Chapter 17 - Let the Flames Begin
.
Author's note : Maaf yg sebesar-besarnya, tp mulai bab ini hingga akhir cerita, akan langsung aku upload tanpa edit. Jadi, fic ini mentah, sama seperti yg ada di situs FFN, dalam arti, cerita ini kutulis sebelum mengenal sedikit tentang PUEBI (kurang tanda baca, huruf kapital yang tidak sesuai tempat, dll) dan bakalan banyak kata yang ga sesuai KBBI :''
Untuk semua pembaca, aku mohon maaf dan terima kasih banyak atas pengertiannya🙏
.
BSOF
.
Kagome terkejut dengan kehadiran seseorang di sampingnya ketika pertama kali membuka mata. Sontak, ia mengubah posisi, dengan satu siku dia menopang tubuhnya untuk berbaring miring. Netra setara senja milik pria itu hangat kala menatap wajahnya, lengan Sesshoumaru melingkari pinggagnya.
Sedetik kemudian, Kagome kembali rileks. Dengan gerakan yang sedikit ragu dia kembali berbaring lalu menyandarkan kepalanya di lengan kiri Sesshoumaru. Sinar matahari yang menembus kekkai sudah terik, tapi ia tidak peduli.
Perlahan, tangan kanan Kagome menyelinap perlahan ke lekuk leher kirinya. Samar-samar, ia dapat merasakan huruf kanji yang terukir di lehernya dikelilingi oleh 'tanda' yang diberikan Sesshoumaru, sebuah tanda dari ikatan di antara mereka yang tak akan lekang oleh apa pun bahkan oleh kematian. 'Ini nyata,' batin gadis itu.
Layaknya satu ditambah satu, tidak ada kesukaran bagi Sesshoumaru mengartikan gerak-gerik pasangannya yang membuat hatinya tergelitik.
Suara tawa teredam yang berasal dari dada laki-laki itu mencapai telinga Kagome, alhasil, ia pun tersenyum. Tawa kecil seorang dai youkai yang dingin seperti yang ada di sisinya saat itu bagaikan bintang jatuh yang melesat di langit, sebuah keajaiban.
Kagome memeluk lelakinya. Sesshoumaru membelai kepala gadis itu dengan lembut sebagai balasan.
Kelopak mata perempuan setengah siluman itu tertutup, ia menarik napas perlahan dan dalam, ia tengah menyesap aroma khas Sesshoumaru dan menatanya di dalam daftar pertama sepuluh keharuman alami yang paling ia suka di dunia. Bagi Kagome, jika ada surga seperti yang manusia katakan, pasti inilah rasanya berada di surga itu, tenang, nyaman, damai, di mana semua perasaan indah berkumpul menjadi satu.
"Kau harus lebih sering tertawa!" ujar Kagome.
"Hn."
Tak puas dengan jawaban singkat yang diterimanya, Kagome mengangkat wajah untuk menatap pasangannya sejenak. Di saat itulah, ekspresi buas Sesshoumaru yang tengah menggagahinya kembali terlintas di ingatan. Gadis itu lantas menunduk, matanya menangkap mokomoko lembut serta hangat yang melilit tubuhnya.
Keinginan untuk menelusuri tubuh Sesshoumaru dengan matanya, sungguh tak tertolak. Dada bidang yang terpampang terlihat tangguh sekaligus menggoda. Kala itu, Sesshoumaru hanya mengenakan hakama-nya, membuat dua garis violet di pinggulnya yang mengarah ke daerah pribadinya terekspos. Kagome tergugah untuk memuaskan rasa penasarannya, tangan kirinya bergerak secara ragu saat membelai dada kokoh Sesshoumaru ....
Iris biru kelabu gadis itu menatap apa yang telah menjadi pusat pikirannya beberapa hari terakhir dengan penuh ketakjuban yaitu: kulit dibalik haori dan hakama seorang dai youkai yang kini sedang menatapnya dengan tajam. Telapak tangannya meraba dengan halus, Kagome laksana hendak menandai tubuh sang pasangan sebagai wilayah kekuasaannya.
Sesshoumaru mengerang pelan akibat sentuhan Kagome, dan bagi Kagome itu menjadi sebuah tanda persetujuan akan perbuatannya lebih lanjut. Setelah tangannya puas membelai, Kagome bergerak turun sedikit ke bawah.
Dengan ujung cakarnya, Kagome menjelajahi garis keunguan di pinggul kanan Sesshoumaru. Ujung cakar Kagome menyeret halus, tanpa melukai, terus bergerak dari tengah garis berwarna lembayung hingga ke bagian yang mulai meruncing. Cakar Kagome terhenti saat tepi hakama Sesshoumaru menghalanginya lebih lanjut, Kagome menggeram menandakan kekecewaannya.
"Hentikan!" seru Sesshoumaru dengan lembut.
Kagome tidak menatap pasangannya saat bertanya balik, "Kenapa aku harus berhenti?"
"Sebaiknya kau berhenti atau kau tidak akan bisa berjalan hari ini walau kau ingin."
Cakar Kagome tidak berhenti bergerayang di atas kulit Sesshoumaru, "Apakah itu sebuah ancaman?" tanyanya penasaran.
"Jika itu yang kau inginkan, maka iya, itu sebuah ancaman," nada Sesshoumaru kembali dingin.
Wajah Kagome merengut mendengar intonasi itu, dia menghentikan jarinya dan menatap sang pasangan dengan pandangan yang menantang.
"Setelah apa yang telah kita lewati kau seharusnya tahu bahwa gertakan semata tidak akan menghentikan aku, ya 'kan?" tangan kiri Kagome menangkup pipi kanan Sesshoumaru, ia tersenyum.
Dengan gerakan yang sama dia menyeret cakarnya turun ke leher, melewati puting kanan Sesshoumaru, sedikit menggoresnya tapi tidak membuatnya mengeluarkan darah, dan terus bergerak mengarah ke tubuh bagian bawah Sesshoumaru. Lagi-lagi, Kagome kembali terhenti di mana ikatan hakama Sesshoumaru berada, tapi kali ini dia meraih ujung ikatan itu. Saat Kagome hendak menariknya, disaat itulah tangan Sesshoumaru yang jauh lebih besar menangkap tangannya, Kagome menatap si pemilik tangan yang telah menghentikan aksinya itu.
Suara Sesshoumaru terdengar sedikit parau, "Tidak tahukah kau bahwa aku berusaha sekeras mungkin untuk menahan diriku?" sepasang emas itu menusuk dengan gairah.
"Karena apa yang sisi buasku inginkan adalah mencicipi setiap titik tubuhmu, memaksamu untuk terus memanggil namaku kala aku memuaskan hasrat kita berdua, aku berkehendak untuk tetap membuatmu berada dalam rengkuhanku sepanjang waktu," terang Sesshoumaru dengan ketenangan seperti biasanya.
Kagome hanya bisa terpana memandang lelakinya. Wajahnya terasa terbakar, aliran darah mengumpul di kedua pipi Kagome hingga ke leher dan telinganya. Suara pria itu membuat Kagome bergidik lantaran membayangkan semua yang dikatakan oleh Sesshoumaru. Mau tidak mau otaknya membayangkan mereka kembali bersebadan, suara erangan, dan suara animalistik Sesshoumaru yang menyebutkan namanya tatkala mencapai pelepasan.
Apa yang baru saja diucapkan oleh Sesshoumaru justru menyulut nafsu gadis itu.
Pria itu lanjut mengutarakan, "Akan tetapi, Sesshoumaru ini mengkhawatirkanmu, kau belum sepenuhnya pulih."
Seketika, Kagome mengerti bahwa penolakan sang pasangan semata-mata demi kebaikannya sendiri.
'Pulih?' Satu kata itu sedikit telat ditelaah oleh gadis itu. Beberapa detik kemudian, barulah Kagome menyadari daerah kewanitaannya terasa nyeri. Tentu saja dia akan merasakan ketidaknyamanan di bagian itu setelah melakukan ritual mereka dengan wujud asli Sesshoumaru, walau perubahan wujudnya itu tidak sebesar aslinya, tapi tetap saja menyisakan rasa yang tidak menyenangkan bagi Kagome.
Kagome merasa bahagia juga tersanjung atas perlakuan Sesshoumaru. Namun, tak pelak, ia sedikit kesal pada diri sendiri karena telah bertingkah layaknya betina random di musim kawin. Merasa malu, Kagome kembali menyembunyikan wajahnya di dada Sesshoumaru.
Demi meredam ketidaknyamanan yang terendus dari pasangannya, Sesshoumaru mengangkat wajah Kagome, lalu mencium bibirnya dengan lembut.
Dia memerangkap Kagome di bawah tubuhnya, dengan kedua tangannya dia menopang kepala dan leher pasangannya. Sedangkan tangan Kagome membelai kulit halus di dada Sessshoumaru sebelum bergerak naik ke leher kemudian menangkup wajah pasangannya. Sesshoumaru menarik diri dari ciuman tanpa nafsu, Kagome tersenyum manis. Sesshoumaru mempermainkan sejumput helaian hitam milik Kagome dengan jarinya, tidak ada kata yang terucap tapi itu cukup bagi keduanya.
Dengan kedua ibu jarinya Kagome mengelus tanda berwarna magenta di pipi Sesshoumaru, mulai dari bagian yang meruncing dia bergerak pelan ke pangkalnya. Tangan Kagome tidak berhenti disitu, melainkan terus bergerak menelusuri telinga Sesshoumaru yang meruncing. Kagome menatap bentuknya, kagum. Dengan ujung ibu jarinya dia membelai lembut tepi telinga Sesshoumaru, sudah lama sekali ia ingin melakukannya.
Sebuah dengkuran lembut keluar dari dalam dada Sesshoumaru, sebuah tanda kenyamanan yang hanya akan dikeluarkan oleh jantan saat bersama betinanya. Pandangan Kagome beralih ke wajah Sesshoumaru yang tidak disangka-sangka terlihat penuh kedamaian. Kedua matanya terpejam, wajahnya yang tampan semakin terlihat rupawan disaat seperti itu. Tidak ada kesan dingin dan kejam seperti biasanya, hanya ada kehangatan dan kasih sayang.
Kagome melingkarkan kedua lengannya di leher Sesshoumaru, menariknya ke bawah dengan sedikit paksa untuk kembali melebur dalam pelukan. Kagome tertawa kecil, dia merasa sangat bahagia. Bahagia seperti yang diinginkan oleh ibunya. Tak lama berselang tawanya meredup hingga lenyap, dada Kagome tiba-tiba terasa sangat sesak. Memori tentang sang bunda yang menatap lekat dirinya, seulas senyum manis yang selalu diberikan untuk Kagome terpatri di wajahnya. Kagome dapat melihat ingatan itu dengan jelas, bagai baru terjadi kemarin. Hatinya pedih.
Tawa kecil kembali meluncur dari Kagome, tawa pilu yang menusuk-nusuk keheningan hutan. Ingin sekali ia mengabarkan pada ibunya bahwa dia telah menemukan belahan hatinya, telah memutus tali kesengsaraannya, dan mereguk kebahagiaan seperti yang dipintanya. Air mata kerinduan mulai tergenang di kedua pelupuk mata Kagome, ia tenggelam dalam bahagia yang perih. Permintaan terakhir orang yang dicintainya itu hanyalah kebahagiaan untuknya, tidak lebih. Sekarang dia merasakan kebahagiaan, dan disaat itulah semua kepedihan yang mengiris hati kembali menyeruak di dada.
"Mengapa kau bersedih?" tanya Sesshoumaru.
"Aku bahagia," elak Kagome.
Sesshoumaru tidak puas dengan jawaban pasangannya, matanya meneliti Kagome, "Aku bisa mencium bau kesedihan darimu"
Kagome masih menunduk, matanya tertutup oleh poninya yang lebat "Sesshoumaru?" nadanya ragu.
"Katakanlah!"
Pandangan Kagome terpaku pada Tenseiga yang tergeletak begitu saja di samping mereka. "Mm, Tenseiga. Pedang milikmu..." Kagome jeda sejenak "Apakah dengan pedang itu, kau menghidupkanku kembali?"
Kedua alis Sesshoumaru berkerut di tengah, ia mencoba menerka arah pembicaraan Kagome "Hn, kau benar"
Suara Kagome bagai tercekat saat mengucapkan rasa terima kasihnya "Arigatou!"
Sessshoumaru mengangkat dagu Kagome untuk menatapnya, "Apa yang kau maksudkan sebenarnya?" suara Sesshoumaru datar seperti biasanya.
Emas hangat menatap tajam, bola mata Kagome bergerak-gerak mencari tempat lain untuk menghindari tatapan Sesshoumaru "Tidak ada, hanya itu"
"Jangan bohong pada Sesshoumaru ini" nada Sesshoumaru menyiratkan kekhawatirannya.
"Aku..." apa yang selama ini Kagome pendam bertahun-tahun lamanya, secara perlahan menyelinap keluar "Mengapa aku tidak bertemu denganmu sejak dulu?" suara Kagome mulai goyah "Mengapa kau tidak ada disana untuk menolongku?" suaranya pecah oleh kesedihan "Mengapa Tenseiga tidak kau gunakan kepadanya, menyelamatkan nyawanya?" suaranya bergetar "Untuk menyelamatkanku..." tangis Kagome pecah, air mata berderai di wajah cantiknya.
Biru keabu-abuan tenggelam dalam kolam air mata harapan yang sia-sia. Tubuh Kagome berguncang oleh penderitaan yang dalam, "aku harap kau ada disana saat itu" ucap Kagome di sela-sela isak tangisnya, Sesshoumaru membelai kepalanya, menenangkan. "Aku membutuhkanmu.." ia kembali terisak "Kami membutuhkanmu..." bisik Kagome lirih dengan suaranya yang parau. Tangisnya semakin menjadi-jadi, lengan Sesshoumaru lebih kuat lagi merengkuh pasangannya, bagai ingin mengangkat segala kesedihan yang bergelayut.
Sesshoumaru hanya mendekapnya erat, ia mengerti apa yang dimaksud Kagome, tidak ada kata terucap darinya. Jauh di dalam, hatinya tersentuh oleh kesedihan yang dirasakan oleh pasangannya. Melihat Kagome tenggelam dalam tangis membuat dadanya pun sakit. Tak disangka olehnya bahwa dia seorang Sesshoumaru, akan ikut terpengaruh apa yang dirasakan oleh pasangannya.
Otaknya berpikir keras untuk menemukan cara yang dapat mengusir perasaan yang memberatkan pasangannya, dia hanya ingin permata biru keabu-abuan itu berkilat dengan kebahagiaan, bukan digenangi oleh torehan luka masa lalu. Sesshoumaru hanya ingin melihat rona merah menghiasi pipi pasangannya, bukan jejak-jejak kristal cair kesedihan.
Cukup lama Kagome membanjiri bahu Sesshoumaru. Rengkuhannya pada Sesshoumaru mengendur, sebelum terlepas. Kagome menarik diri saat tangisnya mereda, lalu menghapus semua air mata di wajahnya dengan punggung tangannya. Sesshoumaru menahan kedua tangan Kagome, kemudian menghapus sisa-sisa air mata itu dengan ibu jarinya. Kagome menghindari tatapan pasangannya, dia menunduk malu karena telah mengumbar emosinya.
"Tidak perlu malu pada Sesshoumaru ini" Sesshoumaru mengangkat wajah Kagome agar memandangnya.
Kagome menatap pasangannya, meresapi ketulusan dalam kata-kata sang alpha, dia mengangguk. Sebuah senyum kecil yang tidak biasanya merambat naik di wajah Sesshoumaru, senyum yang menular pada Kagome. Yang Kagome rasakan saat itu adalah sebuah kelegaan, seakan-akan batu sebesar kepala manusia yang selama ini menyangkut di rongga dada telah berhasil dibuangnya.
Dia tidak pernah menangis hingga tersedu-sedu seperti itu setelah kematian ibunya, tidak sekalipun. Sesshoumaru mengelus pipi Kagome dengan ujung hidungnya, bergerak ke kanan dan ke kiri beberapa kali sebelum menyeretnya ke rahang Kagome lalu bergerak turun ke leher. Setelah bertahun-tahun lamanya Kagome menangis sendiri, jauh terkucil di dalam diri pada masa sang hanyou tangguh mengambil alih dia mempunyai seseorang tempat berbagi.
Sebuah tempat untuk berteduh saat ia lelah menghadapi hantaman masa lalu, sebuah bahu untuk bersandar, seorang pasangan yang membuatnya merasa dibutuhkan dan dicintai. Sebuah perasaan indah yang tidak setara dengan apapun. Saat ini tidak ada satu kekuranganpun bagi Kagome, dia merasa... sempurna.
Kagome tersenyum, namun lagi-lagi dia merasakan sesuatu yang mengganjal di pikirannya. Ngomong-ngomong tentang sempurna "Sesshoumaru?" yang ditanya sedang sibuk menarik turun kimono yang digunakan untuk menyelimuti tubuh polosnya, membuat dada Kagome kembali terekspos.
"Hn" jawab Sesshoumaru yang masih sibuk mengelus kulit Kagome dengan ujung hidungnya. Kali ini daerah yang diserangnya adalah pundak Kagome, Sesshoumaru bergerak disepanjang tulang selangka sebelum kembali ke lekuk di tengah kedua tulang itu bertemu. Selagi hidungnya sibuk mengelus, tangan Sesshoumaru tidak hanya diam tapi juga membelai lembut kedua sisi tubuh Kagome.
Kedua tangan Kagome yang menangkup wajah Sesshoumaru tidak melakukan apa-apa untuk menghentikannya "Apakah ada sesuatu yang kita lupakan?" Kagome menguras otak, mengingat sesuatu yang telah dilupakannya. Sialnya, apa yang dilakukan Sesshoumaru tidak membantunya sama sekali untuk berpikir.
Hidung Sesshoumaru menjelajah daerah di atas bukit di dada kagome "Tidak ada" jawab Sesshoumaru cepat.
Kagome melenguh saat Sesshoumaru menyeret hidungnya diantara kedua gundukan indah miliknya "Aku rasa ada" susah payah Kagome berkata. Saat dia merasa hampir menggapai jawaban yang muncul di otaknya, di saat itu juga jawabannya kembali hilang, pusat perhatiannya kembali terseret oleh sentuhan Sesshoumaru. "Dan aku rasa apa yang kau lakukan saat ini berbanding terbalik dengan apa yang kau katakan sebelumnya"
Sesshoumaru menghadiahi kecupan kecil di bawah pusar Kagome "Menurutmu begitu?" nadanya sedikit acuh, dia lebih fokus akan apa yang sedang dilakukannya.
"Sesshoumaru, ada sesuatu yang kita lupakan" nadanya mulai serius.
"Hn"
"Iya, tapi aku lupa apa itu..." dengan kedua tangannya Kagome sedikit memaksa wajah pasangannya untuk menatapnya, bila ia tidak segera menghentikannya, Sesshoumaru mereka akan memulai sesi lain, dan itu mengingatkan Kagome akan rasa nyeri yang masih dirasakannya. "Sesshoumaru, aku masih ingin melanjutkan perjalanan dengan berjalan di atas kedua kakiku" perjalanan? benak Kagome.
Perjalanan yang mereka tempuh mengingatkan Kagome dan Sesshoumaru pada satu mahluk, mereka berdua saling pandang dan mengucapkan satu nama secara bersamaan "Jaken!" seru Kagome, sedangkan Sesshoumaru dengan nada bosan seperti biasanya.
.
.
.
"Sesshoumaru-samaaaa" Jaken berlari terbirit-birit dengan kedua kaki hijaunya yang pendek mendekati mereka "Dari mana saja Sesshoumaru-sama?" pekik Jaken. Kedua tetes besar air mata menggantung rendah di pelupuk matanya, siap untuk mengalir karena kebahagiaan lantaran tidak dilupakan oleh tuannya.
"Tidak dari mana pun" jawab Sesshoumaru pendek.
"Tidak mungkin kau tidak dari mana pun, Tuanku," tubuh Jaken yang berada di depan diinjak oleh Sesshoumaru.
Muka Kagome mengernyit melihat kejadian itu, antara menahan tawa, dan kasihan pada Jaken. Jaken segera bangkit lalu berlari lagi mendekati tuannya yang acuh.
"Aku patuh padamu tuanku, aku tetap menunggumu di tempatku berdiri" ia berjalan tepat di kanan belakang Sesshoumaru "Itu semua karena kau tiba-tiba menghilang!" bentak Jaken "Dasar kau han~"
"Jaken!" potong Sesshoumaru, nadanya berbahaya.
"I-i-i-ya tuanku" Jaken menunduk dalam, tidak berani menatap sang tuan yang melemparkan tatapan kejam kepadanya.
"Kau akan menghormati pasanganku sama seperti kau menghormatiku. Bila tidak..." Sesshoumaru berhenti sejenak, menekankan keseriusannya. "Aku akan membunuhmu!"
Mendengar kata pasangan Jaken menganga lebar, dagunya hampir saja menyentuh tanah. Dengan gerakan yang terpatah-patah Jaken menoleh kepada Kagome yang tersenyum manis, kemudian ke tuannya, lalu ke Kagome lagi.
"Apakah kau mengerti Jaken?" tanya Sesshoumaru.
Sulit bagi Jaken untuk menarik rahang ke atas agar mulutnya menutup, berita itu benar-benar membuatnya syok. "I-i-i-iya tuanku, aku mengerti" Jaken menunduk dalam kepada Kagome yang berada di belakangnya "Maafkan atas kelancanganku Kagome-sama" lama dia tidak mengangkat kepalanya.
"Jaken!" panggil Kagome yang sudah jauh berjalan bersama Sesshoumaru "Kau akan tertinggal bila tidak segera menyusul" Kagome teriak dari kejauhan.
"Ba-ba-baik" Jaken berlari pontang-panting.
Sepanjang perjalanan Jaken tertegun. Untuk pertama kalinya setelah berabad-abad hidup yang dimilikinya, hari itu mulutnya terkatup rapat, otaknya berputar memikirkan sang tuan dan pasangan yang juga harus dilayani olehnya. Bukan kali pertama tindak-tanduk sang tuan tidak dimengerti olehnya. Sesshoumaru-sama yang membenci manusia malah mengurus Rin. Pada awalnya Jakenpun sama sekali tidak menyangka sang tuan yang membenci hanyou akan menjadikan hanyou sebagai pelayan bersama dirinya.
Dan sekarang, sang tuan yang dihormatinya ternyata mengambil hanyou itu sebagai pasangan. hanyou yang selama ini selalu direndahkannya, Jaken pikir Kagome akan memandangnya dengan seringaian penuh kemenangan saat tadi dia mengangkat kepalanya setelah berlutut kepadanya. Jaken takut Kagome akan membalas perkataannya yang selama ini penuh penghinaan kepadanya. Tapi kenyataannya tidak, karena itu Jaken sangat bersyukur Kagome tidak menaruh dendam kepadanya karena itu sebuah jaminan hari-harinya tidak akan bertambah sulit.
~.
Perjalanan mereka terasa lambat, kini mereka berada di pembukaan hutan yang lain setelah berjalan jauh meninggalkan hutan tempat mereka bertemu Kaguya. Matahari telah lama tergelincir turun dari singgasanannya di atas langit, digantikan oleh sinar rembulan yang lembut. Para binatang diurnal sudah masuk ke sarangnya masing-masing untuk memulihkan tenaga setelah seharian berjuang hidup. Baru saja mereka hendak mencari tempat untuk bermalam saat aura gelap dan kuat dari youkai terpancar, bau kejahatan terendus, bahkan langitpun ikut murung.
Langkah Sesshoumaru berhenti, tanpa menoleh kebelakang dia berkata "Menyingkirlah!" perintahnya.
Jaken tidak pernah membantah bila itu berhubungan dengan keselamatannya. Cepat-cepat ia berlari mencari tempat berlindung yang aman, sebuah semak-semak dekat pohon besar jauh di belakang Sesshoumaru yang menjadi pilihannya.
"Pengganggu lain lagi?" tanya Kagome dengan nada malas, Sesshoumaru tidak menjawab. Telinganya berkedut saat langkah kaki terdengar.
Sebuah suara asing laki-laki menjadi jawaban atas pertanyaan Kagome. Sosoknya muncul tiba-tiba di tengah jalan yang hendak mereka lalui. "Lama tidak berjumpa Sesshoumaru-sama atau kupanggil penguasa wilayah?" sebuah senyum tersungging di bibirnya yang berwarna hijau "Senang akhirnya bisa bertemu denganmu"
"Kau senang karena Sesshoumaru-sama akan menghabisimu hah?" teriak Jaken dengan sengit dari kejauhan sambil mengacungkan tongkat berkepala duanya keudara.
"Kagome, berlindunglah bersama Jaken!" nada Sesshoumaru sedikit lebih keras dari sebelumnya.
"Tidak akan!" jawab Kagome sengit.
Sesshoumaru menoleh, sorot matanya garang. "Kau akan mendengarkan perkataanku!"
"Kau pikir aku akan membiarkanmu bersenang-senang sendirian?" Kagome merajuk.
"Patuh padaku!"
"Si~" kata umpatannya terpotong, Kagome beranjak menjauh pergi dengan wajah merengut. Kagome berdiri di sisi luar semak, tempat Jaken berlindung
Rambut youkai itu berwarna merah hati, senyawa dengan warna iris matanya. kimono putihnya dilapisi oleh pelindung tubuh berwarna merah seperti rambutnya, hakama putihnya dimasukan kedalam sepatu boots. Dia membawa sebuah kipas besar yang pegangannya panjang berwarna emas, kipas itu berbentuk seperti helaian bulu merak yang juga berwarna merah hati.
"Tampaknya kau membawa hadiah untukku Sesshoumaru?" mata merahnya tertuju pada Kagome, dai youkai yang ditanya tidak menjawab.
"Seperti yang kau tahu Sesshoumaru, ini adalah wilayah kekuasaanku. Akulah sang dewa api yang melindungi tempat ini, para penduduk menyembahku, mereka bahkan memberikan persembahan untukku"
"Dewa api?" gumam Kagome yang berdiri di depan semak tempat Jaken bersembunyi.
"Kyora, youkai yang mengaku sebagai dewa api itu adalah satu dari empat youkai yang menyebut diri mereka sebagai Empat Dewa Perang. Mereka adalah musuh dari penguasa wilayah Barat yang terdahulu, dengan kata lain mereka adalah musuh dari Inu no Taisho, ayah Sesshoumaru" terang Jaken pada Kagome yang mengangguk.
"Dulu keempatnya adalah youkai yang mengkhususkan diri membunuh para hanyou untuk menambah kekuatan mereka, karena itulah mereka diburu oleh Inu no Taisho. Sebelum kematiannya, sang dai youkai telah mengalahkan tiga lainnya, Ryura, Jura, dan Gora. Sayangnya pada saat itu Kyora berhasil melarikan diri".
Titik perhatian Kagome tertuju pada Sesshoumaru yang akan menghadapi musuh, kekhawatiran yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan kini menggelayutinya.
"Kau menyebut dirimu dewa?" tanya Sesshoumaru sinis.
"Jangan pernah meremehkan kekuatan seorang dewa, Sesshoumaru" nada bicaranya penuh dengan kepercayaan diri.
"Kau akan mengalami nasib yang sama dengan ketiga saudaramu Kyora" teriak Jaken.
"Cukup omong kosongnya, mari mulai pertunjukkan sebenarnya" posisi tubuhnya berubah, siap menyerang "Sebuah kehormatan untukku.." taringnya menyembul keluar "Aku akan menjamu tamu kehormatanku dengan sepenuh hati"
"Aku akan mengulitimu hidup-hidup" ucap Sesshoumaru tajam.
"Bisakah kita mulai sekarang Sesshoumaru?"
Sesshoumaru menarik Bakusaiga dari obinya, matanya awas. Beberapa burung phoenix api meluncur keluar dengan kecepatan tinggi menyerang ke arah Sesshoumaru dari kipas merah besar milik youkai yang mengaku sebagai dewa api. Sesshoumaru melompat mendekat, Bakusaiga terjulur, sangat siap menebas si dewa api gadungan.
youkai yang berambut merah itu terus menerus lari mundur menghindar secara zig-zag, Sesshoumaru terus berlari menempelnya, tidak ingin sang mangsa berlari menjauh dari daerah serangannya. Kyora tahu dia akan kalah bila bertarung dalam jarak dekat dengan Sesshoumaru, karena itu dia terus menghindar. Kyora salto, melayang di udara. Sang dewa api mengibaskan kipasnya, serta merta ledakan api besar bergumpal berbentuk silinder mengelilingi Sesshoumaru, sang dai youkai tertelan dalam ledakan api besar.
Hanya menonton pertarungan seperti itu hanya membuat Kagome cemas, sangat berbeda bila dialah yang terlibat di dalamnya "Sesshoumaru!" ucap Kagome lirih, dia sudah maju selangkah. Tapi Nintojou, tongkat Jaken yang berkepala dua menahannya.
Sang dewa api tertawa "Kau tidak sekuat yang mereka bicarakan" ledeknya.
Satu titik cahaya biru menerobos keluar dari dalam kurungan api itu, disusul oleh beberapa cahaya biru yang sama keluar dari beberapa tempat. nagayouki Sesshoumaru yang biru terang menjadi berwarna sedikit keunguan saat bercampur dengan aliran youki berwujud ledakan api lawan yang mengelilinginya. youki biru melahap api Kyora dengan mudah, kekuatan aliran youki Sesshoumaru yang jauh lebih besar menelan api sang dewa api palsu.
"Aku memang tidak berharap serangan kecilku itu dapat mengalahkanmu Sesshoumaru" kata-katanya kemudian penuh dengan kontradiksi.
Tidak terima serangannya dihempaskan begitu saja oleh Sesshoumaru sang youkai kembali melancarkan serangan bertubi-tubi. Burung-burung phoenix api kembali mengarah kepada Sesshoumaru, dengan mudah serangan itu dihalau oleh tebasan pedang Bakusaiga. Sesshoumaru berhasil menempel sang lawan, dia tidak akan membiarkannya melancarkan gempuran lebih jauh lagi. Bakusaiga beradu dengan pegangan kipas api milik Kyora, kilatan aliran youki mengalir di kedua senjata yang berbenturan.
"Kau sangat menikmati ini kan Sesshoumaru, saat-saat yang indah bagi kita. Merasakan hidup setiap kali kau hendak menebas musuh" ucap youkai yang mengaku dewa api itu dengan nada mengalun.
"Jangan samakan diriku dengan youkai sampah rendahan sepertimu!" ucap Sesshoumaru dengan geram.
"Benarkah?" youkai berambut keriting berwarna merah itu melompat mundur jauh kebelakang. Dia tertawa, tawanya penuh hinaan "Bahkan kaupun tidak bisa mengalahkanku" koarnya.
Sesshoumaru berlari dengan cepat, Bakusaiga terjulur. Dengan satu tebasan tubuh sang youkai tercerai-berai menjadi serpihan api di tanah, sang youkai menghilang. Sesshoumaru memicingkan matanya, baru saja dia menolehkan kepalanya saat musuhnya tiba-tiba berada di belakangnya lalu menyerang punggungnya dengan ledakan api dari kipasnya. Sesshoumaru terdorong dua langkah ke depan oleh serangan itu tapi tidak sampai jatuh.
Wajah Sesshoumaru mengeras, menatap sang lawan. Dewa api itu melompat dan dengan cepat muncul di depan Sesshoumaru dengan tubuh terbalut api dia kembali menyerang secara bertubi-tubi. Bakusaiga dan kipas api itu kembali beradu, kali ini Sesshoumaru yang terpukul mundur, hingga Bakusaiga terpental beberapa ratus meter jauhnya dari mereka. Sesshoumaru hendak mengambil Bakusaiga tapi jalannya dihalangi oleh gempuran burung api dari Kyora, dia hanya bisa mundur untuk menghindari serangan.
"Sesshoumaru!" pekik Kagome, dia hendak maju, tapi lagi-lagi terhalang oleh Jaken.
"Sesshoumaru-sama akan membunuhku bila kau ikut campur dalam pertarungan ini" ucap Jaken panik.
"Bila kau terus menghalangiku bukan Sesshoumaru yang akan membunuhmu tetapi AKU!" ucap Kagome setengah berteriak.
Meninggalkan Jaken, Kagome berlari mendekati mereka, Yoarashi di tangan. Dia merasa harus ikut turun tangan, dia harus melakukan sesuatu. Pilihannya adalah mengambil Bakusaiga atau mencampuri pertarungan mereka, Kagome tahu Sesshoumaru akan sangat marah bila dia mengambil pilihan yang kedua tapi Bakusaiga jauh di seberang tempatnya berada, mau tidak mau Kagome harus melewati pertempuran mereka untuk meraih Bakusaiga. Aliran youki sudah mengalir di Yoarashi tapi Kagome masih belum bisa meluncurkan serangan. Sial, bila mereka terus menempel seperti itu aku tidak bisa menyerang. Benaknya.
Sesshoumaru menyadari kedatangan Kagome, dari sudut matanya dia dapat melihat Kagome siap menyerang lawannya dengan Yoarashi. Bodoh! Pikirnya. Lantaran kedatangan Kagome Sesshoumaru menjadi lengah sang musuh kembali melesakkan hantaman yang tidak dapat dihindarinya, ledakan api kembali membalut tubuhnya.
Kagome mendekatinya, "Apakah kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan kekhawatiran yang terpancar dengan jelas dari wajahnya.
Namun ekspresinya tetap tidak berubah, dingin. "Menjauhlah!" perintah Sesshoumaru.
"Tidak setapakpun!" tolak Kagome dengan keras kepala, "aku tidak akan pergi, aku akan bertarung denganmu"
Sesshoumaru menggeram "Kau tidak akan bertarung!" mereka bertukar tatapan keras, tidak mau menyerah dengan pendirian masing-masing.
"Apakah kalian sudah selesai berdebat?" tanya Kyoran "Bila sudah, aku akan dengan senang hati mengirimkan kalian berdua ke akhirat"
Seshoumaru mengalihkan perhatiannya dari Kagome ke musuhnya, ia bertekad mengambil Bakusaiga kemudian segera menyelesaikan pertarungan itu agar pasangannya dan pewarisnya tidak terancam bahaya.
Aliran youki yang keluar dari Yoarashi menghantam burung api sang musuh. Burung-burung itu dengan mudah melahap serangan Kagome, lalu mengarah kepadanya sebagai sasaran yang terlambat bergerak. Dengan mudah Sesshoumaru menarik Kagome, mengangkat tubuhnya dengan satu tangan, lalu melompat sedetik sebelum burung api melahap tubuh pasangannya. Mereka berdua mendarat di tempat yang aman, namun semakin jauh dari tempat Bakusaiga berada, Sesshoumaru menurunkan Kagome di tanah.
Lagi-lagi dewa api gadungan menyerang, jumlah serangannya bertambah, burung api yang mengarah kepada mereka lebih besar. Sesshoumaru kembali melompat menghindar dengan Kagome di dekapannya. Mereka kembali mendarat di tempat aman dalam artian belum tersentuh api Kyoran, sekeliling mereka telah terlahap api. Kehancuran besar-besaran terjadi di tempat yang tercium api dan hantaman aliran naga dari Bakusaiga, beberapa lubang besar di tanah tercipta, pohon-pohon terbakar. Hutan di malam itu menyala terang oleh api perang.
Disaat itulah Sesshoumaru merasakan aliran energi yang tidak biasa, Odachi yang selama ini hanya seperti hiasan tersangkut di punggungnya kini berdetak, memanggil untuk digunakan sama persis seperti Tenseiga dan Bakusaiga. Tidak perlu waktu lama bagi Sesshoumaru untuk berpikir, tangan kanannya meraih pegangan Odachi yang menyembul dari balik bahu kirinya. Pedang yang begitu panjang itu terasa ringan ditangannya, detakan Odachi menjadi lebih kuat.
Kagome hanya menatap apa yang dilakukan pasangannya tanpa kata, baru pertama kali dia melihat Sesshoumaru mengeluarkan pedang itu. Kagome mundur beberapa langkah untuk memberi Sesshoumaru ruang gerak, tapi cukup dekat untuknya memberi bantuan bila sewaktu-waktu pasangannya terdesak. Kyoran dan gempurannya kembali mendekat, burung phoenix api dan ledakan api berbentuk silinder berpadu menjadi satu serangan mematikan. Tapi dia tidak gentar, selama Sesshoumaru ada disisinya.
"Kau belum menjawab pertanyaanku Sesshoumaru" desak Kyoran "Kau pernah merasakan kesenangan seperti yang kurasakan sekarang kan? Rasa meledak-ledak saat hidupmu akan berakhir di tanganku!"
Dengan satu tangan Sesshoumaru mengangkat pedang Odachi secara horizontal sebatas dada, aliran youki berwarna putih yang menyilaukan terlihat berputar dari pegangan hingga ujung pedang, semakin lama aliran itu semakin besar.
"Berbicara denganmu hanya membuang tenagaku" nada Sesshoumaru dingin.
Aliran youki yang mengalir pada Odachi semakin mendesak, satu ledakan dilepaskan mengarah pada Kyoran. Mengikuti intuisinya, Sesshoumaru menancapkan ujung pedang Odachi ke tanah.
Ledakan Odachi menghantam Kyoran, namun tidak ada yang terjadi. "Aku tidak percaya seranganmu tidak berpengaruh apa-apa kepadaku" Kyoran berkata di sela-sela tawanya.
Tanpa disadari oleh dewa api itu, aliran youki dari Odachi yang ditancapkan di tanah mengalir dan jauh lebih kuat dari yang dilepaskan Sesshoumaru di udara langsung ke arah Kyoran. Aliran youki itu menembus dari bawah tanah yang dipijak oleh Kyoran, youki dari Odachi menyeruak hebat, menghantarkan tiga pilar kekuatan dahsyat yang melumat tubuh sang lawan. Tubuh Kyoran hangus lalu menghilang begitu saja, diiringi oleh jeritan penderitaan yang teramat dalam.
"Aku hanya melawan lawan yang tangguh" nada Sesshoumaru penuh dengan harga diri.
Setelah tidak ada suara yang tersisa dari sang lawan, Sesshoumaru sejenak tercenung menatap Odachi di dalam genggamannya. Inikah kekuatan yang selama ini diinginkannya untuk menggenapi jalan penaklukan yang ditempuhnya? Mengapa baru kali ini dapat digunakannya? Kedua alis Sesshoumaru berkerut di tengah saat ia kembali menyarungkan Odachi, kata-kata Bokuseno kembali terngiang di kepalanya. Mengalahkan Kyoran mengarahkan dirinya pada satu lagi mozaik dalam hidupnya, misteri yang harus segera dipecahkan olehnya.
Jaken telah bergabung dengan mereka sambil membawa Bakusaiga "Kita harus bergegas" suara baritone Sesshoumaru terdengar sedikit mendesak.
Belum sempat Kagome bertanya, Sesshoumaru sudah memeluknya dengan satu tangan lalu ia melesat terbang, Jaken dengan cepat berpegangan erat pada ujung mokomoko. Kagome memeluk erat Sesshoumaru, pemandangan disekelilingnya hanyalah kelebatan malam.
"Istana Inuyamakah tujuan kita?" tanya Kagome setengah berteriak di antara terjangan angin yang menderu karena kecepatan yang ditempuh Sesshoumaru.
"Hn"
.
~Sess/Kag~
.
04/06/2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top