Chapter 3
Saat naik ke lantai tiga menuju kantor Divisi Perlengkapan Kepolisian, Nash sempat bergumam sangat pelan agar remaja itu tidak dapat mendengarnya, "apakah misi ini tidak bisa lebih buruk lagi?"
Pria itu menyesal sudah mengatakannya. Karena sesuatu yang membuatnya kesal benar-benar terjadi. Saat masuk ke kantor, anak itu menunggu di luar, sedangkan Nash melewati satu pintu lagi. Lalu menemukan seorang pria bertubuh besar yang selalu dipanggilnya Orbit berjaga untuk unit perlengkapan hari ini, dan dia berkata, "maafkan aku, Nash, tetapi kau dalam status penangguhan. Kau tidak bisa menggunakan perlengkapan kepolisian."
Sontak Nash memukul meja sangat keras, cukup untuk menggetarkan mug berisi kopi yang masih berasap di atasnya. "Tapi aku mendapatkan tugas baru, Orbit! Tanya saja pada Crane, dia yang memberiku misi ini."
"Benarkah?" Orbit beralih pada komputernya untuk memeriksa daftar tugas dan misi hari ini. "Aku tidak menemukan namamu untuk misi apapun hari ini."
"Ini misi tidak resmi dari Crane, tanya saja dia!" tambah Nash semakin tidak sabar. Dia dan siapapun di markas memang tahu kalau Orbit selalu berhasil membuat siapapun yang terburu-buru menjadi mendidih.
Ketika Orbit memeriksa ulang komputernya, dia masih menggeleng. "Aku tidak menemukan apapun--" Lalu sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Dia mengecek dan itu dari Crane. "Ah, kau benar, Mr. Crane memberimu tugas."
Nash menepuk pahanya. "Bagus! Berikan kunci mobil dan senjataku."
"Tapi di sini dia menuliskan kau sedang di-skorsing, jadi tidak perlu membawa senjata dan juga mobil." Mulut Nash setengah terbuka begitu Orbit mengatakannya. Langsung saja dia mengambil ponsel tersebut agar dapat membaca sendiri pesan tadi. Urat nadinya jadi mengeras. Alisnya berkedut dengan tegang.
Berpikir ponselnya akan dihancurkan, Orbit merebutnya kembali. "Jadi yah ... maafkan aku."
"Lalu bagaimana aku akan menjalankan tugas ini?! Aku harus ke Minneapolis untuk mengantar anak itu," jelas Nash sembari menunjuk remaja tadi yang masih duduk di luar. Beruntung meja tempat Orbit bertugas adalah ruangan kedap suara, anak itu tidak mungkin dapat mendengar keributan yang terjadi.
Orbit menghela napas sebelum kembali pada komputer, jarinya menekan tombol keyboard dengan agresif, sampai mesin printer mencetak sebuah kertas yang kemudian dia serahkan pada Nash. "Di basement ada Malibu LS, mobil itu ditilang sejak dua minggu lalu dan pemiliknya belum pernah kembali. Kau bisa menggunakannya."
"Chevrolet Malibu LS kau bilang? Itu mobil paling jelek yang pernah aku gunakan untuk sebuah misi! Kau tahu berapa kali aku harus mengisi bahan bakar kalau menggunakan ini? Enam puluh kali!"
Orbit hanya mengangkat bahu, lalu membuka laci untuk memberikan kunci mobil itu. "Misimu hanya melakukan perjalanan panjang, tidak akan terjadi baku tembak atau apapun yang berbahaya. Lagi pula, nenekku selalu bilang: 'ambil atau tidak sama sekali'. Jadi aku tidak bisa membantu lebih banyak. Maafkan aku, Nash."
Nash mengambilnya dengan kasar, kemudian beranjak dan terus berserapah saat meninggalkan tempat itu. Sebelum mencapai remaja tadi yang sampai sekarang masih belum banyak berbicara. "Kita pergi, Nak."
Dia mengangguk dan berdiri, lalu mengikuti Nash menuju parkiran di basement. Pria itu menemukan sedan tersebut dalam warna biru menyala yang sedikit lebih jauh dari lift. Membuatnya semakin lelah dan mendidih hingga langkahnya mengeras saat mendekat.
Dia baru sadar kalau sikapnya agak panas, dan hal itu seharusnya tidak boleh terjadi. Remaja itu masih ketakutan, dan menjadi marah pastinya akan memburuk keadaan. Jadi dia mengatur napas sebelum masuk ke dalam mobil. Sayangnya bau di dalam sana malah mengerikan.
Saat remaja itu akhirnya masuk, dia masih terdiam. Mungkin juga tidak sadar kalau kakinya mengetuk beberapa kali. Tudung dari hoodie-nya masih saja dinaikkan. Nash juga baru tersadar kalau napas anak itu terdengar lebih cepat.
"Hei." Dia tersentak saat Nash memanggil. "Jangan khawatir, kau akan baik-baik saja."
Tak ada balasan, selain kepala yang menunduk. Nash benar-benar bingung. Crane tadi menjelaskan kalau remaja ini hanyalah anak bermasalah yang kemudian kabur dari rumahnya lalu entah bagaimana berakhir di Portland. Katanya anak ini menjadi sangat panik dan akhirnya lupa ingatan.
Katerine juga tidak berbicara banyak, seharusnya dia mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan permainan emosi. Karena Nash sekalipun tahu kalau mata anak ini benar-benar memancarkan permasalahan yang serius. Memang tidak masuk akal seseorang bisa berakhir begitu saja di dalam bus tanpa mengingat apapun. Namun, selama Nash bekerja sebagai detektif, dia tahu di setiap kejadian janggal ada penjelasan sederhana yang dapat diterima akal sehat.
Nash menggeleng cepat. Tidak, aku tidak seharusnya berpikir sejauh itu. Pria itu sudah diberitahu kalau dia hanya cukup mengantarnya pulang, dan jika terjadi sesuatu maka seterusnya akan menjadi urusan kepolisian di sana.
Mesin mobil dinyalakan, indikator bahan bakar menunjukkan sisa setengah saja. Uang pertamanya akan keluar. Remaja itu mungkin belum sarapan juga, jadi sebaiknya dia membeli sesuatu.
"Omong-omong, aku Nash Hawke."
Dia coba untuk membuat suasana yang nyaman, setidaknya agar anak itu bisa merasa sedikit lega. Namun, Nash baru sadar dan ingin sekali memukul dahinya saat itu juga. Remaja itu tidak ingat siapa namanya.
Nash berdehem, "aku detektif tingkat satu, yang tadi kau ajak bicara adalah kepala unit investigasi, Crane Wilson, dan psikolog terbaik di kepolisian, Anna Katerine."
Remaja itu masih terdiam. Apa pembicaraan Nash yang terlalu berat. Dia mengakui memang tidak ahli untuk urusan menenangkan seseorang, apalagi anak muda seperti ini.
Namun, ternyata anak itu sudah mau berbicara. Suaranya juga terdengar lebih halus daripada remaja laki-laki seumurannya. "Detektif Nash ... terima kasih sudah mau membantuku."
Nash segera bernapas dengan nyaman. "Panggil aku Nash, dan tentu saja, Nak. Kau akan tiba di Minneapolis dengan selamat."
Mobil akhirnya meninggalkan markas dan mulai melaju di jalanan tanpa terburu-buru. "Kau pasti lapar? Mau makan sesuatu? Atau apapun, katakan saja."
"Aku belum begitu lapar," jawab remaja itu.
"Sungguh? Tapi kita akan tetap makan. Maksudku, Portland dan Minneapolis sejauh perjalanan 24 jam. Omong-omong, ini pertama kalinya aku akan ke Minnesota. Bagaimana denganmu? Apa ini juga pertama kalinya kau berada di Oregon?"
Remaja itu mengangkat kepala. "Aku tidak terlalu mengetahuinya ... aku bahkan tidak tahu apa rumahku ada di sana."
Sekali lagi Nash benar-benar menyadari apa yang tadi dikatakannya. Dia segera meminta maaf sebelum melanjutkan. "Kalau begitu kita akan mencari tahu. Mari anggap saja ini jalan-jalan yang menyenangkan. Maksudku kita akan melewati Washington, Idaho, Montana, dan North Dakota. Jadi sesuatu yang bagus pasti akan terjadi. Kau bisa melakukannya, kan?"
Dia menoleh, akhirnya ada senyuman yang kecil. Bahkan remaja itu mengangguk juga. "Tentu. Terima kasih lagi, Nash."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top