Chapter 16 - The Bond Between Them
Warnings : Long chapter, 6k. Contains another explicit lime, beastiality, and a little bit blood.
.
Black String of Fate
.
Dengan satu langkah ringan, Sesshoumaru melayang, lalu terbang rendah di antara pepohonan. Dia memusatkan diri kepada sisa-sisa aroma Kagome yang mengambang di udara, jejak bau seseorang akan lebih cepat menghilang di udara bila dibanding di tanah. Kala itu, harum sang pemilik Yoarashi belum pudar di udara, itu berarti Kagome belum terlalu jauh.
Ujung kedua alis Sesshoumaru berkumpul di tengah, matanya memicing untuk memindai sosok apa pun di kejauhan. Sekelebatan pergerakan berwarna putih berhasil ditangkap matanya beberapa ratus meter di depan, tidak salah lagi, itu adalah Kagome. Tentu, ia tidak akan membiarkan gadis itu pergi.
Satu tangan Kagome menyingkap pakaiannya agar dia bisa bebas berlari. Itu membuat seluruh kaki kanannya hingga pangkal paha terekspos. Walau begitu, tetap saja kimono itu memperlambat larinya.
Tatkala berlari, hutan di sekelilingnya menjadi buram, bukan karena kecepatan, tapi karena sengatan di rongga hidung dan netranya. Selain itu, dadanya terasa berat dan asak untuk bernapas.
Tanah yang licin sebab hujan semalam dan kimono yang dipakainya membuat Kagome terjungkal ke tanah dengan keras saat menyadari dia hampir menangis. Perempuan itu mengeluarkan suara merintih yang lumayan keras, bukan karena sebuah serpihan kayu mungil yang menancap di telapak tangan kanan atau lututnya yang lecet, tapi disebabkan luka tanpa darah di hatinya.
.
.
.
Dengan kasar, dia menarik serpihan kayu itu dari tangannya, dan mengelap darah di lututnya dengan telapak tangan kirinya sebelum bangkit berdiri. Kagome bimbang sesaat, dia menunduk menatap kimono-nya yang telah diwarnai merah kecokelatan di beberapa bagian.
Tangan kirinya telah merenggut bahan itu dibagian pertengahan paha, cakar jari di telunjuk tangan kanannya sudah mengancam untuk merobek, tapi gerakannya terhenti saat kelembutan sutra yang terasa di tangan kirinya membuatnya mengingat alasan mengapa dia berlari. Lututnya terasa lemah, tidak kuat menopang tubuhnya lagi.
Ia tidak mungkin tega merusak pemberian Sesshoumaru.
Satu nama itulah yang telah membuat hatinya remuk redam. Rasa sakit itu bagai menjalar dari dada ke seluruh tubuhnya. Sesshoumaru membuat dia tidak seperti dirinya sendiri. Dia sungguh merasa dungu karena telah menjadi lemah sampai tertelan bulat-bulat oleh ilusi indah yang menyedihkan. Semua impian itu tidak berhak dimilikinya.
Aura youki kuat dengan cepat mendekatinya, telinga segitiga gadis itu bergerak miring ke tempat suara itu berasal. Kagome tahu siapa yang mendekatinya, Sesshoumaru! Kagome tidak menyangka bahwa dai youkai itu akan dengan segera mengejarnya. Melanjutkan pelarian terasa percuma, tapi itu yang dilakukannya. Kagome memacu kaki dan memaksa otot tubuhnya bergerak secepat mungkin.
Sebagai ras inu youkai, kegiatan kejar dan tangkap adalah yang paling menyenangkan bagi Sesshoumaru. Permainan itu menggunakan instingnya, membangkitkan sisi animalistic-nya, apalagi bila sang buruan adalah subjek yang kini menjadi obsesinya.
"Kau masih saja bergerak lambat!" suara baritone yang familiar menyapu telinga gadis itu. Serta-merta, Kagome menoleh dan mendapati Sesshoumaru telah berlari di sampingnya. Itu pun bila terlihat mengambang satu meter di atas tanah dengan cepat dapat disebut berlari.
"Berhenti mengikutiku!" tukasnya sewot.
"Berhenti berlari!" perintahnya tegas.
Tentu saja Kagome tidak mau patuh, "Kau pikir dirimu siapa, hah!?" semburnya, kemudian ia mendengus kesal.
Sesshoumaru mendahului Kagome lalu memalang jalannya.
"Jangan menghalangi jalanku!" seru gadis itu dengan lantang.
Sesshoumaru berjalan maju setapak, Kagome mundur selangkah. Pria itu terdiam sejenak, ia mencermati perempuan yang ia idam. Permata biru kelabu milik gadis itu berkilat dengan kemarahan, dadanya kembang kempis, wajahnya merah karena berlari.
Raut wajah Kagome menampakkan amarah dan selapis tipis kesedihan. Sesshoumaru meneliti tubuh sang hanyou, ingin mengetahui dari mana asal dari bau darah samar yang diciumnya, bau darah gadis itu saat ini sedikit berbeda. Dan tak butuh lama untuk mengetahui tangan dan lutut Kagomelah yang terluka.
"Kau terluka," sebuah pernyataan dari Sesshoumaru.
"Hanya lecet."
"Hn."
Pangkal alis Kagome lantas bertemu atas kepedulian yang diberikan Sesshoumaru, "Secepat itukah kau memuaskan hasratmu?" nadanya mengejek. Ia tahu, ia tidak seharusnya melisankan rasa penasarannya akan hal itu, tapi ia sulit sekali menahan diri.
Sebagai respons, salah satu alis Sesshoumaru terangkat sedikit menanggapi pertanyaan Kagome yang blak-blakan.
Setitik rasa malu langsung menghinggap. Pandangan gadis itu turun, "Tinggalkan aku sendiri!" pintanya.
"Bila aku tidak mau?" tanya Sesshoumaru dengan dingin.
"Lalu apa yang kau mau? Bertarung denganku?" belum juga kalimatnya selesai Kagome sudah melompat dan berpura-pura hendak menyerang.
Dengan mudah, Sesshoumaru berpindah tempat. Kagome merasa menang, niatnya membuat Sesshoumaru menyingkir dari jalannya telah berhasil, dia langsung berlari secepat kilat. Semudah Sesshoumaru menghindari ancamannya, semudah itu pula dia kembali menutup jalan Kagome dengan postur tegapnya.
Kagome mengayunkan cakar tajamnya. Namun, dengan gerakan santai Sesshoumaru mengelak. Gadis itu mengulang upaya pada tiap tempat sang penguasa wilayah menjejakkan kakinya. Dengan keanggunan maksimal dan tidak terlihat menggunakan tenaga sama sekali, pria itu terus mengelak.
"Gaya berkelahimu masih seperti anak kecil," komentar Sesshoumaru sedatar ekspresi wajahnya.
"Baiklah, kalau begitu." Kagome mencabut Yoarashi dari pinggangnya, dengan gerakan yang tidak tertangkap oleh mata gadis itu, tangan kiri Sesshoumaru sudah mencengkram erat lengan kanannya yang telah menggenggam pedang, sedangkan tangan Sesshoumaru yang lain meraih Yoarashi dari genggaman Kagome lalu disangkutkan ke obi pria itu.
"Hey, kau hanya menginginkan Yoarashi ternyata!" Kagome setengah berteriak, tangan kirinya menggapai-gapai, berusaha merebut kembali pedang itu dari Sesshoumaru, tapi sia-sia. "Kembalikan sekarang juga! Itu milikku!" ujarnya galak.
Setelah menyangkutkan Yoarashi ke obi-nya, tangan kanan Sesshoumaru memegang pergelangan tangan kiri Kagome. "Akan kukembalikan setelah kita selesai berbicara," ucap Sesshoumaru setenang biasanya, "Sesshoumaru ini tidak ingin bertarung denganmu."
"Lalu, untuk apa kau berbicara denganku?" sorot mata Kagome tajam menusuk, "Aku hanya seorang hanyou rendahan, tak lebih dari sampah. Seorang dai youkai yang sempurna sepertimu akan tercemar oleh keberadaanku, kau akan terhina bila berbicara denganku," Seraya berusaha melepaskan diri dari belenggu pria itu, Kagome melafalkan isi pikirann.
"Diam dan dengarkan aku!" suara Sesshoumaru penuh wibawa, membuat Kagome mau tidak mau menutup mulutnya untuk sesaat dan berhenti memberontak.
Sunyi di antara keduanya, mereka hanya saling melontarkan tatapan marah. "Aku tidak mau lagi menjadi pelayanmu, lebih baik aku mati!"
"Bukan itu yang kuinginkan," lamat-lamat, suara Sesshoumaru melembut.
"Lalu apa yang sebenarnya kau inginkan selain meracau, Brengsek?" Kagome menyeringai hingga menampakkan taringnya, dia tahu kata terakhir akan sangat menganggu Sesshoumaru.
Telinga pria itu mulai panas, "Kubilang jaga kata-katamu ... " keraguan Sesshoumaru di akhir kalimat malah membuat Kagome semakin geram.
Kagome berusaha menarik tangannya dari cengkraman Sesshoumaru "Kau mau bilang jaga kata-katamu apa? Hanyou? Wanita? Atau ..., " dengan sengaja, kalimat itu tak diselesaikan. Kagome tertawa hambar, "Aku tidak mengerti, ia yang menjajakan tubuh padamu, tapi justru dia yang menudingku," dia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Emosi gadis setengah siluman itu belum sepenuhnya mereda, tapi intonasinya lebih rendah dari sebelumnya kala melanjutkan, "Kurasa, aku saja yang bodoh, salahku yang tanpa sadar memandang tinggi dirimu. Faktanya, mungkin saja kau memang akan selalu mengambil kesempatan dari siapa pun, bahkan dari hanyou yang katanya 'menjijikkan' sepertiku!"
"Kau menghinaku dengan mengatakan bahwa aku mengambil kesempatan dari siapa pun," Sesshoumaru terdengar tidak senang.
Gadis bersurai hitam itu mengabaikan pertanyaan balik lawan bicaranya. "Bukankah sudah sangat jelas terlihat bahwa kau dan Kaguya yang pelacur? Kalian mengikat obi kalian di depan!" Kagome berdekah sejenak. "Bukankah itu anggapan mutlak bagi manusia? Itu sama saja dengan menuliskan kata 'aku ini pelacur' di dahimu!"
Sikapnya masih dingin, kata-katanya diucapkan dalam ketenangan, "Sesshoumaru ini tidak terikat oleh pandangan yang dibuat oleh manusia."
Kagome mundur sedikit, "Kalau begitu, apa yang kau pedulikan? Tidak ada! Satu-satunya yang kau pedulikan adalah dirimu sendiri," Kagome berkata lantang, "Semua makhluk akan mendengar bahwa kaulah satu-satunya penguasa wilayah, walau pada kenyataannya akulah yang telah menghabisi Tokushin, Kuroichi, bahkan Tokugawa!" Kagome setengah berteriak.
Mereka berdiri berhadapan, tidak lebih dari selangkah, "Kau bukan penguasa wilayah mutlak. Penaklukanmu itu tidak akan ada artinya bila aku masih hidup."
"Tentu saja aku bisa mengalahkanmu. Dan, aku bisa membunuhmu bila aku mau," koar Kagome.
"Tapi kau tidak ingin mengalahkanku, kau tidak ingin membunuhku. Itu pun berlaku untukmu," ungkap pria bersurai putih itu. "Aku tidak ingin membunuhmu, Kagome" nadanya dingin seperti biasanya.
Namanya kembali disebut, pertahanan Kagome melemah. Dengan segera, dia menampik dan menguatkan kembali niatnya untuk melepaskan diri dari Sesshoumaru.
"Kau yang menerima semua gelar kehormatan, padahal aku yang bertaruh nyawa. Kau selalu mengisi tempat terpandang dan aku selalu menjadi sebuah penyimpangan! Sudah, cukup. Lebih baik kita tuntaskan di sini. Aku tidak ingin lagi menjadi pelayan maupun pengikutmu."
"Apakah kau sudah selesai?" tanya Sesshoumaru dengan nada monoton.
Yang ditanya tak menyahut.
Setelah hening, cukup lama. Sesshoumaru menyatakan, "Kau bukan lagi pelayanku."
Kagome memandang pria itu dengan garang.
Sang inu youkai mengimbuhkan, "Kau tidak pernah menjadi pelacurku," Sesshoumaru melangkah mendekat, tubuh mereka hampir menempel."Sisi buasku menginginkanmu, Kagome."
'Dia menginginkanku?' benaknya bertanya-tanya, Kagome mencoba mengabaikan kata-kata Sesshoumaru yang semakin melemahkan tekadnya untuk pergi. Disaat yang sama, ia mencium aroma wanita penggoda itu. Hidung Kagome berkerut di tengah, ketika harum khas Kaguya yang menempel di hakama Sesshoumaru menyeruak. "Bau cairannya menempel padamu, memuakkan!?"
"Hn." Sesshoumaru mengiakan, lalu melanjutkan "Tetapi, apakah kau mampu mencium bau kebangkitanku ..., " ia memangkas jarak, tubuh mereka kian dekat, "Kagome?"
Tak mampu disangkal, jantung gadis itu berdentam kian lantang tiap kali pria itu menuturkan namanya. Diam-diam, Kagome mengendus Sesshoumaru, dan apa yang dikatakannya terbukti. Kagome tidak dapat mencium bau kebangkitan dari diri pria itu, dia berkata jujur. Bila Sesshoumaru 'membersihkan' dirinya dengan aliran youki seperti yang pernah dilihatnya beberapa waktu lalu, pasti tidak ada bau Kaguya yang masih menempel di pakaiannya.
Kagome tidak menyangkal bahwa apa yang baru diketahuinya itu membuatnya merasa bimbang dan senang. "Aku sama sekali tidak peduli," bohong!
"Aku tahu bahwa kau menginginkan Sesshoumaru ini."
"Aku tidak!" sergah Kagome cepat-cepat.
"Dusta!" kedua mata Sesshoumaru setengah terpejam, dia sedang membaui Kagome, "Aku bisa mengendusnya, baumu lebih manis saat bersuka cita. Kau bahagia saat mendengar bahwa Sesshoumaru ini menginginkanmu. Meski begitu, aku masih bisa mencium setitik ketakutan didirimu, dan itu bagus, kau memang seharusnya merasa sedikit takut kepadaku," Sesshoumaru mengatakan itu dengan kebanggaan. Ketakutan seseorang kepadanya hanya akan membuat harga dirinya melonjak tinggi, terlebih lagi dari wanita berapi-api yang ingin ditaklukkan olehnya.
"Aku tidak takut kepadamu! Tidak sama sekali!" tampik Kagome.
"Lalu, apa yang kau takutkan sekarang bila itu bukan Sesshoumaru ini?" tanya pejantan itu penuh intrik.
Tidak mungkin Kagome berkata dengan jujur bahwa dia takut dengan sebagian dirinya yang bersedia melakukan apa pun jua untuk berada di sisi Sesshoumaru, Lama ia tahan, pada akhirnya, setengah kejujuran itu meluncur begitu saja, "Setiap aku berada di dekatmu aku tidak seperti diriku sendiri. Pengaruhmu kepada diriku itulah yang sangat aku takutkan."
"Bukankah kau yang mengatakan bahwa dengan menaklukan rasa takut itu sama artinya dengan menaklukan dunia?"
Iris keemasan yang menatap Kagome itu terlihat lebih hangat dari sebelumnya. Kagome memalingkan wajah ketika pipinya mulai terasa panas. "Aku membencimu!" tidak pernah terpikir olehnya bahwa filosofi dari ibunya tentang ketakutan akan berbalik menyerangnya.
"Ikutlah bersamaku, kau tidak memiliki masa depan lain selain yang aku bawa untukmu."
"Kau terlalu congkak, Sesshoumaru!"
Penguasa wilayah Barat itu mengabaikan semua penolakan Kagome, Sesshoumaru melepaskan genggamannya di kedua pergelangan tangan Kagome. Pada akhirnya, dia mengeluarkan kalimat yang dibencinya, kalimat yang menunjukkan kelemahannya, tapi kalimat itu adalah beban dan ungkapan rasa yang harus dikeluarkan olehnya. "Sesshoumaru ini menginginkanmu."
Mengatakan hal itu secara terang-terangan sangat menyiksa Sesshoumaru. Dia benci bagaimana dia mempunyai perasaan seperti itu. Akan tetapi, dia sudah tidak bisa lagi melarikan diri dari dirinya sendiri. Sudah lama tanpa Sesshoumaru sadari bahwa dia terkurung, bergelut dengan penyangkalan atas perasaan yang dimilikinya untuk Kagome seorang
Biru keabu-abuan itu memandang nanar pada dai youkai yang ada di hadapan, sambil mengelus pergelangan tangannya yang sedikit sakit, Kagome membalas sesuai wataknya yang terkadang keras kepala, "Katakan itu kepada Kaguya atau wanita lain, karena aku sama sekali tidak peduli!"
"Kau mengatakan bahwa Sesshoumaru ini berbohong?" cengkraman Sesshoumaru pada lengan kirinya menyakiti Kagome, "Itu sangat merendahkanku! Tidak pernah ada wanita di hidupku selain dirimu, karena aku tidak mau mencemari diriku sendiri demi kepuasan sesaat sisi buasku dengan sembarang youkai wanita yang kutemui."
Kagome terperangah dengan apa yang Sesshoumaru utarakan, kedua matanya terbelalak. Jauh di dalam hatinya, Kagome bingung dengan apa yang harus dirasakannya setelah mendengar kata-kata Sesshoumaru barusan. Emosi seakan-akan berkelahi untuk menguasai, dia merasa tersanjung saat mengetahui bahwa dialah yang pertama bagi Sesshoumaru, tapi dia merasa terhina dengan perkataan mencemari. Semua itu terlalu mendadak, menghantamnya dengan keras, membuat kepalanya mendadak pening.
Tidak pernah ada wanita di hidupnya selain diriku? "Jadi, kau ingin bilang bahwa hanya akulah yang berhasil mencemari kesucianmu, heh?" Bila saja keadaan mereka berbeda, Kagome yakin kalau dia akan tertawa terbahak-bahak saat mengucapkan kalimat itu. "Entahlah, semua sikap dan kata-katamu padaku penuh pertentangan Sesshoumaru. Seringkali kau seperti menarik dan mendorongku secara bersamaan, contohnya saat ini. Aku benar-benar tidak tahu apakah kalimat tadi sebuah hinaan atau pujian," Kagome menggelengkan kepalanya, putus asa. Dia berbalik badan dan memunggungi Sesshoumaru, hendak melengos pergi.
"Kau tidak pernah membuat segala hal menjadi mudah," ucap Sesshoumaru dingin, kedua lengannya melingkari tubuh Kagome, memenjarakan kedua tangan kagome sehingga dia tidak dapat berbuat apa-apa.
"Lepaskan aku!" bentak Kagome memerintah.
"Aku tidak akan melepaskanmu," bisik Sesshoumaru di telinga kanan yang berada di puncak kepala Kagome, membuat hanyou itu merinding oleh sensasi yang dikirimkan hangat napas Sesshoumaru padanya.
Kagome sekuat tenaga meronta, mengayunkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, berusaha menyakiti Sesshoumaru dengan sikunya, berusaha melorotkan diri agar bisa melepaskan diri saat dia jatuh ke tanah, semua usahanya itu tidak membuahkan hasil. "Kubilang, lepaskan aku! Apakah kau tuli, hah!?"
Setelah Kagome berhenti meronta, tangan Sesshoumaru bergerak turun, lagi-lagi kedua tangannya menahan kuat pergelangan tangan Kagome. Samar-samar bau darah yang telah mengering tercium, Sesshoumaru tahu dari mana bau itu berasal. Dai youkai itu mengangkat tangan kanan Kagome, dengan lembut dia menjilat telapak tangan Kagome yang belum sepenuhnya sembuh walau sudah tidak mengalirkan darah lagi karena terjatuh tadi.
Sensasi yang diberikan lidah Sesshoumaru di indra perabanya, dan gelitik sengatan saliva yang menyembuhkan pada lukanya membuat Kagome sekuat tenaga menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara sekecil apa pun saat merasakan desir halus merayap diseluruh tubuhnya. Kagome menolehkan kepalanya untuk melihat apa yang dilakukan Sesshoumaru, disaat itulah penguasa wilayah itu menatapnya dengan sorot mata tajam yang seakan menembus ke dalam inti jiwanya.
Kagome mematung, jantungnya mulai bertingkah, untuk menelan ludah pun terasa susah. Setiap berada di dekat Sesshoumaru, seakan-akan ada ratusan serangga kecil yang merayapi tubuhnya yang tidak dapat dibunuh sekuat apapun usahanya. Serangga-serangga itu menyelusup dengan paksa, merangkak di dalam kulitnya, menyelinap masuk ke hatinya dan bersarang di sana tanpa ada harapan untuk kembali keluar.
Kagome menunduk, melepaskan diri dari sepasang emas hangat yang membuatnya resah. Sesshoumaru tidak berhenti di situ, tangan kanannya yang besar menahan pergelangan tangan kanan dan lengan kiri Kagome sekaligus. Tangan kiri Sesshoumaru merayap naik ke lengan kiri Kagome, kemudian turun perlahan dengan gerakan yang menenangkan sebelum kembali merayap naik lalu menangkup wajah Kagome, memiringkannya ke kanan agar kembali menghadap dirinya, lalu Sesshoumaru berkata.
"Aku akan melepaskanmu bila itu kehendakmu, tapi sebelum itu," kata-kata Sesshoumaru terpotong saat bibirnya bertemu dengan bibir Kagome.
Sesshoumaru mencium gadis itu berat oleh hasrat yang telah beberapa hari ini tertahan. Tidak butuh waktu lama untuk Kagome menyerah dan membalas ciuman panas Sesshoumaru. Bibir mereka saling bertautan, memagut dalam, penuh kerinduan, ciuman yang membangkitkan gairah keduanya. Percik-percik sensual semakin besar setiap kali bibir hangat mereka bergerak, terkadang lembut, dan terkadang diiringi oleh tarian lidah penuh nafsu.
Taringnya tidak sengaja menggores bibir Kagome, likuid merah penanda kehidupan pun mengalir. Darah segar Kagome disambut hangat oleh indra penciuman dan perasa milik Sesshoumaru. Saat rasa darah Kagome terasa di lidahnya, sang pemilik Odachi tercenung sedetik lamanya, ada sesuatu yang berbeda! Tidak hanya baunya, tapi juga rasanya.
Sesshoumaru melepaskan tangan kiri yang mencengkram wajah Kagome, begitu pun tangan kanannya yang tidak lagi mencengkram kedua tangan Kagome. Dengan perlahan, Sesshoumaru membalikkan badan wanita itu agar menghadapnya. Tangan kiri Sesshoumaru melingkari pinggang Kagome, dan tangan kanannya menopang kepala Kagome saat dia memberikan ciuman kedua di bibir Kagome dengan mendesak, lidahnya bergerak dengan liar menjelajahi hampir semua tempat di gua hangat Kagome.
Tubuh Kagome yang jauh lebih kecil dari miliknya serta merta luruh dalam dekapan. Dua tangan Kagome dengan pasrah bersandar di atas dadanya yang bidang, terperangkap, hanya dapat merasakan degup jantung Sesshoumaru yang mulai meningkat. Setelah mendekap Kagome, Sesshoumaru baru mengerti tentang perbedaan bau itu. Temperatur tubuh Kagome yang meningkat, bau khas tubuhnya, juga rasa darah yang berubah. Tidak salah lagi, wanita di hadapannya sedang mengandung janin!
Pewarisnya! Sesshoumaru semakin menarik Kagome erat ke dalam rangkulan, dadanya sesak oleh perasaan yang meluap-luap. Sebelumnya, dia berkata bahwa dia menginginkan Kagome, sebatas menginginkan di dalam hidupnya. Tapi sekarang lebih dari itu, setelah dia mengetahui Kagome mengandung anaknya, sisi protektif Sesshoumaru menginginkan Kagome sebagai pasangannya.
Asap pekat bernama harga diri yang tinggi yang selama ini menganggu pikirannya telah tertiup oleh perasaan kuat yang dimilikinya untuk wanita yang ada di dalam pelukan. Seluruh keraguan Sesshoumaru telah tandas, egonya telah tumpas, tidak ada lagi pergelutan di dalam diri saat mengetahui bahwa dia akan memiliki seorang penerus garis keturunan dari gadis pemberani yang ia kagumi. Sesshoumaru yakin, garis darah youkai-nya yang kuat akan membuat pewarisnya pun berdarah youkai penuh seperti dirinya.
Sesshoumaru dengan paksa menarik diri dari ciuman itu, kepalanya sedikit menjauh untuk menatap berlian biru keabu-abuan yang terbuka secara perlahan. "Sesshoumaru ini berubah pikiran, kau tidak diperbolehkan pergi jauh dariku baik, sekarang, maupun nanti," Kagome memandangnya dengan galak, tapi raut wajahnya itu tidak bertahan lama ketika Sesshoumaru melanjutkan kata-katanya, "Karena kau membawa keturunanku."
Terkejut adalah sebuah pernyataan yang meremehkan untuk menggambarkan keadaan Kagome saat mendengar berita yang disampaikan oleh Sesshoumaru, dia tidak bergerak di tempatnya berdiri, tidak berkedip sekali pun. Kedua matanya membelalak selebar mungkin, mulutnya terbuka, untuk sesaat Kagome lupa bagaimana caranya bernapas. Setelah keterkejutannya mereda, Kagome menunduk untuk memandang bagian tengah tubuhnya, tempat sang janin berada.
Tidak ada alasan untuknya tidak mempercayai Sesshoumaru, youkai congkak itu berkali-kali menegaskan kebohongan hanya akan menurunkan kehormatannya. Cerita ibunya semakin menambah kuat keyakinan Kagome, saat dia dalam kandungan pun sang ayahlah yang mengetahui keberadaannya lebih dulu lantaran penciuman inu youkai sangat kuat. Kagome syok. Berbagai macam pertanyaan baru bermunculan di kepalanya. Bila itu benar, sekarang, apa yang sepatutnya ia ucapkan? apa yang harus dilakukannya? Emosi macam apa yang selayaknya ia rasakan, bahagia atau sedih?
"Sesshoumaru ini menginginkanmu, Kagome." Tidak disangka-sangka, suara Sesshoumaru penuh dengan kehangatan dan ketulusan.
Pertanyaan-pertanyaan di benaknya luluh lantah saat Kagome mendengar suara Sesshoumaru yang hangat, dia tahu pasti apa yang dirasakannya adalah kebahagiaan. Pandangan Kagome dengan segera tersedot untuk menatap kembali kedua netra emas milik Sesshoumaru.
Dengan mata terbuka, Kagome mampu melihat pegangan erat pada kenyataan hidupnya yang selalu pahit telah terlerai. Kagome tidak bisa lagi menolak mimpi indah yang kini ada di hadapannya yang mengatakan bahwa dia diinginkan! Tidak ada perasaan yang lebih indah dari diinginkan dan dicintai sepenuh hati oleh seseorang!
"Sebagai pasangan," suara Sesshoumaru yang dalam itu bagai menerobos keheningan hutan yang mulai ditinggalkan oleh senja, merambah hati hanyou cantik yang ada dalam dekapannya.
Kagome kehabisan kata-kata, dia tahu apa arti kata 'pasangan' bagi youkai. Mereka akan menghabiskan sisa hidup mereka terikat dengan satu sama lain hingga ajal menjelang. Ikatan itu jauh lebih kuat daripada ikatan manusia, para youkai bisa 'menikahi' siapa saja tapi hanya segelintir youkai yang bersedia memberikan 'tanda' bagi orang yang mereka nikahi sebagai 'pasangan'. Yang telah dinikahi oleh youkai pun belum tentu dijadikan sebagai 'pasangan' oleh mereka.
'Sebagai pasangan.' Kagome hanya bisa memutar ulang dua kata yang telah Sesshoumaru ucapkan itu di otaknya, dan berusaha keras menemukan arti lain selain apa yang di dengarnya, hasilnya nihil. Tidak ada keraguan yang bersemayam di dada Kagome dengan apa yang meluncur keluar dari mulut Sesshoumaru, hanya ada satu makna dibalik itu.
Sesshoumaru menanti, dia menatap mata bulat besar indah itu. Tangan kanannya membelai rambut Kagome, lalu menangkup wajahnya. Kagome memejamkan matanya, dia menyandarkan wajahnya di tangan hangat Sesshoumaru dan menghayati setiap inci kulitnya yang tersentuh. Mata Kagome tersengat oleh kebahagiaan, tapi ditahannya. Kagome menyandarkan diri di tubuh Sesshoumaru, jerit getir kerinduan nan tak tertanggungkan akan sentuhan sang dai youkai yang dicintainya telah terbayar sudah, dia merasakan madu.
Kagome menatap sepasang permata emas yang kini hangat itu, tatapannya bergerak turun perlahan ke hidung Sesshoumaru yang lurus, lalu ke bibirnya. Bau kebangkitan gairah Sesshoumaru menusuk hidungnya, Kagome tidak bisa berkata-kata selain mengucapkan nama youkai yang dicintainya dengan suara sebatas bisikan, "Sesshoumaru~"
Dengan perlahan, Kagome mengangkat dirinya sendiri, sedikit berjinjit. Bibir keduanya saling bersentuhan, bila ciuman yang pertama itu mendesak, dalam, dan penuh kerinduan, itu tidak berlaku dengan yang sekarang. Bibir mereka saling meraup dengan lapar, ganas, dan lebih liar dari yang sebelumnya. Mereka bergerak seirama, dengan niat saling mendominasi. Lidah mereka saling membelai, berusaha menyapu semua tempat di gua sang calon pasangan. Tangan Kagome merayap naik dan menggelayut di leher Sesshoumaru, dengan putus asa merenggut dengan sedikit kasar rambut keperakan itu.
Sesshoumaru semakin erat mendekap Kagome, bagian tubuh di dalam hakama-nya semakin mengeras membentur perut Kagome. Tangan kanan Sesshoumaru tidak berhenti mengelus punggung gadis itu, kemudian tangannya itu turun dan meremas salah satu bokong Kagome, membuat sang wanita mengeluarkan suara pekikan yang semakin membakar gairah Sesshoumaru.
Sang dai youkai menggeram, menyuarakan kobaran api hasrat yang berada di dalam dirinya. Sesshoumaru semakin lapar untuk menyentuh, dengan terburu-buru dia menarik obi yang melilit pinggang ramping Kagome hingga terjatuh ke tanah.
Kagome membantu Sesshoumaru, dia melucuti pakaian yang menempel di tubuhnya. Sesshoumaru tersenyum kecil, dia melepaskan diri dari Kagome hanya untuk melakukan hal yang sama karena fundoshi yang dipakainya semakin menyiksa. Kagome telah lebih dulu berdiri tanpa selembar benang pun, tanpa takut dia mendekati Sesshoumaru yang telah bertelanjang dada dan tengah sibuk membuka hakama. Tangan kecil Kagome menjelajah dada yang terbentuk sempurna, keras, tapi diselimuti oleh kulit putih yang indah.
Kagome menyandarkan muka di antara kedua tangannya di dada bidang Sesshoumaru, untuk beberapa saat dia seperti itu, memejamkan mata, mendengarkan detak jantung Sesshoumaru yang kuat nan stabil. Tiba-tiba, sebuah ide berkelebat di kepalanya, dan tanpa pikir panjang dia mempraktikkan ide yang dimilikinya itu. Kagome menjilat salah satu puting Sesshoumaru, bukan geraman atau dengkuran yang didapatkan Kagome, tapi tarikan cukup keras di rambutnya dari Sesshoumaru yang membuatnya memekik kecil karena kaget.
Renggutan di rambut Kagome mengendur, "Tidak, sebelum aku 'menandaimu', Kagome." Tatapan Sesshoumaru seperti memohon maaf. "Saat ini, akulah yang 'harus' memegang kendali."
Raut wajah Kagome menampakkan kekecewaan, dia tahu itu artinya siksaan kenikmatan lain dari Sesshoumaru. Dia akan berada di posisi rapuh itu lagi, tidak bisa menyentuh, tunduk dalam belas kasih Sesshoumaru untuk sepenuhnya memberi penawar atas hasratnya.
Sesshoumaru membelai pipi Kagome dengan ujung hidungnya, gestur memohon maaf bagi canine. "Kau boleh melakukan apa pun nanti setelah ritual kita telah selesai, aku berjanji," hangat napasnya menyapu wajah Kagome. "Dan itu akan sangat menyenangkan," tambahnya dengan nada menggoda. Satu tangan Sesshoumaru terangkat, kekkai telah terpasang.
Makna yang terkandung di dalam apa yang diucapkan Sesshoumaru semakin membuat lutut Kagome lemas, dan tubuhnya semakin menggelegar dengan penantian. "M-hm," Kagome mengangguk.
Hakama telah lepas dari tubuhnya, Sesshoumaru menuntun Kagome untuk berbaring di atas mokomoko-nya yang telah diatur sedemikian rupa di atas tanah demi kenyamanan sang calon pasangan. Kagome dengan patuh berbaring, bagian bawah tubuhnya telah basah oleh keantusiasan.
Tak lama berselang setelah Kagome berbaring nyaman, Sesshoumaru mendekat, lalu memposisikan dirinya di antara kedua kaki Kagome.
Bau harum Kagome yang manis semakin harum karena kehamilannya, ditambah lagi dengan bau kebangkitan hasrat untuknya semata, semua itu menjadi semakin memabukkan bagi sang dai youkai. Taring Sesshoumaru terpampang, saat dia menyeringai melihat Kagome yang pasrah.
Rambut lebat hitam yang terurai di sekitar kepalanya semakin menonjolkan wajah Kagome yang bersemu merah, bibir penuhnya yang berwarna merah muda telah merekah setelah ciuman mereka tadi. Dada Kagome naik turun oleh harapan, berguncang lembut, saat penguasa wilayah itu mendekatinya. Sesshoumaru mengangkat kedua kaki Kagome, tanpa diperintah lebih jauh Kagome dengan taat melingkari kedua kakinya pinggang Sesshoumaru.
Kejantanan Sesshoumaru yang telah sepenuhnya bangkit, menyentuh sekilas daerah kewanitaan Kagome, "Kau sudah sangat siap," bisik Sesshoumaru dengan kagum.
Sebuah geraman keluar dari dada Sesshoumaru sesaat, sebelum bibir mereka kembali bertemu hanya sejenak sebelum dengan cepat dia beralih ke leher Kagome. Sesshoumaru mengecup, lalu menjilat perlahan, lidahnya diseret ke atas dari lekukan di tempat kedua tulang selangka bertemu hingga di bawah dagu Kagome. Sedangkan, salah satu tangannya meremas bukit lembut di dada Kagome. Sebuah desahan terlontar dari gadis itu, disusul isakan kecil saat Sesshoumaru menarik puncak bukit di dadanya yang telah menegang dengan ibu jari dan jari telunjuknya cukup keras.
"Ah~" suara Kagome setengah protes setengah mendesah.
Selanjutnya, tidak ada kata lembut dari apa yang dilakukan Sesshoumaru, semuanya berlangsung dengan liar. Pejantan itu bergerak turun, kedua tangannya kini meremas bukit indah itu, membawa keduanya ke tengah dada Kagome untuk dilahapnya dengan rakus secara bergantian. Kagome hanya bisa memejamkan mata dan merengek pasrah saat Sesshoumaru menyerangnya dengan bibir, lidah, tangan, dan taringnya.
Lenguhan Kagome tidak lain hanya menghasilkan rasa frustrasi seksual yang semakin besar bagi keduanya. Sesshoumaru tidak membuang tempo, dia menjilat setiap inci gundukan kenyal itu. Lagi-lagi dengan tangan besarnya yang kasar dia meremasnya menghasilkan rasa sakit yang bercampur nikmat bagi Kagome.
Titik-titik darah yang keluar kali di kedua gundukan itu kini diabaikan, luka gores cakar Sesshoumaru itu membuat dada Kagome diwarnai oleh merah darah yang indah.
Setelah kedua bukit kenyal itu semakin licin dan basah oleh salivanya, Sesshoumaru kembali mempermainkan puncak kedua bukit itu yang telah menegang dengan jari jemarinya yang kasar. Bukit di dada Kagome yang penuh tapi tidak terlalu besar terasa pas ditangannya saat dia meremasnya dengan gerakan memutar sebelum lidah miliknya kembali merajai keduanya, erangan, dan desahan Kagome mewarnai hutan yang semakin gelap.
Taring Sesshoumaru yang menggores, hanya semakin membuat Kagome lapar akan sentuhan lain penguasa wilayah yang tampan itu. Sebuah gigitan kecil di salah satu payudaranya membuat Kagome menjerit, gigitan itu mengakhiri perhatian Sesshoumaru di gundukan indah yang kini telah memerah. Lidah Sesshoumaru menekan dan menyeret di antara kedua payudara Kagome, bergerak turun pelan ke pusat dari kenikmatan dan asal semerbak harum gairah Kagome untuknya, hanya untuknya. Sesshoumaru menyeringai.
Kedua paha Kagome ditahan dengan kedua lengannya saat dia merendahkan kepala dan mulai mencium mutiara kecil yang tersembunyi itu, membuat tubuh Kagome mengejang dengan kikuk di bawah Sesshoumaru. Dia membuat satu jilatan panjang dari ambang daerah kewanitaan gadis itu hingga ke kelopak mawar, menghasilkan sebuah lenguhan panjang dari Kagome.
Setelah itu, Sesshoumaru membuat jilatan-jilatan kecil yang menggoda berlian mungil itu, puas menggoda, dia kembali menjilat hampir di semua tempat yang dibasahi oleh cairan kebangkitan Kagome dengan berapi-api seakan tidak membiarkan ada tempat yang terlewat.
"Mmph," dada Kagome semakin kembang kempis, "Sesshou ..., maru!" suaranya berat oleh hasrat.
Gerakan Sesshoumaru itu membuat Kagome merintih, dengan kedua tumitnya menekan tanah, hanyou itu menggerakkan pinggulnya dengan aneh. Gerakan lidah Sesshoumaru begitu bengis, tidak ada tempat di daerah intimnya yang tidak tersapu oleh kehangatan lidah kasar dai youkai itu. Aliran nafsu itu semakin meluap di dada Kagome.
Tangan Kagome berusaha menggapai kepala Sesshoumaru, merenggutnya, helaian rambut perak yang halus itu kini berada di sela-sela jarinya. Dia butuh untuk menyentuh, dia lapar untuk memberikan perasaan yang sama kepada Sesshoumaru seperti yang diterima olehnya. Sesshoumaru menekan pinggang Kagome agar tetap di tempat, dia mengangkat wajahnya lalu menatap Kagome tajam, Sesshoumaru menggeram memperingatkan.
Setelah tidak ada serbuan lagi di pusat panas dirinya Kagome membuka kedua matanya, dia mengangkat kepalanya sedikit. Kagome mengerti maksud sorot tajam Sesshoumaru, untuk sementara, dia harus tetap diam. Perempuan setengah siluman itu mengangguk patuh, walau kemudian mengeluarkan suara keberatan imut yang semakin mengibarkan gairah Sesshoumaru yang memang sudah menjadi-jadi. Dengan frustrasi, Kagome merenggut mokomoko Sesshoumaru yang berada di bawah tubuhnya selama ia tenggelam dalam utopia.
Setelah wanitanya patuh, Sesshoumaru kembali melanjutkan apa yang ditinggalkannya. Lidahnya menerobos liang sanggama Kagome, lalu menggerak-gerakannya di dalam sana, di waktu yang bersamaan ibu jari tangan kirinya tidak henti mengelus mutiara yang tidak pernah gagal membuat Kagome melenguh itu.
Tak lama, Sesshoumaru bangkit, dia menikmati tubuh keindahan tubuh polos Kagome saat satu jarinya bergerak. Jari tengah Sesshoumaru masuk secara perlahan-lahan ke gua hangat Kagome. Dia bergerak lembut, masuk dan keluar perlahan, berusaha sebisa mungkin cakarnya tidak menyakiti wanita yang sebentar lagi akan resmi menjadi miliknya.
Melihat Kagome menikmatinya, Sesshoumaru menambahkan satu jari lagi. Liang kagome terasa menyempit saat kedua jarinya telah masuk seluruhnya di dalam tempat yang hangat dan lembut, suara desahan Kagome kembali terdengar, dindingnya yang panas mencengkramnya dengan erat.
Gigi Sesshoumaru bergemeretak, saat membayangkan bukan jarinya yang di sana tapi dirinya yang telah menegang sempurna oleh aliran darah yang sekarang berkedut protes meminta perhatian. Sesshoumaru ingin sekali menyatukan diri saat itu juga bila tidak harus menyelesaikan apa yang harus diselesaikannya dalam ritual 'menandai' Kagome.
Kali kedua, nama pria itu dilisankannya dengan terbata-bata, Kagome berada di ambang batas. "Aku," wajahnya merona merah, mulutnya setengah terbuka, megap-megap oleh serbuan Sesshoumaru.
Sesshoumaru sangat menyukai saat sang calon pasangan menyebutkan namanya dengan gairah yang terkandung di suaranya "Keluarkanlah untukku, Kagome!" seru Sesshoumaru.
Kagome mendesah, mendengar suara Sesshoumaru saja dapat membuatnya terbang ke langit tertinggi, apalagi dengan perlakuannya saat ini. Sesshoumaru kembali menundukkan kepalanya, rambut silver indahnya menjadi tirai lembut di kedua sisi tubuhnya, tangannya tidak berhenti bergerak saat dia menggantikan ibu jari tangan kirinya di berlian kecil Kagome dengan lidahnya.
Kagome menopang tubuhnya dengan kedua sikunya, matanya semakin melebar saat melihat Sesshoumaru melahapnya dengan keantusiasan seorang inu. Kedua mata Sesshoumaru terpejam, geraman keluar dari dalam dada. Geraman itu mengalir ke mulutnya, membuat lidahnya bergetar dan getarannya di mutiara miliknya itu semakin membuat Kagome seakan berada di tepi jurang keindahan yang siap membawanya semakin melayang tinggi.
Rasa halus yang menggelitik dari mokomoko Sesshoumaru di bawah tubuhnya, Sesshoumaru yang melahap bagian intimnya dengan keji, serangan jari-jari dan suara berat pria itu laksana melipatgandakan rasa indah yang membalut seluruh tubuhnya. Kagome tidak lagi berada dibatas, melainkan terjerembab di kenikmatan terdalam.
Kagome bergelora dalam ledakan api hasrat membara, jeritan kecilnya melengking saat lidah Sesshoumaru mengirimnya ke titik klimaks dengan cahaya membutakan. Tubuhnya menggelinjang dengan kikuk saat dinding bagian dalam kewanitaannya mengarungi gelombang orgasme. Cairan pembuktian lebih banyak lagi keluar dari tubuhnya saat Sesshoumaru menarik kedua jarinya keluar.
Seperti sebelumnya, Sesshoumaru menjilat jarinya yang dilapisi oleh cairan cinta Kagome dengan ujung lidahnya. Tubuh Kagome yang masih lemas semakin melemah atas pemandangan yang dilihatnya. Tangan kanan Sesshoumaru mengangkat leher Kagome, dengan sedikit paksa menariknya bangun untuk menciumnya.
Tidak ada kelembutan diciuman itu melainkan gairah dan kebutuhan untuk mengikat perasaan. Kagome dapat merasakan rasa dari cairannya sendiri di mulut Seshoumaru, yang terpikir di otaknya saat itu hanyalah bagaimana rasa Sesshoumaru di mulutnya? Akankah semanis miliknya?
Sesshoumaru melepaskan diri dari ciuman itu dengan tiba-tiba "Berbalik!" perintahnya keras dengan parau.
Kagome terkesiap, dia tertegun sesaat sebelum menurut. Kagome membalikkan badan secara perlahan, Sesshoumaru dengan ketidaksabarannya yang terang-terangan membantu wanitanya bertumpu di atas kedua tangan dan lutut. Sesshoumaru pun berlutut, memosisikan diri di belakang Kagome.
Dengan cakarnya, Sesshoumaru menjelajahi punggung mulus Kagome, ujung-ujung cakarnya menyentuh tanpa penekanan, seakan mengambang di atas kulit Kagome, gerakannya lembut, berjalan pelan dari tengkuk hingga bokong Kagome yang bulat. Seluruh bulu kecil di tubuh Kagome berdiri karena sentuhan Sesshoumaru.
Kedua tangan besarnya mencengkram pinggul Kagome, "Milikku!" bisik Sesshoumaru kepada dirinya sendiri, dengan suara serius yang penuh dengan penegasan.
Kagome menoleh saat dia melihat aura Sesshoumaru menguar, rambut silver-nya terbang oleh aliran youki. Sesshoumaru menggeram lantang dan terdengar berbahaya, dia kembali berubah, matanya merah terang, iris matanya yang kuning hangat berubah menjadi biru cerah. Seluruh warna dari tanda yang Sesshoumaru miliki di wajahnya menebal, kedua garis marun keunguan di pipinya kini bergerigi membuatnya lebih mengerikan, taringnya memanjang sangat mengancam, begitu pun cakar-cakarnya yang kini menghujam kulit di pinggul Kagome, membuat hanyou bertubuh mungil itu sedikit memekik sakit.
Geraman buas keluar dari mulut Sesshoumaru saat dia menghunuskan kejantanannya di sarung hangat nan lembut milik Kagome yang telah sangat basah dan licin. Tangan kanannya bergerak mengelus punggung dan bokong Kagome sebelum meremasnya dengan keras, meninggalkan beberapa luka gores memanjang dan tetes-tetes darah bercucuran.
Tangan kiri Sesshoumaru menelusup ke perut Kagome, menopang tubuh wanitanya sambil sesekali meremas payudara Kagome yang terombang-ambing. Sedangkan, tangan kanannya, menopang tubuhnya di tanah. Tidak ada kelembutan sama sekali saat Sesshoumaru memulai ritmenya, dia mengentak dengan beringas, kasar, kuat, dan cepat. Sesshoumaru mengerang senang di balik seringaiannya.
Kagome terisak di setiap entakan, tubuhnya bagai diamuk badai nafsu Sesshoumaru, ia terguncang hebat, jauh dari kelembutan. Walau begitu, yang dirasakannya hanya kenikmatan dari sisi liar mereka berdua. Dia hanya dapat merenggut mokomoko Sesshoumaru lebih kuat saat Sesshoumaru hampir membuat tubuhnya ambruk disetiap dorongan. Akan tetapi, itu tidak akan terjadi, sebab, lengan kiri Sesshoumaru yang kokoh menahan tubuhnya.
Bunyi kedua kulit beradu akibat dari gerakan energik Sesshoumaru yang tidak manusiawi itu bagai bunyi indah yang melengkapi erangan dan desahan yang saling sahut-menyahut membentuk sebuah harmoni dengan musik alam di malam hari.
Tubuh Kagome terlihat indah berkilat oleh selapis tipis keringat, berlekuk sempurna dari tempat Sesshoumaru memandangnya. Seringaian puas tidak lepas dari wajah Sesshoumaru, dia berhasil menaklukan sang wanita yang meledak-ledak. Sesshoumaru merenggut pelan rambut Kagome yang terurai dengan sedikit tarikan sebelum memindahkan seluruhnya ke sisi kanan bahu Kagome.
Suara erangan dan rintihan Kagome hanya membakar api hasrat pria itu. Belum lagi pemandangan dari posisinya saat ini, dia bisa bebas melihat kejantanannya keluar masuk dengan bengis dari daerah kewanitaan Kagome.
"Ngh, Sesshou~maru," suara Kagome lirih.
Kebuasan tertera di intonasinya, "Kagome~"
Sesshoumaru dapat merasakan dinding-dinding Kagome menekannya lebih kuat, seakan meremasnya ketika Kagome melenguh, menandakan dia hampir sampai di puncak ledakan hasrat untuk yang kedua kali di malam yang sama. Di waktu yang bertepatan, Sesshoumaru merasa di tepi batas, dia akan mengakhirinya. Kagome yang mencengkramnya dengan kuat, suara yang dibuat oleh wanitanya, membuat Sesshoumaru berserah diri. Dan, tibalah ia di sana, ledakan yang dinanti pun terjadi, Sesshoumaru mengarungi puncak kenikmatan tertinggi. Suara yang dikeluarkan hampir seperti meraung, ganas dan liar.
Bersamaan dengan pria itu, Kagome pun kembali merasakannya, Sesshoumaru mengirimkannya ke nirwana yang baru-baru ini dikenalnya.
Gerakan sang dai youkai melambat, sebelum berhenti sama sekali. Napas keduanya tersengal-sengal, Kagome ambruk, kedua tangannya yang bergetar tidak lagi sanggup menahan berat tubuhnya sendiri.
Sesshoumaru memeluk Kagome dari belakang, dengan penuh kasih sayang dia mengangkat Kagome ke posisi semula. Kagome menoleh untuk menatap Sesshoumaru, mereka bertukar tatapan penuh arti selama beberapa saat, Kagome tersenyum sebelum memalingkan wajah. Tubuh mereka masih bersatu, perasaan dilengkapi bergelayut di hati keduanya. Salah satu lengan Sesshoumaru melingkari perut Kagome, dengan ujung hidungnya dia membelai bahu kiri, perlahan naik ke leher Kagome, kemudian turun lagi begitu, seterusnya untuk beberapa lama.
Mengikuti intuisi yang dimilikinya sebagai keturunan inu youkai, Kagome memiringkan kepalanya, mengumbar leher bagian kirinya kepada Sesshoumaru. Membiarkan bagian leher terpampang di hadapan inu youkai lain, sama artinya sebagai penyerahan diri, sebuah bentuk kepercayaan sakral, itu telah berlangsung ribuan tahun lalu bagi jenis mereka dan mungkin untuk ribuan tahun ke depan, selama siluman berjenis inu masih berjalan di kulit terluar bumi.
Dengan tangan yang bebas, Sesshoumaru mengukir kata 'pasangan' dalam huruf kanji dengan cakar tajamnya di lekuk pertemuan leher dan bahu Kagome. Kagome meringis menahan sakit, cakar Sesshoumaru dilapisi sedikit racun saat menghunjam dagingnya, dia tahu itu bagian dari ritual yang harus dilaluinya dengan itu Kagome patuh.
Cakar Sesshoumaru menusuk sedikit lebih dalam, dengan cepat tetes cairan merah tua yang hangat mengumpul kemudian mengalir deras. Sebagai penutup ritual itu, Sesshoumaru menggigit di sekeliling kata yang diukirnya itu. Kagome terkesiap, dia memekik kecil menahan sakit yang tak tertahankan. Pada saat taring Sesshoumaru akhirnya terlepas dari dagingnya, disaat Kagome mengira ritual itu telah usai disaat itulah dia salah.
Aura youki Sesshoumaru yang lebih besar dari sebelumnya kembali menyeruak, kuat dan sangat dahsyat. Kagome memiringkan sedikit kepalanya, apa yang dilihatnya mengejutkannya. Sesshoumaru sedang berubah ke bentuk aslinya! Wajahnya, tubuhnya, kini sepenuhnya berubah. Yang memeluknya dari belakang adalah anjing berbulu tebal putih dengan beberapa tanda di wajahnya, berukuran dua kali manusia dewasa.
Wujud Sesshoumaru itu tidak sebesar saat dia menolongnya yang sekarat lantaran melawan anak Kuroichi, itu dari ingatan samar-samar yang dimilikinya, tapi tetap saja nyali Kagome sedikit ciut. Sesshoumaru dalam bentuk aslinya menjilat darah di 'tanda' yang dibuatnya beberapa saat lalu hingga bersih, lidahnya yang jauh lebih besar dan kasar membuat Kagome bergidik ngeri. Apa yang ditakutkan Kagome terjadi, Sesshoumaru kembali menggagahinya dalam wujud asli.
Walau entakan yang dibuat Sesshoumaru terasa sedikit lebih lembut dibanding sebelumnya, tetap saja itu tidak mengurangi ketakutan Kagome, karena tidak hanya ukuran tubuhnya yang berubah tetapi juga ukuran tombak kejantanan milik sang siluman yang masih menyatu dengan dirinya. Bagian intimnya terenggang dengan sangat tidak nyaman, tapi ia hanya menggigit bibir, sekuat mungkin menahan diri.
Tidak mudah bagi Kagome ikut terhanyut dalam kesenangan yang dirasakan oleh pasangannya saat itu. Tetapi, bulu-bulu Sesshoumaru yang sangat lembut menggelitik kulitnya, friksi yang dilakukan Sesshoumaru melembut dan menggairahkan, ditambah dengan gempuran lidah hangat di tubuhnya berhasil mengalihkan perhatian Kagome dan membawanya kembali tenggelam, jauh, dan dalam.
Kagome mengerang disela-sela isakan dan rintihan. Keheningan malam terpecah, lolongan liar pelepasan Sesshoumaru juga sebuah tanda bahwa ritual telah usai.
Kagome kembali roboh di atas mokomoko, seluruh tulang di tubuhnya bagai meleleh, bagian intimnya terasa ngilu. Sesshoumaru yang telah kembali ke rupa manusia lantas mendekap Kagome di dadanya, lalu menyelimutinya dengan kimono miliknya. Mereka bertukar pandangan, dari sorot mata pria itu, Kagome mampu menangkap perasaan 'cinta' yang terlontar. Sebagai jawaban, Kagome tersenyum manis.
"Tidurlah, Pasanganku!" seru pria itu dengan suara rendah.
Bagi Kagome, kata terakhir yang barusan diucapkan Sesshoumaru itu jauh lebih berharga daripada kata cinta yang diucapkan oleh manusia, kata itu membawa harapan baru di hidupnya. Gadis itu mengangguk, memejamkan mata, menghirup dalam-dalam bau khas Sesshoumaru yang membuatnya merasa nyaman dan aman.
Lelah, tapi lega. Kagome memejamkan mata, seketika, ia ragu akan mendapatkan mimpi indah. Sebab, apa yang kini terjadi jauh melampaui mimpi paling indah yang pernah dibayangkannya. Penat mengambil tempat, tidak butuh waktu lama bagi perempuan itu untuk terlelap.
Sesshoumaru mendekap Kagome sepanjang malam, ia terus terjaga. Kendati demikian, bukan lagi keindahan bulan yang ia pandang, melainkan kecantikan wanita yang ada di dalam rengkuhan, sang pasangan.
.
.
.
Di tempat lain ...
Di tengah hutan yang gelap pekat, di mana para youkai bertebaran mencari mangsa yang dapat dimakan, Jaken bersandar di sebuah pohon besar. Kedua mata kuningnya yang sangat besar memandang awas ke segala tempat, hanya api unggun kecil yang mereduplah yang menjadi temannya.
Kengerian menjadi selimutnya malam itu, tidak ada sama sekali kenyamanan dan keamanan yang dirasakannya setiap kali dia berpisah dengan sang tuan yang sangat dihormatinya. Bulir air mata besar tergantung di sudut-sudut mata anehnya.
"Sesshoumaru-sama, di manakah kau, Tuanku?" ratap Jaken yang terlupakan penuh dengan kesengsaraan.
.
~To be continued~
.
End notes :
- Mungkin, 80% cerita di fandom Inuyasha luar (hampir, gak semua) dihiasi yang namanya 'mark/tanda' bagi Kagome saat 'mating' dgn youkai atau hanyou yang jadi 'mate/pasangannya'. Itu semacam aturan gak resmi yang umum bgt dipake, walau beda-beda, tp intinya sama. Youkai/hanyou itu bakalan ngegigit di lekuk leher (ala-ala vampir gitu) dengan tanda itu, gak akan ada youkai/hanyou lain yang berani ngedeketin Kagome yang berstatus 'taken'. Di fic ini, aku bikin sedikit beda, ada ritual yang ditambahin yg mungkin bikin hidung kalian berkerut jijik, maaf.
- Aku lupa baca di mana, di zaman dulu, kalo mengikat obi di depan itu identik dengan 'prostitute' entah bener atau nggak *angkat bahu. Tapi, mungkin kenapa alasan ikatan obi Sesshoumaru itu demi kepraktisan atau estetika semata, ya, 'kan?
- Oh, btw, tinggal enam bab lagi menuju akhir cerita. Terima kasih untuk semua yang udah mau mampir! ^^
Re-post 08/04/2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top