Bab 13: Chaos

Keesokan paginya, Rio dan Lena sudah terbangun duluan. Keduanya masuk ke kamar sebelah, lebih tepatnya kamar Simon dan Aqua. Semalam mereka kira keduanya tidur terpisah, tapi saat masuk kedalam mereka mendapati Simon yang sudah tertidur pulas dengan Aqua yang meringkuk disebelahnya

Rio mengacak-acak rambut Simon membuat pemuda itu terbangun, dan menatap balik Rio dengan bingung

"Ini sudah jam berapa ?" Tanya Simon

"Jam enam pagi," sahut Rio

"Tapi kenapa sepagi ini ?"

"Hei, kita Gatekeeper ! Kita adalah prajurit, bukan anak mami,"

Simon mengangguk paham walaupun matanya terlihat berkantong "iya deh aku paham,"

"Bagus, pergilah ke kamar mandi dan cepatlah berkemas. Kita ikut sebagai pengurus tempat karena itu kita harus berangkat pagi sekali"

Disebelahnya, Aqua terbangun dengan rambut berantakan. Seperti medusa gak punya sisir

"Untunglah ini hari Sabtu, sekolah kami libur" ujar Aqua tangannya merapikan rambut birunya yang pendek sebahu

Simon berdiri dan berjalan menuju kamar mandi "Rasanya aku jadi punya ayah lagi. Kali ini ayah yang benar," ucapnya sambil tersenyum

"Apa maksudnya ?" Tanya Rio sambil menatap Lena dan Aqua

"Simon adalah anak angkat, ketika dia bertemu keluarga barunya....itulah saat terkelamnya dalam hidup," bisik Aqua dengan wajah muram

Lena menatap Rio sambil tersenyum "Kau berhasil membuat Simon tersenyum. Tapi kau keduluan oleh satu orang," Lena melirik Aqua yang pipinya sudah bersemu merah

"Jadi ada yang curi start ?" Tanya Rio seringaian muncul di wajahnya

Lena mengangguk "ya, betul sekali"

Wajah Aqua makin memerah apalagi saat Simon datang dan memeluknya dari belakang

"Ayo cepatlah mandi, nanti kita telat !" Bisik Simon di telinga Aqua

Rio menggetok kepala pemuda itu "Hei, jangan mandi berdua !"

Simon nyengir kuda "Hehehe, ketahuan ya ?"

Aqua menggeleng-gelengkan kepalanya "Kamu itu kan mudah ditebak isi kepalanya"

Simon menjulurkan lidahnya kearah Aqua yang dibalas dengan jitakan oleh gadis itu

"Hei sudahlah, kalau begini terus kita berempat bakalan digorok si author pakai gergaji. Ayo cepetan ! Dan jangan mandi berdua, terutama kau Simon," ucap Lena

¤¤¤¤¤

Ana menatap kue pernikahan tiga tingkat di hadapannya, perasaan senang dan takjub menelusup didalam hatinya. Dulu sebelum dia bertemu Romeo dan menjadi Gatekeeper, kue seperti ini hanyalah angan belaka tapi sekarang hidupnya telah berubah dan berhasil mendapatkan hal yang dia inginkan.

Lamunan Ana tentang masa lalunya buyar saat Romeo merangkul pinggangnya dari belakang

"Hai sayang, apa yang kau pikirkan ?"

Ana menatap Romeo sambil tersenyum "Hanya masa laluku dulu"

Wajah Romeo menggelap seolah-olah ada kabut yang membayanginya "Jangan diingat lagi, ini hari bahagia kita. Tinggalkan masa lalumu dan buatlah lembaran baru,"
Bisiknya di telinga Ana

"Terima kasih" bisik Ana lirih

"Apa katamu tadi ?"

Ana tersenyum "Terima kasih atas semuanya"

"Sama-sama" balas Romeo dengan senyum yang terukir diwajahnya, senyum bahagia yang jarang di perlihatkannya

Tiba-tiba terdengar suara ribut dari depan gedung, Romeo dan Ana berjalan keluar dan mendapati Rio dan Simon yang sedang membawa dua toples besar berisi banyak kue kering berbagai bentuk

"Ya Tuhan ! Terima kasih semuanya ! Aku tak menyangka kalian sanggup membuat 1200 kue kering dalam sehari" pekik Ana dengan heboh sambil menatap toples dengan mata berbinar-binar

Lena dan Aqua keluar dari taksi dengan dua toples kue yang lebih kecil di tangan

"Hai Ana, apa semua sudah siap ?" Tanya Lena

"Belum, masih ada beberapa yang perlu disempurnakan. Ayo kalian masuk dulu"

Ana membuka pintu gedung lebar-lebar tanpa memedulikan gaun pernikahannya yang terjuntai, Romeo sampai mengangkat ujung gaunnya itu dan disahuti oleh siulan merdu dari Rio dan Simon

"Wih, yang jadi gentleman ya?" Sindir Rio

"Tapi bagus loh, jadi kan kak Ana tambah nempel sama kak Romeo" sahut Simon

"Amin !" Ucap Romeo sambil tersenyum

¤¤¤¤¤

Setelah mengucap janji pernikahan, Romeo dipersilahkan untuk mencium Ana. Dan justru disaat itulah sesuatu diluar rencana terjadi....

Romeo melingkarkan tangannya di pinggang Ana dan menarik gadis itu mendekat, wajah mereka semakin dekat hingga akhirnya Romeo mencium bibir Ana

Sorakan dan teriakan gembira dari para tamu undangan langsung menggelora saat hal itu terjadi, wajah Ana memerah ketika bibir Romeo melumatnya dengan ganas apalagi ketika pria itu berbisik di telinganya

"Kita lanjutkan malam nanti ya sayang ?"

"Tentu saja Romeo" balas Ana sambil tersenyum

"Ayo kak ! Lempar bunga nya!!" Teriak Simon semangat

"Heh ni anak, main nyosor aja dia !" Sahut Rio membuat para tamu tertawa terbahak-bahak dan Simon cengar-cengir ala kuda

Tapi, tawa itu terhenti saat terdengar teriakan Ana dari depan altar. Serentak, semua orang menoleh kesana dan mendapati Romeo yang ambruk disebelah Ana

Rio dan Lena langsung berlari mendekati Romeo yang tertelungkup itu

"Halo, Romeo ? Kau mendengarku ?" Ucap Rio "Lena, bantu aku membalikkan tubuhnya !"

Bersama-sama, mereka membalikkan tubuh Romeo dan terhenyak saat melihat darah segar yang mengalir dari perut, paha, serta bahu Romeo. Ana yang melihatnya langsung menangis hingga membuat riasan diwajahnya luntur

Lena mengambil ponsel dari tasnya "Rio, aku yang telpon ambulan ! Kau bantu Romeo untuk tetap sadar !"

Rio menoleh "Sekalian polisi juga !! Ini jelas-jelas disengaja !"

Lena mengangguk dan langsung berkutat dengan ponselnya

Rio beralih ke Romeo yang masih bernafas walau tersengal-sengal, matanya hanya terbuka separuh

"Romeo, kau mendengarku ?"
Ucap Rio

Romeo menatap Rio yang duduk disebelahnya
"Ana dimana ?" Tanyanya

Ana muncul disebelah Rio "Aku disini Romeo"

Romeo tersenyum saat melihat Ana yang duduk disebelahnya

"Maaf" bisik Romeo tangannya terangkat dan mengusap pipi Ana dengan lembut

"Apa ?" Tanya Ana

"Maaf....karena....sudah membuat kebahagiaanmu.... berantakan lagi"

Ana menggeleng dan membuat air matanya yang sudah dipelupuk mata menetes dan mendarat di pipi Romeo

"Jangan menangis....sayang
Uhuukkk !!"

Romeo terbatuk dan darah segar mengalir keluar dari mulutnya.

"Sial ! Seandainya Aqua bisa menyembuhkan mu disini !" Gerutu Rio dengan tangan terkepal kuat

"Jangan....nanti identitas kita sebagai....Gatekeeper bisa ketahuan"

Romeo mengerang kesakitan sambil memegangi luka di perutnya

Lena menatap Romeo dan yang lain "bertahanlah sedikit lagi ! Ambulan akan datang dalam waktu sepuluh menit"

Ana menggenggam tangan Romeo yang berlumur darah dan tersenyum walau matanya masih berair "Kumohon Romeo, jangan pergi. Aku tak mau kehilangan orang yang kusayangi lagi"

Suara sirene ambulan dan mobil polisi terdengar dari luar gedung, para petugas medis langsung mengangkat tubuh Romeo keatas tandu. Ana dan Lena berlari mengikuti mereka masuk kedalam mobil ambulan

Sementara itu, polisi yang datang langsung membuat olah TKP di dalam gedung. Para saksi diberondong dengan pertanyaan-pertanyaan, hingga sampai pada giliran Rio

Rio memandangi detektif polisi yang ada didepannya, tinggi pria itu sama dengan Rio, rambutnya hitam legam dan iris matanya berwarna abu-abu.

Detektif itu mengangkat tangan kanannya

"Mario Scott Holmes, detektif kepolisian. Mohon bantuannya"

Rio menjabat tangan itu "Rio Zarian salam kenal"

"Jadi....apa yang terjadi disini?"

"Penembakan, temanku kena tembak"

"Tubuh bagian mana saja yang kena ?"

"Perut, paha, serta bahu"

"Nama korban ?"

"Romeo Nexer"

"Bagaimana kejadiannya ?"

Rio menceritakan semuanya dari awal hingga akhir, Mario mengangguk-angguk paham sambil menulis di buku notes kecil miliknya

"Sayangnya pelaku sama sekali tidak terlihat" gumam Mario sambil melihat kesekeliling gedung

"Lebih tepatnya, Romeo ambruk begitu saja. Tak terdengar suara letusan apapun"

"Berarti si pelaku memakai peredam" ucap Mario

Tiba-tiba seorang wanita datang mendekat setelah sebelumnya menunjukkan lencana kepolisian dengan polisi yang menjaga area gedung

"Mario !" Panggil wanita itu

Rio dan Mario menoleh, wanita itu mendekati Mario

"Mario, aku mendapatkan selongsong peluru dilantai paling atas"

"Benarkah ? Mana ?"

Wanita itu memberikan kantong plastik kecil berisi tiga selongsong peluru berwarna tembaga

Wanita itu menatap Rio dan langsung membungkuk hormat

"Maaf aku sudah lancang" ucapnya. Wanita itu mengangkat tangan kanannya "Elianor Christien, asisten Mario. Salam kenal"

Rio tersenyum "Rio Zarian, salam kenal"

Elianor balik tersenyum dan tangannya menyentuh tangan Mario yang sibuk menatap selongsong peluru, Mario menoleh dan menjauhkan tangannya dengan kasar dari tangan Elianor

Rio mengernyit heran saat Mario memasang sarung tangan berwarna hitam di kedua tangannya

Jujur saja, Rio merasakan ada hawa dingin dari tangan Mario ketika mereka berjabat tangan tadi

"Baiklah pak Rio, terima kasih atas kesaksian anda. Saya permisi dulu"

Mario berjalan pergi dari hadapan Rio dan Elianor

"Ng, bu Elianor apa yang terjadi dengan pak Mario ?"

"Panggil saja aku Eli, Rio. Mario jadi seperti itu sejak lima tahun lalu, saat itu dia dan rekannya diculik mafia Rusia dan sempat disekap di sana selama hampir dua minggu"

"Lalu ?"

"Dia berhasil selamat tapi rekannya....tewas"

"Aku jadi paham sekarang"

"Sejak saat itu, dia menjadi sangat dingin sampai sekarang. Ah, kenapa aku malah jadi curhat ya ?"

"Tak masalah kok, lagipula sebaiknya kau mengikuti Mario. Dia sepertinya cemburu karena kau bicara dengan ku"

Eli menoleh dan melihat Mario yang rahangnya mengeras dan wajahnya menggelap serta mata abu-abu nya yang menatap Rio dengan pandangan menusuk.

"Sampai jumpa lagi Rio, dan terima kasih"

"Tak masalah Eli"

Kemudian Eli berjalan mendekati Mario dan Rio berlari ke luar gedung untuk menemui Simon dan Aqua

¤¤¤¤¤

Sementara itu, di suatu tempat di bawah tanah....

"Bagaimana ? Apakah berhasil ?" Tanya seorang pria berjubah

Pria satunya yang memakai topeng putih polos mengangguk "Si penghancur sudah ditugaskan untuk misi itu"

"Bagus, para Gatekeeper pasti akan kehilangan satu anggota lagi" ucap si pria berjubah sambil memasang topeng Vedetta ke wajahnya

¤¤¤¤¤

TO BE CONTINUED....

Komentar dan Vote nya ditunggu !:)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top