Chapter 12 - Lost in Paradise

Warning: Maaf bgt, bab ini hanya separuh yang kuedit. Hope u like it.

.

BSOF

.

Sang daiyoukai dan hanyou berhadapan dengan tatapan awas. Keduanya berdiri dengan posisi tubuh santai, tapi sebenarnya sama-sama siap menyerang. Kagome mengangkat Yoarashi yang ditancapkan ke tanah. Tangan kanan Sesshoumaru telah mengenggam Bakusaiga yang tergantung di obi-nya.

Kagome menguap lebar, ia memandang bilah pedang dengan tatapan jenuh sebelum menancapkan senjata tersebut ke pohon di sampingnya. "Aku tidak butuh ini, perkelahian dengan pedang dan aliran youki sangat menjenuhkan." Kagome mengangkat kedua tangan ke udara, merenggangkan badannya, "Aku lebih memilih bertarung dengan tangan kosong."

Sesshoumaru memang lebih unggul karena pedang yang dimilikinya, tapi dia pasti kalah bila dalam perkelahian jarak dekat, pikir Kagome.

Dalam sekejap, gadis itu sudah tidak ada lagi berada di tempatnya. Tanpa tedeng aling-aling, ia melompat dan berupaya mencabik pria itu dengan cakar tajamnya. Sudah tentu, Sesshoumaru menghindar dengan mudah, dia bergeser sedikit untuk menghindari terjangan sang hanyou.

Kagome mendarat di tanah hanya sesaat sebelum berbalik menyerang dengan tendangan berputar searah jarum jam. Lagi-lagi, Sesshoumaru mengelak tanpa ada gerakan yang tertangkap oleh mata, lelaki itu telah berpindah tempat begitu saja.

Perempuan itu berkoar, "Ini lebih menyenangkan dari yang kupikirkan." Satu sudut bibir terangkat, membentuk senyum sinis yang menampilkan salah satu taring.

Setelah beberapa menit, tak ada satu serangan pun yang mampu menyentuh Sesshoumaru. Perkiraan gadis itu meleset jauh, faktanya, dalam pertarungan jarak dekat pun Sesshoumaru adalah lawan yang tangguh.

Karena alasan itulan, Kagome berniat mengeluarkan semua kemampuannya. Inu hanyou itu tak berhenti bergerak, ia terus menyerbu dari segala arah. Akan tetapi, semua usahanya percuma.

"Ini mulai membosankan," pancing Kagome. Pria itu bergeming. Ketiadaan reaksi dari Sesshoumaru hanya membuat kejengkelannya pada siluman itu membludak.

Kagome paham, kalau dia terus berupaya menghantam dan Sesshoumaru terus menghindar, serangannya tidak akan punya kesempatan menyentuh sasaran. Pola seperti itu hanya akan menguras tenaga tanpa menimbulkan efek pada lawan. Sebab, Sesshoumaru jauh lebih cepat darinya. Dengan segera, sebuah rencana terbangun di kepalanya.

Dia berusaha memancing emosi sang oponen. Bila Sesshoumaru menyerang dan dia menghindar, disaat itulah dia bisa mendapatkan kesempatan. "Ternyata kau itu pengecut, ya!" ucap perempuan setengah siluman itu disertai cengiran.

Pada akhirnya, pertanda baik. Manik emas itu memicing, tatapannya bertambah garang. Gelora amarah pria itu dapat diendusnya, dalam hati ia tertawa. Umpannya dimakan, pancingannya tersangkut, pria itu akan ia buat bertekuk lutut.

Selama ini, Kagome telah mempelajari wataknya, Penguasa Wilayah Barat itu tidak tahan terhadap tantangan dan dia juga tidak tahan terhadap hinaan langsung yang diarahkan kepadanya. Dia adalah youkai sombong yang memandang dirinya tinggi, harga diri adalah baju kebesarannya, dia tidak akan membiarkan orang lain merobek-robeknya. Sesshoumaru telah terjebak oleh rencana Kagome. Dan, sebentar lagi, dia akan mulai menyerang.

"Diam!" perintah Sesshoumaru dengan nada dingin.

Tepat seperti dugaan, pria itu mulai bergerak, Sesshoumaru tidak menarik Bakusaiga ataupun Odachi, dia menyerang Kagome dengan sebuah cambuk hijau beracun yang keluar dari jarinya.

Sebuah kepastian, putra Inu no Taisho itu tidak akan membiarkan seorang hanyou menghinanya lebih jauh lagi. Menjadi ketentuan, dia akan memberi perempuan itu pelajaran berharga yang tidak akan pernah dilupakan. Pada akhirnya, gadis itu akan memahami siapa yang berada di puncak rantai makanan. Sosok yang berada di kasta teratas di antara mereka ialah dia semata, Sesshoumaru!

Cambuk hijau yang berpendar itu hanya melecut tanah karena Kagome berhasil menghindar ke kanan. Bumi yang terkena lesatan cambuk beracun itu hancur dan mengeluarkan asap pekat yang berbau asam dan gosong. Cambuk beracun itu dengan cepat kembali menuju kepadanya, gadis itu melompat ke kiri. Di luar rencananya, cambuk hijau beracun yang sangat merepotkan itu baru pertama kali dilihatnya.

Dengan bergulirnya waktu, pertarungan menjadi tidak seimbang.

"Itu tidak adil!" protes Kagome dengan keras, sambil terus berlari serta menghindar.

"Ini bagian dari tubuhku sama seperti cakarmu, menurutku ini adil." Sesshoumaru melesatkan cambuk itu ke arah perempuan setengah siluman lagi.

Kagome tetap pada simpulan pertama, perkelahian jarak jauh hanya akan merugikannya. Taktik baru terbentuk di otaknya, pada akhirnya, Kagome terus menghindari lecutan cambuk beracun itu sambil berlari mendekati Sesshoumaru, jarak mereka kini semakin menipis. Gadis itu melompat, melayangkan cakarnya yang kemudian ditangkap oleh cambuk kehijauan Sesshoumaru. Tangan kanannya terbelit tak dapat bergerak. Dia berputar ke kiri seraya melayangkan tendangan. Namun, lagi-lagi, kakinya tidak mengenai sasaran.

Kagome tersungkur di tanah karena Sesshoumaru mengentakkan cambuk yang melilit pergelangan tangannya, dengan suara berdebam yang keras, Kagome terlentang diatas tanah yang dingin. Tangannya panas dan perih, racun dicambuk itu membakar kulitnya. Saat dia mencoba untuk bangkit, cambuk itu lepas dari tangan kanannya sesaat, hanya untuk kembali membelit dengan cepat kedua pergelangan tangannya yang kini terangkat diatas kedua kepala.

Kagome tak berdaya, kedua paha Sesshoumaru memenjarakan pahanya. Saat ini, ia bagai boneka yang digerakkan tali tipis sang dalang. Sayangnya, dalang yang menggerakkannya adalah Sesshoumaru, sang pemenang pertaruhan. Tubuh Kagome meronta-ronta dengan percuma, dia telah terpenjara oleh sosok yang lebih besar darinya. Kagome terpaksa menelan pil pahit, dia telah kalah di permainan yang ia ciptakan.

Rambut Sesshoumaru terjuntai di sisi kanan tubuhnya saat cakar tajam jari tengah dan telunjuk tangan kirinya menekan leher Kagome tepat dilekuk di mana kedua tulang selangka bertemu.

Kagome menelan ludah dengan teramat susah, sedikit saja bergerak dia akan membuat luka baru.

Mata Sesshoumaru berkilat-kilat dengan kemenangan yang diraih. Wajah Kagome yang berkerut-kerut penuh sesal membuatnya tersenyum. Tidak akan ada lagi hinaan yang dapat keluar dari mulut hanyou wanita ini untuknya. Dia mungkin bisa mengalahkan semua penguasa, tapi itu hanyalah karena Sesshoumaru kalah cepat. Bagaimanapun kuatnya gadis itu menghadapi mereka, tetap saja, hanyou itu tidak akan bisa mengalahkannya.

"Kau harus tahu tempatmu, Wanita!" Sesshoumaru berkata dengan intonasi monoton, tapi kata-kata itu membuat telinga Kagome panas.

Kagome tertawa mengejek, "Jangan merasa menang dulu!" suaranya dipaksa sedemikian rupa untuk tidak dipengaruhi oleh kejengkelan yang menohoknya, dada Kagome bergerak naik turun dengan cepat karena kelelahan.

"Tempatmu adalah di bawahku!" ucap pria itu, dingin. Entah mengapa, Kagome menangkap maksud lain dari kata-katanya itu.

Alis Kagome berkerut, dia benar-benar terdesak saat ini. Dia lebih memilih mati daripada harus tunduk kepada youkai pongah, yang selalu menganggap semua mahluk lain lebih rendah darinya. Dia sangat membenci laki-laki yang selalu meremehkan wanita, manusia, hanyou, maupun youkai. Kekalahan ini adalah kekalahan terbesarnya. Mengapa sih dia harus mengajukan pertaruhan bodoh itu, hah? Kagome mengutuk diri sendiri di dalam hati.

Dia telah tersudut sekarang, apa yang harus dilakukannya agar bisa lepas dari situasi itu? Dia selalu membenci kesombongan yang dimiliki Sesshoumaru. Akan tetapi, yang sesungguhnya terjadi adalah ia termakan oleh keangkuhannya sendiri. Kagome sangat menyesal menyadari bahwa dirinya sendiri tidak kalah congkak dari youkai yang ada di hadapan.

"Aku harap kau tidak berpikir untuk lepas dari kewajiban memenuhi janji," satu sudut bibir Sesshoumaru terangkat sepersekian detik.

Wajah datarnya telah pecah, kemenangan ini membuat Sesshoumaru senang. Hanya dengan berpikir bisa menyiksa hanyou itu telah menggelitik hatinya. Rasa penasarannya telah memendam dalam-dalam kewaspadaan di dalam dirinya. Dia tidak lagi takut perempuan itu membuatnya kehilangan kendali atas diri, yang ia tahu adalah ia merasa bersemangat.

Alis Kagome berkumpul di tengah "Ini baru permulaan!" suara Kagome tidak kalah sengit dari apa yang telah ditampilkan rupanya. Sepasang mata bulat besar berwarna biru keabu-abuan itu kini memandang Sesshoumaru dengan berapi-api. Bibirnya sedikit terbuka karena napas yang terengah-engah setelah perkelahian singkat mereka.

"Hn," jawab Sesshoumaru, "Kau benar, ini hanyalah suatu permulaan," timpalnya penuh misteri.

"Apalagi yang kau tunggu? Lepaskan aku! Sekarang! Iya, aku akan menjadi pelayan pribadimu!" untuk sementara, tentu saja. Kagome terus menggoyangkan kedua tangannya yang masih terlilit cambuk hijau.

"Sesshoumaru ini belum merasa menang bila semua janjiku belum terpenuhi," ada teka-teki lain di dalam kalimat pria itu.

"Apa yang kau-" pertanyaan Kagome terpotong, suaranya tertelan saat bibir Sesshoumaru menyentuh miliknya.

Kagome membatu, hal itu terjadi begitu cepat. Walau sebenarnya kejutan itu dinikmatinya, tetap saja dia belum siap. Sesshoumaru menarik diri sesaat, mata hanyou itu telah terpejam, bibirnya setengah terbuka, undangan lainnya. Sesshoumaru menciumnya lagi, kali ini lebih dalam.

Napas Sesshoumaru yang hangat menyapu wajahnya, baunya khas, sangat maskulin sekaligus manis.

Dia begitu lembut, kontras dengan wajahnya yang sangat dingin, rengkuhan pria itu begitu hangat. Bibir mereka saling bertautan, taring Sesshoumaru menggores sekilas bibir bawahnya, darah mengucur perlahan. Ciuman Sesshoumaru semakin mengganas, ia memagut dengan penuh hasrat.

Lidah sang siluman menyapu bibir bawah gadis itu dari satu sudut ke sudut yang lain, kemudian menerobos masuk, membuat Kagome merasakan rasa darahnya pada indra pengecap Sesshoumaru.

Tidak ada lagi pemikiran dalam yang bergelantungan di otaknya. Pertautan itu membuatnya menginginkan lebih, kebuasannya setengah berhasil menguasai diri. Saat ini, yang dia tahu hanyalah merasakan, menyentuh, dan menikmati.

Hanyou ini selalu berhasil membuatnya keluar dari wataknya. Ataukah, dia hanya berdamai dengan separuh bagian diri yang selama ini terpendam dan terabaikan? Yang mana pun yang menjadi jawaban Penguasa wilayah Barat itu tak lagi peduli.

Harum napas Kagome memikatnya. Dia bisa merasakan tubuh Kagome berangsur-angsur mulai rileks, tidak ada lagi usaha untuk melepaskan diri, penglihatannya masih tertutup.

Entah sejak kapan cambuk hijau itu telah terlepas dari tangan Kagome, tidak ada lagi sentuhan bibir Sesshoumaru di bibirnya. Gadis itu membuka mata, dia megap-megap kehabisan napas. Pria itu sudah menarik diri hanya untuk dapat melihatnya lebih baik. Siluman itu tengah menelitinya, matanya berkilat dengan api berahi yang belum padam. Iris emas yang hangat itu menatapnya lekat, membuat jantungnya seakan berhenti berdetak. Tatapannya sangat, tajam, intens, dan penuh arti. Mulut Sesshoumaru sedikit terbuka, ternyata bukan hanya dia saja yang hampir kehabisan udara.

Kendati malu untuk diakui, Kagome sungguh menginginkan pria itu. Ingatan akan kejadian di gua menghantam Kagome. Pandangannya tertunduk, poni menutupi matanya. Akankah Sesshoumaru meninggalkannya seperti saat itu? Dia tidak ingin kejadian itu terulang. Ia tak mau lagi ditinggalkan setelah dipermainkan. Sedikit demi sedikit, amarah kembali menjangkit.

Sesshoumaru menarik diri, bau kebangkitannya sendiri jelas menusuk hidung. Manik gadis itu memandang Kagome dengan hasrat yang merefleksikan miliknya. Tak lama, netra indah sang hanyou menebarkan ancaman. Bau kebangkitan Kagome sedikit terkaburkan oleh kemarahan yang menguap dari tubuhnya.

"Kau menikmatinya?" tanya Kagome dengan galak.

"Tidak ada keraguan, begitu pun denganmu," sahut Sesshoumaru jujur.

"Apa menjadi pelayanmu berarti menjadi budak nafsumu?" Kagome tertawa pahit "Kalau memang begitu, lebih baik aku mati," nadanya sinis.

Sesshoumaru memutar tumit. "Berhenti!" serunya.

"Lalu apa yang barusan kau lakukan selain melecehkan pelayanmu, hah?" Kagome menatap punggung Sesshoumaru.

"Lupakan perjanjian itu, aku tidak tertarik memiliki pelayan sepertimu." Dengan segala keanggunan yang tertanam sejak ia dilahirkan, Sesshoumaru sedikit memiringkan kepala, ia memandang Kagome dari sudut mata.

Kagome yang semakin meradang pun mendecak dengan tidak senang, "Ck, jangan bilang yang tadi itu diluar keinginanmu!"

"Aku bilang berhenti merendahkanku, Hanyou!" nadanya berubah menjadi keras, tapi dia tetap tidak menghadap Kagome.

Kagome sama sekali tidak gentar dengan sikap keras Sesshoumaru. "Kau akan melakukan hal yang seperti yang kau lakukan kepadaku kepada siapa pun, dimana pun, dan kapan pun yang kau mau, ya 'kan?" ejek Kagome.

"Apa yang terjadi itu diluar keinginanku," kata-kata itu begitu sulit keluar dari mulut seorang Sesshoumaru, kehilangan kendali atas diri sendiri adalah hal yang paling benci untuk ia lontarkan secara verbal. "Karena itu, lebih baik kau segera pergi dari hadapanku!" perintahnya sangat tegas dan jelas. Meski terdengar sangat yakin dengan kata-katanya, tapi pertentangan dan harapan terus bergulat di dalam sanubari pria itu.

Apa yang dikatakan Sesshoumaru menjadi sebuah pernyataan yang tidak dapat di percaya, sudut-sudut hati Kagome berteriak menolaknya. Apa yang dilakukannya diluar keinginannya? Entah apakah dia harus gembira atau bersedih dengan apa yang di dengarnya sebagai hanyou dan sebagai wanita. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh pria itu? Makhluk di hadapannya ini benar-benar sebuah tak mampu ia mengerti. Sesshoumaru bagaikan potongan-potongan mozaik peninggalan kuno yang amat sulit dipecahkan.

Sesshoumaru pernah menyelamatkan nyawanya, mengatakan ingin membunuhnya tetapi tidak benar-benar ingin membunuhnya, tidak seperti ia berniat benar-benar membunuh Takigawa. Beberapa menit yang lalu dia menciumnya dengan sepenuh hati, kemudian sekarang dia memintanya pergi setelah memenangkan pertarungan.

Berbagai pertanyaan memenuhi pikirannya, tapi pertanyaan tentang diri yang diteriakkan hatinyalah yang sangat membuat Kagome tercenung. 'Berhenti memikirkan apa yang sebenarnya Sesshoumaru inginkan, karena pertanyaan sebenarnya adalah apa yang kau inginkan darinya? Mengapa tidak menjauh saja darinya? Mengapa kau merasa sedih saat dia memintamu untuk pergi?'

Logika di otaknya menyuruh Kagome untuk membalik badan lalu melompat pergi jauh dari Sesshoumaru. Kendati demikian, kekuatan logika telah dikalahkan dengan telak oleh hatinya. Yang Kagome lakukan berikutnya adalah memosisikan dirinya di hadapan youkai berambut silver itu, kemudian setengah berteriak. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, hah?" Kedua tangan Kagome terkepal dikedua sisi tubuhnya, cakarnya yang tajam menembus telapak tangannya, membuat cairan merah dan hangat itu mengalir deras.

Sesshoumaru memandangnya datar, walau wajahnya terlihat tanpa emosi, tapi pikirannya seakan tercekik oleh sosok di depannya. Wanita ini tidak akan pernah membuat suatu hal mudah baginya, mengapa dia tidak merasa sedikitpun takut kepadanya? Mengapa dia tidak pergi saja dan menyayangi nyawanya?

Wanita itu jelas bukan tipe orang yang menyayangi nyawanya, menantang Sesshoumaru yang hampir kalah dalam pertarungan dengan Takigawa sama saja dengan meminta hukuman mati. Harga diri Sesshoumaru dipertaruhkan dengan keberaniannya berbicara dengan nada keras kepadanya. Tetapi, saat ini, dibandingkan memikirkan harga dirinya, dia lebih merasa terkhianati oleh makhluk buas miliknya yang sudah meraung dengan lantang, kebuasannya itu berusaha keluar untuk mengendalikannya.

Apa yang diinginkan bagian dirinya yang terlupakan dari wanita ini sama sekali bukanlah kematiannya sebagai hukuman telah menghinanya dan merendahkannya. Kebuasan dalam dirinya menginginkan hati dan tubuh wanita ini! Dia ingin benar-benar menaklukannya, ingin membuatnya menangis, merintih, dan memohon untuk dipuaskan olehnya.

Sesshoumaru mendekati Kagome lagi, dia terus berjalan maju hingga tubuh mereka berbenturan dengan halus. Sebuah senyum merangkak di sudut-sudut bibir Sesshoumaru, senyum yang hampir mengerikan. Senyum buas yang membuat siapa pun yang melihat akan bergidik karenanya.

"Apa yang aku inginkan?" kata-kata Sesshoumaru itu bagaikan hitungan mundur dari apa yang akan menjadi anugerah dan kutukan bagi mereka berdua.

Mokomoko Sesshoumaru yang tebal mengelilingi tubuh Kagome, membelitnya erat bagai ular yang siap melahap sang mangsa. Kagome adalah mangsa dari kebuasan Sesshoumaru yang kini berhasil keluar. Entah sejak kapan tubuh Sesshoumaru sudah kembali memenjarakan tubuh Kagome yang jauh lebih kecil darinya, salah satu paha Sesshoumaru menyelinap diantara kedua paha Kagome. Sesshoumaru mencium bibir gadis itu, tangannya membelit tubuh Kagome yang terpaku di tempat.

Satu tangan Sesshoumaru terangkat keatas, dengan gerakan anggun dia membangun sebuah kekkai besar berbentuk setengah kubah yang mengelilingi mereka. Kini, mereka terisolasi dari dunia luar, tidak ada suara dari dunia luar yang dapat menembus ke dalam pelindung, begitupun sebaliknya. Mereka tidak terlihat, dan tidak terdengar. Keberadaan sang daiyoukai dan hanyou seakan menghilang begitu saja dan berpindah ke dalam dunia yang dilapisi oleh kabut tebal bernama gairah.

Tangan kanan Sesshoumaru bergerak untuk menopang kepala bagian belakang dan tangan kirinya berada di pinggul Kagome. Ciuman pria itu tidak lagi lembut, tapi meledak oleh hasrat yang lama terpendam. Lidah Sesshoumaru meminta izin masuk, tapi mulut Kagome masih terkunci. Dia menarik tangan kanannya dari kepala Kagome, dengan ibu jari tangan kanannya, dia menarik dagu Kagome ke bawah sehingga mulut gadis tiu sedikit terbuka dan lidahnya bisa menerobos masuk. Sesshoumaru mengecap setiap tempat, mengklaim tiap titik sebagai milik. Lidah Sesshoumaru menari dan menggoda Kagome dengan sedikit kasar, mengajaknya untuk berpartisipasi.

Pertanyaan Sesshoumaru terus bergema di dalam benak Kagome, dia tahu jawaban pastinya. Sesshoumaru menginginkan tubuhnya, satu-satunya keinginan yang selaras di antara mereka. Oleh karena itu, Kagome mengikuti insting, dia meniru pria itu.

Kagome mulai menikmatinya, sangat menikmatinya malah. Apa yang dia rasakan saat ini berlebihan, sensasi yang diberikan Sesshoumaru menjadi berlipat-lipat ganda. Seakan-akan semua gerakan lidah yang Sesshoumaru berikan kepadanya membuat seluruh panca inderanya menjadi lebih sensitif akan setiap sentuhan dan gerakan yang Sesshoumaru buat di tubuhnya.

Tidak ada logika lagi yang bertengger di pikiran Kagome, yang ada hanyalah bagaimana lidah Sesshoumaru yang hangat itu bertemu dengan lidahnya. Bagaimana cara Sesshoumaru menjilat dan menggigit kecil bibirnya. Semua itu membuat Kagome bergetar, jauh di dalam tubuhnya. Semua tulang yang selama ini menopang tubuhnya tidak lagi solid, tapi mencair.

Sebuah rintihan kecil terselip keluar dari bibir si gadis dan itu membuat keinginan Sesshoumaru lebih terbakar. Dia lebih menekan erat tubuh Kagome ke tubuhnya, Sesshoumaru menjambak rambut perempuan itu hingga mendongak, agar menyediakan ruang lebih baginya untuk menyerbu lehernya dengan kecupan, isapan, dan gigitan kecil.

Setiap kulit halus Kagome yang tersentuh oleh bibirnya seakan membuat tubuh Sesshoumaru semakin panas, semakin terbakar oleh api yang tidak terlihat oleh mata. Bagian bawah tubuh Sesshoumaru yang telah terpompa oleh darah sudah sekeras batu. Bagian yang mengeras itu menekan perut Kagome, membuat gadis itu merinding. Tangan Kagome merayap ke punggung pria itu, merasakan sejumput untaian halus rambut Sesshoumaru diantara jari-jemarinya. Aroma khas Sesshoumaru bercampur dengan aroma kebangkitan mereka berdua, membuat hasrat Kagome semakin berkobar.

Tanpa disadari oleh Kagome, kimono dan hadajuban-nya telah dibuka oleh tangan terampil pria itu. Dibaliknya, tereksposlah lekukan menawan yang akan menggoda semua pejantan. Sesshoumaru lantas menatap lapar lekuk indah tersebut. Namun, tatapan itu tidak berlangsung lama, lantaran apa yang telah dilahap oleh mata Sesshoumaru kini dilahap dengan rakus oleh mulutnya.

Tangan Sesshoumaru meremas salah satu payudara Kagome, ujung-ujung cakar Sesshoumaru menggores dan menciptakan lima sayatan tipis di sekeliling bukit kenyal yang kini bercorak merah. Walau begitu, tidak ada rasa sakit yang dirasakan Kagome, hanya kenikmatan. Titik darah mulai menjadi tetes, Sesshoumaru menatap bulir darah itu seakan mengaguminya.

Aroma darah membangunkan kebuasan inu youkai di dalam diri Sesshoumaru yang memiliki sifat posesif, sisi dirinya itu tidak hanya ingin melakukan hubungan intim dengan wanita yang dipilihnya. tapi juga merawatnya. Bagian dirinya itu tidak ingin sang pasangan terluka dan sisi buasnya itupun selalu ingin pasangannya dalam kondisi yang terpuaskan.

Kagome kini membuka matanya, dia memperhatikan gerak-gerik Sesshoumaru yang membuatnya tidak sabar. Sesshoumaru dengan perlahan mendekatkan wajahnya ke payudara Kagome yang tersayat oleh cakarnya, lidahnya menjulur secara lembut menjilat satu persatu luka Kagome. Goresan yang ada dengan segera tertutup dan menghilang setelah terkena saliva Sesshoumaru yang menyembuhkan.

Dia tidak berhenti disitu, Sesshoumaru bergerak ke pergelangan tangan Kagome yang terluka bakar oleh cambuk beracun miliknya. Dia mengenggam lengan Kagome, dan dengan gerakan yang sama dia menjilat luka sayatan pada kedua pergelangan tangan Kagome, memutar perlahan. Sesshoumaru melakukan semua itu dengan mata tertutup, penuh penghayatan.

Melihat lidah Sesshoumaru yang menelusuri kulitnya hanya membuat dada Kagome naik turun dengan kacau. Kala itulah, kelopak mata berhias garis magenta terbuka, iris emas milik pria itu tertuju padanya. Tatapan tajam yang biasanya dingin kini berkilat oleh gairah.

Sesshoumaru meletakan tangan Kagome yang telah sembuh itu di sisi tubuhnya, sedangkan dia kembali memagut bibir Kagome sesaat, sebelum turun ke leher, lalu ke dada.

Tak kenal jeda, siluman itu menghujani gundukan lembut si gadis dengan bibir dan lidahnya. Sedangkan, satu tangan Sesshoumaru sibuk meremas yang lain. Lidahnya menjelajahi area merah muda, tindakannya itu menghasilkan sebuah desahan dari bibir Kagome. Indra pengecapnya kembali bergerilya dengan gerakan berputar sebelum menggigit salah satu puting Kagome.

Lenguhan sang hanyou meluncur keluar. Dengan masih menggigit puncak dada gadis itu, Sesshoumaru menariknya perlahan, membuat taringnya menggores kulit terluar.

Tubuh Kagome menggelinjang, kepalanya kian menengadah ke belakang, posisinya membuat Sesshoumaru lebih mudah lagi menjelajahi tubuhnya. Bunyi seperti dengkuran lembut keluar dari dalam dada Sesshoumaru. Suara itu membuat Kagome lega. Sebab, suara itu hanya dikeluarkan oleh inu youkai pada saat-saat tertentu, saat nyaman dalam keberadaan bersama pasangan. Kagome mengenali dengan instingnya, dan itu adalah sebuah penghormatan dari lelaki itu untuknya.

Obi Kagome tergeletak di tanah. Kimono yang dikenakan sang hanyou gagal menutupi pesona kewanitaannya.

Kedua tangan Sesshoumaru menyelinap ke punggung gadis itu, dia melepaskan bahan yang tersandang. Lalu, secara perlahan dia melepaskan tali kuncir kuda yang mengikat rambut Kagome.

Mahkota hitamnya berjatuhan, tergerai dengan indah membingkai paras manisnya. Kagome berjinjit, kali ini, dia yang mengambil inisiatif untuk mencium bibir youkai itu lebih dulu. Ia memekik ketika mokomoko Sesshoumaru melilit paha dan menyenggol area paling pribadi miliknya.

Lidah Sesshoumaru kembali menjelajah bibirnya, Kagome terhanyut oleh sensasi ajaib yang dibuatnya. Tak lama kemudian, tidak ada sentuhan apapun, telinganya yang berbentuk segitiga di puncak kepala berkedut saat mendengar bunyi halus gemerisik pakaian yang jatuh ke tanah. Gadis itu mendengar suara Sesshoumaru, samar, seperti tawa yang teredam di dalam dada. Walau kenyataannya mokomoko Sesshoumaru masih membelit tubuh polosnya, mata Kagome terbuka dengan panik, takut akan kepergian lelaki itu seperti dahulu. Tetapi kali ini ketakutan tinggallah ketakutan, Sesshoumaru masih sejengkal darinya. Bersamaan dengan itu, lembar terakhir pakaian pria itu telah terurai dari tubuhnya.

Apa yang dilihat Kagome membuatnya terkesiap, jantungnya berdegup kencang dan semakin kencang. Pemandangan yang dilihatnya membuat pupil matanya membesar, Sesshoumaru berdiri tidak lebih dari dua langkah di depan tanpa sehelai benang pun menutupi wujud sempurna manusianya. Rupa keseluruhan Sesshoumaru saat ini bagaikan kesempurnaan pejantan yang tidak pernah dilihat seumur hidup Kagome! Bahu Sesshoumaru yang tegap membingkai posturnya dengan elok, rambutnya yang panjang seakan menambah efek kedewaan dari figurnya. Badan pria itu tidak terlalu besar, tapi bidang dan gagah, otot-otot milik Sesshoumaru bagaikan terangkai dari besi lalu diselimuti oleh daging dan kulit sehalus pualam.

Dua garis violet sama seperti di pipi Sesshoumaru menghiasi masing-masing lengan, serta kedua sisi pinggulnya. Dua garis keunguan di pinggang itu meruncing saat mengarah ke bagian tubuh Sesshoumaru yang telah bangkit dengan penuh kejayaan!

Kagome berusaha keras untuk mengacuhkan bagian bawah dari Sesshoumaru yang telah tegak sempurna dikelilingi oleh bulu-bulu halus keperakan.

Mudah bagi Kagome untuk memalingkan wajah dan mengacuhkan apa yang telah dilihatnya, akan tetapi sangat sulit baginya untuk tidak memikirkan kejantanan Sesshoumaru yang terlihat amat sangat tidak manusiawi. Bila ditelisik dari segi ukuran, sudah pasti ia menjanjikan kesengsaraan dan kesenangan bagi wanita yang menjadi pasangan.

Kagome tertunduk saat Sesshoumaru menghadiahkan sebuah senyum tipis berkesan sadis.

Di sisi lain, Sesshoumaru sangat mengagumi apa yang dilihatnya. Sekujur tubuh gadis itu terekspos khusus untuknya. Kulit halus Kagome yang berwarna krem lembut membuat Sesshoumaru ingin menyusuri setiap titik dengan lidahnya, mengecap semuanya. Tubuh mungil Kagome yang telanjang berlekuk dengan indah menjadi sasaran mata Sesshoumaru, buah dada Kagome yang penuh namun pas dengan proporsi tubuhnya terlihat meminta sentuhannya.

Pinggang Kagome yang ramping membuat pandangan Sesshoumaru bergerak ke daerah intim yang diselimuti sedikit rambut halus, pemandangan itu membuat milik Sesshoumaru yang tegang berkedut merajuk untuk segera diselimuti. Semua keindahan itu menyempurnakan wajah cantik Kagome yang melembut oleh rona merah gairah, belum lagi bau harum khasnya yang kini bercampur dengan aroma menggiurkan kebangkitan membuat Sesshoumaru hampir gila. Sesshoumaru ingin segera menerkamnya saat melihat wajah Kagome yang tertunduk malu dengan pipi yang bersemu merah sesaat setelah dia membuka mata dan mendapati keadaan mereka yang sama polosnya saat terlahir ke dunia ini.

Dan itulah yang dilakukan oleh Sesshoumaru, dengan sekejap Kagome sudah terbaring di atas rumput tebal beralas mokomoko karena terjangan Sesshoumaru. Wajah Kagome yang penuh penantian membuat kebanggaan membumbung di dadanya, hanya Sesshoumarulah yang dapat meringankan dan menghilangkan perasaan mendesak yang memenuhi diri Kagome.

Kulit yang hangat bertemu, membuat sensasi sensual yang lebih menyengat dari yang sebelumnya. Bibir Sesshoumaru melahap lagi bibir Kagome yang memerah, tangan bercakar Sesshoumaru yang tajam melingkari tubuh mungilnya. Tubuh hanyou dan daiyoukai itu saling merangkul dengan lapar dan semakin lapar saat indera peraba mereka saling bersentuhan. Semua sensasi yang terasa semakin membuat Kagome panas dengan api yang berada di antara kedua pahanya.

Tangan Kagome bergerak membelai dada bidang Sesshoumaru sebelum melingkar di leher Sesshoumaru lalu menyelinap di antara surai peraknya yang ternyata sangat lembut. Tapi itu tidaklah cukup untuk Kagome yang sudah sepenuhnya terbakar, tubuhnya menjerit, memohon lebih dari yang telah diterimanya. Dengan putus asa Kagome melingkarkan kaki di pinggang Sesshoumaru, mencoba meredakan panas yang dimilikinya ke tubuh Sesshoumaru.

Bagian intim Kagome bersentuhan dengan kejantanan Sesshoumaru, Kagome bergerak perlahan, dengan tidak sabar menggesekkan bagian intimnya dengan milik Sesshoumaru. Apa yang dilakukan Kagome membuat Sesshoumaru semakin sakit karena menahan darah yang semakin mengalir deras di satu bagian tubuhnya, sisi buas Sesshoumaru yang harus mendominasi merasa iritasi dengan tindakan pasangannya.

Geraman keluar dari mulut Sesshoumaru, Sesshoumaru mendorong Kagome dengan sedikit paksa ke tanah. Kedua tangan wanita itu dengan mudah diperangkapnya hanya dengan satu genggaman tangan kirinya, Kagome mengeluarkan suara setengah protes dan setengah merengek, suara yang semakin menambah Sesshoumaru bergairah. Tangan kanan Sesshoumaru menangkup pipi Kagome, dengan ujung-ujung jarinya Sesshoumaru menyentuh kulit Kagome dengan ringan tanpa tekanan lalu bergerak turun secara amat perlahan.

Mata Kagome terpejam, dia mengeluarkan suara menarik napas yang keras. Seluruh rambut kecil di tubuhnya berdiri saat ujung-ujung cakar itu bergerak turun ke lehernya, beranjak ke celah diantara buah dadanya, lalu berhenti di area segitiga feminin miliknya. Jari-jari tangan kanan Sesshoumaru yang besar dan sedikit kasar kini berada di pusat tempat harum hasrat itu berasal, dengan suka rela kedua kaki Kagome terentang lebar. Kelopak mata Kagome terbuka, tatapan mereka bertemu, emas yang hangat berbenturan dengan biru keabu-abuan. Mereka saling menatap dengan penuh api nafsu, perasaan yang selama ini terabaikan seakan terkuak oleh sebuah tatapan lekat.

"Kau akan menyukai ini," suara Sesshoumaru terdengar semakin berat.

Jari-jari Sesshoumaru bersemayam di kelopak mawar hangat milik Kagome, dengan sedikit menyeret jarinya bergerak naik turun secara perlahan, menggodanya dengan penekanan yang bervariasi. Sesekali jarinya berputar dengan gerakannya yang sangat perlahan seakan malas dan di waktu yang lain dia mempercepatnya. Serangan Sesshoumaru di mutiara kecil pembawa kenikmatan milik Kagome itu begitu menyiksanya, Kagome mengangkat pinggul lalu ikut bergerak.

Sesshoumaru menghentikan apapun yang sedang dilakukannya, senyum telah hilang dari wajahnya, dia menggeram sedikit mengancam. Sifat primalnya terusik dengan tindakan Kagome, dialah yang sedang memimpin, dialah sang alpha. Sesshoumaru belum puas menyiksa Kagome dengan kenikmatan, lagi pula dia akan membuktikan janjinya kepada hanyou cantik itu. Kagome merintih dan merengek saat jari jemari Sesshoumaru telah berhenti, pandangannya memohon.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan," tuturnya serak oleh hasrat.

Kagome semakin menekankan tubuhnya ke Sesshoumaru, hangat kulit yang bertemu membuatnya tidak bisa berpikir. Yang Kagome tahu adalah dia sangat membutuhkan Sesshoumaru, kekeraskepalaan yang dimilikinya telah lama meninggalkan dirinya saat pertama kali mokomoko Sesshoumaru membelit tubuhnya.

"Aku, ah!" suara tercekat di tenggorokannya.

Tangan kiri Sesshoumaru melepaskan kedua pergelangan tangan Kagome, kedua lengannya memerangkap kedua paha Kagome dan tangannya kini menahan pinggul Kagome agar diam di tempat. Sesshoumaru memulai lagi invasinya di tempat berkumpulnya kenikmatan bagi mereka berdua, Sesshoumaru berlutut diantara kedua paha Kagome. Dia kembali mempermainkan berlian kecil yang tersembunyi, kali ini tidak dengan jari-jarinya tetapi dengan lidahnya yang panjang dan panas.

Dengan satu jilatan dari Sesshoumaru tubuh Kagome menggelinjang, kebutuhan untuk bernapas seakan telah lama dilupakannya. Lenguhan erotis meluncur dari mulut Kagome, dadanya kembang kempis di setiap sentuhan malas lidah daiyoukai penguasa wilayah yang tersisa. Lidah Sesshoumaru tidak berhenti sedetik pun, bergerak dengan lincah, menggoda permata mungil yang dapat membuat Kagome memekik karena rasa nikmat. Tubuh Kagome meronta dengan kikuk dibawah Sesshoumaru, dia telah lama tersesat di surga yang Sesshoumau bentangkan di hadapannya.

Lidah yang panas itu bergulir ke liang sanggama milik Kagome yang telah basah, cairan kebangkitan milik Kagome disapu seluruhnya oleh lidah Sesshoumaru. Cairan Kagome yang berbau seperti musk, susu bercampur madu itu mengalir karenanya, dan hanya untuknya. Dengan antusias Sesshoumaru menjilatnya, tidak mengijinkan dirinya sendiri melewatkan satu tempat pun. Cairan Kagome begitu dinikmatinya, tidak hanya baunya yang menggiurkan tetapi juga rasa yang dikecap membuatnya kecanduan. Lidah Sesshoumaru menari dengan lincah berputar hingga menusuk ambang gua yang baru tersentuh.

Kagome merengek dan merintih. Tubuhnya seakan lumpuh secara perlahan oleh keinginan yang semakin membakarnya saat lidah Sesshoumaru membuat dirinya seakan hampir meledak. Mendengar rintihan dari sang wanita membuat Sesshoumaru semakin memperbesar serangannya, tangan kanannya bergerak turun. Dengan satu gerakan Sesshoumaru mengisap agak kuat di tempat mutiara tersembunyi itu saat jari-jarinya berusaha memasuki liang yang masih disegel oleh selaput dara.

"Jangan!" protes kagome hilang dan berubah menjadi sebuah lenguhan erotis saat rasa sakit dan kenikmatan bercampur dengan indah.

Kagome protes karena nikmat itu semakin lama terasa semakin membunuhnya, tubuhnya seakan-akan hendak pecah bila dibiarkan seperti itu. Cakar di jari Sesshoumaru yang berusaha memasukinya telah menyakitinya, tetapi rasa sakit telah biasa dia rasakan, dan rasa sakit disaat-saat seperti ini hanya menambah level kenikmatan yang dirasakan Kagome. Dia menginginkan lebih, sakit atau kenikmatan, apapun bila itu berasal dari Sesshoumaru.

"Memohonlah kepadaku!" perintah Sesshoumaru dengan suara parau.

Kepribadiannya sebagai hanyou yang tangguh muncul sekilas di dirinya bagaikan sebuah kilat yang menerangi langit di malam hari, dia menolak tunduk. "Cepatlah lakukan apapun yang harus kau lakukan brengsek!" ucap Kagome dengan tidak sabar.

Rahang Sesshoumaru telah mengeras, gigi-giginya bergemeretak, buih amarah di dalam dirinya mulai muncul. Dengan gerakan cepat dia mencengkram rahang Kagome dengan satu tangan, matanya memancarkan pandangan yang mematikan. Tatapan mereka bertemu, insting Kagome takluk oleh aura alpha yang menguar dari sikap Sesshoumaru.

"Hanya aku yang bisa memberikanmu apa yang kau mau, Wanita!" ucap Sesshoumaru dengan rahang yang terkatup rapat.

Kagome terdiam, tidak ada pilihan untuknya selain menurut, dia mengangguk kecil.

"Mengemislah kepadaku!" perintahnya dengan nada keras.

Sesshoumaru melepaskan cengkraman di pipi Kagome sebelum memberikan ciuman yang kasar dan memaksa kepada Kagome. Sesshoumaru menarik diri, bulir darah yang menetes dari pipi Kagome karena cengkeramannya tadi kembali dijilatnya hingga bersih. Selama ciuman kasar yang dilayangkan untuk Kagome tangan Sesshoumaru tidak henti bergerilya di bagian bawah tubuh Kagome.

Sangat sulit bagi Kagome untuk menarik diri dari hasratnya yang meneriakan tubuh Sesshoumaru, sangat tidak mungkin. Itu sama tidak mungkinnya bagai menahan matahari untuk tetap menggantung di kaki langit dan tidak terbenam ke arah Barat.

"Mh, Sesshou-maru, kumohon ... " ucapnya terbata-bata, dengan susah payah Kagome mengumpulkan suaranya.

"Katakan lagi!" suara Sesshoumaru terdengar semakin dalam, Sesshoumaru mempercepat gerakan jari-jarinya.

"Aku mohon!" Kagome kembali memejamkan matanya saat tangan Sesshoumaru hampir membuatnya dapat meraih sesuatu yang tak pernah dia rasakan tapi sangat ingin dia gapai. "Kumohon~" suara Kagome kali ini terdengar seperti isakan.

Seulas senyum tercipta di wajah Sesshoumaru, tangannya berhenti "Kau mengemis kepadaku," bisiknya lebih kepada diri sendiri dengan nada puas.

Mendengar itu Kagome menatap Sesshoumaru lekat-lekat. Sesshoumaru menarik mundur tangannya dari tubuh Kagome dan membawanya mendekati wajahnya. Mata Kagome terbelalak semakin lebar oleh pusaran nafsu yang mengaduk-aduk perut bagian bawahnya saat melihat Sesshoumaru membawa jari jemarinya mendekati mulutnya.

Kagome memperhatikan Sesshoumaru mendekatkan tangannya ke hidung sebelum menjilati satu demi satu jari-jarinya yang berada di area kewanitaan paling pribadi milik Kagome beberapa saat yang lalu. Tidak ada hal yang paling erotis yang pernah dilihat seumur hidup Kagome selain menyaksikan pemandangan dihadapannya. Sesshoumaru bertindak layaknya inu youkai sejati, mengendus, menjilat, dan merasakan keseluruhan bagian dari sang pasangan.

Setelah puas, tidak ada yang tersisa, perhatian Sesshoumaru kembali kepada Kagome. Dia menahan kedua tangan Kagome diatas kepalanya. Lagi-lagi, tanpa diperintah, kaki Kagome sudah melingkari pinggangnya. Sesshoumaru memosisikan dirinya yang sudah sangat keras di hadapan kelopak mawar yang menghiasi tempat paling intim Kagome yang kini telah basah, licin, dan sangat hangat. Kagome menggeram kecil menunjukkan ketidaksabarannya.

Sesshoumaru menekan ujung ereksinya di ambang gua kenikmatan milik Kagome. Kagome sudah bersiap untuk penawar yang akan diberikan, tapi Sesshoumaru hanya melewatinya dan menekan lembut ke berlian mungil Kagome. Tindakan Sesshoumaru itu membuat Kagome terkesiap dengan suara yang tidak lagi pelan, dia memandang Sesshoumaru dengan galak sebelum matanya kembali terpejam.

Sesshoumaru meniru apa yang jarinya lakukan dengan miliknya yang telah tegang sempurna, dia membelai kelopak mawar Kagome sesaat sebelum memasukkan ujung kepala miliknya ke liang kenikmatan lalu kembali menarik diri. Kagome menggigit bibir bawahnya, Sesshoumaru tersenyum melihat wajah Kagome yang penuh gairah. Setelah itu dia mengulanginya, menggoda Kagome untuk yang kedua kalinya.

Sebuah lenguhan terselip lantaran kenikmatan yang dirasakan Kagome, suara yang dibuat Kagome membuat Sesshoumaru tidak sanggup lagi menahan diri. Disaat yang bersamaan semua hal lain terjadi dengan sangat cepat, mata Sesshoumaru berubah merah darah, iris emasnya yang hangat telah berganti menjadi biru terang. Aura youki terpancar dari tubuh Sesshoumaru, rambut silvernya yang panjang terombang-ambing oleh aliran youki.

Fisiknya berubah, taring semakin panjang, cakar-cakar disemua jari jemarinya pun bertambah panjang. Sisi buas telah sepenuhnya mengendalikan daiyoukai penguasa wilayah Barat itu, dengan satu hentakan kuat dan cepat Sesshoumaru menerobos masuk dengan paksa selaput tipis penghalang mereka berdua dengan kenikmatan yang sesungguhnya.

Kagome menjerit, lalu terisak, dan merintih saat seluruh tubuhnya menegang karena teregang dengan sangat tidak nyaman oleh benda asing yang sangat keras dan tebal milik Sesshoumaru. Tangannya mencengkram rerumputan yang berada dijangkauan tangannya, matanya terpejam kuat-kuat menahan rasa sakit yang menyengat, mulutnya sedikit terbuka. Dada Kagome naik turun dengan hebat, tangannya beralih dari tanah ke tubuh Sesshoumaru.

Kagome memeluk Sesshoumaru, kedua tangannya melingkari leher sang daiyoukai. Sakit itu belum juga mereda, Kagome mempererat dekapannya ke Sesshoumaru bagai seluruh nyawanya bergantung kepada Sesshoumaru, bulir air mata muncul disudut-sudut mata Kagome. Setetes air mata jatuh dari masing-masing sudut mata Kagome yang terpejam dengan kuat, dia menggigit bibir bawahnya jelas menahan sakit yang teramat sangat.

"Sesshoumaru ini membuatmu menangis," ada nada kebanggaan yang terpancar dari suara Sesshoumaru yang sangat berat, suaranya pun berubah semakin garang.

Sesshoumaru susah payah menahan diri untuk tidak bergerak, bau darah dari kehormatan Kagome yang tercabik memenuhi penciumannya. Sisi buas dirinya yang protektif tidak ingin menyakiti wanitanya, karena itu dia bertahan untuk tetap diam sementara walau dengan itu akan sangat menyiksanya. Kagome menyelimuti dirinya dengan hangat, lembut, dan sangat erat mencengkramnya.

Sesshoumaru seakan ingin meledak disaat itu juga, tapi dia menahan diri agar Kagome rileks lebih dulu dan dapat menerima kenikmatan yang sama dengannya sebelum dia mulai bergerak. Wajah Kagome masih mengernyit menahan sakit, bibir bawahnya berdarah lagi karena dia menggigitnya saat bagian bawah tubuhnya dipaksa untuk meregang oleh benda asing yang keras dan sangat besar milik Sesshoumaru.

Perubahan fisik Sesshoumaru tidak membuat Kagome takut seperti seharusnya, kedua lengannya masih melingkar di leher Sesshoumaru, kepala Kagome masih terkubur diantara surai silver yang lembut. Dengkuran menenangkan kembali terdengar dari dada Sesshoumaru. Sesuatu yang panas, basah, dan lembut menyentuh sisi-sisi telinga anjing di puncak kepala Kagome, tempat yang paling sensitif di bagian tubuhnya yang terekspos oleh dunia luar.

Lidah Sesshoumaru membelai sisi-sisi telinganya dari pangkal hingga ujung yang meruncing, desahan kembali keluar dari mulutnya, Kagome mendongakkan kepala, mereka bertatapan. Kagome membuka mata hanya untuk melihat iris emas itu menjadi biru terang yang berkilat dengan gairah, tatapan Sesshoumaru membuat Kagome merasakan gelombang kenikmatan yang terkirim dari bagian bawah tubuhnya.

Kagome melepaskan bibir bawah yang digigitnya, Sesshoumaru dengan lembut menjilat darah yang mengalir di dagu Kagome lalu kembali menyerang mulut Kagome tanpa ampun dengan lidahnya. Sensasi yang dialirkan oleh Sesshoumaru saat lidah mereka bertemu, menari, berebut dominasi membuat Kagome melupakan rasa sakit yang ada. Dengan perlahan tapi pasti, rasa sakit yang tertinggal di bagian bawah Kagome itu berubah menjadi kerlip-kerlip kenikmatan di setiap gerakan kecil yang mereka buat. Kagome mulai menggerakan pinggulnya, perlahan, tapi pasti, menikmati rasa indah yang akan menjadi candu baginya.

Dengan gerakan kecil itu cukup untuk membuat Sesshoumaru merasa mendapatkan ijin untuk melakukan serangan berikutnya. Sesshoumaru menarik diri dari pertarungan lidah, kedua tangannya menahan pinggang Kagome. Dengan penuh penekanan, dan dengan cepat Sesshoumaru mulai bergerak. Geraman cukup keras keluar dari mulutnya, sangat hangat dan erat Kagome meremasnya. Kagome menggelepar, dia terguncang-guncang oleh rasa yang belum pernah dikenalnya dan akan menjadi kenikmatan yang paling disukainya di dunia ini.

Letupan-letupan sensasi tak tertanggungkan menghujam Sesshoumaru saat dinding Kagome yang panas dan lembut semakin menghimpitnya, ditambah lagi musik indah yang diciptakan saat kedua tubuh beradu dengan ritme yang keras namun indah disaat yang bersamaan. Bagi Kagome rasa itu tidak tertahankan lagi, penawar kini telah direguknya bersamaan dengan ledakan dahsyat kenikmatan yang bergulung-gulung menerpa dirinya.

"Sesshou~" untuk menyelesaikan saat menyebut nama Sesshoumarupun mulutnya tidak sanggup, dia tenggelam di dalam ledakan yang membawanya ke sebuah utopia.

Sesshoumaru belum berhenti, dia masih menghentak Kagome dengan gerakan yang sangat intens dengan keji. Gerakannya semakin menggila setelah mendengar jeritan Kagome, ditambah lagi pemandangan Kagome yang tersiksa oleh kenikmatan. Semua rintihan yang dibuat Kagome, kedua bukit kenyal Kagome yang berguncang dengan natural, menjadi pemicu terciptanya ledakan yang akan dirasakan oleh sang alpha.

Sesshoumaru berada di ambang batas, dia akan melepaskan benihnya yang akan menyebar tanpa ampun di rahim Kagome. Ujung-ujung cakar Sesshoumaru yang sangat tajam menghujam daging di pinggang Kagome, darah mengalir deras. Baru sebentar Kagome merasa ledakan kenikmatan itu mulai memudar disaat itulah dia mendengar Sesshoumaru menggeram, geraman animalistic Sesshoumaru membuat tubuh Kagome bergidik dan kembali tersiksa oleh gairah yang lagi-lagi muncul.

Kagome mendesah tak berkesudahan, ia merintih, serta menjerit kecil.

Sesshoumaru mengerang dengan buas saat memenuhi Kagome dengan cairannya yang hangat dan kental. Geraman puas Sesshoumaru begitu lantang dan membangkitkan suatu kebutuhan yang tidak akan pernah terpuaskan di dalam diri Kagome, mata merah Sesshoumaru yang berbahaya hanya melambangkan hasrat Kagome yang kembali berkobar.

Kagome kembali tersiksa, hentakan Sesshoumaru yang hanya melambat tapi tetap menekan titik paling sensitifnya dibawah sana, ditambah dengan benih Sesshoumaru yang memenuhi dirinya dengan sensasi menggelitik jauh di dalam dirinya, adalah gabungan yang tepat untuk membuat Kagome kembali tertelan oleh ledakan kenikmatan gairah penuh warna yang jauh lebih dahsyat dari yang pertama.

"Sesshoumaru..." bisiknya lirih dan suaranya bergetar.

Gerakan Sesshoumaru telah sepenuhnya terhenti, tubuh Kagome berhenti menggelinjang, tapi mereka tetap di posisi yang sama untuk beberapa saat. Mata merah Sesshoumaru kembali normal, emas hangat itu menatap Kagome tajam. Wajah Sesshoumaru masih terlihat buas namun, dengan mulut yang setengah terbuka karena napas yang tersengal-sengal, wajah yang biasanya dingin itu semakin terlihat tampan dan menggairahkan, ditambah lagi dengan selapis tipis kabut gairah yang menaungi raut wajahnya.

Kagome tidak bisa balas menatap tatapan Sesshoumaru yang sangat menghujam dengan hasrat, dia menurunkan pandangannya, dada bidang Sesshoumaru yang berkilau oleh lapisan keringat menjadi titik matanya terpaku. Titik yang menjadi sorotan mata Kagome tidak membantu untuk meredakan gairahnya, tubuh kekar itu membuat matanya kembali menjelajahi garis keunguan di pinggang Sesshoumaru yang kembali mengarahkannya ke tempat kejantanan sang youkai yang masih menyatu dengan tubuhnya. Sejujurnya setelah kejadian ini Kagome meragukan gairahnya akan pernah pudar untuk Sesshoumaru.

"Janjiku kepadamu telah terpenuhi," dia berhenti sebentar sebelum melanjutkan, "Sesshoumaru ini telah membuat kau menangis dan mengemis kepadaku." suara pria itu terdengar penuh kebanggaan, membuat Kagome keluar dari lamunan erotisnya.

Kagome hanya bisa menatap wajah Sesshoumaru lekat-lekat sebagai jawaban. Saat ini otaknya terlalu tumpul untuk memikirkan suatu jawaban yang bisa mempertahankan harga dirinya, tapi apa daya, lidahnya kelu. Lagi pula, untuk sekarang Kagome rela kehilangan apapun miliknya agar bisa berada di dekapan Sesshoumaru terus seperti ini. Sesshoumaru setengah roboh menindih Kagome, selapis tipis keringat melapisi tubuh mereka. Kedua napas mereka masih memburu, dada mereka kembang kempis.

Wajah Sesshoumaru berada di lekuk leher Kagome, lalu dia berguling ke samping Kagome yang telah menarik salah satu kakinya dari pinggang Sesshoumaru. Kagome berbaring miring dia atas mokomoko, kini Sesshoumaru memeluknya dari belakang, tubuh mereka masih bersatu. Kagome masih bisa merasakan anggota tubuh milik Sesshoumaru masih mengisinya dengan segala kekuatan penuh, tapi kelelahan yang teramat sangat menghampiri Kagome, dia memejamkan mata sesaat setelah tubuh hangat Sesshoumaru mendekapnya dari belakang.

Rona wajah Kagome masih memerah, puas bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan apa yang dirasakannya saat ini. Kagome ingin merasakan perasaan hangat yang mengalir di dalam dirinya seperti saat ini lebih lama lagi.

Perasaan yang diberikan oleh keberadaan Seshoumaru di sisinya seakan menyentuh bagian terdalam hati dan jiwanya. Kagome merasa dilengkapi, utuh. Dia merasa telah sempurna. Perasaannya jauh dari hanya sekedar terpuaskan oleh aktivitas seksual semata. Apa yang dirasakannya saat ini lebih dari itu.

Dia merasa dicintai!

.

~SessKag~

.

01/03/2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top