Chapter 1 - The Death

Disclaimer: I don't own Inuyasha, I'm just renting them from Rumiko Takahashi, Viz, etc. I will make no money from this fic, I write for my own enjoyment and the enjoyment of my readers.

Warnings : Kagome is inu hanyou, adult content, it's a dark fic, graphic [extreme] violence, blood/gore, and lime in later chapters.

Genre : Action/Angst/Hurt/Comfort/Drama/Kink/Tragedy

Rated : MA.

***

**

*

Matahari berada di puncak kepala, angin bertiup lebih kencang dari biasanya. Di hutan yang dilalui oleh Sesshoumaru, bukan suara kicauan burung yang terdengar, tetapi geraman marah, sumpah serapah, dan bunyi dua pedang yang beradu. Aroma darah menyeruak; bau karat, amis, tapi manis menusuk hidung. Rasa ingin tahunya tergelitik, Inu youkai yang sedang dalam pengembaraan itu menunda perjalanannya sejenak untuk mencari tahu.

Hanya beberapa meter maju dari tempatnya semula, Sesshoumaru dapat menyaksikan dua pihak sedang berseteru. Dugaannya benar, sebuah pertarungan yang mempertaruhkan nyawa tengah berlangsung.

Apa yang terjamah oleh matanya bukanlah perkelahian mononoke lemah biasa yang memperebutkan santapan tapi, salah satu petarung itu adalah Kuroichi. Tidak salah lagi, ookami youkai berambut silver sebahu itu adalah youkai Penguasa Wilayah Timur Musashi, saingannya dalam memperluas wilayah.

Sesshoumaru berhenti di bawah sebuah pohon, dia menyembunyikan auranya untuk memperhatikan pertarungan mereka. Salah satu alis sang Daiyoukai berkedut ketika ia melihat lawan Kuroichi adalah seorang setengah siluman, mahluk langka nan terhina. Tidak hanya hanyou biasa, tapi si penantang sang Penguasa Wilayah Timur itu adalah inu hanyou berjenis kelamin wanita!

Rambut hitam panjang hanyou itu di kuncir tinggi, sepasang telinga segitiga sekelam mahkota yang ia miliki bertengger di puncak kepala, kimono biru sepanjang pertengahan paha yang ia kenakan dihiasi oleh percikan cairan kehidupan. Tak ada keraguan, darah yang tadi diendusnya berasal dari hanyou wanita itu. Ia telah terluka oleh sabetan pedang Kuroichi, darah mengalir deras dari lengan kirinya yang kini terkulai lemah. Anehnya, tidak ada ketakutan yang tergambar di wajahnya, hanya seringai yang sadis menghiasi rupanya.

'Dia menikmati pertarungan itu,' pikir Sesshoumaru. Tanpa sadar, salah satu sudut bibir pria itu terangkat beberapa milimeter.

Entah mengapa, hanyou yang sebentar lagi akan menemui ajalnya di tangan Kuroichi itu menarik perhatiannya. Tidak pernah dia melihat wanita bertarung seperti itu, seperti tidak ada beban walau lawannya adalah youkai yang terkenal karena keberingasannya dalam menghancurkan lawan.

Kuroichi tidak pernah mengenal hasil pertarungan seimbang atau kalah, yang ada di kamusnya hanyalah kemenangan. Dia tidak akan pernah segan membunuh lawan, karena itulah dia menjadi seorang Daiyoukai, Penguasa Wilayah Timur, tempat pertarungan itu terjadi saat ini.

"Jangan membuatku mengulangi pertanyaanku lagi, Serigala Bodoh!" Sembur Kagome di sela-sela adu pedang mereka. Dada gadis itu kembang kempis, pertarungan itu begitu menguras tenaganya. "Apa kau kenal seorang miko bernama Kikyou?" Ada nada pahit saat sang hanyou menyebut nama itu.

"Apakah dia seorang pelacur?" Kuroichi bertanya balik dengan senyum menantang.

"Jawabanmu salah!" Hanyou itu mengayunkan pedangnya, bunyi nyaring terdengar.

Kuroichi tidak sempat mengelak sehingga baju besi di bagian bahu kanannya hancur. Sedetik kemudian, pedang Kagome hampir saja berhasil memenggal kepala musuhnya yang kini menggeram sebelum tergelak. Derai tawa pria itu menggema di pelosok hutan. Bunyi yang membuat gadis itu bertambah muak.

"Kau tidak akan bisa melukaiku, Wanita!" Kuroichi tertawa lagi, tawanya penuh dengan penghinaan.

"Tch, kau terlalu cepat tertawa, Orang Tua!" Kagome melumuri cakarnya dengan darah yang mengalir di lengannya yang terluka. Darah itu kemudian ia aliri dengan youki, dan dengan satu gerakan cepat ia melepaskan serangan lainnya. Tetes-tetes darah berselimut youki itu berubah menjadi senjata mematikan, layaknya puluhan mata pisau tajam, darahnya membelah udara, secepat kilat berterbangan ke arah sang musuh. Kuroichi yang tidak menyangka tak sempat mengelak, serangan itu berhasil menyayat sekujur tubuhnya.

"Kenapa pejantan selalu diciptakan dengan ego yang lebih tinggi? Ugh, aku benar-benar membenci itu. Selalu memandang wanita lebih rendah dari mereka!" Kagome berteriak, suaranya bergetar dengan emosi. "Kau akan mati ditanganku, Bodoh! Di tangan seorang wanita!" Suaranya penuh keyakinan untuk menjadikan apa yang dikatakannya menjadi kenyataan.

Kata-kata musuhnya membuat darah Kuroichi mendidih, dia menyerang gadis itu dengan membabi buta; ia mengayunkan pedang secara acak, berniat untuk memotong bagian mana saja yang dapat diraihnya. Berkali-kali Kagome menghindar saat laki-laki itu mengayunkan pedang ke arah kepalanya, dia melompat ke belakang hanya untuk mundur lagi saat Kuroichi terus bergerak maju.

Dengan mudah, ayunan pedang sang ookami youkai berhasil menghancurkan apa saja yang tersentuh olehnya, pohon-pohon besar disekeliling mereka, bahkan bukit kecil dapat dengan mudahnya dihancurkan hingga berkeping-keping layaknya kue beras.

Pertarungan menjadi tak seimbang, satu langkah mundur bagi Kagome adalah satu langkah maju Kuroichi, pria itu terus-menerus menyerang dengan gelap mata. Harga dirinya menjadi taruhan dan dia tidak akan mati oleh sesosok hanyou rendahan, apalagi seorang hanyou wanita!

Disaat pertarungan berlangsung, Sesshoumaru, satu-satunya penonton yang ada, menyaksikan adegan yang disuguhkan dengan penuh ketenangan. Sesungguhnya, sang Daiyoukai Penguasa Wilayah Barat itu tidak sepenuhnya bersembunyi, dia bisa melihat mereka dengan jelas tetapi dua insan yang terlibat perkelahian itu terlalu dipenuhi nafsu membunuh sehingga tidak menyadari keberadaannya sama sekali.

Dari pengamatannya, Sesshoumaru menangkap beberapa fakta; seperti yang sudah diketahui luas bahwa pedang Kuroichi adalah, Akaiittou. Pedang Akaiittou adalah pedang yang cukup kuat karena terbuat dari cakar leluhurnya. Namun, kenyataan baru yang mengejutkan adalah, pedang yang dimiliki hanyou wanita itu adalah pedang Makaze. Makaze adalah pedang yang tadinya dimiliki oleh Tokushin, Daiyoukai Penguasa Wilayah Utara yang kabarnya telah terbunuh oleh seorang penantang.

Kedua pedang adalah pedang yang mewarisi kekuatan turun temurun para penguasa di satu dari empat wilayah yang ada. Kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing pedang hampir setara, namun kekuatan serangan yang keluar dari pedang juga tergantung seberapa besar kekuatan youki si pemilik pedang. Fakta lainnya adalah, pedang itu pula yang menjadikan seorang youkai menjadi seorang penguasa suatu wilayah. Mereka yang disebut penguasa adalah yang dia yang menyandang pedang tersebut, itu bila mereka mewarisi pedang tersebut dari pendahulu mereka atau bila seorang youkai , manusia ataupun hanyou penantang menang melawan penguasa dalam memperebutkan kekuasaan.

Apakah hanyou itu yang membunuh Tokushin? Pasti dialah yang membunuh Tokushin, karena itulah Makaze ada di tangannya. Bila benar seperti itu, apa tujuannya membunuh para Daiyoukai Penguasa Wilayah? Dan, jika memang benar dia mengincar para youkai penguasa, wanita itu pasti akan mendatanginya. Andai saat itu tiba, maka, dia, Sesshoumaru, akan dengan senang hati mengirim hanyou itu ke alam lain.

Lagi-lagi, satu sudut bibir inu youkai itu terangkat sedikit, itupun hanya untuk setengah detik.

Satu tendangan telak menghantam perut gadis itu. Untuk sejenak, pemikiran Sesshoumaru teralihkan, 'Mungkin dia bisa mengalahkan Tokushin, tetapi dia tidak akan berhasil mengalahkan Kuroichi,' pikirnya.

Namun, bila hanyou itu berhasil? Tak pelak, tugas Sesshoumaru akan menjadi lebih mudah. Sebuah tugas yang harus ia laksanakan untuk memenuhi ambisinya demi menguasai seluruh wilayah. Pasalnya, setelah menahan diri beberapa lama, pada akhirnya, Sesshoumaru tidak tahan lagi dengan perjanjian menggelikan yang dibuat ayahnya dengan para penguasa lain. Mengapa ada begitu banyak penguasa bila memang dialah yang terkuat? Perjanjian itu terasa merendahkan dirinya. Perjanjian konyol itu membatasi kemampuannya untuk memperluas wilayah kekuasaan, karena dia yakin, dialah youkai terkuat di seluruh tanah yang terbentang.

Walaupun tugasnya akan semakin ringan dengan kematian satu atau dua Penguasa Wilayah lain, dan hanya Penguasa Wilayah Selatanlah yang menjadi penghalang akan dirinya dan kekuasaan yang tak terbatas, itu tidak membuat Sesshoumaru sepenuhnya senang. Hanya dengan memikirkan tugasnya dilaksanakan oleh orang lain sangat mengusiknya, terlebih lagi hanyou itu berjenis kelamin wanita. Perbuatan wanita itu membuatnya terganggu, apa yang sebenarnya yang ingin ia capai? Satu hal yang pasti, mahluk menyimpang itu akan menodai penaklukkannya atas para penguasa yang lain.

Perlahan namun pasti, makhluk yang selalu Sesshoumaru pandang rendah, kini menyelinap masuk ke pikirannya, membuat Daiyoukai itu merasakan kebencian yang meluap-luap juga dahaga akan pengetahuan tentangnya.

Perhatian Sesshoumaru kembali ke pertarungan. Saat ini, hanyou itu terpojok, di belakangnya terdapat tebing yang menjulang tinggi. Dia tidak bisa lagi menghindar dari ayunan pedang musuhnya, dia menahan sabetan pedang Kuroichi dengan Makaze. Kedua pedang bergetar karena menahan kekuatan lawan. Kedua lutut wanita itu tertekuk tatkala dia mendorong sekuat tenaga untuk mendorong balik Kuroichi.

Perlahan, Kagome terdorong mundur, setelah satu tarikan napas, dia mengalirkan kekuatan youki-nya melalui pedang. Ledakan cahaya hitam memancar dari Makaze. Secara bersamaan, serangan Kagome dibalas dengan ledakan kekuatan seperti api berwarna biru kemerahan milik Kuroichi yang juga dialirkan melalui pedangnya. Kedua kekuatan itu beradu menghasilkan ledakan yang dahsyat dan cahaya yang membutakan mata. Berselang sedetik kemudian, keduanya terpental puluhan meter ke belakang. Pedang keduanya melayang tinggi di udara sebelum jatuh ke tanah.

Masing-masing pedang legenda itu patah menjadi dua.

Kagome memaksa dirinya untuk segera berdiri, tapi keinginannya tak sesuai dengan ketahanan fisik yang dimilikinya, ia kembali terjatuh di atas kedua lututnya. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka sayatan yang masih mengucurkan darah, efek benturan kekuatan youki yang menerpanya. Kendati demikian, tekadnya lebih kuat dari apapun yang menghalanginya. Dia bangkit lagi lalu berlari 'tuk menyerang Kuroichi dengan senjatanya yang tersisa juga bagian tubuhnya yang paling berbahaya: yaitu cakar tajamnya.

Kagome menekuk kedua kakinya, jarak yang cukup jauh ditempuhnya dalam satu lompatan. Sedetik kemudian, cakarnya sudah berjarak satu inci dari wajah Kuroichi. Sayangnya, cakar Kagome hanya berhasil merobek bumi, serpihan tanah bertebaran ke segala arah, sang Daiyoukai berhasil menghindar sedetik sebelum cakar mematikan itu merobek tubuhnya menjadi tiga bagian.

Kedua iris biru kelabu milik Kagome terbakar oleh keinginannya untuk menumpahkan darah sang lawan. "Aku akan membunuhmu, itu pasti!" Gadis itu menyeringai, menampakkan taringnya yang mengancam.

Saat Kagome mencabik permukaan tanah, Kuroichi balik menyerang, sebuah tendangan yang mematikan menghantam punggung sang hanyou. Tak ayal, gadis itu jatuh tersungkur mencium tanah. Tanpa membuang waktu 'tuk merintih pilu, Kagome berguling lalu bangun kemudian berbalik menyerang dengan senjata yang sama. Kali ini, Kuroichi dengan sengaja tidak menghindar, dia menangkap pergelangan tangan kanan Kagome dengan tangan kanannya, lalu, dia menyerang lengan kiri Kagome yang terluka.

Dengan tangan kirinya yang bebas, Kuroichi mencengkram lengan kiri gadis itu dengan sangat kuat. Cakar-cakarnya yang menembus kulit hanyou wanita itu mengeluarkan pendar warna kehijauan. Wajah pria itu terlihat puas kala cakar yang berselimut racun miliknya itu menghujam daging, meremukan, dan berusaha mematahkan anggota tubuh sang lawan. Kagome merintih, berkali-kali ia berusaha menarik tangannya agar bebas, tapi percuma.

Tangan mereka saling terjulur dan bersilangan. Geraman mengancam keluar dari mulut Kagome tatkala Penguasa Wilayah Timur itu berkoar, " Mulut pelacur lebih berguna daripada mulutmu! Dan jangan kira aku tidak akan tega merobek wajah begundal seperti milikmu itu!" Pria itu tertawa penuh kemenangan.

Kagome tertawa kecil mendengar kata-kata Kuroichi, satu sudut bibirnya terangkat. Walau wajahnya semakin pucat karena menahan sakit yang tak terelakkan, dia tetap berusaha terlihat kuat di mata musuhnya. "Aku akan menunjukkan kegunaan mulutku kepadamu!"

Dengan cepat dia mengigit pergelangan tangan kiri Kuroichi sekuat tenaga, Kagome menggoyang-goyangkan kepalanya, mengoyak-ngoyak daging sang lawan.

Cengkraman pria itu di lengan kiri Kagome kian kuat, tangan kiri Kuroichipun semakin berusaha kuat mencabik bagian tubuh musuhnya.

Masing-masing dari mereka berjuang keras dan menahan sakit yang teramat sangat, si hanyou menutup mata dengan erat-erat, sang Daiyoukai berteriak kuat-kuat.

Cairan merah kental mengalir dari daging yang digigit Kagome turun ke rahang, lalu ke lehernya, taringnya menghujam dalam dan lebih dalam, menembus lapisan otot dan urat nadi, kemudian tulang-belulang.

Ketidakberuntungan bergelayut pada Kuroichi, taring Kagome lebih dulu merobek-robek daging tangannya. Kagome dapat merasakan tulang bertemu dengan giginya, dengan satu kali hentakan tulang itu berkeretak, lalu dengan mudah patah, sedetik kemudian pergelangan tangan Kuroichi putus.

"AAARGGH!" Teriakan murka Kuroichi membahana ke seluruh penjuru hutan.

Setelah hutan kembali hening, pandangan Kuroichi terpaku pada tempat dimana seharusnya tangannya berada. Matanya terbelalak lebar menatap bonggol lengan kirinya yang masih menyemburkan cairan merah yang hangat. Akan butuh beberapa puluh tahun sebelum tangannya kembali seperti semula, tapi bukan itu permasalahan sebenarnya, cacat yang ia miliki karena bertarung dengan seorang wanita lebih menghina daripada kematian itu sendiri.

Senyum tipis terukir di wajah Kagome yang di dominasi oleh warna merah.

Kemudian, beberapa hal terjadi seperti bersamaan; Kagome membuang tangan pria itu begitu saja, ia meludah, mencoba mengusir rasa Kuroichi yang masih menyelimuti mulutnya. Kuroichi melepaskan cengkraman tangan kirinya dari lengan Kagome. Sepersekian detik kemudian, cakar sang ookami yang berlapis darah kian berpendar lebih terang lagi dengan warna kehijauan. Semakin berpendar cakarnya semakin banyak racun yang berkumpul, pendar racun itu semakin meningkat tepat sebelum cakar itu menerobos dada Kagome dengan paksa dalam sekejap mata. Bunyi daging terobek dan tulang iga yang berkeretak patah terdengar. Tangan kiri Daiyoukai itu menembus perut sang inu hanyou sebelum bergerak ke atas dada demi menciptakan lubang yang menganga, luka fatal yang tak tersembuhkan.

"Ugh ... " Tidak ada jeritan yang sempat terlontar, yang ada hanya suara aneh saat Kagome memuntahkan segumpal besar darah segar dari mulutnya.

Wajah, rambut, dan baju Kuroichi basah oleh cairan merah milik musuhnya akan tetapi, serigala itu malah menyeringai senang. Kuroichi tertawa diantara napasnya yang pendek. Mata emas itu berkilat dengan amarah dan kebencian kepada setengah siluman yang berhasil membuatnya kehilangan sebelah tangan. Berjarak sejengkal dari wajah Kagome ia berteriak, "Hanya dengan satu tangan pun aku dapat dengan mengalahkanmu, Hanyou Siaaal!" katanya penuh dendam.

Kagome tertunduk, sepasang manik biru kelabu itu tertutupi oleh poni lebatnya. Kedua telinga anjing yang berada di puncak kepalanya berkedut kecil, tanda bahwa dia tidak melewatkan satu kata pun yang Kuroichi ucapkan, tanda bahwa dia masih bernapas, masih hidup, dan masih dapat memberikan perlawanan!

"Lihat mataku!" Perintah Kuroichi. "Lihat mataku saat kau sekarat! Mohonlah kepadaku untuk kematian yang cepat dan tidak menyakitkan, mungkin aku akan berbaik hati untukmu, Wanita Jalang!" Suaranya berat dan penuh tekanan di setiap kata.

Inilah waktu untuknya, pikir Kagome. Dia akan mati di sini saat ini, tapi tidak tanpa membalaskan dendamnya. Dengan tekad kuat, dia mengangkat tangan kanannya. Dengan segenap kekuatan yang tersisa, cakarnya berhasil mencabik leher sang lawan dengan sekali lesatan.

Kepala Kuroichi jatuh menggelinding, sedangkan satu lengannya masih menembus dada sang lawan.

Tubuh pria itu masih tegap berdiri di hadapannya, dengan setengah jijik setengah benci, Kagome menendang kepala itu agar menjauh darinya.

"Tidak!" Kagome menyeringai, mencoba tertawa, tetapi hanya rintih pilu yang terselip dari mulutnya. Napasnya tak beraturan. "Aku tidak akan bisa menatap matamu bila kepalamu tergeletak di tanah, Serigala Tua Keparat!" Katanya tersendat-sendat.

Merah menggenang di sekeliling sang hanyou muda, rasa sakit kian mengepungnya, namun tawa kecil terselip dari mulutnya. Dia mencabik tangan kanan lawannya hingga terpisah dari lengan, tubuh Kuroichi ambruk, namun setengah tangan pria itu masih menerobos tubuhnya. Satu, dua, hingga tiga tarikan napas ia bergeming. Kagome mempersiapkan diri untuk rasa tidak menyenangkan yang 'kan ia rasakan saat menarik tangan itu keluar dari tubuhnya. Tidak ingin melihat prosesnya untuk mencegah rasa sakit yang berlebih yang akan dikirim ke otaknya bila menyaksikan apa yang ia lakukan, Kagome memejamkan mata.

"AAARGH!" teriakan menyayat hati mengisi kesunyian hutan tatkala Kagome menarik dengan cepat tangan itu lalu melemparkannya secara sembarang. Sedetik kemudian, kedua tungkainya tak lagi kuat menopang tubuhnya, hanyou itu jatuh terduduk.

Yang terjadi di luar perkiraan Sesshoumaru, alisnya berkerut. Dia berjalan mendekat, memancarkan lagi aura yang tadinya ia tutupi. Bau kematian menyeruak menghampiri penciumannya, matanya memicing melihat ceceran daging yang tadinya Kuroichi, seorang Daiyoukai, kini tergeletak tak bernyawa di tangan wanita.

'Menyedihkan dan sangat memalukan,' pikir Sesshoumaru.

Wanita itu kini resmi memancing rasa penasaran sang pemilik Tenseiga, wanita yang kala itu diselubungi oleh bau racun. Racun Kuroichi dan leluhurnya−Penguasa Wilayah Timur−adalah racun yang terkuat setelah keluarga Penguasa Wilayah Barat. Zat mematikan itu tengah menjalar cepat di perut dan lengan wanita itu. Secara perlahan tetapi pasti, daging, organ dalam, tulang, dan apapun yang disentuhnya meleleh. Hanyou itu pun akan menjelma menjadi onggokan daging yang berceceran sama seperti lawannya, hanya saja, keadaannya sudah pasti jauh lebih buruk dibanding Kuroichi.

Susah payah, Kagome menyeret tubuhnya untuk bersandar di batang pohon tak jauh di belakangnya. Disetiap gerakan yang dibuat olehnya, rasa sakit melecut di seluruh inci tubuhnya. Hanyou itu melirik sekilas ke perutnya, tak hanya darah yang mengalir, tapi sesuatu seperti gelembung-gelembung busa berwarna kuning kehijauan dan benda lengket berwarna putih kini menjadi hiasan di lubang perutnya yang menganga lebar dan semakin lebar.

Lukanya itu tidak menyembuh dengan sendirinya seperti biasanya. "Racun sialan!" Umpatnya.
Setelah Kagome berhasil bersandar di pohon yang ada di belakangnya, ia memejamkan mata. Tapi, ketenangan sebelum kematian yang didambanya itu hanya terjadi sesaat sebelum dia merasakan aura youki lain yang mendekat. Aura itu tidak dikenalnya, tapi satu hal yang pasti, siapapun pemiliknya, aura itu memancarkan kekuatan yang sangat besar. 'Sepertinya Kuroichi membawa sekutu, dia mengingkari perjanjiannnya untuk menghadapiku seorang diri. Dasar, Youkai Brengsek!'

Youki besar itu kian terasa mencekik, tanda bahwa sang pemilik memperkecil jarak dengannya. Sebelumnya, Kagome mengira Kuroichi adalah youkai yang memiliki youki terkuat yang pernah ia temui, tetapi, ternyata dia salah. Gelar itu sekarang jatuh pada sosok putih yang ia yakini sebagai pemilik youki dahsyat itu. Dari jauh, siluman tak dikenal itu terlihat tinggi, elegan, tetapi terkesan berbahaya.

Pandangan Kagome mulai buram, entah karena air mata, efek menahan sakit, atau karena memang dia sedang sekarat?

Wanita itu tidak tahu.

Kagome menggertakan giginya. "Apa lagi yang kau tunggu?" Tanyanya kasar saat jarak mereka hanya selangkah. Kagome mengangkat wajah, yang pertama kali dilihatnya adalah helaian surai silver panjang yang menjuntai, warna rambut yang hanya dimiliki oleh keturunan para Penguasa Wilayah, canine youkai. Di antara potongan-potongan tubuh yang berceceran dan darah yang menggenang, sosok itu tidak kehilangan keanggunannya sedikitpun.

Kagome tersenyum sinis saat jawaban yang ia tunggu tidak kunjung datang, youkai itu tetap diam dengan mata menyelidik. Dengan dagu terangkat, gadis itu menambahkan, "Bila kau ingin balas dendam, cepat lakukan!" Suaranya mulai bergetar.

Walau dengan penglihatan yang kabur, Kagome dapat melihat pedang yang tersangkut di obi, sorot mata dingin, dua garis magenta di pipi, dan tanda bulan sabit di dahi youkai itu. Semua tanda yang melengkapi kewibawaan dan kekejaman yang menjadi penegas status bahwa pria itu adalah salah satu garis keturunan Daiyoukai terkuat, para Penguasa Wilayah.

Sosok yang hanya setapak jauhnya itu masuk ke dalam kriteria buruannya, sialnya, Kagome merasa bahwa dia tidak akan bisa menyelesaikan misi yang diembannya. Kagome menyandarkan kepalanya pada batang pohon saat mencoba sekuat tenaga untuk tetap bernapas walau paru-parunya sudah mulai menyerah oleh racun Kuroichi. Luka menganga di badannya menimbulkan suara desisan, Kagome meraba perutnya sambil menunduk sekilas, busa putih di lukanya semakin meluap-luap.

'Sial, racun bedebah itu terlalu kuat!' Kagome tertawa pahit sedetik sebelum pandangannya berubah hitam pekat.

Berita baik pada waktu itu adalah, Kagome masih bisa merasakan sakit, itu berarti dia belum mati secepat yang dia bayangkan dan diinginkannya. Berita buruknya adalah, kematian yang dinantinya akan menjadi kematian yang perlahan dan teramat sangat menyakitkan. Racun itu menggerogoti tubuhnya, seperti lilin yang perlahan-lahan dilumat oleh api.

Setelah bertahun-tahun lamanya berkelana sendirian di dunia ini, Kagome tersenyum, ia membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan ibunya yang dicintainya.

"Mengapa kau tersenyum saat kematian merangkulmu?" tanya youkai asing itu.

Butuh segenap usaha dan kekuatan bagi Kagome untuk mengeluarkan tenaga yang tersisa dalam bentuk kalimat, "Tidak ada lagi yang tersisa untukku di dunia ini." Tujuanku telah tercapai, kematian.

Tujuan hidupnya telah tercapai? Benarkah? Tanya Kagome dalam hati. Bila dia keliru tentu saja dia akan mati dengan tidak tenang, dia tidak akan bisa menemui ibunya dengan senyum. Tentu saja ia tidak bisa mati sekarang, masih ada beberapa youkai lagi yang harus diburunya, ya 'kan? Dia tidak bisa mati dengan tenang hingga dia benar-benar yakin telah membunuh bajingan itu.

Dia harus tetap hidup.

Tapi, bagaimana?

Rintihan terselip dari bibir wanita itu kala pertama kali racun itu menjalar ke jantungnya.

Kagome bisa merasakan kalau dia sekarat, disaat dia ingin hidup disaat itulah dia sekarat. Tidak ada lelucon kejam yang lebih kejam yang dipersiapkan Kami-sama untuknya lebih dari ini. Dia menggeram hingga tidak ada suara lagi yang bisa keluar dari mulutnya tatkala ia merasakan rasa sakit yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya di dunia ini. Pedih yang ia rasakan saat itu bagaikan duri yang bercabang-cabang menghujam ke dalam dagingnya, lalu duri itu dicabut dengan amat sangat perlahan, meninggalkan lecut sakit yang teramat sangat hebat hingga dia berharap kematian segera menjemputnya dan bukan mempermainkannya seperti saat itu.

Semenit kemudian, kehidupan perlahan-lahan meninggalkan Kagome, napas pendeknya telah terhenti. Matanya telah kehilangan cahaya kehidupan, jantungnya yang luruh tak lagi mampu memompa darah.

Sesshoumaru memicingkan mata ketika sekumpulan makhluk kerdil berwarna hijau pucat muncul dari alam kematian untuk mengerubungi hanyou itu. Mereka mencoba membawa jiwa wanita itu, ke alam lain. Entah mengapa, kaki pria itu mendekati jasad tergeletak sang wanita. Dan tanpa alasan yang ia sendiri tidak ketahui pula, pedang peninggalan untuknya terus berulah.

Pedang yang tidak bisa dipakai untuk bertarung itu berdetak, berteriak, dan menuntut untuk digunakan!

_____


Kegelapan menyambut Kagome, kelam, dan senyap. Apakah ini neraka? Tidak bisakah dia bergabung dengan ibunya di tempat yang lebih baik? Mengapa di dalam kematian pun tidak ada kebahagiaan untuknya? Apakah di alam lain pun terdapat pembedaan untuk manusia, hanyou, dan youkai? Bila memang dia tidak bisa berkumpul dengan ibunya, lalu, apa yang harus ia harapkan? Keabadian yang menyiksanya di dunia fana? Atau kematian yang dingin dan sunyi yang memeluknya di dalam kehampaan untuk selamanya? Siapapun yang menciptakannya, tak bisakah merencanakan sedikit saja kebahagiaan untuknya setelah kematian ibunya?

_____


Pada mulanya, Sesshoumaru mengabaikan keinginan Tenseiga, pedang peninggalan sang ayah yang baginya tidak berguna. Pasalnya, pedang itu tidak seperti pedang para penguasa wilayah yang lain, pedang itu tak berguna di dalam pertarungan dan hanya bisa menyelamatkan ribuan nyawa dengan sekali tebasan, entah itu youkai, manusia, ataupun hanyou seperti wanita ini.

Sudah bertahun-tahun ia menyandang pedang itu tapi tak pernah sekalipun ia gunakan sebab, tidak semua orang sekarat ingin diselamatkan oleh Tenseiga miliknya. Namun, mengapa inu hanyou itu mendapat perlakuan khusus dari pedangnya?

'Mengapa Tenseiga ingin sekali menyelamatkan wanita ini?'

Hanya ada satu cara agar ia mengetahui jawaban yang dicarinya. Bunyi baja bergesekan dengan sarung pedang menjadi pemecah kebisuan. Sesshoumaru mengeluarkan Tenseiga itu dari sarungnya. Dia menjulurkannya di atas tubuh wanita itu dan dengan satu ayunan dia menebas para makhluk kerdil dari dunia bawah, mengembalikan kehidupan yang sempat terlepas kembali kepada wanita itu.

Detak jantung Kagome yang lemah mulai terdengar, lambat-laun aliran darah kembali terpompa ke seluruh tubuhnya. Dada wanita itu bergerak turun-naik dengan lembut kala paru-parunya mulai terisi lagi sedikit demi sedikit oleh udara. Inu hanyou itu masih belum tersadar, tetapi luka-luka itu perlahan tetapi pasti mulai menutup dan tidak ada lagi sisa racun yang mengkontaminasi tubuhnya. Sesshoumaru menyarungkan kembali Tenseiganya lalu dia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan sosok asing itu sendirian.

_____


Tiba-tiba, cahaya putih yang membutakan mata menyeruak dan menghantam Kagome, lagi-lagi, dia tenggelam, bukan dalam gelap yang pekat, kali ini dia tenggelam dalam cahaya putih yang hangat. Cahaya yang secara aneh membuatnya bisa merasakan setetes kecil kebahagiaan dan kehangatan yang telah lama dia rindukan. Matanya terbuka perlahan, pandangannya masih kabur, tetapi penciumannya memberi tahu bahwa dia masih di hutan yang sama.

Kilat cahaya kehidupan telah kembali ke matanya walau mata itu masih memancarkan ketakutan yang amat sangat, wajah Kagome sangat pucat seakan tidak ada satu tetes darahpun yang mengalirinya. Bau serpihan musuhnya tercium, dia meraba-raba perutnya yang telah tertutup. Tidak ada lagi desis daging yang dilumat oleh racun, tidak ada lagi darah mengalir atau isi perut yang meleleh. Penglihatannya kembali normal, telinga di puncak kepalanya bergerak-gerak kecil, merespons suara daun kering yang terinjak. Kagome menoleh dan ia mendapati sosok youkai asing yang tadi berdiri di hadapannya itu terlihat berjalan meninggalkannya.

"Tunggu!" Niat Kagome ingin berteriak, tetapi yang terdengar oleh telinganya hanyalah sebatas gumaman. "Apakah, a-apakah aku, baru saja mati?" Bisiknya seakan kepada dirinya sendiri.

Kagome yakin, youkai itu bisa mendengar walau suaranya hanya seperti bisikan, hanya saja, pria itu memilih untuk tidak mengacuhkannya. Rambut silvernya yang sangat panjang, serta pakaiannya yang terbuat dari sutra, dan mokomoko yang ada di bahu kanan pria itu bergerak anggun dipermainkan oleh angin saat ia berjalan menjauh.

Ada aroma mengganggu yang melekat. Seketika, perhatian Kagome teralihkan, ia bisa mencium bau senjata youkai itu di dirinya. Selain itu, ia yakin sekali bahwa ia baru saja mati.

Apa yang pria itu lakukan padanya?

Apakah dia Kami yang memberinya satu kali lagi kesempatan hidup?

Tidak, dia bukan Kami karena bau inu youkai menghujam hidungnya dengan pasti, tetapi, ada sesuatu yang aneh dengan bau youkai itu.

Semua pertanyaan sontak terpinggirkan ketika Kagome menyadari bahwa dirinya masih hidup!

_____

Detik melesat, sosok itu telah lama menghilang. Angin berbisik, awan-awan melaju perlahan di langit biru yang indah. Matahari telah bergeser ke langit Barat, bayangan pohon telah menjadi lebih panjang dari aslinya. Senada dengan pergerakan sang surya, sesuatu di dalam diri Kagome pun beralih. Dengan itu, keindahan yang terpampang tertutupi oleh kabut kebenciannya akan diri sendiri, dirongrong oleh dendam yang menggerogoti setiap inci hati serta amarah yang takkan mampu sepenuhnya luruh.

Bagi Kagome, dunia indah yang terbentang di hadapannya hanyalah zona pertempuran; tempat dimana ketidakadilan bercokol, tempat bersarangnya keserakahan dan kebencian yang menumpahkan semua tetes keringat, darah, dan air mata di atas jerit tangis penderitaan mereka yang lemah.

Bumi hanyalah sebuah area yang tidak akan berhenti dihiasi oleh pertikaian.

Benaknya berbisik lirih, 'Apakah ada sesuatu yang dinamakan sebagai kedamaian sejati?'

Tentu saja, hanya waktulah yang sanggup menjawabnya.

Selagi mengumpulkan kembali kekuatannya, Kagome menarik napas dalam-dalam untuk menyimpan bau youkai yang baru saja menolongnya itu di ingatannya baik-baik. Saat memikirkan sang Dewa Penolong, sebuah senyum mengembang di wajahnya. Pria itu akan sangat menyesal karena telah membantunya karena, sejak saat itu, siluman pria itu resmi menjadi salah satu target selanjutnya.

Tawa kecil penuh kepahitan terselip dari mulut Kagome saat dia bangkit berdiri.

Sekali lagi, dia harus menghadapi dunia besar, dingin, dan kejam yang memeluknya.

~To be continued~

Notes;

Hanyou: Manusia setengah siluman

Youkai: Silluman

Inu Youkai: Siluman anjing

Ookami: Siluman serigala.

Canine Youkai: Siluman anjing, serigala, atau sejenisnya.

Youki : Youkai ki - Kekuatan yang dimiliki para youkai

Makaze: Evil Wind

Akaiittou: Red Blade

Musashi: Sebutan untuk sebagian besar wilayah Kansai pada zaman dulu.

.

Originally published at FFN: 26/9/2015

Revised I: 03/05/2017

Revised II: 30/03/2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top