Bab 11 : Identitas Jeremy
Rio mengernyitkan dahi dan menatap Lena
"Apa maksudmu dengan tidak ?"
Lena tersenyum dan pelukannya di leher Rio makin kuat
"Nanti....aku gak bisa liat Ana kawin sama si harimau, gak bisa liat Simon sama Aqua kencan, gak bisa ngantar arwah lagi, dan yang paling utama.... aku gak bisa liat kamu lagi, Rio"
Rio terdiam, mulutnya terbuka tapi tak bisa bersuara apa-apa
"Aku gak mau kesepian lagi, Rio. Sudah cukup tujuh tahun kita terpisah dan itupun udah bikin aku kayak mayat hidup"
Lena menundukkan kepalanya dan akhirnya tangis yang dia tahan sedari tadi pun pecah, Rio menarik nafas dalam dan akhirnya berkata
"Kalau begitu ayo kita keluar dari sini"
Jantung Lena serasa berhenti berdetak, kepalanya mendongak dan menatap Rio yang sedang tersenyum
"Maksudmu ?"
"Aku punya rencana dan entah kenapa baru dapat beberapa detik yang lalu. Entah ide nya kesangkut awan waktu jatuh dari langit, aku gak tau. Tapi yang jelas aku perlu kekuatan kamu di sini"
"Apa itu ?"
Rio menatap api di sekeliling mereka yang terus mendekat, bau asap semakin pekat dan membuatnya terbatuk-batuk.
Rio melepaskan pelukannya dan mengambil sabitnya.
"Chainor" bisiknya dan ratusan rantai itu membelit kedua kakinya hingga ke lutut.
"Lena, gunakan es mu dan arahkan ke kaki ku ini"
Lena mengangkat sabitnya dan mengetukkannya ke kaki Rio yang sudah di selimuti rantai
"Cooler" bisiknya
Es berwarna biru muda langsung keluar dari mata sabit dan membekukan kedua kaki Rio
"Lena, naiklah ke punggungku"
"Tapi, nanti kamu tambah berat ! Kakimu kan sudah di lilit rantai"
"Naik saja ! Sebentar lagi ruangan ini akan ambruk !"
KREAAKKK !!!
Benar saja, dinding ruangan itu baru saja mengeluarkan suara retak yang sangat keras. Lena menatap dinding di dekat mereka yang sudah hampir hancur.
Dengan berat hati, Lena membiarkan dirinya di gendong Rio di punggung pria itu.
Asap pekat semakin mengepul, jarak pandang makin memendek dan api makin lama makin berkobar membuat Rio harus terus berlari.
Untunglah, rantai yang membelit kakinya membuat langkah nya elastis dan tidak kaku serta tak beku. Meski begitu, panasnya api masih
terasa di tubuhnya dan membuat suhu tubuhnya tiba-tiba melonjak.
Lena menyentuh kening Rio dan berjengit ketika menyadari pria itu demam tinggi. Ditambah dengan asap hitam pekat yang mengepul di sekeliling mereka, membuat Rio terhuyung ke depan.
"Rio, jangan memaksakan dirimu !!" Pekik Lena
Rio menggelengkan kepalanya dan terus berlari, dia tak menghiraukan teriakan Lena, tubuhnya yang demam, kepala yang pening, panasnya api ataupun asap hitam yang bergelung
Yang ada di pikirannya hanyalah dia dan Lena harus keluar dari sini
¤¤¤¤¤
Ide Rio benar-benar berhasil. Kini, dia dan Lena sudah keluar dari ruangan yang mirip neraka itu dan tengah berada di permukaan distrik 13.
Lena tengah mengamati wilayah distrik ketika telinganya mendengar suara berdebum yang keras. Lena menoleh ke arah suara dan melotot
Suara itu berasal dari Rio yang ambruk ke tanah. Pria itu jatuh tertelungkup dengan suara nafas yang makin memendek
Lena mengambil masker dan tabung oksigen dari dalam tasnya. Sekarang dirinya merasa sangat bersyukur karena Romeo mewajibkan kedua benda itu sebagai barang-wajib-bawa bagi para Gatekeeper
Dengan cepat, dia memasangkan masker itu di wajah Rio dan menghubungkannya dengan tabung oksigen kecil. Dalam waktu semenit, oksigen
mengalir ke dalam masker dan memudahkan Rio untuk bernafas
Hingga akhirnya oksigen itu habis dan Rio tiba-tiba memuntahkan darah dari mulut nya
"Astaga, ada apa denganmu Rio ?!" Teriak Lena ketika darah yang keluar dari mulut Rio bertambah banyak
"Aku tertelan asap, aku.... tidak me....nutup wajah....ku tadi" ucap Rio dengan terbata-bata
Lena menggenggam tabung oksigen itu dengan kuat. Saking kuatnya, tabung dari besi itu sampai penyok. Dirinya merasa sangat menyesal, karena jika Rio mati hari ini maka itu semua adalah salahnya. Seandainya
Rio tidak menggendongnya, dia pasti tak terlalu banyak menghirup asap
"Jangan menyalahkan dirimu" ucap Rio pelan seolah-olah dia sudah tau hal yang ada di pikiran Lena
Rio merasa sangat mengantuk. Dia menatap Lena dan gadis itu sudah terlihat ingin menangis. Rio sendiri merasa nafasnya jauh lebih bebas, tidak sesak seperti tadi.
Matanya terasa sangat berat dan pandangannya mulai mengabur. Di sekeliling Lena terasa ada kabut, entah efek dari mengantuk atau memang benar, Rio tak tahu.
"Lena" bisik Rio
"Ya ?"
"Aku....tidur sebentar ya ?"
DEG !! Jantung Lena serasa terlempar dari tempatnya.
"Bodoh !! Jangan tidur !!" Teriak Lena
Rio hanya diam dan menatap Lena dengan pandangan yang tak bisa di artikan. Lena menggenggam tangan Rio dan membuat wajah pria itu memerah
Lena mendekati wajah Rio, bibir keduanya semakin dekat dan Lena menutup matanya
Seperti yang sudah di ramalkan oleh authornya, keduanya bergabung dalam satu hal : Ciuman
¤¤¤¤¤
Rio melepaskan pagutan bibir dan menatap Lena yang bibirnya terkena darah, di usapnya bekas darah itu dengan pelan
"Kau harus memberikan ini pada Romeo" ucap Rio pelan sambil menaruh secarik kertas di genggaman tangan Lena. Lena melihat kertas di genggamannya, itu kertas penyadap yang tadi dia tempelkan. Dia pikir kertas itu sudah jadi abu di bawah sana
"Rio, kau harus ikut. Kumohon...."
Rio menggeleng "aku sudah tak kuat lagi untuk berjalan. Kau pergi duluan saja"
"Tidak mau !! Kau harus ikut"
"Kalau begitu, maafkan aku Lena. Tapi aku harus melakukan hal ini"
Rio memegang tangan Lena dan membisikkan sesuatu
"Dark Fog" bisik Rio
Tiba-tiba, kabut berwarna hitam pekat muncul dan menyelubungi tubuh Lena
"Rio ! Apa yang kau lakukan?!"
Rio hanya tersenyum kecil
"Kabut ini akan mengantarmu ke kafe" ucapnya
Mata Lena melebar saat mendengar ucapan Rio tadi, tangannya menggapai keluar mencoba untuk kabur. Tapi yang ditangkapnya hanya angin belaka. Hingga kabut itu membawanya pergi dari hadapan Rio....
¤¤¤¤¤
Lena membuka matanya perlahan-lahan dan melihat Ana dan Aqua yang menatapnya sambil tersenyum
"Simon ! Kak Lena sudah bangun !!" Teriak Aqua dengan nada senang
Ana memeluk Lena dengan erat "Kau selamat Lena, ya Tuhan ! Terima kasih !"
Lena tersenyum dan sedetik kemudian dia teringat akan Rio
"Tunggu dulu !! Di mana Rio?!"
Ana menyeringai lalu menunjuk kebelakang
"Tuh orangnya"
Lena menoleh ke belakang dan langsung ditarik ke dalam pelukan. Lena mendongak dan mendapati
Rio yang tersenyum hangat,
"Rio ?"
"Ya, ini aku sayang"
Lena membuang pandangannya ke arah lain membuat Rio mengernyit
"Kenapa kau membuang muka ?"
Rio mengangkat dagu Lena dengan tangannya dan tersenyum saat melihat rona merah di wajah gadis itu
"Ana, besok kita kawinannya samaan ya !!" Seru Rio membuat Lena melotot, Ana melongo, dan Aqua menyemburkan air yang tengah di minumnya hingga terbatuk-batuk
Ana mengangkat tangan nya
"Maaf Rio, tapi....tidak bisa"
Rio menatap Ana dengan tatapan Hamster Eyes
"Kenapa ?"
Ana menyeringai "Habis penghulunya cuma satu sih"
"Astaga, belah dua aja penghulunya !!" Balas Rio yang membuat Lena tertawa terpingkal-pingkal
"Hei, nanti kami bakalan batal kawinnya kalau kayak gitu!" Sahut Ana sambil menahan tawa
Tiba-tiba, Romeo dan Simon masuk bersamaan hingga keduanya terjepit di ambang pintu. Membuat semua orang yang ada di kamar itu semakin tertawa lepas melihat Simon dan Romeo yang berdesakan di ambang pintu
Setelah berhasil melepaskan diri (dari ambang pintu) Romeo dan Simon menghampiri Rio dan Lena
"Horee !! Kak Rio sudah sadar" seru Simon dengan nada kekanak-kanakan
Rio tersenyum sambil mengacak rambut Simon
"Hei Rio, gimana tubuhmu ?" Tanya Romeo
"Jauh lebih baik" sahut Rio sambil mengangkat Lena dan menaruh gadis itu dipangkuannya
Romeo berdeham "Kelihatannya ada pasangan yang tengah memadu asmara disini"
"Kalian pacaran ?" Tanya Ana
"Apa itu pacaran ?" Tanya Aqua dengan lugunya hingga membuat Simon menepuk jidatnya. Dia sadar bahwa kekasih (?!?!) nya ini sangat lugu. Sampai-sampai waktu liat orang ciuman di film komentarnya adalah : "Simon, mereka makan permen ya ? Sampai mendesah kayak gitu, aku mau juga dong"
Waktu itu Simon hanya bisa terdiam sambil menahan tawa. Masa' orang lagi ciuman dibilang makan permen ?! Nih anak lahir di planet mana sih ? Hingga Simon teringat bahwa Aqua adalah Healer. Healer biasa tinggal di tempat yang tersembunyi dari khalayak umum, membuat mereka jarang bersosialisasi. Aqua menjadi Gatekeeper saat markas pusat Healer diserang kelompok Breaker dan menyebabkan semua Healer tewas. Kecuali Aqua yang saat itu masih berusia 6 tahun.
Oke, kita sisihkan dulu sejarah antara Simon dan Aqua (Woi, orangnya belum mati !!)
"Kami tidak pacaran !!" Sahut Rio dan Lena bersamaan
"Lalu kalian ini statusnya apa?" Tanya Simon
"Kekasih !" Sahut Rio yang dibalas dengan cubitan Lena di perutnya.
"Kekasih apanya ? Kami cuma teman kok !" Ucap Lena
"Teman tapi mesra ??" Tanya Rio balik sambil mengangkat kedua alisnya
"Nggak !" Balas Lena membuat Rio merengut. Wajah pria itu terlihat imut kalau merengut hingga membuat Lena ingin sekali mencubit kedua pipinya
Ana mengangkat kedua tangannya ke udara
"Oke, aku....keluar sebentar. Sepertinya kafe kedatangan tamu"
Romeo berhasil menangkap sinyal jahil dari Ana dan ikut keluar
"Hei Rio, Lena. Aku keluar dulu, mau....ngambil permen cokelat tambahan. Eh jangan lupa, besok acaranya di gedung sultan suriansyah. Pria pakai jas dan wanita memakai gaun, selebihnya baca di undangan" ucap Romeo sambil berjalan keluar
Simon merengkuh tangan Aqua
"Kak Rio, kami keluar juga ya! Ada tugas patroli lagi nih !"
Ucap Simon
Setelah keduanya hilang, Lena menatap Rio
"Aneh, bukannya patroli biasanya malam hari ? Ini kan masih sore"
Rio mengedikkan bahunya dan memeluk Lena makin erat hingga wajah Lena semakin merah membara
"Rio...." bisik Lena lirih ketika Rio membalik tubuhnya dan kini mereka saling berhadapan, Lena duduk di pangkuan Rio
"Apa ?"
"Dulu matamu hitam, kok sekarang jadi biru ?"
DEG !!
Rio melompat dari kasur dan melihat ke cermin, semenit kemudian dia melompat ke udara sambil berteriak-teriak seperti anak kecil
Lena yang melihatnya merasa rahang bawah nya sudah jatuh bebas ke bawah.
"Rio ! Ada apa ? Kepalamu kepentok apa tadi ?"
Rio berhenti melompat dan menatap Lena dengan pandangan seperti kucing-memburu-hamster
Dia lalu berjalan mendekati Lena dan langsung memeluk gadis itu
"Rio, kau kenapa ? Apa asap tadi pagi berpengaruh di otak mu ?"
Rio menggeleng lalu wajahnya mendekat dan bibirnya mengecup bibir Lena
"Kau ingat tidak paket yang diberikan kakekku 7 tahun lalu?"
"Ya aku masih ingat. Apa isinya?"
"Sebuah buku tua peninggalan keturunan Zarian terdahulu serta sepucuk surat"
"Buku ?"
"Ya, semacam buku harian. Buku itu berisi banyak hal seputar Gatekeeper dan Underground"
"Jadi.... kau sudah tau kalau kakekmu itu..."
Rio mengangguk "Romi si pemusnah kan ?"
Lena tersenyum "Tak kusangka, kakek mu punya julukan seseram itu"
"Hei, setidaknya kita sama-sama punya kakek yang hebat loh ! Dulu kupikir kakekku itu hilang gara-gara nenek meninggal, yah.... cari istri lagi mungkin ?"
"Hei, kalau kamu ngantar kakekmu ke gerbang penentuan hati-hati loh entar dia marah waktu tau ucapan mu tadi"
"Cuma bercanda, kau tau tidak nama kakekmu ?"
"Enggak, soalnya kakekku hilang juga saat aku berumur 6 tahun"
"Nama kakekmu itu....
Christo Jeremy !!"
"APA ?!"
¤¤¤¤¤
TO BE CONTINUED....
Haleoo !!
Bagi yang udah baca dan masih ingat cerita awal RIO THE GATEKEEPER. Pasti
pernah dengar nama Jeremy yang di sebut-sebut itu ? Nah, sekarang udah ketahuan kan siapa Jeremy yang sebenarnya ?
Oke, vote dan komentar kalian ditunggu loh !
Lanjutannya seperti biasa, tiga hari lagi....
Salam
HunyuTheHamster27
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top