6 🔫
Jinhwan dan Yunhyeong mendatangi lapas kelas B di Cheongdamdong. Mereka membawa berkas-berkas pengintrogasian untuk Mr. Kwon. Sedangkan yang lain tengah menjenguk Hanbin dan Bobby di rumah sakit.
Jinhwan memasuki sebuah ruangan tertutup bersama Yunhyeong. Disana sudah ada Mr. Kwon yang duduk gemetaran. Terlihat jika ia masih ketakutan akan kejadian kemaren.
"Selamat pagi, Mr. Kwon. Bagaimana tidurmu? Aku harap kau tidak bermimpi buruk," ucap Jinhwan.
"Kau akan langsung bisa beristirahat ketika menjawab pertanyaan yang kami ajukan dengan jujur dan tidak bertele-tele. Mungkin hukumanmu juga menjadi ringan." Yunhyeong mulai mengeluarkan berkas-berkasnya dari tas.
Mr. Kwon masih membisu dan menunduk. Ia tidak sudi menatap kedua mata laki-laki itu.
"Rupanya kau bisu mendadak." Jinhwan menyeringai. "Baiklah kalau begitu, kita mulai."
Yunhyeong membuka lembaran pertama, "Aku akan bertanya," lalu menatap lelaki paruh baya itu sekilas. "Dimana kau menyimpan data aset yang kau beli?"
"Ti-Tidak-"
Brak!
"Jujurlah, pada kami," ucap Jinhwan dengan nada mengintimidasi. "Jika kami menemukannya ketika kau berucap bohong, kau akan mati."
"A-Ampun. A-Aku tidak punya. Tidak ada yang kusembunyikan."
"Begitukah? Kau sudah menyiapkan pesan terakhirmu, Tuan? Atau, apa permintaan terakhirmu?" Jinhwan mendekatkan wajahnya, "Kau tahu, tadi aku tidak bertanya mengenai apa yang kau sembunyikan," kemudian tersenyum tipis. "Aku hanya bertanya dimana kau menyimpan data asetmu, Mr. Kwon."
Mr. Kwon gelagapan. Ia telah menjawab apa yang ingin diketahui oleh Jinhwan secara tidak langsung.
"Baiklah, sekarang aku tahu bahwa kau menyembunyikan sesuatu. Sekarang, katakan dimana tempatnya atau siapa yang menyimpannya. Katakan."
Brak!
"A-A-A." Tangan Mr. Kwon gemetaran.
"Cepat katakan!" Jinhwan memekik keras. Hal itu membuat Mr. Kwon meneteskan air matanya. Ia sangat ketakutan.
***
Ketiga anggota BLACK iKON mendatangi kamar pasien nomor 13. Disana hanya ada dua pasien atas nama Hanbin dan Bobby.
Chanwoo menggeser pintu kamar dan masuk pertama ke dalam kamar itu, diikuti Donghyuk dan Junhoe.
"Hyung," sapa ketiganya kompak.
Tiga anggota paling muda di BLACK iKON ini akhirnya menghampiri kedua namja yang saat ini asik tiduran di ranjangnya. Chanwoo menghampiri Hanbin terlebih dahulu. Sedangkan Donghyuk mendekat untuk melihat kaki Bobby yang diperban. Junhoe sendiri berdiri diantara dua namja itu.
"Hyung, bagaimana lukamu?" tanya Chanwoo langsung.
Lelaki itu hanya tersenyum tipis. "Kau seperti pacarku saja, kau khawatir padaku? Jangan lakukan itu. Aku masih suka seorang yeoja."
Chanwoo mendengus. "Kenapa kau bahkan bisa bercanda disaat seperti ini?"
"Hyung, apa kau bisa berjalan lagi? Kau tidak mungkin lumpuh, kan?" Donghyuk menatap Bobby.
"Kemari," ujar lelaki bergigi sedikit tonggoa itu. Donghyuk berjalan mendekati Bobby.
Lelaki itu lantas menarik kuping Bobby. "Kenapa kau mengucapkan hal seperti itu? Apa kau suka jika aku lumpuh? Kau suka? Rasakan ini." Bobby menarik kuping Donghyuk semakin kencang. "Lain kali bicara saja hal-hal yang positif."
"Lepas," Bobbypun melepaskannya, "arraseo. Kenapa berubah galak begini, sih?"
"Aku pikir kalian berdua itu yang terkuat diantara kita. Tapi ternyata sama saja. Kalian tidak ada bedanya dengan kita." Junhoe menyeloroh tiba-tiba.
"Vampir saja bisa mati apalagi manusia. Tidak ada manusia yang benar-benar kuat, semuanya juga punya kelemahan," sahut Bobby.
Semuanya saling bertatapan heran. "Woah!" seru mereka kompak.
"Hyung, kau dapat darimana quote seperti itu?" Chanwoo terkikik kemudian.
"Kimbab sekarang menjadi seorang penyair baru," goda Hanbin. Donghyuk hanya tersenyum tipis sedangkan Junhoe malah mendengus seraya menatap ke arah lain.
Bobby menarik bantalnya dan melemparkannya pada Hanbin. Semuanya justru tertawa dengan kelakuan namja swag itu, kecuali Junhoe yang justru berlalu meninggalkan mereka.
***
"Ingat, pastikan untuk menculik dua diantara mereka." Yoongi menatap lima namja berbaju serba hitam di hadapannya dengan tatapan tajam khasnya.
"Baik, Tuan," jawab serempak kelima namja itu.
"Chanwoo, laki-laki itu beladirinya paling lemah. Tangkap dia. Satunya terserah kalian." Kelima namja itu hanya mengangguk lalu meningglkan ruangan Yoongi.
***
Jimin dan Yugyeom terdiam dalam sel tahanan ruang bawah tanah. Dalam kesunyian yang ada mereka beradu dengan pikiran mereka masing-masing.
Ia teringat dengan apa yang dikatakan Jinhwan terakhir kali.
"Aku akan memberikan tawaran yang akan menguntungkanmu."
"Jadilah whistle blower kami. Kami akan melindungi apa yang berusaha kalian lindungi."
"Pikirkan baik-baik apa tawaran dariku."
Jimin bingung. Bisakah ia melakukannya? Bisakah ia mengkhianati Dagolaz?
Tapi mereka juga sudah mengkhianatiku.
Sedangkan Yugyeom sendiri memikirkan apa yang dikatakan Jinhwan. Selama ini ia bisa hidup dengan kerja keras kedua orangtuanya. Walaupun pada akhirnya ia harus terjebak dalam lingkaran setan ini.
Awalnya ia merasa nyaman karena mereka baik padanya. Tapi ternyata semua itu hanyalah kedok untuk menyembunyikan kebangsatan mereka. Mereka hanya tahu memanfaatkan. Tapi Yugyeom juga tidak bisa melakukan apapun atau menentang, karena ada seseorang yang teramat berharga yang harus ia lindungi.
Semua ini membuatnya pusing.
"Yugyeom-ah," panggil Jimin tiba-tiba.
***
Jinhwan sudah menduga, pasti ada pemeran pendukung dari drama ini.
"Waktunya istirahat. Kita akan meninggalkanmu untuk beberapa menit. Sedikit bersantailah." Yunhyeong bangkit dari kursinya.
"Jika kau menjawab dengan cepat, kau mungkin bisa beristirahat di sel-mu sekarang. Sayang sekali kau sangat lamban," timpal Jinhwan.
Keduanya keluar dari ruangan pengintrogasian. Jinhwan langsung mengambil ponselnya dalam jaket.
"Ingin menghubungi siapa, hyung?"
"BLACKPINK," jawab Yunhyeong singkat.
"Lagi? Kita bisa menyuruh Donghyuk dan Chanwoo untuk mencari tahu."
"Mereka berdua sudah punya tugas lain." Jinhwan menoleh sekilas ke arah Yunhyeong.
"Tugas apa? Ada yang harus kau jelaskan padaku hyung." Yunhyeong menatap serius Jinhwan.
Jinhwan yang masih berusaha menghubungi Jennie hanya bisa menghela napas.
***
"Bagaimana bisa kalian membuatku hampir terkena serangan jantung?" Nada bicara Bobby sedikit keras.
"Ini semua ide Hanbin hyung. Aku bahkan tak percaya jika dia bisa menjadi secerdas itu," sahut Chanwoo.
"Bagaimana bisa?" Donghyuk tampak begitu penasaran.
"Jadi begini, Hanbin hyung sudah mengetahui jika Dagolaz pasti akan menyerang. Ia mengatakan padaku sebuah hal yang awalnya sama sekali tidak kumengerti," ungkap Chanwoo.
"Apa itu?" tanya Donghyuk penasaran.
"Hanbin hyung mengatakan jika nanti aku tidak sengaja tertangkap, ia menyuruhku untuk bertanya apapun padanya. Jika Hanbin hyung menjawab dengan anggukan, maka ia telah memiliki rencana." Semuanya langsung menoleh ke arah Hanbin. Yang dilihat hanya senyam-senyum sendiri.
"Lalu ..."
Dua hari sebelumnya ...
"Bagaimana kalau mereka membunuhku?" Chanwoo nampak khawatir.
"Maka mereka akan mati ditanganku. Mereka tahu bagaimana akibat dari berani mengusikku," sahut Hanbin ringan.
"Bagaimana jika mereka tetap membunuhku?"
Hanbin menghela napasnya dan menoleh pelan ke arah Chanwoo. "Tenanglah, Chanwoo. Aku akan memberimu kode. Jika aku tersenyum, maka kau harus berakting marah dan bergerak mendekatiku. Kau harus benar-benar marah sampai meludahiku jika perlu. Kau pintar dalam hal akting, kan? Ini akan jadi sempurna."
"Kenapa aku harus marah?"
Hanbin mengurut keningnya. "Cukup lakukan saja. Jangan banyak bertanya. Ini adalah rencana darurat apabila mereka berhasil menemukan keberadaanmu."
"Iya hyung," jawab Chanwoo lemah.
"Ingat, marahlah dengan benar. Mereka tahu jika aku tidak akan masalah jika kehilangan satu orang yang tidak begitu mencolok."
"Jadi aku tidak mencolok?" Chanwoo sedikit tertohok hatinya.
Tidak mencolok, apa itu berarti tidak berguna?
"Menurutmu bagaimana? Apa kau bisa menyusup? Apa kau pandai memainkan senjata? Apa kau bahkan pernah membunuh seseorang? Kau tidak pernah bukan? Mereka selalu mengincar yang lemah," jelas Hanbin. "Kau hanya unggul dalam IT," tambahnya.
Chanwoo sedikit menunduk. "Begitulah ceritanya."
"Mian," ujar Hanbin.
"Aku akan berlatih untuk jadi mencolok."
Dreettt ...
"Sebentar, ada telepon." Chanwoo merogoh saku jaket dalamnya. "Jinhwan hyung," ucapnya. Semua langsung terfokus pada Chanwoo.
"Iya, hyung?"
"..."
"Aku bisa mencaritahu sendiri. Tidak perlu meminta bantuan mereka."
"..."
"Maksudnya?" Kening Chanwoo bertaut.
- TBC -
Update lagi nih ...
Gimana guys?
Masih gregetan?
See you 😙😙
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top