarnya dari ibu Sesshoumaru itu benar adanya, maka apa yang ia rasakan itu adalah suatu kesia-siaan. Sebab, ketiga penguasa wilayah lainnya pantas mendapatkan balasan darinya. Merekalah yang telah menyebabkan kematian ayahnya yang juga secara tidak langsung menyebabkan kematian ibunya.
Perhatian Kagome kembali dibetot oleh suara youkai kecil temannya itu. "Kaulah perpaduan Shikon terkuat, di dalam tubuhmu berpadu dua kekuatan dahsyat yang saling melengkapi. Shikon itu tercipta karena Reiki dan Youki besar yang dimiliki kedua orang tuamu mengalir di dalam darahmu".
"Reiki dan Youki" bisik Kagome lebih kepada dirinya sendiri.
Bila benar Inu no Taisho adalah Otou-san seperti yang diucapkan oleh ibu Sesshoumaru, maka semua itu masuk akal. Youki besar yang dimilikinya berpadu dengan Reiki besar yang dimiliki Okaa-san, keduanya terkandung di dalam diriku, mungkin karena itulah sebab perpecahan diriku dan bukan karena kematian Okaa-san. Bila itu benar kekuatan dahsyat yang Naraku bicarakan, mengapa aku merasa itu hanyalah sebuah kutukan?
"Kaulah penguasa yang telah diramalkan sejak dahulu, kaulah pemilik Shikon no tama. Kehancuran youkai ada di tanganmu Kagome"
"Shikon? Ramalan? Penguasa wilayah? Aku tidak peduli itu semua. Aku tidak tertarik kekuasaan, atau apapun" sudah tidak ada lagi yang aku ingin kan di dunia ini.
"Apakah kau telah melupakan perbuatan mereka?" Naraku berhenti sejenak "Para youkai itu telah menyebabkan kematian ibumu, mereka yang mempersulit hidupmu. Mereka menghinamu, memburumu, tak jarang beberapa ingin memakanmu. Sebagian hanya karena demi memuaskan kebutuhan alami mereka dan sebagian kecil karena mereka mengetahui isi ramalan itu, seorang hanyou akan mengambil tampuk kekuasaan dan menghabisi seluruh youkai yang ada".
"Kaulah yang telah mengalahkan para penguasa wilayah, kaulah hanyou yang diramalkan".
"Aku meragukan itu. Aku bukanlah dia yang kau cari, aku tidak menghendaki kemusnahan seluruh youkai."
"Dengan satu permintaan pada Shikon kau dapat menaklukkan dunia, dengan itu kau dapat membuat dunia menjadi lebih baik tanpa ada youkai yang memburu para hanyou" bujuk Naraku.
Pikiran tentang merubah dunia menjadi lebih baik sempat memantik keinginan kecil di hati Kagome, mungkinkan ia dapat melakukan itu agar tidak ada lagi hanyou yang mengalami nasib seperti dirinya? Tapi ia sudah terlalu lelah dengan semua yang dialaminya, lagipula ia tidak yakin bahwa dirinyalah yang sedang mereka bicarakan. Ramalan, Shikon yang memiliki kekuatan untuk mengabulkan permintaan yang dapat membuat dunia lebih baik, kehancuran youkai, tidak masuk dalam otaknya saat ini.
"Dendamku telah terbalaskan, tidak ada lagi yang aku inginkan di dunia ini." Kagome melengos pergi.
"Kagome" bisik Kanna memanggilnya.
Kagome tidak berhenti maupun menoleh, ia terus berjalan sampai langkahnya dihentikan oleh pagar hidup dari puluhan youkai berwujud manusia yang menghadangnya setelah Kanna dan hanyou yang baru pertama kali ditemui Kagome menghilang dari pandangannya. Di baris terdepan berdirilah Kaguya, dengan senyum bengis yang menghiasi wajah cantiknya.
"Aku sudah mengetahui apa yang terjadi. Kau benar-benar si penghancur yang diramalkan, kau ingin menguasai wilayah sepenuhnya ya kan? Kau bahkan tega membunuh dua Dai youkai wilayah Barat, kau membunuh Sesshoumaru dan ibunya!"
Rahang Kagome terkatup kuat karena geram. Wanita dihadapannya yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi berani benar menyalahkannya, belum lagi ia sudah sangat muak mendengar ramalan sial yang sudah di dengarnya tiga kali di hari ini. "Apa maumu?" tanya Kagome rapuh.
Kaguya tertawa keras "Tentu saja kematianmulah yang aku inginkan" suara Kaguya geli menahan tawa "Tidak hanya aku saja yang menghendaki kematianmu, tapi seluruh youkai yang tersebar di tanah ini. Tidakkah kau lihat bahwa aku telah membawa beberapa dari mereka yang dengan senang hati mengoyak isi perutmu" Kaguya menyeringai sadis.
Tawa Kaguya diikuti oleh youkai-youkai lainnya "Aku akan dengan senang hati membuat kepalamu sebagai hiasan di sarangku, hanyou" kata youkai yang berbadan manusia namun memiliki wajah dan tubuh seperti banteng dari pinggang ke bawah.
"Suatu kesenangan tersendiri bisa membuat cakarku ini bermandikan darah tercemarmu itu" kata youkai yang bertubuh manusia yang memiliki kepala besar botak melonjong dengan ganjil dihiasi tiga helai rambut di puncaknya.
Saat ia berpikir untuk menyerahkan diri lalu mati begitu saja di tangan para youkai yang membencinya Kagome merasakan tarikan hebat dari dalam tubuhnya, tarikan itu tidak dapat ditepisnya. Ia memejamkan mata, tubuhnya memanas. Kagome rapuh kembali tertelan di dalam istana imajinari jauh di dalam alam bawah sadarnya, dan digantikan oleh keberadaan hanyou tangguh. Posisi berdirinya tidak lagi lunglai, tinggi Kagome seakan bertambah beberapa centimeter.
Ia berdiri tegap penuh kepercayaan diri, dagunya terangkat "Kalian hanya mengantarkan nyawa" jawab Kagome dengan mantap.
"Ck, kau terlalu percaya diri hanyou busuk!"
Kedua taring Kagome mengintip dari seringaian yang merekah di wajahnya "Aku tidak perduli dengan ramalan, penguasa wilayah, tapi aku akan bersedia mengabulkan keinginan kalian untuk pergi ke alam lain".
"Kau sudah sangat siap mati heh hanyou sial?" tanya Kaguya cepat.
"Terserah kalian bila ingin mencoba membunuhku, tapi aku tidak akan menyerah dengan mudah" ia mencabut Yoarashi dari obi-nya, posisinya telah sangat siap menerima serangan apapun.
"Baiklah kalau begitu" ia meraih jepit rambut emas di kepalanya, jepit itu berubah menjadi pedang dalam waktu singkat. "Kau akan mati oleh kami semua. Walau aku tidak akan menikmati pertarungan satu lawan satu denganmu, aku masih akan menikmati untuk mencabik-cabik tubuh kotor itu!" Kaguya sudah berlari mendekat.
Pedang Kaguya menjulur, berusaha menusuk tubuh Kagome, tapi sasarannya berhasil menghindar dengan mudah, serpihan tanah terpental ke berbagai arah terkena hantaman pedang emas Kaguya. "Apakah kau bercanda?" Kagome tertawa kecil di sela-sela gerakannya yang terlihat tanpa beban "Apa yang kau incar Kaguya? Tanah?"
"Sialan kau!" Kaguya menoleh ke belakang "Cepat serang!" perintah Kaguya kepada para youkai yang lain.
Mereka berlarian, menyerang secara bersamaan. Dengan mudah Kagome memukul mundur puluhan diantara mereka dengan satu sapuan petir Yoarashi. Tiga diantaranya yang terlihat sangat mengancam tidak bergeming dengan serangan Kagome. Salah satunya adalah youkai naga tinggi besar lengkap dengan baju tempur, seluruh tubuh kehijauannya dilapisi sisik. Youkai naga itu membawa perisai yang berbentuk setengah lingkaran yang membentuk kekkai untuk melindungi kedua youkai lain disampingnya.
"Hanya itukah kemampuanmu?" tanya sang youkai naga.
"Ck, bukankah seharusnya aku yang bertanya, serendah itukah kepercayaan diri kalian hingga menyerangku secara bersamaan"
"Kata-katamu tidak akan mempengaruhi kami hanyou" youkai berkepala banteng mengayunkan gadanya.
Tanah yang dipijak Kagome hancur, dengan sigap ia melompat. Hampir saja ia tertelan oleh lubang dalam yang tiba-tiba muncul di kakinya karena hantaman merembet yang menghancurkan dari gada si youkai berkepala banteng. Belum lama Kagome menjejakkan kaki di tempat aman Kaguya dengan pedang emasnya menyerangnya dari belakang.
"Mati kau!" teriak Kaguya.
Kagome menghindar, cukup cepat sehingga pedang itu tidak menembus tubuhnya tapi cukup terlambat sehingga lengan kirinya tersayat oleh pedang Kaguya. "Sial" ia meneliti lengan kirinya yang tergores, kimono putih yang dipakainya kini dihiasi warna merah segar yang semakin lama semakin melebar. Rasa perih mulai menyengat di tempat yang tersayat, tapi Kagome meringis pun tidak. "Tidak ada lagi main-main" ia mengumpulkan youki di Yoarashi, kilatan petir bermunculan di bilah pedang.
"Terima ini" Kagome setengah berteriak. Petir yang dikeluarkan Yoarashi membentur petir yang dikeluarkan dari mulut youkai berkepala lonjong besar. Serangan Kagome tidak dapat menyentuh keempat youkai itu.
Kaguya tertawa "Hanya itukah kemampuan yang dapat Yoarashi keluarkan?"
Kedua sudut alis Kagome bertautan "Berisik!" dia mengalirkan lagi Youkinya. Yoarashi terayun, ledakan petir dilayangkan. Tapi tidak terjadi apa-apa, serangan petirnya diserap oleh perisai sang youkai naga.
Mata Kagome terbelalak, "Menghilang!?"
"Sekarang giliranku" ucap sang youkai naga. Dia mengangkat perisanya, mengarahkannya kepada Kagome. Ledakan petir Yoarashi yang tadi diserapnya, kini dimuntahkan kembali untuk menyerang sang pemiliknya.
"Brengsek" Kagome melompat dengan lincah, serangan petir Yoarashi tidak menyentuhnya tapi saat dia melompat keudara disaat itulah petir dari youkai berkepala besar menghantam tubuhnya.
Kagome terpental jauh kebelakang, belum sempat Kagome terjerembab ke tanah, Kaguya sudah menunggunya dengan pendang yang menghunus. Kagome membalikkan badan di udara tapi ia tidak dapat mengelak sepenuhnya, pedang emas Kaguya berhasil merobek sisi kiri tubuhnya. Kagome tersungkur mencium tanah, seluruh tubuhnya tersengat oleh rasa sakit yang dahsyat. Tubuhnya masih dialiri oleh percik listrik musuhnya, daging di pinggangnya tercabik cukup dalam.
"Ternyata mudah sekali mengalahkanmu hanyou" ucap Kaguya di antara tawanya yang melengking.
Nafas Kagome tersengal-sengal, ia hanya bisa memejamkan mata. Kali ini Kagome si hanyou tangguh pun mengernyit menahan rasa sakit, sakit yang ia rasakan berasal dari seluruh tubuhnya, namun rasa sakit yang terbesar berpusat di perut bagian bawahnya.
"Bukankah terlalu cepat untuk merasa senang?" suara berat terdengar, Naraku dan Kanna muncul di belakang Kagome.
"Siapa kau? Kau ingin mati juga rupanya?" Kaguya bertanya.
"Dia juga hanyou" kata youkai berkepala dan berkaki banteng dengan suara monsternya.
"Hanyou?" si youkai berkepala besar berkata dengan geli.
"Dia juga harus mati!" ucap youkai naga.
"Kau ingin menghabisiku?" nada hanyou jantan itu mencemooh.
Naraku tertawa, tawanya berat, terdengar keji dan mengerikan. Dengan tenang ia melangkah mendekati keempat youkai itu. Keempat youkai bersiap melakukan serangan mematikan. Youkai berkepala besar membuka lebar mulutnya, percik listrik berbentuk bulatan kecil terkumpul di mulutnya, semakin lama semakin besar. Youkai naga mengangkat perisai untuk melindung teman-temannya, sedangkan Kaguya mengaliri pedangnya dengan ledakan youki. Youkai berkaki banteng memutar-mutar gada besarnya, siap membuat retakan tanah untuk menelan hanyou yang ada di hadapannya.
"Kau akan menyesal telah dilahirkan, hanyou" ucap Kaguya penuh percaya diri dengan suara sopranonya.
"Menyingkirlah Naraku, kau akan mati sia-sia" Kagome mengangkat tubuhnya, dengan menggunakan Yoarashi sebagai penopang dia bangkit berdiri.
"Perhatikan Kagome!" bisik Kanna yang tak jauh berada di belakang Kagome.
Saat Naraku semakin dekat dengan mereka disaat itulah keempat youkai itu memuntahkan serangan secara serempak. Mantel putih yang terbuat dari kulit bulu bison yang menyelimuti Naraku terkoyak saat ledakan youki Kaguya menjamahnya, beberapa sulur dengan cepat merayap keluar dari tubuh Naraku yang dibalut dengan kimono berwarna keunguan, sulur-sulur miliknya berusaha meraih keempat youkai tersebut. Petir dari mulut youkai berkepala besar menghancurkan sulur-sulur Naraku yang berwarna cokelat kehijauan, sulur-sulur Naraku tercecer diantara keempatnya.
Youkai banteng menghantamkan gada miliknya ke tanah, retakan tanah dengan cepat menjalar ke tanah hingga membuat tanah di bawah kaki Naraku terpecah. Dengan mudah Naraku melompat ke tempat aman yang semakin mendekati mereka. Keempatnya diselimuti oleh kekkai yang dibuat oleh perisai sang youkai naga, namun sulur-sulur Naraku dapat menembus kekkai tersebut. Pedang Kaguya menebas ke berbagai arah, berusaha menghalau sulur yang kini menyelubungi mereka.
Sulur itu terkoyak-koyak oleh pedang Kaguya. Wanita itu menyeringai senang saat terus-menerus mencacah sulur yang berusaha meraih dirinya. Keempat kaki youkai itu dikelilingi oleh tumpukan sulur dari berbagai macam warna dan bentuk milik Naraku. Tawa Naraku kembali bergema, ia menghentikan serangannya. Belum sempat keempat youkai itu menyatakan kemenangannya, mereka terperanjat saat tubuh mereka terkurung. Sulur-sulur Naraku yang telah hancur dan tercabik-cabik bergerak dengan cepat, sulur itu menjadi utuh kembali dan mengelilingi keempat youkai itu bagai sebuah kepompong besar yang berlendir dan menjijikkan.
"A-apa ini!?" Kaguya mengayunkan pedangnya dengan panik, sulur itu tidak lagi dapat ditebas olehnya. Satu sulur baru berhasil melilit seluruh tubuhnya dari ujung kaki hingga ke leher, membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain berjuang untuk terus bernafas.
"Akan kucoba menghancurkannya" ucap si youkai kepala besar. Petir yang dikeluarkan dari mulutnya pun tidak mempan. Sebagai gantinya teman-temanyalah yang tersengat oleh serangan petirnya, tidak terkecuali dirinya.
"Argh, kau hanya mengacau" dengan gada besar miliknya sang youkai banteng menyerang temannya sendiri yang telah menyengatnya dengan petir.
"Hentikan kalian berdua!" titah youkai naga.
"Akan kuhancurkan tanah, agar kita bisa terbebas dari sulur menjijikkan ini" tegas si youkai banteng. Baru saja ia hendak mengayunkan gada miliknya, disaat itulah sebuah sulur melilit tangan, dengan cepat menutup mulutnya dan mengikat seluruh tubuhnya.
Sulur-sulur baru Naraku melilit masing-masing tubuh itu di dalam kurungan, tak lama waktu yang diperlukan untuk membuat keempatnya terbungkam. Dengan perlahan namun pasti tubuh mereka luluh dan diserap oleh Naraku. Seluruh kekuatan keempat youkai itu kini telah resmi dimiliki oleh Naraku.
"A-apa yang dilakukannya?" Kagome tidak benar-benar bertanya pada Kanna, ia tahu apa yang berlangsung, hanya saja ia tidak pernah melihat yang mengerikan seperti itu sebelumnya.
Kedua mata Kagome terbelalak ngeri melihat pemandangan yang disaksikan olehnya. Wajah naraku terlihat sangat tenang, tapi sorot matanya bengis saat menatap kepompong sulurnya sedang melahap keempat youkai tersebut. Lagi-lagi Naraku tertawa, tawa kemenangannya membuat Kagome bergidik. Setelah semua youkai telah bersatu dengan dirinya, Naraku membalikkan badan menghadap Kagome. Sulur-sulur telah kembali masuk kedalam tubuhnya, kini ia terlihat seperti pemuda tampan normal dari kalangan atas yang mengenakan kimono mewah.
"Mereka pantas mendapatkannya" ucap Naraku selagi menatap Kagome.
"Ikutlah bersama kami Kagome"
Kagome tidak butuh waktu untuk menimbang-nimbang keputusan. "Tidak" tekadnya bulat, ia kembali menaruh Yoarashi di obinya.
"Mengapa?" tanya Kanna.
Tangan kanan Kagome masih membekap pinggang kirinya yang tersayat, rasa sakit dan darah yang mengalir telah mereda. Ia menatap lukanya sebentar sebelum menjawab "Aku lelah" jawabnya pendek. Kagome membalikkan badan, ia mulai menyeret kakinya untuk pergi saat Naraku berkata.
"Kau tidak memberiku pilihan lain" suaranya terdengar penuh intrik.
Radar bahaya yang dimiliki Kagome meningkat, sulur Naraku hampir saja menembus dadanya. Kagome melompat ke samping, "Sial! Apa yang kaulakukan?"
"Aku akan memiliki Shikon itu, dengan mudah aku akan menemukan Shikon no tama di onggokan dagingmu" beberapa sulur Naraku kembali meluncur ke arah Kagome "Bila kau tidak menginginkan permata tersebut, maka akulah yang akan menjadi hanyou yang telah diramalkan."
Dengan mudah, Kagome menebas sulur-sulur yang berusaha menyambar tubuhnya dengan Yoarashi. "Jangan sentuh aku dengan sulur menjijikkanmu itu!"
"Betapa bodohnya dirimu yang masih meratapi kepergian pembunuh ibumu" Naraku tertawa. Ledakan petir dari Naraku mengincar Kagome, tapi dengan lihai hanyou cantik itu menghindar "Selain itu, pasanganmu telah mati. Tidak akan ada yang dapat selamat dari meido, tak terkecuali Sesshoumaru. Selamanya ia tertelan di alam akhirat"
Kalimat yang baru saja diucapkan Naraku telah resmi membuatnya menjadi lawan di mata Kagome. "Kau!?" Sebuah sulur menjalar di betis Kagome, tapi hanya untuk sesaat sebelum Yoarashi memotongnya. Kagome melompat mundur menjauh dari sulur yang berserakan di sekelilingnya.
"Mengapa aku tahu Shikon itu di dalam tubuhmu, mengapa aku tahu Sesshoumaru adalah pasanganmu?" pertanyaan retoris, tawa kecil kembali terselip dari mulut Naraku. "Sama seperti kau mengetahui ayahmu adalah salah satu dari penguasa wilayah, kemana penguasa wilayah yang menjadi sasaranmu berikutnya bergerak, bagaimana kau mengetahui tempat dimana para penguasa yang kau bunuh itu berada..."
Hanyou tangguh yang sedang mengambil alih tubuh Kagome pun dapat merasakan keletihan yang teramat sangat, dadanya naik turun dengan cepat. Satu nama meluncur dari bibirnya "Kanna?" tentu saja, cermin Kanna!
Tawa Naraku semakin menjadi-jadi, "Kanna, satu-satunya temanmu itu adalah bagian dari diriku. Akulah yang telah menciptakannya. Selama ini akulah yang telah menolongmu. Tanpa Kanna, kau tidak akan dapat membalaskan dendam untuk kematian ibumu. Karena itu kau berhutang banyak kepadaku Kagome" seringaian Naraku terlihat penuh muslihat "Karena itu, bergabunglah bersamaku. Mari kita kuasai tanah ini"
"Itu hanya akan terjadi di dalam mimpimu, itu pun kalau kau masih bisa bermimpi"
Satu ayunan mantap Yoarashi menghasilkan ledakan petir besar yang Kagome arahkan kepada Naraku. Sebuah kekkai berwarna merah muda menyelimuti tubuh Naraku, ia melayang di udara tak tersentuh. Sulur-sulur Naraku yang berada di luar kekkai terpecah-belah untuk sesaat sebelum kembali menyatu seperti semula bagai tidak tersentuh oleh serangan apapun.
Lutut Kagome lemas, tenaganya semakin terkuras habis setelah mengalirkan youki ke Yoarashi. Tapi Kagome tidak menyerah, ia berlari lalu melompat tinggi untuk menyerang Naraku dari udara. Namun lagi-lagi serangannya itu percuma, petir Yoarashi bagai tidak dapat melukai tubuh Naraku yang dilindungi oleh kekkai dan terus-menerus kembali utuh.
Tawa mengejek teredam dada Naraku "Kau hanya akan membuang-buang tenagamu Kagome, dan itu tidak akan baik untuk janin di dalam kandunganmu"
Kedua alis Kagome semakin berkerut di tengah. "Berisik!" teriaknya.
Kagome mengayunkan lagi Yoarashi, tidak dengan aliran youki karena butuh beberapa saat untuk mengembalikan tenaganya yang telah terkuras. Sulur-sulur Naraku menyambutnya, beberapa berhasil ditebas oleh Kagome. Celakanya, sulur-sulur lain berhasil menangkap pergelangan tangannya, sulur yang lebih kecil melilit Yoarashi lalu merebutnya begitu saja dari genggaman tangan Kagome. Beberapa sulur yang lain mencengkram pergelangan kaki Kagome lalu menariknya jatuh ke tanah dengan hentakan yang keras. Ia terjerembab dengan punggung menghantam tanah, dengan itu pula kesadaran Kagome meninggalkannya.
Tak lama kesadaran telah direngkuh kembali oleh Kagome rapuh. Sang hanyou tangguh, bagian dirinya yang lain telah kembali tertelan di dalam tubuhnya. Yang pertama dilihat Kagome rapuh saat membuka matanya adalah sulur-sulur yang saling menjalin di sekelilingnya, ia terkurung. Satu sulur merayap di kakinya, melingkari tubuhnya, gerakan sulur-sulur itu lebih cepat dari ular manapun. Sulur paling besar yang melilit tubuhnya itu bagaikan lintah raksasa yang siap menyedot habis kehidupan yang dimilikinya.
Kagome tidak mempunyai banyak waktu untuk berpikir, dada dan tangannya terasa hangat. Rasa hangat yang dirasakannya itu meningkat, semakin menyengat hingga terasa membakar. Disela-sela sulur yang menghimpitnya ia bisa melihat cahaya merah muda keunguan yang bersinar. Rasa hangat di tubuhnya itu diselimuti dengan aliran kuat yang berbeda dengan youki yang dimilikinya, kekuatan yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata bahkan oleh dirinya sendiri. Yang pasti kekuatan itu begitu mendesak, dan hendak meledak.
Secara refleks Kagome memejamkan matanya saat ledakan kekuatan panas yang dirasakannya membuat sulur-sulur yang mengikat tubuhnya itu lenyap bagai kertas yang dilahap oleh api. Kekuatan Kagome yang menghanguskan sulur Naraku itu merambat secepat kilat kepada si pemilik, tubuh bagian bawah Naraku telah tandas dalam satu kedipan mata. Kedua mata Naraku terbelalak lebar, ekspresinya yang selalu dihiasi seringaian optimis telah tertelan oleh kengerian akan akhir hidupnya. Kini hanya bagian pinggang ke atas lah yang tersisa dari Naraku, bagian tubuhnya itu melayang di udara.
"Wanita brengsek" Naraku berkata.
Naraku tidak begitu saja menerima kekalahannya, sebuah benda seperti tangan belalang berwarna kecoklatan keluar dari balik punggungnya. Keempat tangan itu dengan mudah menarik Kanna ke dalam dekapan Naraku, namun bukan pelukan hangat yang ingin Naraku berikan kepada youkai ciptaannya itu namun akhir dari keberadaannya di muka bumi. Kanna tidak bergerak, ia tidak berusaha membebaskan diri sama sekali. Youkai kecil itu terlihat hampa seperti biasanya, kedua tangan masih melingkari cermin bulat dengan tepi keperakan miliknya ketika tubuhnya diserap oleh Naraku, perlahan tapi pasti tubuh youkai kecil itu menghilang.
"Kanna" suaranya lirih, Kagome rapuh yang masih terduduk di tanah.
Tawa pria setengah siluman itu kian lantang terdengar "Kau tidak bisa lari dariku" suara Naraku berat dengan ancaman.
Kagome memaksakan lutunya yang lemah untuk kembali menopang tubuhnya. Ketika ia berusaha untuk menegakkan tubuh disaat itulah sengatan rasa sakit yang hebat seakan merobek tubuhnya menjadi dua. Tubuhnya membungkuk dengan ganjil. Kedua tangannya memeluk perut bagian bawahnya, disanalah pusat rasa sakit yang melumpuhkannya berasal. Kagome merintih, perutnya seakan diremas oleh tangan tak kasat mata secara keji. Seluruh wajahnya berkerut di tengah, ia kembali ambruk di tanah. Darah mengalir dari daerah kewanitaannya, ke paha, hingga ke betisnya, cairan merah itu membasahi kimono putih Kagome.
Melihat mangsanya yang melemah karena sebab yang tidak jelas Naraku tidak peduli, ia tidak membuang-buang waktu, sulur-sulur Naraku kembali mencengkram kedua pergelangan kaki Kagome. Kali ini Kagome tidak dapat berkutik, ia terjerat oleh sulur yang mengikatnya erat dari ujung kaki hingga leher. Naraku sedang menimbang-nimbang bagaimana ia mendapatkan Shikon no tama yang ada di tubuh Kagome, apakah dia harus mencabik-cabik tubuhnya? Lalu mencari di setiap onggokan daging tempat Shikon itu kemungkinan berada?
Atau, apakah keadaan Kagome yang melemah membuatnya cukup aman untuk dilumatnya lagi menggunakan sulur seperti yang ia lakukan tadi? Bila kali ini reiki Kagome menyerangnya lagi, Naraku tahu dia tidak akan selamat lantaran tidak ada lagi youkai yang dapat diserap demi memulihkan kekuatannya. Pada akhirnya Naraku memilih cara pertama, lebih baik mencari Shikon di onggokan-onggokan kecil daging daripada membahayakan keselamatannya.
Sulur yang melilit tubuh Kagome semakin erat, ia memejamkan mata. Isakan keluar dari mulutnya, jangankan untuk meronta, untuk menarik nafas saja terasa sangat sulit baginya. Seluruh tulangnya sebentar lagi akan berderak patah, dia telah sampai di tepi batas. Nafas terakhir hampir meninggalkan tubuhnya, disaat seperti itu sebuah nama dilantunkannya di dalam hati. Nama sang pujaan hati, Sesshoumaru~
Di waktu yang sama ledakan youki berwarna biru menghantam Naraku, sulur yang melilit Kagome terlepas bersamaan dengan terhempasnya Naraku ke tanah. Tubuhnya telah banyak mengeluarkan darah, lagi-lagi Kagome kembali terenggut dari kesadarannya. Sosok yang didominasi warna putih dan silver muncul tak jauh dari Kagome, disaat itulah pandangannya mulai kabur dan akhirnya gelap gulita.
Naraku bangkit, dia dan Sesshoumaru bertukar tatapan dingin dan menusuk. "Kau, hanyou?" Sesshoumaru berkata datar. Naraku yang dulu diingatnya adalah manusia bernama Onigumo. Seorang jendral kepercayaan Tokugawa, sama halnya pemuda bernama Nobuyasu bagi Sesshoumaru.
"Ternyata kau masih mengenaliku Sesshoumaru" Naraku menyeringai. "Terlahir menjadi manusia hanyalah suatu kesialan bagiku, selamanya aku akan terus mendapatkan perintah. Karena itu aku menjual tubuhku kepada para youkai lemah untuk mendapatkan kekuatan yang kuinginkan"
"Menjadi jenderal kepercayaan Tokugawa tidak cukup bagimu"
"Tokugawa.." mata Naraku sedikit menerawang "Dia hanyalah youkai yang bodoh. Begitu mudah di pengaruhi untuk membunuh ayahmu, tapi terlalu lemah karena cinta untuk membunuh satu miko yang ia sayangi. Tapi kau dan ibumu sudah melakukannya lebih dulu"
"Kau adalah dalang dibalik semuanya, kau pula yang menghasut Tokugawa untuk membunuh ayahku" sebuah pernyataan dari Sesshoumaru. "Aku akan membunuhmu" ucap Sesshoumaru.
"Kau benar, itu adalah sebuah keberhasilan bagiku. Tokugawa begitu mudah untuk dipengaruhi, dan sama seperti dirinya, kedua penguasa wilayah yang lain pun tak kalah bodoh dengan Tokugawa. Mereka bersatu untuk menentang ayahmu. Dengan kepergian ayahmu aku lebih dekat selangkah dengan apa yang aku harapkan, kekuatan yang tak terbatas dari Shikon no Tama"
"Shikon no Tama" ucap Sesshoumaru sambil mengikuti pandangan Naraku yang beralih kepada Kagome yang tergeletak di tanah tak jauh di belakangnya.
Ramalan yang diucapkan Bokuseno, Odachi yang diperuntukkan bagi dia yang memiliki reiki dan youki. Seorang hanyou yang dapat memusnahkan seluruh eksistensi youkai. Penguasaan wilayah seutuhnya oleh satu orang. Kemunculan Shikon no Tama yang dipercaya suatu saat nanti , Shikon yang dapat memberikan kekuatan tak terbatas bagi siapapun yang memilikinya. Benang kusut itu telah terurai. Mudah bagi Sesshoumaru untuk menangkap maksud Naraku, Kagome adalah pemilik Shikon. Shikon bagian dari ramalan yang disebutkan oleh Bokuseno dan ibunya, kekuatan tak terbatas.
"Kau membunuh ayahku demi mendapatkan Kagome. Dan sekarang kau ingin memanfaatkannya" suara Sesshoumaru terdengar mematikan.
"Kau sangat menyayanginya, sebagai adik atau pasangan?" tanya Naraku nadanya bagai menahan tawa "Dia terlalu keras kepala untuk tunduk kepadaku, aku akan mencari Shikon itu sendiri dari serpihan tubuhnya" sulur-sulur Naraku menggapai Sesshoumaru, dengan mudah memerangkapnya.
Cahaya youki kebiruan Sesshoumaru menyembul dari sela-sela sulur sebelum kepompong sulur itu meledak. wajah Sesshoumaru yang dingin terlihat lebih kejam saat berhasil terlepas dari kurungan sulur menjijikkan Naraku. Matanya memicing, rahangnya mengeras. Sesshoumaru mengangkat pedangnya secara horizontal sebatas dada, aliran youki yang melimpah ruah membuat seluruh kimono dan surai silvernya terombang-ambing. Aliran youki itu membentuk naga besar berwarna biru cerah di sekeliling Sesshoumaru.
"Dia milikku" suara baritone Sesshoumaru yang berat terdengar penuh ancaman. Aliran youki dahsyat berbentuk naga itu dengan mudah melahap habis tubuh Naraku bersamaan dengan area besar hutan yang ikut hancur oleh serangan naga dari Bakusaiga.
.
~To Be Continued~
.
End Notes : Maaf, ibu Sesshoumaru di chapter 18 kemarin kebangetan jahatnya, kadang gak bisa ngindar untuk bikin satu karakter jd antagonis. Meido yang dipakai ibu Sesshoumaru itu sebenernya cuma portal dari kalung pemberian Inupapa utk ngebuka jalan ke alam akhirat agar Sesshoumaru bisa nguasain Meido Zangetsuha dari Tenseiga, coba liat di anime Inuyasha Final Act Episode 9.
04/06/2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top