Chapter 15

Nash sempat terdiam sejenak di depan pintu kamar. Sementara kedua orang itu menunggu di balik kamar mandi. Pria itu sudah siap mengetuk pintu, tetapi tangan kanannya yang terangkat malah tertahan di sana.

Dia membayangkan seluruh kejadian selama dua hari ke belakang. Selama ini Nash telah mengantar seorang pasien ke tempat yang salah. Mungkin kesalahan terbesar ada pada David dan Walter yang telah membiarkan pasiennya kabur, tetapi mereka juga pastinya tidak perlu melakukan sampai sejauh ini kalau saja Nash tahu sejak awal.

Hanya dua hari, Nash mencoba untuk 'membantu' anak itu. Semuanya di mulai dari hukuman skorsing karena kesalahan konyol di misi sebelumnya. Kemudian tugas yang awalnya Nash pikir akan menjadi sangat membosankan, berubah menjadi sebuah perjalanan panjang yang penuh dengan kenangan. Ketika ingatan pertama anak itu muncul di sebuah makan siang yang canggung, dan berbagai memori kecil lainnya juga ikut berdatangan. Kemudian suatu malam tiba-tiba saja berubah menjadi penuh ketegangan saat dua orang asing menghentikannya di tengah jalan, dan Nash harus membawa anak itu untuk menyelamatkan diri. Lalu mimpi-mimpi buruk mulai muncul, terdapat kemarahan, penyesalan, bertahan, dan akhirnya tiba. Ethan berhasil pulang. Seharusnya itu menjadi akhir yang nyata.

Namun, semuanya berubah kembali. Belum ada akhir yang terjadi. Entah mengapa malah Nash yang merasa kalau dirinya telah dibohongi oleh remaja itu. Dia sudah membuat kotor nama detektif sebagai orang yang seharusnya bermain dalam sebuah misi.

Tangan itu akhirnya mengetuk pintu, lalu suara yang bergetar memanggil ke dalam. "E–Ethan. Ethan! Kau bisa keluar sekarang!"

Kemudian Nash menunggu. Kedua orang di kamar mandi juga sudah bersiaga, ketika pintu terbuka maka mereka akan langsung masuk. Hanya saja, setelah beberapa detik tak ada tanda-tanda seseorang akan keluar, atau pintu itu mau terbuka.

Nash mencoba sekali lagi, kali ini lebih keras. "Ethan. Semuanya aman! Mereka sudah pergi! Aku berhasil menghalau mereka."

Masih tak ada tanggapan apapun. Hal tersebut membuat Nash semak, dan tidak ingin membuang waktu dia membuka sendiri pintu itu lalu menyalakan lampu. Pria itu tersentak saat menemukan kamar tersebut sudah berantakan. Terutama di lemari dan meja belajar.

"Ada apa?" Walter yang sudah tidak sabar menyusul masuk, dia sama terkejutnya mendapati tempat itu bagai habis diserang angin kencang. "Apa yang terjadi di sini?!"

"Di mana dia?" David ikut masuk. "Kemana Oliver pergi?"

"Dia seharusnya bersembunyi di lemari itu," jelas Nash menunjuk pintu lemari yang dimaksud. Meski sudah terlihat kosong, tetapi Walter maju ke sana dan memeriksanya sekali lagi.

"Tidak ada siapapun di sini!"

David juga masuk untuk memeriksa, dia pergi ke jendela, melihat apakah anak itu bisa saja melompat turun. Namun, saat dibuka, jendela tersebut menimbulkan suara yang keras. Suara yang seharusnya bisa mereka dengar juga selama pembicaraan di bawah tadi. Selain itu, jarak ke bawah sana juga sangat tinggi.

"Dia pasti tidak jauh. Cari anak itu," perintah David. Walter mengangguk dan bergegas keluar. Nash sontak mendengar ada suara keras lainnya, ternyata itu Walter yang berusaha mendobrak pintu terkunci di samping kamar Ethan.

"Keluar kau, Oliver! Aku tahu kau di dalam sana!"

"Hei. Mungkin kau bisa sedikit lebih tenang?" komentar Nash, tetapi Walter hanya abai. Dia terus mendorong pintu itu dengan bahu bahkan mulai menendang dengan kaki. Sampai engselnya rusak dan dia berhasil masuk. Namun, tak ada apapun di dalam sana selain ranjang yang besar dan sebuah lampu tidur.

"Di mana kau, bocah sialan?!"

Walter mendengus maju dan membuka lemari lainnya yang ada di dalam sana, dengan kasar pria itu melempar keluar baju-baju yang telah tergantung rapi, dan masih tidak menemukan di mana remaja tersebut bersembunyi.

"Di mana sebenarnya anak itu?!" amuk Walter di hadapan Nash.

"Aku tidak tahu! Sudah kubilang kusuruh dia bersembunyi di dalam kamarnya."

"Dan dia tidak ada di sana, jenius."

Hanya ada dua kamar di rumah itu sepertinya, Walter kemudian turun untuk memeriksa kalau mungkin saja Ethan berada di bawah sana tanpa mereka sadari. Sementara David sedari tadi hanya berdiri bersedekap di kamar sebelumnya.

"Hei, bung! Sebaiknya tenangkan rekanmu itu, dia sangat marah."

David justru terlihat tidak ingin ikut campur. "Dia hanya kesal."

"Yah, tapi dia mengacau di rumah ini."

"Bukan masalah," katanya. "Lagipula semua ini sudah kacau sejak awal."

Sebelah alis Nash terangkat, dia sama sekali tidak mengerti. "Apa yang kacau?"

David menghela napasnya pendek. "Nash Hawke, dengar ... kami sudah melewati perjalanan yang panjang. Aku tidak akan heran kalau Walter sampai mengamuk, seharusnya ini semua tidak terjadi sejak awal."

Bagaimanapun mengacau di rumah orang bukanlah cara yang bagus. Apa yang akan terjadi kalau ayah Ethan datang dan menemukan rumahnya hancur? Pikir Nash.

Langsung saja Nash tertegun. Seakan sesuatu baru saja menyetrum kepalanya. Dia baru menyadarinya sekarang, apa yang terjadi pada pemilik rumah ini? Awalnya Nash pikir dia pasti akan datang tidak lama lagi. David dan Walter juga tidak pernah menyinggung apapun soal pria itu sebelumnya.

Baru saja membuka mulut untuk bertanya, David malah keluar dari kamar karena ponselnya berdering. "This is Parker speaking ...."

Nash berhasil mendengar sedikit panggilan tersebut, meski samar, tetapi suara di seberang telepon David juga terdengar seperti suara laki-laki. Nash tak benar-benar dapat mengetahui pembicaraan mereka karena suara keras di lantai satu. Walter ternyata masih mencari di mana sebenarnya Ethan bersembunyi, hingga mulai mengecek ke lemari-lemari di dapur.

Berpikir David tidak akan mau menghentikan rekannya tersebut, Nash sendiri yang akan turun tangan. Namun, dia berhenti saat baru tepat menginjak anak tangga.

Dia tidak salah dengar. Suara di telepon David tersebut, bukan laki-laki, atau bahkan perempuan. Tidak jelas, suara itu dibuat terdistorsi, tetapi kata-katanya dapat dimengerti. Nash sangat jelas mendapatkan kalimat itu masuk ke dalam telinganya, "penawaran akan dimulai tiga hari lagi."

Reaksi Nash sepertinya ikut menghentikan David. Entah panggilan itu sudah terputus atau belum, tetapi David mengangkat kepalanya sejajar dan memberikan tatapan setajam ujung pedang meski Nash tak melihatnya.

"Apa maksudnya penawaran?" tanya Nash, dan baru akan berbalik, dia seketika membeku. Bunyi kokangan senjata menggema ke seisi lorong.

"Maksudnya adalah, kami kehabisan waktu," ucap David dengan kaku seperti wajahnya. Benar-benar berbeda dari David yang Nash temui sepuluh menit lalu. "Penawaran kepada pelanggan akan di mulai tiga hari lagi, sementara Oliver Drake masih ada di Minneapolis."

"Jadi kalian memang orang-orang dari pasar gelap?" Nash tertawa pelan setelahnya. "Kenapa aku tidak terkejut seperti saat kau mengaku berasal dari institusi kesehatan mental?"

Kesal dengan ejekan tersebut. David beringsut maju dan menaruh moncong senjata itu lebih dekat ke tengkuk Nash. Itu sukses membuatnya terdiam, bahkan sampai gemetar.

"Tidak ada yang lucu di sini, detektif. Kami malah sangat marah dan geram padamu, tapi kau tahu apa yang sangat membuatku marah? Bukan karena anak yang kau panggil Ethan itu sekarang bersembunyi entah di mana di saat kami sudah kehabisan waktu, tetapi karena aku tidak menggunakan senjata ini sejak awal bertemu denganmu.

"Walter benar. Aku seharusnya menembak ban mobil itu, dan bukannya menabrakmu. Aku terlalu percaya kau bisa dibodohi."

"Membodohi detektif? Sebaiknya Walter yang menjadi pemimpin sekarang, bukan kau," tambah Nash tak takut, meski keringat telah mengucur di atas dahinya.

"Sekarang aku tidak akan segan ...." David melepaskan safety pin senjata tersebut, sementara tangan yang satunya terangkat ke telinga, merapatkan kembali ponselnya untuk menutup panggilan tersebut. "Kami akan membawa anak itu ke sana malam ini, meski harus menyakitinya."

Tepat saat telepon berakhir, Nash seketika berbalik. Memukul naik tangan David yang tidak siap dan membuat satu tembakan terlepas ke langit-langit. Tidak cukup sampai di situ, Nash memukul wajah pria itu hingga membuat keseimbangannya goyah. Senjatanya terjatuh ke lantai, dan setelah sekali lagi memukul David di perut, pria tersebut akhirnya jatuh.

Nash berusaha untuk turun kembali. Tembakan tadi pastinya sudah membuat Walter tersadar kalau penyamaran mereka telah terbongkar. Namun, belum benar-benar mencapai lantai dasar. Suara langkah berderap terdengar dari belakang. Seseorang berusaha lari.

"Ethan!" panggil Nash saat tahu itu Ethan, tetapi remaja itu tak sedikitpun menoleh. Dia justru melesat ke pintu depan.

Hingga saat membukanya, Walter ternyata ada di depan sana. Entah bagaimana pun caranya, dia berdiri di balik pintu dengan wajah penuh kemarahan.

"Kudapatkan kau!" Pria itu mencengkram kedua tangan Ethan dengan kuat, membuat cowok itu sontak berteriak dan meronta.

"Tidak! Jangan! Lepaskan aku!"

Nash bergegas turun, berusaha menyelamatkan anak itu. Walter mengangkat kepala dan bisa melihat detektif tersebut sedikit lagi mencapainya. Namun, kokangan yang sekali lagi terdengar menghentikannya di tempat.

"Waktu bermain sudah selesai, Nash!" Tanpa harus berbalik pun, Nash sudah tahu kalau itu David. Pria itu berhasil menyusulnya.

"Jangan bergerak, atau kutembak kau," tegas David.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top