Chapter 18 - Sweet Sacrifice
Reminder, again : Fic ini ditulis 5 tahun lalu tanpa mengenal sedikit PUEBI dan KBBI. This is a mess.
.
BSOF
.
Mereka bertiga menjejakkan kaki disebuah pelataran luas istana yang pondasinya kokoh ditopang oleh susunan batu yang berdiri megah. Di kanan kiri halaman istana itu ditumbuhi beberapa jenis pohon yang mempercantik pemandangan dengan nuansa tembaga musim gugur. Perjalanan yang ditempuh mereka sangat cepat, malam belum larut.
Dua penjaga yang berjaga di pintu masuk istana Inuyama tercengang oleh kedatangan mereka. Kedua manusia penjaga menyambut dengan kikuk, salah satunya bergegas ke dalam setelah membungkuk pamit. Kagome bertanya-tanya dalam hati, bila Sesshoumaru bisa berpergian secepat itu mengapa selama ini dia senang berjalan lambat di dalam hutan? Mungkinkah karena dia senang berada di alam bebas?
Mereka bertiga masuk ke ruangan utama yang dinding kertasnya di kelilingi oleh lukisan cantik gunung Fuji. Pelayan-pelayan wanita datang menyediakan minuman, Kagome dan Jaken duduk dengan tenang, sedangkan Sesshoumaru berdiri di ambang pintu yang menghubungkan ruangan mereka berada dengan taman di bagian sisi istana.
Indah adalah kata yang tepat untuk melukiskan istana Inuyama secara keseluruhan, walau di bagian dalamnya terkesan kecil dan sempit. Langit-langitnya terbilang rendah untuk sosok tinggi seperti Sesshoumaru, tapi semua perabotan di dalamnya terlihat terpelihara dengan sangat baik. Walau Kagome baru pertama kali masuk ke istana, ia tahu bahwa istana ini adalah yang terbaik di eranya.
Seorang pemuda datang lalu bersujud di belakang Sesshoumaru, "Aku mohon maafkanlah aku yang telah membuatmu menunggu Sesshoumaru-sama"
Sesshoumaru membalikkan badannya "Bangunlah"
Pemuda itu bangun, tapi tetap menundukkan wajahnya sebagai tanda hormat untuk sang tuan. "Telah lama kami menantikanmu Seshoumaru-sama"
Kedua manik emas itu melirik ke tempat Kagome dan Jaken duduk "Jaken, kau urus semua keperluan Kagome" perintahnya.
Kagome bangun dari duduknya, "Kau pergi?" nadanya tidak rela.
"Ada yang harus aku urus" mau tidak mau Sesshoumaru harus mengurus klan-klan manusia yang sering bertikai di wilayahnya.
"Aku ikut" ia mendekati pasangannya.
"Tidak, kau disini bersama Jaken yang akan mengurus semua keperluanmu" kata Sesshoumaru tanpa berbalik untuk menghadap pasangannya.
Kagome setengah berlari ke hadapan Sesshoumaru "Aku tidak ingin disini sendiri" tangan Kagome bergelayut di tepi pelindung besi di dada Sesshoumaru.
"Patuh padaku Kagome!" nada Sesshoumaru sedikit mengeras. "Atau..." kata-kata Sesshoumaru terpotong.
"Kau tahu aku tidak takut oleh ancamanmu" tatapan dan nada hanyou cantik itu terkesan menantang.
Sesshoumaru menarik sedikit kimono di pundak kiri Kagome sehingga mempertunjukkan tanda yang ia buat, tanpa ragu Sesshoumaru mencium tanda itu kemudian menjilatnya. Mata Kagome terpejam, dengan sekejap ia telah melayang jauh di telan langit hasrat yang tiba-tiba muncul. Tak ayal bau harum kebangkitan yang hanya bisa dicium youkai menguar dari Kagome, sangat kuat. Beberapa pasang mata yang ada di ruangan itu tidak berani menatap kejadian itu secara langsung, Jaken dan pemuda itu tertunduk menatap lantai.
"Atau aku tidak akan memberikan apa yang kau butuhkan" suara Sesshoumaru terdengar berat.
Kagome yang masih bersandar di tubuh Sesshoumaru akhirnya membuka mata, ia menarik diri dari Sesshoumaru untuk berdiri tegak dengan kedua kakinya. "Kau.." Kagome kehilangan kata-kata karena marah dan malu, ia tidak menyangka tanda itu mempunyai kegunaan tertentu, seperti tombol yang memicu gairahnya ke level tertinggi yang bisa membuatnya hampir gila misalnya.
"Istirahatlah" dengan itu Sesshomaru pergi bersama pemuda yang tadi menyambut mereka.
"Para pelayan wanita siap melayanimu Kagome-sama"
Kagome menghela nafas dan tetap diam. Sejujurnya dia merasa tidak nyaman ditinggal sendirian di istana, baginya lebih baik ia ditinggal di hutan sendirian.
Seakan dapat membaca raut wajah Kagome, Jaken berkata "Sesshoumaru-sama tidak akan lama, biasanya tengah malam nanti dia akan kembali mengurus perkara para manusia itu bersama Oda" Jaken menunjukkan jalan untuk Kagome "Pemuda itulah yang ditugaskan Sesshoumaru untuk mengurus wilayah ini selama kepergiannya"
"Hm" Kagome mengangguk.
Kagome digiring oleh ketiga pelayan wanita, semuanya adalah manusia seperti para penjaga yang tadi. Mereka membawanya ke sebuah ruangan dengan sebuah bak mandi yang besar terletak di tengah-tengahnya, bak mandi itu mengepulkan asap, tanda air hangat telah siap. Mereka membantunya melepaskan pakaian, dan menggosok tubuhnya. Kagome hanya diam dalam kecanggungan yang ia rasakan, tapi para pelayan itu hanya tersenyum datar sambil melakukan tugasnya sebaik mungkin.
Setelah selesai mandi, Kagome diantarkan mereka ke sebuah kamar luas yang di dominasi warna krem, coklat, dan merah. Kasurnya diselimuti spei warna krem keemasan, tirai yang berjuntai di sisi kasur berwarna merah, semua dinding kayu berwarna cokelat gelap mengkilat, perpaduan dari warna alam yang bergairah.
Seluruh tubuh Kagome telah berbalut dengan berbagai macam wangi-wangian yang digunakan oleh manusia, sedikit terlalu manis untuknya. Kagome berbaring di atas kasur lembut itu, dia menatap langit-langit. Berbaring di kasur yang nyaman ternyata tidak membuatnya mudah untuk masuk ke alam mimpi bila Sesshoumaru tidak berada di sampingnya.
Kagome yang hanya memakai satu lembar kimono untuk tidur memejamkan mata, dia mengutuk bau-bauan yang mereka balurkan padanya. Kepalanya pening mencium harum di tubuhnya sendiri, entah karena harum yang manusia buat itu memang tidak cocok untuk hidungnya yang sensitif ataukah karena kehamilannya. Dua hari ini ia menjadi lebih emosional, sensitif dan merasa lemah. Kagome kesal mengingat pertarungannya kemarin dengan Kyora, karena dengan keadaannya saat ini menghalau burung api kecil milik Kyora saja tidak bisa.
Kelemahannya itu membuat ia dan Sesshoumaru tersudut, beruntung Sesshoumaru dapat menggunakan pedangnya. Apakah kehamilannya yang membuatnya sedikit melemah? Entahlah, yang pasti Kagome benci merasa lemah, ia merasa tidak berguna. Karena itu dia tidak ingin berpikir kehamilan yang membuatnya lemah, ia tidak ingin merasa berat mengandung buah hati yang akan membawa kebahagiaan kepadanya dan Sesshoumaru.
Pikiran Kagome mengalir kepada pedang yang digunakan Sesshoumaru, seingatnya pedang itu tidak ada saat pertemuan mereka yang pertama dan kedua. Bila memori yang dimilikinya itu benar, pedang yang sangat panjang itu baru terlihat setelah Sesshoumaru menolongnya ketika racun anak Kuroichi hampir saja merenggut nyawanya. Ingatan tentang pedang itu membawa alur pikiran Kagome beralih kepada si pemilik.
Dimana Sesshoumaru saat ini? benaknya bertanya. Kagome mengelus perut bagian bawahnya, bagian yang biasanya rata saat ia terlentang mulai terlihat sedikit menonjol, sangat samar. Ia tersenyum oleh kebodohannya sendiri, tidak mungkin akan terlihat secepat itu kan? Pikirnya, Kagome tertawa kecil.
Pintu digeser, Sesshoumaru memasuki kamar. Kagome mengangkat tubuh untuk duduk, "Kau kembali" sambutnya.
"Hn" Sesshoumaru duduk disampingnya, "kau butuh istirahat" ucap Sesshoumaru, tanpa disangka suaranya terdengar lembut.
Kagome menggeleng "Tidak tanpamu" rajuknya.
Mata Sesshoumaru terpusat pada tangan Kagome yang masih berada di perut bagian bawahnya. Dengan hati-hati Sesshoumaru meletakkan tangannya yang besar di atas tangan pasangannya, Kagome beringsut untuk bersandar di sisi Sesshoumaru. "Dia akan menjadi sosok yang kuat" bisik Dai youkai itu.
"Tidak hanya kuat, tapi hangat dan juga tegar" Kagome tersenyum, memandang Sesshoumaru yang masih menatap tangan di atas perutnya "Semua harapan yang terbaik untuknya"
"Dia akan jadi laki-laki yang tangguh" suara baritone itu seperti biasa, terdengar tanpa emosi.
"Laki-laki?" tanya Kagome diselingin tawa kecil.
"Hn, laki-laki. Semua penguasa wilayah akan memiliki anak pertama seorang laki-laki" ucap Sesshoumaru penuh percaya diri.
"Apakah itu pasti?" tanya Kagome lagi.
"Hn" Senyum di wajah Kagome belum memudar saat Sesshoumaru mengelus pipi kirinya dengan ujung hidung lalu mengecup bibirnya.
Sebuah kecupan yang dihadiahi Sesshoumaru, cukup untuk membuahkan bulir-bulir hasrat di diri Kagome. "Bila dia laki-laki, dia kan jadi laki-laki yang menepati janji seperti dirimu, ya kan?" kata-kata Kagome penuh dengan maksud tersembunyi.
Salah satu alis Sesshoumaru sedikit terangkat saat bertanya, walau sebenarnya tanpa bertanyapun ia dapat mencium harum kebangkitan dari sang pasangan, hanya saja ia suka mendengar bahwa pasangan Kagome membutuhkannya "Katakan maksudmu pada Sesshoumaru ini" serunya.
"Aku hanya mengingatkanmu pada janji yang belum kau tepati, kau tahu.." tangan kanan Kagome menjalar ke leher Sesshoumaru untuk kembali menarik kepala Sesshoumaru untuk kembali dekat dengan kepalanya. "Biarkan kali ini aku yang menyentuhmu" Kagome memainkan tali berwarna merah yang mengikat pelindung besi di bahu Sesshoumaru.
Kagome menempelkan bibirnya ke bibir Sesshoumaru, dengan cepat kecupan itu menjadi ciuman lain yang panas dan menuntut. Sesshoumaru menggeram pelan tapi tidak menolak saat Kagome mendorongnya sedikit paksa untuk berbaring di atas kasur. Setelah youkai bersurai silver indah itu telah berbaring Kagome menarik diri dari pertautan bibir, dia mengelus dagu Sesshoumaru dengan ujung hidungnya lalu bergerak ke atas menuju telinga runcing pasangannya.
"Izinkan aku" bisiknya, mendadak Sesshoumaru mengangkat bagian bawah tubuh Kagome untuk berada di atas tubuhnya. Kagome terpekik, kemudian tertawa lepas. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga Sesshoumaru "Kau selalu tidak sabar" bisiknya pelan sambil sesekali dengan sengaja mengelus daun telinga Sesshoumaru dengan bibirnya "Tapi, kali ini kita akan melakukannya dengan caraku" nafas Kagome menggelitik telinga sang Dai youkai, membuatnya bergejolak di dalam.
"Hanya akan ada kesenangan, seperti yang kau katakan saat itu" Sesshoumaru menatap lekat setiap gerakan kecil di bibir Kagome saat pasangannya berbicara.
Ingin rasanya dia kembali mengambil peran sang alpha, tapi sisi buasnya ingin sedikit merasakan tersiksa oleh kenikmatan. Kagome menelusuri rahang Sesshoumaru dengan ujung cakar jari telunjuknya, cakar itu bergerak pelan ke leher lalu memutus tali merah pengikat pelindung dada dari besi yang digunakan oleh Sesshoumaru. "Aku berjanji" ucap Kagome dengan jenaka.
.
.
.
Di tempat lain...
Seorang pria berambut panjang gelap dan bergelombang sedang menatap cermin bulat yang dipegang seseorang di hadapannya. Mata merahnya memancarkan antusiasme yang kejam, bibirnya membentuk sebuah seringaian optimis yang sadis. Dadanya semakin membumbung oleh semangat, setelah lama menanti akhirnya saat yang ia tunggu akan datang padanya. Saat untuk merubah dunia, membuat ramalan yang tertulis ribuan tahun lalu itu menjadi nyata.
"Esoklah saatnya" bisik suara lembut gadis kecil yang menggenggam sebuah cermin bulat dihadapan laki-laki itu.
"Akhirnya, masa itu akan tiba" Laki-laki itu tertawa, tawanya semakin lama semakin menggelegar di tengah kesunyian malam.
.
.
.
Dai youkai dan pasangannya itu bergerak secara perlahan, seirama, lembut, dan erotis. Kagome yang memandu perpaduan cinta mereka kali ini, sang Dai youkai hanya bisa berbaring menanti dan tersiksa karena sisi dominannya sebagai sang alpha harus ditekan untuk sementara waktu. Tapi penaklukan yang dilakukan Kagome atas dirinya tidak menghasilkan hal lain selain kesenangan bagi mereka berdua. Itu adalah satu-satunya kekalahan yang indah bagi Sesshoumaru, dia bersedia melakukannya lagi bila harus tersiksa oleh kenikmatan selagi mata awasnya dapat melahap setiap lekuk tubuh indah wanita miliknya yang sedang menari dengan sensual di atas tubuhnya.
Erangan, dan geraman memenuhi ruangan, setelah beberapa waktu akhirnya suara yang familiar dari keduanya terdengar. Suara pelepasan itu juga sebagai tanda pesta perayaan cinta mereka yang ketiga kalinya telah usai di malam itu. Kagome roboh memeluk dada Sesshoumaru, mereka masih bersatu, tangan Dai youkai itu membelai lembut kepalanya. Kagome menjilat bulir-bulir darah yang keluar dari enam luka gores di bahu Sesshoumaru yang tanpa sengaja ia buat dengan cakarnya saat bercinta. Suara dengkuran teredam keluar dari dada Sesshoumaru, membuat Kagome tertawa mengikik.
"Kenapa kau tertawa?" tanya Sesshoumaru.
"Kau tidak ingin menyudahinya, ya kan?" Kagome mengecup bibir Sesshoumaru, matanya terpaku pada bibir pasangannya yang setengah terbuka "Begitupun aku" imbuhnya.
"Kau butuh istirahat" kata Sesshoumaru dengan tegas, ia mengangkat Kagome dari atas tubuhnya untuk berbaring disisinya. Dengan segera ia merasakan kehilangan oleh kehangatan yang Kagome berikan.
Kagome mengeluarkan suara merengek, wajahnya merengut "Kau jahat" Kagome meraih mokomoko Sesshoumaru lalu memeluknya.
Keemasan menatap lekat biru keabu-abuan "Diam dan istirahatlah" perintah Sesshoumaru.
"Aku tidak lelah" Kagome berkelit.
"Dia butuh istirahat"
Dia. Kagome tersenyum sumringah mendengar bahwa Sesshoumaru memperhatikan tidak hanya dirinya tapi janin yang dikandungnya, ia sendiri bahkan hampir lupa dengan kondisinya sekarang. "Baiklah" Kagome masih pura-pura jengkel "Tapi, hanya bila kau terus memelukku" Kagome menggeser tubuhnya yang berbaring miring agar lebih dekat dengan pasangannya.
"Hn" Sesshoumaru menarik selimut untuk menutupi tubuh pasangannya yang memeluk mokomoko miliknya, tangannya yang besar merengkuh tubuh Kagome.
Dengan cepat pelukannya itu mengantarkan sang pasangan ke alam mimpi. Sedangkan pria itu tetap terjaga, pikirannya berkelana akan semua yang telah ia lalui. Intuisi yang kuat memantik-mantik di hatinya, sebuah firasat yang tidak mengenakan dirasakannya. Sebuah kecurigaan bersemayam di kepalanya, semakin lama apa yang diduganya itu semakin menampakkan wujud kebenaran yang nyata.
.
Permata safir keemasan yang hangat telah menyambutnya saat Kagome membuka mata, ia tersenyum lalu kembali meringkuk di pelukan sang Dai youkai. Sesshoumaru membelai pelan lengan Kagome yang ada diatas dadanya. Kagome mengangkat kepalanya "Kau tidak tidur?" raut wajah pasangannya cukup sebagai jawaban yang dapat dibaca Kagome sebagai 'Sesshoumaru ini tidak butuh tidur'.
"Sejenak" jawab Sesshoumaru. Ia tidak berbohong bila yang dikatakan sejenak itu adalah hitungan dari satu sampai seratus. Seorang Sesshoumaru memang biasanya tidak butuh tidur, tapi berada di pelukan Kagome membuatnya merasakan hal yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya, kedamaian.
"Aku pikir kau tidak butuh tidur"
"Hn" selain dia tidak butuh tidur, memejamkan mata akan menjadi hal yang sia-sia bila Kagome berada di dalam pelukannya.
Melihat wajah Kagome yang damai dalam dekapan alam mimpi adalah suatu kepuasan tersendiri baginya. Sesshoumaru dapat menatapnya seperti itu selama berjam-jam, hanya dengan melihat pasangannya menarik nafas kehidupan sudah membuatnya bahagia.
Kagome mengeratkan rengkuhannya, betapa ia menyayangi youkai yang ada disisinya saat ini. Baginya kebutuhan akan Sesshoumaru disisinya mengalahkan kebutuhan alami lainnya seperti berjalan, berbicara bahkan bernafas! Rasa itu semakin menebal dan membuncah, mendesak untuk dikeluarkan olehnya.
"Sesshoumaru, aku.." kata itu telah sampai di ujung lidah Kagome tapi tiba-tiba lidahnya itu bagai terbelit, tidak bisa digunakan untuk berbicara secara baik seperti biasanya.
"Katakanlah" seru youkai satu-satunya penguasa wilayah itu.
"A-aku..." gumam Kagome, disaat yang sama suara perut Kagome lantang terdengar.
"Bangunlah, kau butuh makan" ujar Sesshoumaru sambil melepaskan diri dengan lembut dari pelukan Kagome.
"Aku ingin menikmati waktu seperti ini lebih lama lagi" ucap Kagome dengan nada manja.
Sejujurnya Sesshoumaru pun tidak ingin segera berpisah dengan Kagome, tetapi pikiran yang menganggunya tidak akan hilang bila ia tidak segera bertindak. Dengan bertindak cepat dan mengetahui dugaannya itu salah maka semakin cepat dia akan kembali tenang. Tetapi bila apa yang diduganya benar. Sesshoumaru benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya, tidak saat hatinya telah terpaut oleh emosi manusia yang dahulu dianggapnya sebagai sampah.
"Tidak sebelum kau memberi apa yang tubuhmu butuhkan" ujarnya datar.
"Aku membencimu" ucap Kagome pura-pura sewot. Kagome menatap Sesshoumaru dengan iri, bangun dari tidurpun rambut keperakannya sempurna, tidak terlihat kacau seperti dirinya.
Sesshoumaru bangkit dari tidurnya, memunggungi Kagome untuk berpakaian. Setelah ia berpakaian lengkap ia berbalik, menatap Kagome dengan raut wajah yang tidak terpengaruh sama sekali oleh ucapan pasangannya.
"Baiklah, aku bangun" gerutu Kagome. Dengan malas ia bangkit dari tidurnya, dia menahan selimut dengan lutut di dadanya. Kagome menguap, ia mengangkat kedua tangan tuk merenggangkan tubuh.
Gerakan kecil seperti itu saja dari pasangannya sudah membuat fantasinya bergerak liar, Sesshoumaru sedikit menyesal telah berpakaian lengkap. Menatap Kagome yang baru bangun tidur dengan hanya berbalut selimut sebatas dada, rambut hitam yang tergerai acak di sekeliling wajah cantiknya hanya membuat dirinya ingin kembali menerkam.
Tapi Sesshoumaru berusaha keras menahan diri, melawan semua desakan gairah yang dimilikinya untuk sang pasangan. Karena bila itu terjadi dia akan mengabaikan kebutuhan wanitanya, Kagome akan sarapan di saat matahari telah berada di puncak kepala. Menghentikan diri adalah hal yang tersulit bila mereka sudah memulainya, daya tahan tubuhnya sebagai youkai tidak mengizinkannya puas hanya dalam satu kali peleburan cinta.
"Semua keperluanmu akan diurus oleh Jaken" baru saja Sesshoumaru hendak berbalik pergi saat suara Kagome yang lembut kembali menahannya.
"Kau pergi lagi?" Sesshoumaru mengangguk kecil, lalu meninggalkan ruangan itu.
Tak lama kepergian Sesshoumaru, seorang pelayan wanita muncul dengan membawakan semua yang ia butuhkan. Pakaian dan makanan. Pelayan itu bahkan menyisir rambutnya, menemaninya makan, dan menunggu di sudut ruangan, bersiap bila ada sesuatu yang tiba-tiba dibutuhkan olehnya. Kagome sangat kikuk dengan semua perlakuan yang diterimanya, tapi mau tidak mau ia harus beradaptasi dengan semua itu.
Setelah merasa tidak ada lagi yang bisa ia kerjakan di dalam kamar akhirnya ia memutuskan untuk berkeliling istana ditemani dengan dua pelayan wanita yang sejak awal mengikutinya tanpa dipinta. Istana itu terkesan sunyi, minim penghuni selain para pelayan yang bertebaran. Dimanakah para youkai? Tidak ada bau mereka yang tercium olehnya, semenjak kedatangannya kesini hanya para pelayan dan prajurit manusialah yang dilihatnya.
Benarkah ini istana penguasa wilayah Barat terdahulu? Ataukah ini sebenarnya hanya rumah singgah bagi mereka? Yang terakhir lebih masuk akal bila mereka semua mempunyai sifat seperti dirinya dan Sesshoumaru yang lebih suka berada di dalam hutan, dikelilingi oleh kebebasan alam dan tidak terkurung dalam bangunan seperti yang dibuat oleh manusia seperti ini.
"Jaken" panggil Kagome yang melihat Jaken sedang bercakap-cakap dengan youkai yang berpakaian penjaga di halaman istana yang kanan kirinya dihiasi kebun bunga. Karena yang dipanggil tidak menoleh Kagome memanggilnya lagi "Jaken!" panggilnya mendesak.
Youkai penjaga itu pamit pergi dari hadapan mereka "I-i-iya Kagome-sama"
Kagome mendekati Jaken, lagi-lagi ia terus ditempel oleh dua pelayan wanita itu. "Bisakah kalian biarkan aku sendiri?" pinta Kagome dengan lembut. "Dimana Sesshoumaru?" tanya Kagome setelah kedua pelayan wanita itu bergerak menjauh.
"O-oh Sesshoumaru-sama, dia..."
"Dia tidak ada di istana ini" sambung Kagome, Jaken masih terbata-bata tidak dapat menjawab.
Kagome memejamkan mata, melacak dengan penciumannya. Bau khas pasangannya masih tercium di udara, semakin kuat mengarah ke langit. Kagome menatap titik-titik air yang menguap di udara dan berubah menjadi awan gemawan ringan berbagai bentuk yang melayang di langit yang cerah. Kagome mendongak, bau pasangannya terendus kuat di atas sebuah awan besar berbentuk anjing. Tidak hanya bau Sesshoumaru yang tersendus olehnya tapi juga bau beberapa youkai lainnya, dan bau Kaguya.
Kaguya? Firasat buruk semakin tebal dirasakan oleh Kagome "Bawa aku ke tempat Sesshoumaru sekarang!" perintah Kagome.
"A-a-aku.."
"Bila kau tidak bersedia, aku bisa melakukannya sendiri" Kagome mencabut Yoarashi dari pinggangnya. Dia melompat, ledakan Yoarashi yang diarahkannya ke tanah kosong membuatnya melesat terbang tinggi ke awan tempat bau Sesshoumaru berasal.
"Tu-tu-tunggu Kagome-sama, kau harus menunggu disini" suara Jaken menghilang seiring ketinggian yang dicapai Kagome saat menembus awan tipis yang sejuk.
.
.
.
Sosok sempurna Sesshoumaru terlihat sangat pas melengkapi istana megah, luas, dan indah yang berada di atas awan itu. Tapi, berbanding terbalik dengan tampilan luarnya yang tenang, Sesshoumaru merasakan kegundahan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Di hadapannya sang ibu yang bernama Inukimi. Dai youkai pasangan penguasa wilayah Barat yang terdahulu duduk di sebuah singgasana besar dan panjang berwarna merah dengan ukiran emas di tepinya. Wajahnya masih secantik seperti yang diingatnya ratusan tahun lalu, kecantikan yang terkesan dingin.
"Akhirnya kau kembali Sesshoumaru" ucapnya.
Kimononya berlapis-lapis seperti para wanita terhormat kebanyakan di zaman itu, kimono lapis keduanya berwarna ungu dengan motif kupu-kupu berwarna kuning dan hijau. Mokomoko yang sama seperti milik Sesshoumaru menghiasi tepi kimono biru gelap lapisan terluarnya, mokomoko itu melingkar di bagian dada dan ujung bahan yang menutupi kakinya hingga menyapu lantai.
"Aku merasa bahagia tersanjung dikunjungi oleh anakku" suaranya dingin, kontras dengan kata-katanya.
Rambutnya yang silver panjang diikat dua tinggi, sejumput bagian dibiarkan tergerai di sisi wajahnya. Sedikit bagian tengah poni di jepit ke puncak kepalanya untuk memperlihatkan tanda bulan sabit berwarna violet dan sisanya dibiarkan menutupi dahinya. Satu garis keunguan berada di kedua pipinya, kelopak matanya dihiasi warna violet yang sama seperti tanda bulan sabit di dahinya.
"Kau tidak membawa serta anak perempuan kecil itu lagi? Apakah kau telah memakannya?" tanya sang ibu.
"Menggelikan" jawab Sesshoumaru pendek.
"Kau mewarisi sifat aneh yang diturunkan oleh ayahmu, tapi jauh lebih buruk darinya. Kaguya telah mengatakannya kepadaku. Jadi, dimana hanyou itu?" suaranya sedatar wajahnya, tidak seperti bertanya.
Kaguya yang berada disamping ibunya diabaikan oleh Sesshoumaru, ia langsung ke permasalahannya "Siapa yang telah membunuh ayahku?" tanya Sesshoumaru.
Ibunya mengacuhkan pertanyaan sang anak karena hal lain telah membetot perhatiannya "Sesshoumaru, baumu berubah" raut wajahnya tetap tanpa ekspresi "Kau telah menjadikannya pasangan!?" suara datarnya telah pecah oleh keterkejutan.
"Kau benar" ucap Kaguya, "Baumu sama memuakkan dengan bau hanyou itu sekarang. Cih, beraninya kau melakukan itu kepadaku Sesshoumaru" harga diri Kaguya telah terinjak-injak atas tindakan Sesshoumaru yang telah menolaknya mentah-mentah dan kini hadir setelah menandai hanyou itu sebagai pasangan.
"Sesshoumaru ini tidak pernah merasa menjanjikkan apapun kepadamu" ucap Seshoumaru tanpa repot-repot menoleh ke arah Kaguya berada.
"Kumohon katakan padanya, ia tidak bisa melakukan itu" ujar Kaguya kepada ibu Sesshoumaru.
"Sesshoumaru, apakah kau benar-benar ingin tahu?" tanya sang ibu.
Lagi-lagi Kaguya diacuhkan, tidak hanya oleh Sesshoumaru tapi juga oleh ibunya. Dengan marah ia bangkit dari duduknya "Aku tidak akan melupakan ini, aku akan membuatmu menyesal Sesshoumaru, camkan itu!" dengan kalimat terakhirnya Kaguya pergi meninggalkan mereka berdua.
"Gadis yang merepotkan" keluh sang ibu.
"Apakah benar dia telah dibunuh oleh seorang miko, dan bukannya ketiga penguasa wilayah yang lain?"
Sampai saat ini kematian misterius sang ayah masih menohoknya, bagi anak laki-laki ayah adalah segalanya, tidak terkecuali bagi Sesshoumaru. Walau dahulu ia tidak selalu setuju dengan keputusan sang ayah yang menempatkan manusia setara dengan youkai sebagai sesama mahluk hidup. Ayahnya selalu berusaha mengajarkannya tentang kasih sayang, menghargai nyawa yang lain, semua hal baik lain yang ia anggap remeh. Hal-hal yang dulu ia anggap sebagai suatu kelemahan sang ayah.
Sesshoumaru telah kehilangan rival terbesarnya, sang ayah, satu-satunya sosok yang paling dikaguminya sekaligus sosok yang paling ingin dikalahkannya. Kekuatan Inu no Taisho tidak pernah diragukannya, karena itu Sesshoumaru ingin sekali mengalahkannya. Tapi semua itu tidak akan terjadi karena ayahnya telah terbunuh! Oleh sebab itu Sesshoumaru memilih jalan penaklukan. Sesshoumaru ingin menaklukkan semua wilayah, menjadi satu-satunya penguasa adalah cara yang dipilihnya untuk mengalahkan kekuatan sang ayah.
"Mengapa baru kau tanyakan saat ini?"
"Aku membutuhkan kebenaran"
"Apakah kau tidak mempercayaiku?"
"Jawablah, Ibu."
"Ayahmu telah mati dibunuh" ia berhenti sejenak "Ia mati demi kepentingan seluruh youkai yang ada, tidak hanya di wilayah Barat"
"Ia tidak mati dibunuh oleh seorang miko, apakah itu yang kau maksud?"
"Miko itulah penyebab kematiannya" suara sang ibu mengeras.
"Siapa yang telah membunuhnya?" nada Sesshoumaru lebih mendesak.
"Kau tidak akan mengerti Sesshoumaru" ia menghela nafas "Ayahmu melemparkan dirinya sendiri ke dalam bahaya. Ia mengancam keberadaan semua youkai yang ada dengan tindakannya, karena itu mereka tidak akan tinggal diam"
"Mereka?"
"Ketiga penguasa lainnya. Mereka tidak akan membiarkan ramalan itu terjadi, kemusnahan seluruh youkai tidak boleh terjadi. Akupun tidak akan membiarkannya!"
"Ramalan.." satu kata itu mengingatkan Sesshoumaru akan ucapan Bokuseno, sebuah ramalan, tapi apakah itu ramalan yang sama?
"Ramalan yang tertera di gulungan kuno jauh sebelum ayahmu lahir. Saat dimana youkailah yang berkuasa di dunia ini, dan manusia di ciptakan tidak lebih banyak dari hewan pengerat" matanya berkilat dengan ganjil "Semua itu adalah takdir yang telah Kami-sama gubah, akan ada masa dimana youkai menguasai bumi, masa dimana youkai dan manusia hidup berdampingan walau tidak selalu sepaham, dan yang terakhir masa dimana kemusnahan youkai" ia terhenti sesaat "Masa dimana hanyou akan membawa kehancuran pada youkai, sehingga tidak akan ada youkai lagi yang tersisa di muka bumi ini. Karena itulah para youkai berbondong-bondong menghabisi para hanyou."
"Kau percaya pada ramalan itu" sebuah pernyataan lain dari satu-satunya penguasa wilayah.
"Bukan hanya aku saja tapi juga para Dai youkai yang lain yang telah terbunuh. Ayahmu menentang pembunuhan hanyou besar-besaran oleh para penguasa wilayah lain yang takut akan ramalan itu, dengan alasan menjaga keseimbangan apa yang telah Kami-sama ciptakan, tapi ketiga penguasa lainnya menulikan telinga, mereka sama sekali tidak peduli".
"Ketiga penguasa yang lain tidak menyukai tindakan ayahmu itu, tapi mereka ketakutan menyampaikan keberatan secara langsung, ayahmu adalah yang terkuat diantara mereka berempat. Karena itu, mereka berkomplot untuk membunuhnya. Seperti yang telah kau ketahui sekarang, ayahmu dibunuh oleh mereka" ucapnya dengan tenang, sama tenangnya saat ia menyambut kedatangan Sesshoumaru, tidak ada tanda kesedihan bagi pasangan yang telah ditinggalkan untuk selamanya sebagaimana seharusnya "Aku tahu suatu saat kau akan mengetahui kebenarannya Sesshoumaru, walau aku tidak menyangka kau akan mengetahuinya secepat ini"
Cepat? "Mengapa kau berbohong kepada Sesshoumaru ini?"
"Apakah aku punya alasan untuk memberitahukanmu yang sebenarnya?" ia bertanya balik.
"Mengapa kau katakan bahwa miko itulah penyebab kematiannya?"
"Karena dia..." wajah ibu Sesshoumaru mengeras "Karena dialah ayahmu mati-matian membela hanyou hingga mempertaruhkan nyawanya. Karena dia telah jatuh cinta pada manusia, pada miko busuk itu! Dia bahkan telah menandainya sebagai pasangan" kedua tangannya terkepal, ingatan lampau yang membuatnya merasa tersisihkan sangat dibencinya. "Dia takut suatu saat bila mempunyai anak seorang hanyou, hasil hubungannya dengan miko itu akan diburu dan dibunuh oleh para youkai kelak"
"Anak?"
"Mungkin" ucapnya sambil lalu, "Bila ada pasti telah lama mati" dia menopang wajahnya yang kembali terlihat jenuh dengan salah satu tangan di atas sandaran singgasananya.
Percakapannya dengan Bokuseno yang ditemuinya beberapa saat lalu kembali terngiang di kepala Sesshoumaru.
"Tentang kekuatan sejati yang kau maksudkan"
"Kau telah menemukannya ya kan?" tanya Bokuseno.
"Aku telah mendapatkan pedang ini, mengapa aku tidak bisa menggunakannya?"
"Odachi" suara Bokuseno hampir terdengar geli.
"Bagaimana caranya? Jelaskan padaku"
"Tidak ada cara yang dapat kau gunakan untuk menaklukkan pedang ini, karena pedang ini bukan untukmu"
"Tidak mungkin" nadanya sedikit meninggi, alisnya terpaut di tengah. Sesshoumaru cukup kuat untuk menaklukan siapapun dengan Bakusaiga, tetapi pencariannya itu lebih untuk harga dirinya. Dialah yang pantas menyandang pedang dengan kekuatan besar yang diwariskan oleh ayahnya selain Tenseiga, tidak ada yang lain. Hampir saja dia melemparkan Odachi itu jauh dari pandangannya sesaat sebelum Bokuseno berbicara.
"Kau adalah calon pemimpin besar, Bakusaiga yang kau miliki sudah lebih dari cukup untuk menaklukan seluruh wilayah. Apa yang ayahmu maksudkan dengan kekuatan sejati yang tak terbatas adalah dengan melindungi seseorang. Odachi diciptakan olehnya untuk melindungi orang-orang yang disayanginya".
"Odachi adalah pedang yang dibuat dengan campuran kekuatan reiki dan youki, dua kekuatan yang terpadu itu menjadi lebih mematikan untuk youkai. Odachi adalah pedang yang akan lebih dahsyat bila digunakan oleh dia yang memiliki reiki sekaligus youki di dalam tubuhnya, dalam kata lain Odachi bukanlah pedang untukmu. Tapi bila kau telah menemukan Odachi berarti kau telah menemukan sang pewarisnya, karena Odachi akan bereaksi dengan Tenseiga bila sang pewarisnya juga berada di sekitarnya"
"Kekuatan sejatimu bukanlah Odachi, tapi dengan melindungi sang pewaris Odachi kau akan mendapatkan kekuatan yang kau inginkan. Kau dan pewaris Odachi dapat menaklukan seluruh wilayah. Ramalan itu telah tertulis" Bokuseno menambahkan.
"Bagaimana mungkin Odachi diwariskan kepada orang lain selain diriku? Akulah satu-satunya anak Inu no Taisho penguasa wilayah Barat"
"Kau akan menemukan jawabannya Sesshoumaru, tidak lama lagi, aku bisa merasakannya"
Kagome, nama sang pasangan melintas di benaknya. Dia menemukan Odachi di tempat yang sama yang pernah ditelusurinya, pencarian pertamanya di tempat itu nihil. Berbeda dengan yang kedua kalinya disaat Kagome berada tak jauh darinya. Tenseiga berdetak, menariknya ke arah Odachi yang akhirnya telah ia temukan tapi tidak dapat digunakan. Keadaan berubah saat pertempuran dengan Kyora kemarin malam, Odachi berdetak, meminta untuk digunakan saat Kagome berada di sisinya.
Mungkinkah dia sang pewaris Odachi? Benak Sesshoumaru. Kagome telah membuat Tenseiga memaksa dirinya untuk menggunakan pedang itu untuk pertama kalinya, tidak pernah Tenseiga bereaksi sekuat itu sebelumnya. Bau harum Kagome yang berbeda, secara aneh terasa sangat familiar untuknya. Semua itu terasa melengkapi fakta yang baru saja dilontarkan oleh ibunya. Ayahnya mempunyai pasangan manusia, seorang miko.
"Apakah kau mengenal miko bernama Kikyo?" kalimat pertama yang di dengarnya dari mulut Kagome saat dia tidak sengaja menyaksikan pertarungannya melawan Kuroichi. Niat Kagome yang membalaskan dendam atas kematian ibunya, yang ternyata berkaitan erat dengan kematian ayahnya. Kagome, Tenseiga, pewaris Odachi, kematian sang ayah, miko bernama Kikyo, benak Sesshoumaru. Rangkaian kata itu menjadi sebuah rantai petunjuk yang saling terkait, membentuk satu kesimpulan yang menghunus dada Sesshoumaru.
"Siapa nama miko itu?" tanya Sesshoumaru dingin.
Sebuah suara dari pihak ketiga terdengar "Apakah miko itu bernama Kikyo?" tanya Kagome yang sedang mendaki anak tangga tidak jauh dari tempat Sesshoumaru berdiri. Kedua Dai youkai itu tidak menyadari kedatangan Kagome karena baunya telah menjadi serupa dengan Sesshoumaru, ditambah lagi dengan percakapan serius yang sedang berlangsung diantara mereka berdua.
"Kikyo!?" mata ibu Sesshoumaru sedikit melebar saat menatap Kagome. Wajah yang telah menghancurkan hatinya, wajah yang ingin sekali disayatnya hingga tidak lagi berbentuk dengan cakar tajam yang milikinya.
Sesshoumaru meneliti Kagome yang berjalan tegap dengan dagu terangkat. Gerak-geriknya sangat berbeda dengan yang selama ini menjadi pasangannya, tidak hanya itu, baunya pun berubah. Kagome yang ada di hadapannya seperti yang pertama kali ditemuinya saat melawan Kuroichi.
Kagome yang kepribadiannya telah kembali terpecah setelah mendengar percakapan mereka menyeringai, walau hatinya hancur ia tertawa pahit "Kikyo" susah payah ia menelan ludah "Itu nama ibuku. Jadi, apakah kau yang membunuh ibuku?" nadanya tajam.
"Beraninya kau datang kesini" sang ibu terkesiap saat menyadari bau yang serupa antara anaknya dan Kagome. "Kau! Hanyou itu?"
Untuk sesaat ketiganya tenggelam dalam kepahitan yang teramat sangat. Sang ibu tidak terima anaknya telah mengambil hanyou sebagai pasangan, apalagi ternyata hanyou itu adalah anak dari hasil hubungan suaminya dengan miko yang sangat dibencinya. Setelah pertemuannya dengan Kyora, Sesshoumaru pernah menduga kenyataan itu tapi tetap saja ia tidak siap menerimanya.
Dan yang paling berat adalah Kagome, disaat dia melepaskan semua dendam masa lalu dan menyambut masa depan dengan sebuah harapan baru, disaat itulah lagi-lagi takdir mencemooh dirinya. Istana imajinasi kembali mengurung bagian lemah dirinya yang rapuh, tembok dendam kembali menjulang. Dia terperangkap, terkucil jauh di dalam bagian dirinya saat sang hanyou kembali muncul merengkuh dendam lama yang tersisa. Api dendam kembali tersulut, sang pasangan ternyata anak dari musuh terbesarnya. Dendam menjadi bara yang membakar semangat kejamnya, meluluhlantahkan impian hidup tenangnya.
Apakah ia memang tidak terlahir untuk bahagia? Mengapa takdir tidak pernah berlama-lama lembut kepadanya? Tanya Kagome rapuh dalam hati.
Kagome si hanyou yang tangguh sama sekali tidak memandang Sesshoumaru saat bertanya kepada wanita yang telah melahirkan pasangannya itu. "Jawab aku! Apakah kau yang membunuh ibuku? Bila iya bersiaplah menemui ajalmu"
"Kau hanyou yang sombong!" ucap Inukimi.
"Terserah apa katamu, aku tidak peduli"
"Berani benar kau bertandang ke istanaku untuk menantangku?"
"Tch, tidakkah kau lihat sendiri aku telah datang? Sayang sekali darahmu akan mengotori istanamu yang indah ini"
"Seorang hanyou menantangku?" tanyanya sinis. "Aku akan dengan senang hati mencabik-cabik wajahmu yang mirip sekali dengan wajah Kikyo"
"Aku tidak peduli siapa kau, aku sama sekali tidak takut!" sentak Kagome dengan penuh perrcaya diri. "Aku akan memberikan balasan yang setimpal kepada pembunuh ibuku"
"Kau ingin menantang kami berdua sekaligus?" tanyanya lagi dengan nada bosan.
"Ka-kalian berdua?" tanya Kagome terbata-bata.
"Pasanganmu pun turut andil dalam kematian ibumu, ya kan Sesshoumaru?" ucapnya dengan santai.
Kagome tercenung, tubuhnya kaku, benaknya sibuk mengingat-ingat kembali kematian ibunya. Selama ini ia selalu bertanya-tanya mengapa ibunya bisa begitu mudah dibunuh oleh youkai saat ia mempunyai reiki yang mengancam para youkai? Ibunya adalah salah satu miko yang mempunyai reiki besar dibandingkan yang lain, tidak mungkin ia akan kalah begitu saja. Menelisik dari luka di tubuhnya banyak lebam dari benturan menyatakan bahwa sang ibu telah bertarung habis-habisan hingga ia kelelahan dan akhirnya kalah. Satu jawaban dari pemikiran Kagome, musuh yang dihadapi ibunya tergolong kuat.
Dan dari luka-luka yang dapat diingat olehnya, luka itu terlihat ganjil bila dilakukan oleh satu orang. Luka vertikal yang menganga di dadanya, dan luka fatal oleh hujaman cakar-cakar tajam yang menjadi penyebab kematian ibunya itu berada di bagian depan, bukannya di tengkuk. Mungkinkah itu berarti ada musuh lain yang menyerangnya dari belakang? Apakah itu membenarkan pernyataan wanita itu barusan bahwa Sesshoumaru pun ikut terlibat dalam pembunuhan ibunya?
Jawaban lain yang tidak ingin dipercayai Kagome, ada dua musuh yang menyerang ibunya. Bila itu benar, maka mereka adalah dua musuh yang kejam karena lebih memilih memberikan kematian perlahan yang sangat menyakitkan kepada ibunya. Mereka bisa menebas tubuh ibunya dengan pedang dan mengirimkannya langsung ke alam lain tapi tidak, dengan bengis mereka menikmati penderitaan ibunya.
"Apakah itu benar?" suara yang keluar dari Kagome seperti tercekik.
Ia memalingkan wajah menatap Sesshoumaru untuk pertama kali sejak mengetahui kebenaran, dengan segera ia menyesali perbuatannya. Kagome yang rapuh kembali menggedor-gedor kesadarannya, berusaha kuat menerobos untuk kembali menguasai tubuh karena wajah dingin yang dipandangnya itu adalah wajah yang membawanya mengecap surga, dan kini wajah itu mengingatkannya akan neraka. Tak jauh dari tempatnya berdiri Sesshoumaru hanya terdiam sambil menatapnya dalam.
"Takdir itu memang kejam ya kan?" ibu Sesshoumaru mendengus.
Gigi Kagome bergemeretak karena rahang yang mengeras, dadanya naik turun oleh emosi yang menyeruak. Tiba-tiba dingin yang menusuk menyelimuti tubuhnya. Tangannya yang menggenggam Yoarashi mulai licin oleh keringat dingin. Bagaimana mungkin ia bisa sampai di situasi seperti ini? Dia menarik nafas panjang, menahan dan menekan dengan paksa semua emosi yang dirasakan olehnya sebagai Kagome rapuh.
Tubuhnya kembali tegap, sang hanyou kembali muncul, satu sudut bibirnya terangkat, menampakkan salah satu taringnya. "Tidak terlalu kejam untukku karena akhirnya aku meraih kesempatan untuk memenuhi janjiku, aku akan memberikan kematian yang perlahan dan menyiksa sama seperti yang kau berikan kepada ibuku!" suaranya terdengar mantap.
"Kagome" panggil Sesshoumaru.
Kagome cepat menoleh "Jangan memerintahku lagi!" bentaknya.
"Bukan ini yang kau inginkan" ucap Sesshoumaru tenang.
"Memang bukan ini yang aku inginkan, tapi inilah yang HARUS aku lakukan!" suaranya lantang bergema di istana yang luas itu.
"Aku mulai bosan dengan ini" ucap Inukimi.
"Kalau begitu bersiaplah" Kagome berlari.
Ia menjatuhkan satu gerombolan penjaga yang merubunginya, gerombolan kedua menyusul, hingga seluruh youkai penjaga yang menghadangnya tumbang. Tidak ada yang tersisa, mereka semua berguguran dengan mudah bagai daun kemerahan musim gugur yang tertiup angin. Dai youkai wanita yang masih duduk dengan santai di singgasananya itu telah berada di hadapan Kagome, Yoarashi terjulur, aliran youki telah terkumpul siap diledakkan. Dengan satu gerakan yang santai wanita itu mengangkat tangan dan menyemburkan racun kehijauan dari tangannya ke arah Kagome, karena tidak bisa mengelak, Kagome menahannya dengan ledakan petir Yoarashi.
"Kubilang hentikan!" cambuk kehijauan Sesshoumaru menjerat pergelangan tangan sang ibu dan dengan tangan kanannya ia menahan pergelangan tangan Kagome.
"Lepaskan aku pembunuh!" Kagome meronta dengan kuat agar terlepas dari cengkraman Sesshoumaru.
Kagome menatap pasangan yang juga saudaranya dengan sorot mata yang penuh kebencian "Tidak" jawab Sesshoumaru dingin.
"Jadi kalian berdua akan membunuhku?" tanya wanita itu.
"Tidak! Aku seorang diri yang akan membunuh kalian berdua" Kagome setengah berteriak.
"Betapa congkaknya. Kaulah yang akan mati disini hanyou"
Kagome berhasil melepaskan diri dari cengkraman Sesshoumaru yang mengendur. Kuda-kuda terpasang, Yoarashi terjulur, posisi tubuhnya siap menyerang. Sorot mata Kagome yang diarahkan kepada Inukimi menusuk "Akan ada tempat dan waktu untukku mati, tapi tidak disini, dan tidak di tanganmu!" serta merta Yoarashi memuntahkan ledakan besar.
Wanita itu membingkai kedua tangan di atas dan bawah bandul bulat besar di kalung mutiara berwarna biru lembut yang melingkar di lehernya, senjata yang baru dimilikinya setelah kematian sang pasangan, sebuah meido gelap dengan titik-titik cahaya bagai bintang tercipta. Meido itu meluncur dengan secepat kilat, melahap ledakan petir Yoarashi lalu hendak menelan Kagome bulat-bulat. Kagome berhasil menghindar, tapi tidak lama ia dapat berleha-leha karena serangan itu datang bertubi-tubi. Semua tempat yang tersentuh oleh meido itu tertelan ke dunia lain.
Sesshoumaru yang berdiri diantara kedua wanita itu menghindar dari ledakan Yoarashi, belum sempat kakinya menjejak tanah, meido yang dibuat sang ibu telah menghujani mereka. Sesshoumaru terus menghindar, dengan segera serangan Bakusaiga dilancarkan olehnya saat ada celah waktu yang dapat digunakannya untuk menghentikan sejenak serangan ibunya. Serangan Bakusaiga tergolong kecil, tidak mematikan.
Sang ibu terkesiap "Kau berada di pihak siapa Sesshoumaru?"
Wajah Sesshoumaru masih dingin "Aku tidak ada di pihak siapapun, tidak ada pertarungan disini"
Ibunya menatapnya dengan marah "Hanya seorang Kami yang dapat mencegahku membunuhnya, apakah kau pikir dirimu seorang Kami, Sesshoumaru?"
Kagome tidak menyia-nyiakan kesempatan, ia melontarkan ledakan petir lain dari Yoarashi kepada keduanya. Di saat yang tepat Sesshoumaru menangkis ledakannya dengan Bakusaiga. Sedangkan sang ibu terlambat menghindar, ledakanYoarashi berhasil menghantamnya membuatnya terpental jauh dari singgasananya hingga membuatnya mencium tanah. Darah keluar menodai kimono indah dari mulutnya saat ia terbatuk-batuk dengan hebat.
Manik emas hangat dan biru keabu-abuan bertabrakan "Kubilang hentikan!" ujar Sesshoumaru geram.
"Tidak akan" jawab Kagome dengan mantap.
Sesshoumaru menghadang Kagome, Bakusaiga dan Yoarashi berbenturan, aliran youki keduanya berkilat-kilat di sepanjang bilah pedang. Kagome terus maju sambil mengayunkan pedang, dan Sesshoumaru terus bergerak mundur dan menahan. Bunyi kedua senjata beradu yang diselimuti youki terdengar melengking, geraman dan erangan marah Kagome terdengar setiap kali dia gagal menebas pasangannya.
"Dasar, hanyou sial!" wanita itu bangkit dari tanah "Kau akan mati kali ini" tangannya kembali membingkai bandul kalungnya, meido yang lebih besar terbentuk, dengan segera meido itu menerjang keduanya.
Bakusaiga dan Yoarashi masih saling-silang, mendorong dengan aliran youki yang berbenturan. Sesshoumaru dan Kagome menoleh dengan terkejut saat meido yang besar siap melahap mereka, sangat terlambat bila mereka hendak melompat mundur. Sesshoumaru tahu, Kagome yang pernah dibangkitkan Tenseiga tidak akan selamat bila tertelan meido, karena itu dia mengalirkan cukup youki ke Bakusaiga lalu mengeluarkannya hingga dapat melempar Kagome dengan kuat agar terhindar dari meido.
Kagome terpental beberapa puluh meter dari tempat Sesshoumaru tertelan meido, matanya membelalak tidak percaya. Kagome syok melihat apa yang baru saja terjadi, Sesshoumaru telah menghilang bersamaan dengan cekungan besar di lantai istana. Sesshoumaru menyelamatkannya, ledakan youki yang menghantamnya bukan untuk melukai. Hantaman Bakusaiga yang melemparnya hanya seperti hembusan angin badai yang kuat, hanya mendorong, tidak menghancurkan.
"Cih, kau telah membuat putraku tertelan meido" wajah cantiknya menjadi sadis. "Tidak akan ada lagi keberuntungan untukmu hanyou" suaranya melengking dengan murka. Meido lain lagi telah terbentuk, dan siap menelan musuh.
Bertumpu pada Yoarashi, Kagome kembali bangkit. "Hanya akulah yang berhak membunuhnya" teriaknya.
Kedua kakinya dijejakkan dengan kuat di tanah, meido besar siap menerpanya. Kagome merenggangkan jari-jarinya sebelum kembali menggenggam Yoarashi dengan kuat, aliran youki semaksimal mungkin di kumpulkannya. Meido mendekat, aliran petir Yoarashi mencapai kekuatan tertinggi yang dapat dikeluarkannya. Percikan youki berwarna gelap menyelubungi seluruh bagian Yoarashi, Kagome mengayunkannya dengan sekuat tenaga mengalirkan ledakan youki mengarah langsung ke meido.
"Kau bodoh! Dengan mudah petir kecilmu akan tertelan bulat-bulat oleh meidoku" wanita itu tertawa.
Ledakan petir Yoarashi membentur meido, membuat pergerakan meido terhenti di tempat. Youki petir itu menyelimuti meido, Kagome belum sepenuhnya melepaskan aliran youki dari Yoarashi. Petir yang menyelubungi meido masih terhubung dengan Yoarashi yang berada di tangannya, dengan satu ayunan lagi dia menghempaskan youki tambahan.
Ayunan terakhir itu membuat meido bergerak menjauhinya dan berbalik mengarah kepada si pemilik dengan secepat kilat. Petir Yoarashi semakin membesar sehingga melahap bulat-bulat meido kemudian terus bergerak maju hingga meluncur cepat menyerang pemilik meido yang tidak dapat berkelit, tidak ada teriakan yang sempat terdengar. Pembunuh ibunya telah lenyap tak bersisa seperti halnya Takigawa.
Kagome jatuh diatas kedua lututnya, kepalanya terkulai lemah. Tulang-tulangnya terasa panas, Kagome terbakar dari dalam. Terlalu terlambat baginya untuk sepenuhnya sembuh, ia kembali terpecah. Hanyou yang tangguh kembali menghilang dan tertelan hanya untuk membiarkan Kagome rapuh yang merasakan kesengsaraan. Perih yang teramat sangat berkumpul di mata, dan hatinya yang tenggelam oleh tangis penyesalan dan penderitaan.
Kagome mencoba bangkit berdiri tapi tubuhnya menolak, youki yang dialirinya telah menguras hampir seluruh tenaganya. Setelah berhasil mengangkat tubuhnya ia berjalan lunglai ke tepi istana yang senyap, memandang gumpalan-gumpalan tipis awan putih lalu menjatuhkan diri ke tanah yang amat sangat jauh di bawahnya. Setelah sekian lama merasa hidup saat bersama Sesshoumaru, ia kembali mengharapkan kematiannya.
.
~To Be Continued~
.
04/06/2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top