Bab 4 : Si Tudung Hitam
Aku berlari melintasi hutan. Jantung ku berdegup kencang mengingat saat ini aku sedang berlarian dengan waktu. Semakin lambat aku berlari, semakin cepat aku mati.
Saat sampai di sebuah pohon tua yang besar, aku mengetuk serta menendang batang nya. Terlihat tebal dan kokoh, pikir ku. Mungkin aku akan memasang tenda di atas pohon ini.
Aku menaruh tas ransel ku yang lumayan berat dan mengikat tas itu dengan tali tambang yang ku bawa. Tanpa tas ransel dan tas tenda ku, memanjat pohon ini sangatlah mudah.
Setelah sampai di atas, aku menarik tali tambang yang mengikat tas ransel dan tas tenda ku. Mengangkat kedua nya hingga ke atas.
Aku mengeluarkan perlengkapan tenda dari dalam sarung nya. Sebelum nya, aku sudah 2 kali menjalani misi di hutan. Jadi, memasang tenda bukan masalah bagi ku.
Setelah 10 menit, tenda berwarna hitam legam pun selesai didirikan. Tenda nya berwarna hitam karena warna ini adalah warna resmi untuk tenda para Gatekeeper. Agar tenda ini tidak mencolok di malam hari dan mampu beradaptasi dengan warna kulit pohon di siang hari.
Aku beruntung kali ini, pohon yang kupilih sangat nyaman. Batang dan ranting nya menyatu sehingga bisa di gunakan untuk alas tidur.
Malam pun tiba, aku menyiap kan alas tidur ku dan sebisa mungkin tidak membuat keributan. Jika tidak, Lakrass akan datang.
Untung lah, tenda yang ku pakai sangat tertutup dan memiliki lapisan anti cahaya di bagian dalam nya. Sehingga, meskipun aku menyalakan lampu di dalam tenda. Cahaya nya tidak sampai tembus ke luar tenda.
Aku merebahkan kepala ku di atas bantal yang empuk. Meski pun aku memiliki misi penting yang mengharus kan aku untuk bermalam, sebisa mungkin aku membawa bantal favorit ku ini. Meski pun benda ini memenuhi tas ku dengan sukses nya.
Setelah merebahkan diri, tanpa ku sadari aku tertidur pulas.
¤¤¤¤¤
Keesokan pagi nya, aku terbangun dan kemudian mengemasi tenda hingga rapi. Sambil memasukkan tongkat-tongkat penyangga tenda, aku terus melihat sekeliling ku. Khawatir apa bila ada Crabbyn, karena kemarin terjadi hujan lebat dan membuat lumpur favorit Crabbyn tercipta di tanah.
Setelah selesai mengemas semua nya, aku menyandang tas ransel ku yang bertambah berat karena tas tenda yang kumasukkan ke dalam nya.
Dengan sabit yang ku pegang erat di depan dada, aku membelah rumput-rumput setinggi perut yang menghalangi langkah ku.
¤¤¤¤¤
Setelah 5 jam aku berlari (catatan : tanpa istirahat). Aku sampai di Gatekeeper Cafe cabang suku Dayak. Kafe itu sederhana sekali. Atap nya daun rumbia, dinding nya terbuat dari kayu, dan bangunan kafe ini berbentuk rumah adat Kalimantan Selatan, rumah bubungan tinggi.
Aku menaiki tangga yang menuju pintu kafe. Saat berdiri di depan pintu, aku langsung di sambut dengan empat bilah mandau yang di arah kan pada ku. Dua orang pria berpakaian modern (bukan nya telanjang dada di tambah dengan celana dari kulit hewan) yang masing-masing memegang dua buah mandau, menoleh ke arah ku yang terlihat biasa-biasa saja. Pria yang memakai kemeja hitam mengambil inisiatif duluan untuk menanyai ku
"Siapa kau ?" Tanya nya dengan suara berat khas pria (Dan hal itu nyaris membuat ku merosot ke lantai)
"Lena Kinara, Gatekeeper dari Banjarmasin" sahut ku
Pria berkemeja hitam itu berbisik pada teman nya dan dengan serentak menurun kan mandau mereka serta mempersilahkan ku untuk masuk.
¤¤¤¤¤
Pemimpin mereka, Ray. (Hanya Ray tanpa embel-embel apapun) Menyambut ku dengan sangat senang. Suara nya yang berat menggema di dalam kafe.
"Hai Lena !! Kau pasti datang untuk mengambil paket itu kan ?" Tanya nya sambil mengambil sebuah kotak kayu kecil seukuran kotak cincin.
"Iya. Romeo yang menyuruh ku"
"Memang benar, apakah ada Lakrass yang mengganggu mu ?"
"Untung nya tidak sih"
"Bagus lah. Karena bulan ini adalah waktu para Lakrass untuk hibernasi. Jadi kau beruntung"
"Benarkah ? Bagus kalau begitu"
"Oh iya, nah ini paket nya"
Ray mengambil sebuah kotak kayu berwarna hitam. Kotak itu cukup besar, ukuran nya seperti kotak sepatu.
"Eh ? Kukira paket nya yang kecil tadi !?" Ucap ku. Ray terkekeh
"Bukan, ini paket yang sebenar nya. Tenang saja, paket nya sangat ringan"
Aku mengambil kotak itu dari tangan Ray, memang benar katanya. Paket nya sangat ringan.
"Dan satu hal lagi. Sesuai permintaan mu, aku memoles sabit milik Rio" ucap Ray lagi sambil mengambil sebuah kotak besi panjang. Di buka nya kotak itu dan terlihat lah sebuah sabit hitam legam milik Rio.
"Aku sudah mempertajam mata sabit nya. Sabit ini sangat kuat ! Sayang nya, sabit ini seperti nya sudah terikat dengan pemilik nya"
"Maksudmu Rio ?"
"Ya. Aku turut berduka cita Lena"
"Ya terima kasih. Walau agak terlambat"
"Kau benar. Di saat pemakaman Rio, aku malah terserang flu. Hahh bodoh nya aku"
"Tak masalah Ray. Oh ya, aku pergi dulu. Makasih atas paket nya"
"Tak masalah Lena !! Khusus sabit Rio, servis nya gratis !"
"Thanks Ray !!"
"No problem !"
Aku berjalan keluar kafe dan setelah sampai di hutan, aku kembali berlari, mencoba untuk mengejar waktu
¤¤¤¤¤
Baru aku berlari selama 1 jam. Aku mendengar suara gemerisik dari arah semak-semak. Suara itu lama kelamaan semakin nyaring. Dan saat aku mendekati semak itu sesosok Deskrota menabrakku. Membuat tubuh ku terlempar dan menabrak sebuah pohon.
"Awww...." aku meringis. Saat aku berdiri, barulah aku sadar akan satu hal.
Aku sudah di kepung oleh selusin Deskrota !!
¤¤¤¤¤
"Blue forest !" Bisik ku lirih sambil mengetukkan ujung sabit ku ke tanah. Mengeluarkan es abadi yang berujung runcing dan tajam dari bawah tanah. Menusuk tiap Deskrota hingga monster mirip kelelawar itu berteriak kesakitan.
Tetapi, satu Deskrota luput dari perhatian ku. Dan dia berhasil mencakar punggung ku dan meninju ku hingga aku menabrak pohon.
Pengelihatan ku semakin gelap dan akhir nya aku tak merasa kan apa-apa lagi. Hal terakhir yang ku lihat adalah pria bertudung hitam yang membunuh Deskrota yang terakhir dan mendekati ku hingga aku betul-betul pingsan.
¤¤¤¤¤
TO BE CONTINUED.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top