Chapter 15 - New Way to Bleed


.

Black String of Fate

.

Dedaunan di hutan hampir seluruhnya berwarna merah, emas, kuning, dan tembaga. Warna yang menandakan awal masuknya musim gugur. Meski begitu, hujan masih sesekali turun, contohnya malam ini. Sesshoumaru dapat mengetahui dari instingnya, menggiring kawanannya ke gua terdekat untuk beristirahat.

"Aku sangat beruntung," kedua mata Jaken terpejam, punggungnya menempel ke dinding gua, ia menyelesaikan ceritanya pada Kagome dengan khidmat. Kisah pertemuannya dengan tuannya adalah kisah yang paling menakjubkan baginya.

Sedangkan, yang tengah diperbincangkan berdiri di mulut gua, tak acuh dengan apa yang pengikut dan hanyou itu bicarakan, siluman itu sibuk berpikir seraya menatap jatuhnya air dari langit.

"Oh, jadi karena itu kau menjadi pengikut Sesshoumaru."

Jaken mengangguk-angguk, "Iya, karena itulah aku menjadi tangan kanan Sesshoumaru-sama." Hubungan Kagome dan Jaken semakin membaik. Jaken kini menaruh hormat kepada gadis itu walau tidak ditunjukkannya secara langsung, dia tidak lagi memanggil Kagome dengan sebutan hanyou semenjak Kagome mengusulkan agar dia diperbolehkan mengikuti tuan yang dikaguminya. "Sesshoumaru-sama!" Jaken yang baru sadar, lantas mengoreksi Kagome. "Jangan lupakan itu" imbuh Jaken, Kagome hanya menyeringai jahil menanggapi kata-kata Jaken, sebelum dia kembali tenggelam dalam renungannya.

'Sesshoumaru-sama,' ulang benak Kagome.

Menyebut Sesshoumaru-sama dalam hati membuatnya mengingat Rin, gadis kecil yang pintar dan manis. Dia berharap masalah apapun yang harus diselesaikan Sesshoumaru di kastil Inuyama akan berlangsung cepat dan dia bisa berkunjung ke desa Rin lagi. Baru sore tadi mereka berpisah tapi Kagome sudah merindukan bocah itu.

Ingatan Kagome akan Rin membuat jalan pikirannya bergulir kepada memori yang membuat Kagome tersenyum, setitik tindakan manis Sesshoumaru untuknya. Kagome memeluk dirinya, dia menelusuri halusnya bahan di bagian lengan. Pakaian pemberian Sesshoumaru terbuat dari sutra, sungguh mewah. Namun, baginya, bukan kualitas yang membuat hal itu menjadi berharga.

Bunyi kayu bakar berkeretak patah saat terjilat oleh api unggun kecil tempat di mana Kagome memaku tatapannya. Kedua kaki gadis itu tertekuk, kedua lututnya menempel ke dada, dan dia menopang dagunya di atas punggung tangan kiri yang bersemayam di atas lutut. Kagome memutar-mutar kayu kecil panjang di tangan kanannya, beberapa jamur Shitake berukuran besar tertusuk di kayu yang digenggamnya itu. Jamur itu sudah harum dan siap untuk disantap.

Baru saja Kagome membuka mulut hendak menyumpalkan potongan jamur saat terdengar bunyi ranting terinjak, suara itu membuat telinga anjingnya sedikit miring ke arah tempat suara berasal, dari luar gua. Dengan segera, ia kembali santai saat aura Sesshoumarulah yang terdeteksi olehnya, kedua telinganya kembali menghadap ke tempat semula.

Dengan gerakan penuh kewibawaan yang alamiah, Sesshoumaru duduk bersandar di dinding gua, mata Kagome tidak lepas dari gerak-geriknya. Tidak biasanya Sesshoumaru bergabung dengan mereka, duduk mengelilingi perapian, di dalam gua kecil yang mereka temukan untuk beristirahat malam itu. Sebab biasanya, Sesshoumaru hanya menyendiri sambil menatap langit malam.

Cahaya kilat menerangi sudut-sudut gua seperti siang hari untuk sedetik sebelum disusul dengan cepat oleh petir yang menggelegar. Kagome menjerit kecil, dia membenamkan muka di atas lutut, dengan lengan kirinya dia menutupi telinga segitiga di puncak kepala. Secara perlahan, Kagome mengangkat wajah, takut-takut ia mengintip ke langit yang sedang bergemuruh.

Petir dan kilat mulai saling menyambar bersahut-sahutan, di saat itu pula dia menyadari ada dua pasang mata yang menangkap tingkahnya. Kagome mengangkat wajahnya, melemparkan pandangan marah kepada Jaken yang menahan tawa. Kagome mencoba mengusir malu yang merundungnya dengan berusaha bersikap normal seperti biasanya, tapi gagal.

Sesshoumaru memperhatikan Kagome dengan penuh takjub, walau ekspresinya tetap terlihat dingin. Tak ayal, di dalam benaknya, pria itu bertanya-tanya, hanyou seperti Kagome yang menantang Tokushin, Kuroichi, Takigawa, dan pernah menantang dirinya, ternyata takut oleh suara petir?

Gadis itu tidak takut kematian tapi takut oleh hal remeh-temeh seperti gelegak kecil alam. Tanpa disadari oleh yang lain, salah satu sudut bibir Sesshoumaru bergerak secara perlahan, naik ke atas, membentuk senyum yang hanya bertahan sedetik lamanya sebelum kembali ke raut minim emosi miliknya.

Awan tebal yang menampung debit air menggantung dengan rendah di kaki langit, tetes-tetes air jatuh membasahi bumi dengan cepat menjadi ratusan ribu, gerimis berubah menjadi hujan deras. Kagome menatap tirai bening yang tercipta dari air hujan di mulut gua sebagai pelarian dari tatapan geli makhluk hijau teman seperjalanannya itu.

Suara hujan yang sangat gaduh sekaligus menenangkan, berhasil menghapus rasa malu Kagome secara perlahan. Percik-percik air melompat nakal ke arah mereka bertiga, api unggun yang dibuat oleh Jaken dari semburan tongkatnya yang berkepala dua bergoyang-goyang, terancam padam.

Sunyi yang mengelilingi dan suara hujan membuat Kagome hanyut dalam pikirannya, ditatapnya sang dai youkai secara sembunyi-sembunyi. Sosok Sesshoumaru di gua itu terasa sangat ganjil bagi Kagome, Sesshoumaru bagai terjerembab ke tempat yang tidak semestinya. Seharusnya, Sesshoumaru berada di suatu istana tempat di mana semua makhluk dengan rupa sempurna sepertinya berkumpul, bukan di gua pengap seperti yang mereka tempati sekarang.

Hawa dingin yang dibawa oleh hujan membuat percik itu muncul lagi, percik hasrat yang membuat pikiran Kagome hanya memikirkan bagaimana tubuh Sesshoumaru akan terlihat di bawah sinar api unggun tanpa terbalut pakaian, dan berbagai macam pikiran lain yang membuatnya sedikit menyesal telah membujuk Sesshoumaru untuk memperbolehkan Jaken ikut dalam perjalanan mereka.

Suara buruk Jaken memecahkan kesunyian di antara mereka, "Bila dengan suara petir saja kau sudah takut seperti itu, kau tidak akan dapat bertahan lama menjadi pengikut Sesshoumaru-sama," gerutu Jaken, tanpa melihat kearah Kagome. "Akan ada banyak pertarungan berbahaya yang akan menyambut kita di luar sana," tambahnya sebelum memasukan jamur yang masih mengepul itu satu persatu ke mulutnya yang lancip.

Kagome mengerucutkan bibirnya, dia mendengus sebal karena Jaken kembali membawa topik itu kepermukaan. Tetapi, Kagome tidak bisa menyangkal lantaran apa yang Jaken katakan adalah kebenaran. Iya, sedari dulu suara petir yang memekakkan telinga secara tiba-tiba selalu membuatnya bergelung seperti bola kecil di pangkuan ibunya.

Pertarungan dengan lawan itu lain, ancaman, dan kontak fisik itu nyata. Sangat berbeda dengan ancaman petir yang menyiksa psikisnya, bunyi petir yang meneror dirinya tidak akan pernah dapat diterka kapan datangnya dan itulah yang paling menghantuinya. Dan kini, hal itu menjadi lebih mengerikan karena suara petir selalu membawanya ke masa lalu, masa di mana dia aman dalam dekapan sang ibunda tercinta.

"Wajar bila aku mempunyai rasa takut," tukas Kagome sewot. "Semua makhluk pasti mempunyai rasa takut, baik yang masuk akal maupun yang tidak masuk akal bagi orang lain, tidak peduli dia itu adalah youkai, hanyou, pun manusia."

"Teruslah menghibur diri sendiri," tawa Jaken meledak, tubuhnya berguncang.

"Diam kau, Kerdil!" seru Kagome dengan sengit.

"Dasar kau~" makhluk hijau itu hampir saja menyebutkan kata panggilan untuk Kagome yang telah beberapa hari ini ditinggalkannya, kata panggilan yang tidak disukai wanita itu. Jaken bersyukur dia berhasil menahan diri di detik-detik terakhir, tentu saja karena dia tidak ingin mulutnya diikat oleh pita suaranya sendiri.

Kagome memandang Jaken dengan galak, setelah Jaken urung menyebutkan kata yang melecehkan, pandangannya kembali melembut. Kagome memberikan senyum manisnya kepada Jaken, lalu dia kembali sibuk mengunyah makanannya secara perlahan.

"Tidak semua makhluk mempunyai ketakutan akan hal tertentu," mata Sesshoumaru masih terpaku pada nyala api unggun yang mulai mengecil.

Kagome menatap lekat wajah Sesshoumaru yang ditimpa oleh sinar kuning keemasan dari api unggun, cahaya itu membuat sinar wajah Sesshoumaru melembut. Penampilan Sesshoumaru yang biasanya dingin kini terkesan hangat, melihat pemandangan itu membuat Kagome seakan terhipnotis. Tak dinyana, permata safir keemasan itu memergokinya. Sorot mata tajam Sesshoumaru yang mengarah kepadanya membuat Kagome keluar dari lamunannya. Dengan susah payah, Kagome mengabaikan tatapan youkai itu lalu menelan satu gigit terakhir jamur bakar miliknya.

Tempat duduknya mulai terasa tidak nyaman, dia bergerak canggung, merubah posisi sesekali. "Apakah kau membicarakan tentang dirimu?" tanya Kagome berusaha terdengar ringan, dia menatap potongan kayu kecil di tangannya yang telah kosong, tidak ada jamur tersisa.

"Hn," kali ini Sesshoumaru yang memperhatikan sikap kikuk yang ditunjukkan Kagome karena tertangkap basah sedang memandangnya.

Pipi Kagome yang merona semakin membuat wajahnya terlihat manis, ditambah lagi dengan cahaya yang meliuk-liuk menyinari figur mungilnya yang dibalut dengan kimono indah membuat Sesshoumaru tergoda untuk berpikir jauh. Bagaimana rasanya saat tangannya menelusuri tubuh Kagome yang dilapisi kimono sutra? Yang manakah yang lebih terasa halus ditangannya, kulitnya ataukah kimono yang dipakainya? Tapi tentu saja Sesshoumaru lebih menyukai tidak ada bahan yang menghalanginya.

Wajah Sesshoumaru mengeras, dia menepis pikiran itu dengan keras. Dengan Kagome, bukan cinta platonic yang dirasakannya sebagaimana yang dimilikinya untuk Rin. Sesshoumaru tahu bila dia terus mengikuti sisi lemahnya itu, wanita ini dapat mengancam harga dirinya di hadapan beberapa youkai kalangan atas yang lain, lantaran Kagome seorang hanyou. Tapi Sesshoumaru hampir tidak bisa terus-menerus melawan sisi buasnya yang menginginkan Kagome, sisi dirinya itu kini jauh lebih kuat dan mendominasi dibandingkan dengan sebelumnya.

"Tentu saja tidak ada satu pun yang ditakutkan oleh Sesshoumaru-sama!" bela Jaken dengan semangat yang menggebu-gebu.

Kagome melempar potongan kayu itu ke api unggun, api kembali berkobar. "Kalau begitu, sayang sekali, ya," ucapnya sambil lalu.

Kalimat itu membuat Sesshoumaru penasaran, menatapnya, salah satu alis lelaki itu terangkat sedikit, "Jelaskan apa maksudmu!" pintanya.

Kagome menghela napas kecil, dia menatap Sesshoumaru dari balik bulu matanya yang lentik, wajahnya berubah serius. "Saat seseorang berhadapan dengan sesuatu yang sangat menakutkan untuknya, lalu dia berhasil menundukkan rasa takut yang dimilikinya itu untuk mencapai suatu titik yang hendak diraihnya, maka perasaan yang datang setelah penaklukan itu bagai perasaan yang lebih tinggi dari apa pun di dunia. Dan itu berarti, bila kau tidak mempunyai rasa takut, kau belum pernah menaklukan dunia"

Mata Sesshoumaru memicing. Kagome menatap lurus Sesshoumaru tanpa ragu. Untuk beberapa saat, mereka saling menatap dengan intens, tidak ada yang mengucapkan satu patah katapun. Sang dai youkai dan hanyou itu sama-sama tidak mau mundur dari pernyataan mereka, kekeraskepalaan adalah salah satu karakter kuat yang dimiliki oleh keduanya. Jaken terjepit di tengah-tengah suasana yang tegang, dia membuka mulut tapi tidak berani berucap.

Sesshoumaru melepaskan diri dari kontes saling menatap itu lalu mengeluarkan suara tawa kecil yang tertahan di dadanya, "Menggelikan."

Kagome pun menarik pandangannya untuk menatap tirai hujan yang semakin tipis di mulut gua tempat mereka bermalam, "Tidak untukku."

Apa yang Kagome katakan adalah apa yang dia yakini, karena itu adalah apa yang telah dikatakan oleh ibunya kepadanya. Walau dia belum sepenuhnya mengerti hingga saat ini, lantaran hal terbesar yang menakutkan untuknya telah terjadi dan sampai saat ini dia tidak merasakan rasa puas sama sekali setelah menghabisi para penguasa wilayah.

Gadis itu tidak merasa telah menaklukkan dunia atas balas dendamnya.

Bagi seorang Sesshoumaru yang dianugerahi dengan kekuatan besar sejak terlahir, hidup di kastil bersama ibunya yang notabene sebagai pasangan dari penguasa wilayah Barat membuatnya sedikit sekali mengalami hal-hal yang menyulitkan di hidupnya. Dia tidak berbohong saat mengatakan tidak mempunyai ketakutan akan apapun, dan dia yakin tidak akan memiliki ketakutan akan apa pun. Tidak saat ini, dan tidak pula dikemudian hari. Itu yang ia yakini.

Diam-diam, Jaken menghela napas lega, ketegangan di antara tuannya dan Kagome telah berakhir. Dia sama sekali tidak ingin ada perkelahian di dalam gua pengap ini, karena bila ada perkelahian yang melibatkan Bakusaiga dan Yoarashi sudah dapat dipastikan dialah yang akan pertama kali jadi korban.

Hujan yang menjadikan selimut malam semakin dingin telah mereda, menyisakan bunyi tetes-tetes air yang berjatuhan dari daun menuju bumi. Bunyi sederhana yang berubah menjadi nada merdu pengantar Kagome memasuki alam mimpi, dia tertidur lelap tanpa sadar akan tangga yang membawanya semakin mendekati puncak takdir yang menunggunya esok hari.

.

"Kau tidak akan bisa melewati kami Sesshoumaru," ucap oni raksasa berwarna biru, dia adalah salah satu dari dua oni yang tiba-tiba muncul dan menghadang jalan mereka.

Kagome melangkah di barisan depan, merasa pengganggu itu tanggung jawabnya. "Heh, kalian sebaiknya minggir bila masih ingin hidup!" perintah Kagome, tangan kanannya terangkat sebatas dada memperlihatkan cakar-cakar yang mengancam.

"Dengarkan dia, dasar kalian sampah!" tambah Jaken dengan semangatnya yang seakan tidak pernah meluntur bila itu berkaitan dengan mencela makhluk lain.

"Jangan menghalangi jalan kami, Wanita! Kami hanya ingin bertarung dengan Sesshoumaru, bukan bermain dengan hanyou lemah sepertimu!" seru oni biru dengan nada melecehkan.

Disusul oleh tawa oni merah yang tidak kalah lebih merendahkan, "Kau akan mendapat perhatian dari kami setelah kami selesai menghabisinya!" oni merah itu mengayunkan pedangnya dengan mengancam, menunjuk ke arah Sesshoumaru.

"Kalian bisa menghadapi Sesshoumaru bila bisa mengalahkanku!" nada Kagome tak kalah menantang. "Sebut saja kalian youkai bodoh beruntung yang mengantarkan nyawa padaku hari ini. Aku tidak akan segan-segan dengan kalian. Walau begitu, aku akan berbaik hati, kematian kalian akan berlangsung cepat dan hampir tidak menyakitkan!" Kagome menyingkap kimono-nya ke samping, membuat kimono itu membelah dan mepertontonkan paha kanannya yang mulus, itu dilakukan Kagome agar pakaian itu tidak menghalangi pergerakannya saat bertarung.

"Mundurlah, Kagome!" suara baritone Sesshoumaru sampai ke telinga Kagome. Hanyou itu terkejut, kedua matanya terbelalak. Dia menoleh ke Sesshoumaru yang berada disisi kirinya dan memandang dengan tatapan tidak percaya kepada Sesshoumaru secara terang-terangan.

Kagome, katanya!? Apa aku tidak salah dengar? Apakah Sesshoumaru baru saja menyebutkan namaku? Tidak mungkin salah, dia benar-benar telah menyebut namaku, untuk pertama kalinya!

Salah satu alis Sesshoumaru terangkat, "Apa yang membuatmu terkejut?" tanyanya datar.

Kagome mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menjawab, "Kau baru saja menyebutkan namaku," suara lembutnya tidak lagi lantang seperti saat berbicara dengan kedua oni tadi.

Sesshoumaru melewatinya, tidak mengacuhkan kekagetan Kagome sama sekali, dia mengambil tempat di depan untuk menghadapi kedua oni bodoh yang telah bosan hidup. Hanya beberapa detik berselang, serpihan daging para oni itu berjatuhan di tanah menyusul hujan darah yang menyembur dari onggokan daging yang sebelumnya adalah dua oni raksasa. Tidak ada gerakan berlebih yang dilakukan Sesshoumaru dalam menghadapi keduanya, ketenangannya saat mencabik-cabik lawan sangat menakutkan.

Matahari telah tergelincir hingga ke langit sebelah Barat, cahayanya telah melembut. Sepanjang hari itu Kagome tidak lagi mendapatkan kesempatan melawan youkai yang mencoba menyerang, Sesshoumaru telah mencabik-cabik tubuh para youkai itu dengan cambuk hijau beracun miliknya hanya dalam waktu sepersekian detik. Sebagian diri Kagome jengkel karena tidak dibiarkan sedikit berolahraga. Tetapi, di sisi lain hatinya melambung, dia merasa tersanjung.

Apakah ini yang dimaksudkan oleh Sesshoumaru bahwa dia tidak akan bertarung? Lalu, apa gunanya dia menjadi pelayannya? Sesshoumaru sedikit berubah, dia tidak lagi memanggilnya dengan hanyou mau pun wanita. Sesshoumaru menyebut namanya, hatinya berganti menjadi taman bunga saat dia mendengar untuk yang kedua kalinya pada hari itu. Isi badannya seakan dipenuhi oleh puluhan kupu-kupu yang berterbangan, menggelitik perutnya. Dan kini, Sesshoumaru mencegahnya bertarung dan dengan rela melindunginya.

'Apakah itu mungkin berarti Sesshoumaru memendam perasaan aneh yang sama sepertiku? Sepertiku?' batin Kagome bertanya-tanya. Mempunyai pikiran seorang Sesshoumaru menyayanginya hampir membuat genggaman Kagome yang sangat erat kepada kenyataan pahit yang selalu melingkupi hidupnya terlepas. Dengan itu, dia bisa saja jatuh ke langit tanpa ada jalan kembali.

Akal sehatnya menolak mentah-mentah ide itu, hampir saja tawanya meledak seketika pikiran itu muncul di otaknya. Akan tetapi, logika yang dimilikinya selalu kalah bila itu menyangkut dengan perasaannya kepada Sesshoumaru, hatinya bernyanyi lebih lantang hingga bergema kesetiap inci tubuhnya. Dan sebagai remaja polos yang baru saja mengenal cinta, Kagome hanya ingin tenggelam atas pengakuan yang dimilikinya.

'A-aku ... Oh, aku mencintai Sesshoumaru!'

.

.

.

Perjalanan mereka berlanjut. Seperti yang selalu berlaku, Sesshoumaru hening, hanya Jaken yang membuka suara, sedangkan Kagome? Menikmati alam saat hatinya mulai dibanjiri perasaan. Hutan menjadi ramah kepada Kagome, rumahnya itu kini memberikannya berbagai macam pemandangan mengagumkan. Warna musim gugur yang entah mengapa baru disadarinya sekarang sangat cantik dan semakin menakjubkan saat disirami oleh sinar senja yang menerobos melalui celah-celah dedaunan, dan sinar matahari tidak pernah terasa lebih hangat. Dahan-dahan pohon di kanan kiri tempat Kagome berjalan menjuntai dengan lembut seakan ingin memeluknya dengan sayang.

Ulah para hewan terlihat lucu di mata Kagome. Kera-kera betina berwajah merah, bulu berwana krem, dengan tangan dan kaki berwarna hitam mengintip dari balik dahan pohon plum ke kera jantan di pohon Ek seberangnya, meneriakkan panggilan, dan menggoda agar para jantan mendekat dan mempersembahkan buah di musim kawin yang berkepanjangan. Makhluk soliter seperti beruang hitam jantan dengan tanda putih di dagunya yang beringas kini terlihat menggemaskan, ingin sekali Kagome memeluknya saat beruang itu bergerak malas menjauhi mereka.

Tidak pernah warna pinus merah yang bertebaran di hutan wilayah Barat menangkap perhatiannya lebih dari ini, warna yang mendominasi pohon itu seakan mewakili hatinya yang bergelora dengan letupan asmara yang mencerahkan hari. Tanah yang dipijak kaki telanjangnya bagai berdenyut senada dengan degup jantungnya, angin mewakili bisik hatinya yang mengembuskan satu nama di sanubarinya.

Semua kemegahan alam bagai tercipta hanya untuknya. Tidak hanya alam yang tiba-tiba berupa menjadi lebih indah, bahkan ocehan Jaken pun serupa lantunan nada merdu. Sebuah perasaan yang dimilikinya untuk Sesshoumaru membawanya melihat dan mendengar keindahan akan apa pun yang ada di sekelilingnya.

Pandangan Kagome kembali terpaku kepada sosok yang jauh berjalan di depannya tegap, putih, silver, terlihat begitu tangguh dan indah disaat yang bersamaan. Kagome tersenyum, dia kini mengetahui bagaimana rasanya mencintai. Sesshoumaru telah merajai alam sadar dan alam mimpinya. Perasaan yang dimilikinya kepada Sesshoumaru tak lagi dapat ditampik olehnya, perasaan itu begitu kuat dan hebat, bagaikan badai tak terganggungkan yang berkecamuk melanda pikiran dan hatinya. Dia tidak dapat melawan badai itu, dia hanya bisa pasrah terisap dan terhanyut di inti pusarannya.

Lamunan Kagome terhenti saat langkah Sesshoumaru terhenti. Tangan kanan Sesshoumaru telah menggenggam Bakusaiga, matanya memicing menatap kejauhan. Dengan itu Kagome sadar akan bahaya yang sebentar lagi menghadang. Dia meniru apa yang dilakukan oleh Sesshoumaru, posisinya telah siap menahan segala serangan, Yoarashi tidak lagi bertengger di obi Kagome melainkan dalam genggamannya yang kuat. Kagome dapat merasakan aura gerombolan youkai yang mendekat, walau lemah tapi jumlah mereka banyak. Sangat banyak.

Ratusan youkai itu bertebaran di langit, hingga sinar matahari sore tak lagi dapat menyentuh tanah yang dipijak oleh mereka, rombongan youkai lemah dengan berbagai bentuk yang mengerikan itu dengan cepat meluncur ke arah mereka. Tatapan mereka beringas, mulut terbuka lebar, niat kuat untuk membunuh tercium dari mereka.

Bakusaiga telah terangkat ke udara, cahaya biru menjilat bilah pedang, dengan satu hempasan, aliran youki dimuntahkan oleh Bakusaiga. Energi yang dikeluarkan Sesshoumaru menimpa ratusan youkai itu dengan segera, tidak ada teriakan sakit sedikit pun, mereka telah lenyap tak berbekas dengan satu sapuan dahsyat secepat kilat. Bilah pedang Bakusaiga mengepulkan asap tipis, dengan satu tebasan ke udara asap itu menghilang, Sesshoumaru kembali menyarungkan Bakusaiga dan menggantungkan kembali ke obi-nya.

"Katakan, apa maumu?" tanya Sesshoumaru dengan suara dingin.

Kagome memasang telinga dan matanya, mencari-cari dari mana satu aura youkai yang lumayan kuat itu berasal.

"Apakah itu keramahan yang kau tawarkan kepadaku setelah kita lama tidak bertemu, Sesshoumaru?" sebuah suara wanita yang berasal dari balik pohon tidak jauh dari mereka bertiga terdengar.

Jaken yang sedari awal diam dan bersembunyi di balik tubuh Kagome, kini keluar lalu berdiri di sampingnya. Pandangan Kagome beralih ke suara itu berasal, seorang youkai wanita cantik keluar dari balik bayang-bayang pohon dengan sebuah senyum licik terulas di wajahnya.

"Menyerang lebih dulu dengan membawa ratusan youkai lemah adalah suatu bentuk keramahan bagimu?" Sesshoumaru bertanya balik, dia menatap lurus kepada youkai yang mendekatinya.

"Jangan salah sangka Sesshoumaru, aku hanya tidak sengaja bertemu gerombolan besar yang mencari sang penguasa wilayah. Aku hanya menunjukkan jalan pada mereka." Wanita itu berjalan mendekat. "Omong-omong, kudengar kau berhasil menaklukan semua wilayah, ya. Kau pun tahu, sejak awal, aku tidak pernah mempunyai keraguan sedikit pun tentang keberhasilanmu, Sesshoumaru." Bibir yang berwarna merah darah itu merekah, membentuk satu kurva menggoda.

Wanita itu mengenakan pakaian yang aneh bagi manusia tapi tidak untuk youkai. Ia mengenakan rok berwarna ungu dengan obi merah panjang yang terikat di depan. Pundaknya memakai pelindung yang terhubung ke jubah merah yang panjang hingga menyentuh tanah. Dia hanya memakai penutup payudara, kulit dada selebihnya terekspos.

Tiga jepit rambut memanjang menghiasi sisi-sisi puncak kepalanya, serta jepit rambut yang dapat berubah menjadi pedang saat dia bertarung. Rambutnya yang hitam biru kehijauan panjang bergelombang sebatas pinggang menjadi tirai indah di kedua sisi tubuhnya. Gerakan pinggulnya menyatakan godaan dalam bentuk seksual setiap kali dia mengayunkan kaki untuk melangkah mendekati Sesshoumaru sambil menebar daya tariknya melalui senyum nakal.

"Siapa yang kau bawa ini?" kedua alis wanita itu terangkat sedikit menampakkan kepura-puraan.

Tidak mungkin dia tidak melihat dan mengendus keberadaan Kagome yang tak begitu jauh di belakang Sesshoumaru bersamaan dengan Jaken. Sorot matanya meneliti dengan tajam kepada Kagome, kimono Kagome yang mirip dengan Sesshoumaru tak luput dari perhatiannya, agak beberapa lama pandangannya terhenti di pedang Yoarashi yang tersangkut di obi Kagome sebelum pandangannya kembali menelusuri ke kaki telanjang sang hanyou.

"Mengapa dia membawa pedang Takigawa? Jangan katakan bahwa kabar itu benar, apakah dia hanyou yang membunuh Tokushin dan Kuroichi?" Untuk sesaat, hidung wanita itu berkerut di tengah wajah, dia jijik. "Hanyou yang tidak sedap dipandang ini penuh dengan bau ... dirimu?" Mata indahnya melebar, ia memandang Sesshoumaru dengan tidak percaya, kedua alisnya bertautan menunjukkan amarah yang mulai timbul. "Ibumu pasti akan sangat kecewa denganmu, Sesshoumaru. Kau penuh dengan bau hanyou murahan seperti dirinya, kau telah menodai harga dirimu dengan menyentuh dirinya. Kau telah tercemar!"

"Itu bukan urusanmu, Wanita!" sahut Sesshoumaru tajam seraya berjalan melewati kenalannya itu.

Tak terima begitu saja, wanita itu berkata lantang, "Itu menjadi urusanku karena calon pasanganku telah bersetubuh dengan hanyou menjijikkan seperti dirinya!" ia menunjuk Kagome dengan murka.

Langkah Sesshoumaru kembali terhenti. "Calon pasangan? Itu hanya kehendakmu dan keputusan ibuku sepihak. Tidak ada yang bisa memaksa apa yang harus Sesshoumaru ini lakukan atau tidak lakukan," nada Sesshoumaru mulai keras.

Wanita itu tertawa mengikik. "Baiklah, baiklah, terserah apa katamu. Tetapi ... " Kaguya berpikir sangat cepat untuk melontarkan hasutan lain lagi, "Kau telah menjadi lemah Sesshoumaru. Karena hanyou sampah itu menyandang Yoarashi sekarang, berarti dialah penguasa Selatan, siapa pun dapat dengan mudah membaca fakta itu. Dan itu berarti, kau tidak menaklukan semua penguasa wilayah."

'Lemah!' Kedua alis Sesshoumaru bertautan, wajah datarnya telah pecah oleh satu kata yang diucapkan oleh Kaguya. Satu kata itu membuat Sesshoumaru meradang, tidak ada kata yang lebih dibencinya selain kata lemah yang ditujukan kepadanya. Dia memandang Kaguya dengan garang, seakan dia tidak akan segan mencabut Bakusaiga bila kata itu meluncur lagi dari mulut wanita itu.

Tatapan penuh kedengkian dilontarkan youkai betina bernama Kaguya kepada Kagome. "Seorang hanyou menjadi penguasa Selatan?" intonasinya mencemooh. "Makhluk sepertimu bahkan tidak pantas untuk hidup!"

"Sudah cukup ocehanmu itu! Kenapa kau menghinaku terus, heh?" ujar Kagome dengan geram. "Kau ingin menantangku? Ayo kita bertarung! Asal kau tahu, aku sama sekali tidak takut kepadamu!" tantangnya dengan sengit.

Dada Kagome naik turun, darahnya mulai mendidih. Tubuh Kagome mulai menegang, kedua tangan terkepal, posisinya siap bertarung. Wanita itu telah berani menghinanya, menginjak-injak harga dirinya. youkai sial itu benar-benar menyentuh titik sensitifnya, Kagome tidak terlalu peduli dengan status wanita itu sebagai calon pasangan Sesshoumaru, yang dia tahu wanita itu terlampau menghinanya. Youkai wanita itu merasa dirinya jauh lebih berharga dari pada dia yang seorang hanyou tidak bisa diterimanya, dia akan menunjukkan siapa yang pantas untuk mati bila dia terus membuka mulut untuk menghinanya lebih jauh.

Wanita itu tertawa kecil, matanya mengedarkan tatapan yang tidak dapat diartikan lain selain memandang rendah Kagome. Dagunya terangkat, "Aku tidak ingin bertarung dengan sampah sepertimu!"

"Hentikan, Kaguya!" titah Sesshoumaru.

"Oh, jadi kau membelanya, Sesshoumaru?" tawa menyindir yang lain keluar dari wanita itu.

"Aku penasaran," Kaguya mendekati Sesshoumaru, dengan jari telunjuknya dia menyentuh pipi Sesshoumaru, "Apa arti dirinya bagimu?" Wajah mereka berdekatan, tanpa sungkan, Kaguya menyandarkan tubuhnya ke tubuh Sesshoumaru. "Apakah dia kekasihmu atau dia hanyalah salah satu pelacur yang mengisi waktu luangmu?"

"Sesshoumaru tidak mungkin mempunyai kekasih hanyou, hentikan racauanmu itu wanita!" protes Jaken yang dengan cepat dibungkam oleh sorot tajam mematikan tiga pasang mata yang serempak diarahkan kepadanya, dia kembali menutup mulut dan bersembunyi di balik tubuh Kagome.

"Aku tidak ingin lagi mendengar omong kosongmu," Sesshoumaru menjauhkan diri dari Kaguya, gerakannya yang mendadak pasti akan membuat Kaguya jatuh bila saja wanita itu bukan youkai yang mempunyai refleks yang hebat.

Sudah lama Kaguya mengincar Sesshoumaru, dia tidak akan melepaskan pria yang menjadi incarannya begitu saja. Dialah yang akan menjadi pasangan Sesshoumaru. Kaguya terbiasa mendapatkan apa yang diinginkannya, dan sama seperti hal yang lainnya, dia akan mendapatkan Sesshoumaru. Bila cara keras tidak mempan kepada lelaku itu, dia tahu harus menggunakan cara apa untuk mengarahkan Sesshoumaru ke dalam jeratannya.

"Aku tahu itu. Kau, Sesshoumaru-sama yang kukagumi, seorang dai youkai penguasa wilayah tidak akan sudi mempunyai kekasih hanyou rendahan seperti dirinya, ya 'kan?" nadanya penuh intrik, "Kau penuh dengan kebanggaan akan dirimu sendiri. Dugaanku, kau mungkin hanya menganggapnya sebagai pelayanmu."

Kata-kata Kaguya telah memicu pergelutan lain di diri Sesshoumaru, cara Kaguya memandang Kagome, sama dengan seluruh youkai lain akan memandangnya. Sesshoumaru merasa terhina, tapi dia lebih merasa terkhianati oleh dirinya sendiri, atas apa yang telah dipikirkannya, atas apa yang pernah menyusup di antara hatinya tentang Kagome. Dia selalu memandang tinggi dirinya, dia tidak akan terikat oleh perasaan yang mengikat seperti manusia. Tapi keteguhannya itu selalu merapuh setiap memandang Kagome.

"Biarkan aku membuktikan kepadamu, ketulusan niatku untuk tunduk dan menjadi kawananmu, Sesshoumaru," kata-kata Kaguya dibuat sedemikian rupa untuk membangkitkan rasa ingin tahu Sesshoumaru. "Aku akan membuat penaklukan wilayahmu menjadi utuh Sesshoumaru. Izinkan aku melawannya, aku pasti dapat mengalahkannya"

"Keh, kau terlalu banyak omong!" gerutu kagome "Bila kau memang ingin bertarung denganku, cepat lawan aku!" tantang Kagome sengit.

Tipu muslihat Kaguya tidak sepenuhnya menaklukkan Sesshoumaru, "Aku tidak butuh bantuanmu atau siapa pun, apakah kau pikir Sesshoumaru ini tidak bisa mengalahkannya bila itu yang aku inginkan?" balasnya pada Kaguya.

Kaguya dengan cepat berusaha mengoreksi kata-katanya, "Tidak ada keraguan sedikit pun akan hal itu Sesshoumaru. Aku tahu kau sangat, sangat, kuat!" suara Kaguya berubah melembut dan pelan kemudian berubah bagai desahan diujung kalimat. "Hanya saja, aku bisa membuktikan bahwa aku lebih baik dari hanyou yang rupanya menyakitkan mata itu," ucap wanita beriris biru kehijauan itu dengan seluruh daya pikat yang dimilikinya.

Kaguya adalah youkai yang penuh kekaguman kepada dirinya sendiri, dia sangat menjunjung tinggi kecantikan yang dimilikinya. Dengan apa yang dimilikinya, Kaguya sangat yakin bahwa tidak ada siapa pun yang akan menolaknya, tidak bahkan Sesshoumaru. Kaguya kembali mendekati Sesshoumaru, tangan Kaguya menjelajah di dada Sesshoumaru yang tertutup oleh pelindung besi. Salah satu tangannya bergerak naik ke pipi Sesshoumaru, jari-jarinya yang lentik dan panjang bergerak perlahan membelai rahang Sesshoumaru. Kepalanya mendongak, wajah mereka berdekatan, sedikit saja Sesshoumaru menjulurkan kepalanya, bibir mereka akan saling bersentuhan.

"Lihat saja siapa yang murahan sekarang!" gerutu Kagome dengan dongkol.

Kagome dan Jaken tidak bergeming di tempat mereka berdiri, tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Ujung-ujung cakar Kagome menembus telapak tangannya, dia memalingkan wajah dengan muak. Ingin sekali rasanya dia merenggut rambut panjang bergelombang milik youkai itu lalu menariknya agar menjauh dari Sesshoumaru.

"Apa yang ingin kau buktikan?" tanya Sesshoumaru dingin.

Kaguya kembali bersandar di tubuh Sesshoumaru, tubuh mereka menempel, jarinya kini turun ke leher Sesshoumaru. Dia berusaha mencium bibir Sesshoumaru tapi mengurungkan niatnya, lalu mencium sudut bibir Sesshoumaru kemudian menyeret bibirnya di pipi Sesshoumaru hingga mencapai telinga sang dai youkai untuk membisikan pertanyaan balik, "Kau tidak pernah bercinta dengan youkai sebelum ini, 'kan?"

"Aku rasa aku akan muntah!" gumam Kagome jengah. Dia semakin geram karena merasa keberadaannya diabaikan oleh Kaguya maupun Sesshoumaru.

Pertanyaan Kaguya menggelitik logika Sesshoumaru, berbagai kemungkinan muncul di otaknya. Mungkinkah keterikatannya kepada Kagome hanya karena dialah yang pertama untuknya? Mungkinkah berhubungan intim dengan Kaguya pun akan membuat dia mempunyai perasaan yang sama ganjilnya seperti yang dimilikinya untuk Kagome?

Bila dia butuh jawaban atas segala pertanyaan yang bercokol di pikirannya tentang apa yang sebenarnya dia rasakan terhadap sang hanyou, inilah saatnya. Sesshoumaru tidak akan mundur bila itu bisa membawanya kembali ke jalur yang semula ditempuhnya, jalur sebagai dai youkai yang tidak terpengaruh oleh keberadaan seorang hanyou bernama Kagome.

"Kalau begitu, buktikan apa yang hendak kau buktikan!" suara Sesshoumaru tidak kalah dingin dengan ekspresinya.

Kaguya tersenyum, "Aku berjanji akan memuaskanmu, Sesshoumaru!" janji Kaguya.

Kalimat Sesshoumaru itu cukup sebagai pemicu untuk Kagome melangkah pergi. Kemarahannya sudah menjadi-jadi, tubuhnya tegang. Dadanya sakit, matanya tersengat hebat, perih. Hatinya bagai terendam oleh air mata, pilu. Kagome mengutuk Sesshoumaru, dia mengutuk Kaguya, dan dia mengutuk dirinya sendiri lebih dari apapun. Kagome menyesali kebodohannya yang telah membiarkan dirinya termakan oleh mimpi di siang hari, menyerahkan hatinya untuk Sesshoumaru hanyalah sebuah cara lain untuk terluka tanpa perlu kulit tercabik dan darah mengalir.

Lidahnya yang kelu akhirnya bisa digerakkan oleh Kagome, "Sial! Kalian membuatku muak!" dia berbalik badan, tanpa pikir panjang Kagome mengentak tanah untuk melompat jauh, lalu berlari kencang meninggalkan mereka berdua.

Jaken menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, bingung antara mengikuti Kagome pergi atau tetap diam di tempat dan menonton adegan yang tidak seharusnya dia tonton. Tentu saja pilihan kedualah yang dipilih Jaken, bila dia bisa terus menempel Sesshoumaru seperti tanaman parasit di pohon pun tidak ada keraguan sama sekali itu akan dilakukan olehnya.

Sesshoumaru memandang kepergian Kagome dengan sudut mata, separuh hatinya ingin mengejar tetapi logikanya menolak. Tangan Kaguya mengambil satu tangan besar Sesshoumaru lalu meletakannya di pinggang bagian belakangnya, lalu dia melingkarkan kedua lengannya di leher sang pejantan idaman. Kaguya memejamkan matanya saat bibir mereka bersentuhan.

Ciuman Kaguya terburu-buru, sedikit kasar dan menuntut, dia berusaha keras untuk mengesankan Sesshoumaru. Sedangkan Sesshoumaru membalas ciuman Kaguya dengan penuh pemikiran, apa yang dirasakannya jauh berbeda. Ciuman itu tidak terasa manis seperti yang telah kagome berikan kepadanya, lidah hangat Kaguya berusaha menerobosnya.

Sesshoumaru merenggut rambut di belakang kepala Kaguya, sedikit menariknya dengan paksa untuk menghentikan niatnya. Kaguya terkesiap, dia menatap Sesshoumaru dengan pandangan bertanya-tanya sebelum kembali tersenyum. Kaguya tidak mudah menyerah saat menerima sedikit penolakan, bila Sesshoumaru tidak ingin menciumnya lebih jauh dia akan menggunakan cara lain untuk menggodanya. Kaguya menoleh sekilas kearah jaken sebelum membangun sebuah kekkai yang cukup kuat, serta merta Jaken hanya memandang hutan kosong di hadapannya.

"Sekarang lebih baik, 'kan?" tanya Kaguya.

Kaguya mundur dua langkah, dia melucuti satu persatu bahan yang tidak banyak menutupi tubuhnya. Setelah keadaannya sepolos saat terlahir, dia kembali mendekati Sesshoumaru, dia memeluk pinggang Sesshoumaru. Paha kanan dai youkai itu terhimpit oleh kedua pahanya. Walau terhalang oleh hakama, daerah kewanitaan Kaguya yang panas terasa dikulit Sesshoumaru.

Tangan Kaguya menelusuri tengah hakama Sesshoumaru, tempat semua ketegangan Sesshoumaru seharusnya berkumpul setelah melihat tubuh telanjangnya. Kekecewaan perlahan merayap naik ke hati Kaguya saat mendapati kejayaan Sesshoumaru sama sekali tidak terbangkitkan.

Bagi Sesshoumaru, tidak ada yang salah dengan tubuh Kaguya, begitu pula dengan kecantikan yang dimilikinya, juga dengan bau harum tubuhnya yang sedikit lebih tajam dibandingkan Kagome. Tidak ada yang salah sama sekali, kecuali perbandingan antara Kaguya dan Kagome itu sendiri. Hanya saja, tidak ada yang dapat mengalihkan perhatiannya dari ingatannya yang berkecamuk tentang Kagome. Wajah Kagome yang melembut saat menunduk karena tersipu malu, tangan Kagome yang berusaha menutup tubuhnya yang polos malah menggugahnya. Sesshoumaru menggeram, jengkel oleh otaknya sendiri. Karena itu, dia memejamkan matanya.

Kaguya membimbing tangan Sesshoumaru ke salah satu buah dadanya, dan yang satunya lagi ke daerah intimnya. Kaguya pun memejamkan matanya, berusaha mengacuhkan raut wajah Sesshoumaru yang seakan penuh gejolak. Tangan besar Sesshoumaru persis seperti yang diimpikannya, besar, sedikit kasar, dan hangat. Satu tangan Kaguya meremas buah dadanya yang terabaikan, sentuhan kepada dirinya sendiri membuat sebuah lenguhan keras keluar dari mulutnya. Bagian bawah tubuhnya yang lapar perhatian telah basah, dan sudah sangat siap menerima Sesshoumaru. Ini adalah obsesinya sejak dia pertama kali mengenal Sesshoumaru, menjadi pasangan dai youkai tampan dan dingin ini adalah cita-cita terbesarnya.

Sessshoumaru berusaha keras untuk hanya merasakan, apa yang tangannya sentuh. Dia mencoba mengabaikan penciumannya yang protes, saat bau khas Kagome yang manis berganti menjadi bau yang lain. Sesshoumaru menampik bayangan hanyou cantik itu di otaknya yang berkecamuk, dan mengusir bisikan sisi buas di dalam dirinya yang menolak dengan kasar atas apa yang dilakukannya.

Desahan Kaguya yang sedikit lebih keras dari yang seharusnya menyadarkannya, kedua matanya terbuka lebar. Sesshoumaru merasa kalah, dia terperangkap dan kalah dalam permainan yang dibuatnya sendiri. Apa yang ingin dibuktikannya malah berbalik arah menyergapnya, dan membenturkannya pada kenyataan. Sesshoumaru tertawa pahit.

Kini, sungguh, ia sepenuhnya mengerti akan diri dan hatinya sendiri.

Kaguya menghentikan apapun yang sedang dilakukannya, kelopak mata yang dihiasi segaris berwarna biru kehijauan itu terbelalak, "Apa yang kau tertawakan, Sesshoumaru?" suaranya iritasi.

"Apa yang ingin kau buktikan menurutku sudah cukup," Sesshoumaru melepaskan diri dari dekapan Kaguya.

Kaguya menggeleng kecil, "Jangan katakan padaku bahwa kau akan mengejarnya?" kekecewaan terpancar jelas dari suara Kaguya, "Dan jangan kau katakan kepadaku kau lebih memilih hanyou sialan itu dibanding aku yang mempunyai garis keturunan youkai kuat sama sepertimu!"

"Tanpa perlu kujelaskan kau telah mengerti," Sesshoumaru berbalik badan hendak melangkah.

"Tunggu!" Kaguya setengah berteriak, "Apakah kau tidak memikirkan bagaimana pandangan para youkai lain tentang dirimu bila mereka mengetahuinya?" Secara mental, tidak pernah sekalipun Kaguya merasa direndahkan seperti sekarang, dia tidak percaya apa yang Sesshoumaru telah lakukan kepadanya, menolaknya? Napasnya mulai memburu, gelombang dendam mulai tercipta dihatinya untuk sang hanyou yang menghancurkan mimpinya.

"Hn, aku telah memikirkan itu sebelumnya," Sesshoumaru menoleh sedikit dan memandang Kaguya dari sudut mata, "Apapun hal itu, menurut pandangankulah yang terpenting, bukan menurut pandangan yang lain," kata-katanya pelan, tapi menyayat harga diri wanita yang selangkah darinya.

Kaguya roboh di atas tanah, dia hanya dapat memandang punggung Sesshoumaru dengan benci dan amarah yang mendalam hingga sosok itu menghilang dari penglihatannya. Kaguya menggeram, tangannya mencengkram tanah, "Aku bersumpah akan membuat hanyou itu menderita!"

Dai youkai itu keluar dari kekkai dengan disambut oleh keantusiasan Jaken, "Sesshoumaru-sama!" pekik makhluk hijau itu.

"Tunggu di sini!" perintah Sesshoumaru sambil terus berjalan melewati Jaken.

"Ba-baik, Tuanku," Jaken menunduk dengan taat dan panutannya pun sudah terbang menghilang saat dia mengangkat kepala.

Sesshoumaru sadar, dia tidak lagi peduli apa yang dipikirkan para youkai lainnya, dialah sang penguasa sekarang. Dengan kekuasaan yang berada di tangannya dia akan mengubah apa yang sudah seharusnya dia ubah. Tak peduli bila itu berarti ia harus sedikit memaksakan cara pandangnya pada seluruh youkai yang berada di dalam area kekuasaannya.

Sesshoumaru tidak peduli, dia tidak akan lagi menyiksa dirinya sendiri berkepanjangan, dia tahu apa yang dia inginkan, dan dia butuhkan. Karena selama ini, semakin dia berusaha keras untuk membuktikan Kagome tidaklah berarti apa-apa baginya semakin dia menyadari kebenaran. Kagome telah menguasai sebagian besar hatinya, sisi buasnya, serta pikiran sehatnya. Sesshoumaru tidak akan melepaskannya, dia akan menghadiahi gadis itu tanda, Kagome akan menjadi miliknya seorang.

.

~To be continued~

.

Ngedit kolase untuk tiap chapter itu sumpah seru bgt! ^^

Repost : 06/04/2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top