Chapter 11

Mereka memasuki Minnesota—Akhirnya. Mereka berdua merayakan pencapaian itu dalam cara masing-masing. Nash menikmati santai singkatnya bersama air mineral yang segar, sementara Ethan harus melukai dirinya dengan buang air besar dan muntah-muntah di kamar mandi. Kopi benar-benar membakar perutnya lebih parah daripada musim panas di Lembah Kematian California.

Satu-satunya hal baik yang terjadi yaitu tidak ada satupun polisi yang mereka temui, belum lagi tak ada kemacetan di sepanjang jalan Fargo-Alexandria (yang mana itu cukup aneh). Keduanya sama-sama berharap tak ada lalu lintas padat di depan sana, setidaknya hingga mencapai Minneapolis yang berjarak sekitar dua jam lagi.

Sementara dengan sabar Nash menunggu di dalam mobil setelah mengisi penuh bahan bakarnya untuk sekali lagi, Ethan menyiksa dirinya di dalam kamar mandi dengan muntah beberapa kali. Seharusnya aku tidak meminum kopi sekeras itu. Dalam hati, anak itu tengah berdoa: 'Semoga aku tidak muntah darah dan semoga Nash mau singgah untuk makan malam'.

Setelah yakin semua isi perutnya sudah keluar semua, Ethan menuju basin untuk membasuh wajah; membiarkan air membasahi seluruh rambut dan kepalanya. Hal itu membantunya untuk merasa sedikit lebih segar. Begitu merasa sudah terlalu basah, dia mengangkat kepala dan menatap bayangannya di sana. Menemukan sebuah ekspresi yang berantakan.

Siapa kau sebenarnya? Tanya Ethan pada bayangan itu. Tak ada siapapun di dalam kamar mandi selain dirinya, jadi dia memberanikan diri untuk menyentuh kaca, seolah-olah tengah mengusap pipinya sendiri. Kau bukanlah Ethan. Apa yang terjadi padamu?

Wajah itu terlihat ingin menangis, tetapi Ethan berusaha meyakinkannya kalau dia akan baik-baik saja. "Kau akan pulang ke rumah. Tidak lama lagi. Tidak jauh lagi."

Tetapi apa memang itu rumah?

"Mari berharap itu rumah?"

Lalu siapa orang-orang itu yang selalu Nash katakan?

"Nash hanya mengatakan kalau mereka adalah orang jahat yang ingin menculikku."

Tapi mengapa kau memimpikannya? Mimpi yang diingat adalah ingatan, bukan?

"Nash yakin itu bukan mereka. Aku juga yakin itu bukan mereka."

Lalu mengapa aku bermimpi terikat di sebuah ranjang? Mimpi yang diingat adalah ingatan, bukan?

"Aku juga tidak tahu. Itu memang mimpi yang sangat buruk. Sangat mengerikan sampai aku menangis, tetapi sekarang aku juga ingin tahu kebenarannya."

Lalu mengapa orang parkiran diner itu ingin menyerangmu?

"Itu hanya khayalanku."

Lalu mengapa kau masih mengingatnya sampai sekarang? Mimpi yang diingat adalah ingatan, bukan?

Ethan sontak membelalak. Bukan masalah dirinya yang merasa seperti berbicara dengan orang lain saja, tetapi orang-orang di parkiran restoran itu, Ethan memang masih mengingatnya. Dia ingat kalau salah satu dari mereka bergerak maju seakan ingin melakukan hal yang buruk. Mungkin menyerangnya seperti pria berkulit gelap sebelumnya, tetapi tiba-tiba saja semuanya berubah tepat setelah Nash muncul.

Mungkinkah itu adalah proyeksi dari bagian kecil ingatannya?

"Mengapa aku bisa berada di Portland sejak awal?"

Sekitar dua jam lagi sebelum mencapai Minneapolis. Dia mungkin baru saja sakit perut, tetapi Ethan akan memaksakan dirinya untuk kali ini. Anak itu mulai menutup mata. Urat nadi di sekitar dahinya nampak mengeras. Tangannya yang melekat di basin ikut mengepal. Ethan benar-benar memfokuskan diri untuk mengembalikan ingatan-ingatannya.

Apa yang terjadi? Apa yang terjadi sebelum aku terbangun di dalam bus?

Saat di kabin, Ethan mendapatkan mimpi. Dia berlari, berusaha menyelamatkan diri karena ada dua orang yang mengejarnya. Bahkan dalam mimpi pun rasanya sesak dan melelahkan, tetapi kemudian semuanya berakhir saat Ethan berhasil masuk ke dalam bus dan bersembunyi di sana. Namun, apa yang terjadi di awal? Ethan tidak terlalu yakin, sepertinya dia sudah memulai mimpi itu dengan berlari sekuat tenaga.

Lalu mimpi terikat di atas ranjang. Nash tak pernah mengatakan apapun soal mimpi itu karena memang Ethan sendiri yang tak ingin membahasnya lagi. Namun, Ethan mulai memikirkan satu hal. Dia berlari karena seseorang mengejarnya, tetapi mengapa ada yang mengejarnya? Orang-orang itu ingin menculiknya? Ataukah mungkin aku melarikan diri dari rumah sakit? Hanya saja, untuk apa Ethan melarikan diri dari rumah sakit? Lagipula Ethan merasa sangat sehat dan baik-baik saja kecuali ingatannya yang kacau.

Ethan beralih pada khayalannya mengerikan di diner tadi. Terjadi saat Nash meminta ijin untuk pergi ke kamar mandi. Dia masih mengingat itu, tetapi yang Ethan lihat malah Nash berhenti pada keributan orang-orang di tempat parkir. Apa Nash sebenarnya ingin melerai mereka?

Namun, malah Nash yang dipukuli sampai tumbang. Pria itu terjatuh dan terus ditendang hingga membuatnya berteriak kesakitan. Kemudian seseorang berjalan ke arahnya, menghampirinya dengan rahang menegang, tetapi dia tak memukul Ethan. Malah membuka pintu, dan kemudian berbicara padanya.

Seketika langit berubah malam. Tidak seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Seluruhnya berubah, bukan Nash yang tadi dihajar, tetapi orang lain. Ethan tidak tahu siapa dia, tetapi sepertinya orang itu tidak asing. Nash tahu orang itu ada dalam daftar ingatannya yang terselip dengan erat.

Itu dia. Ethan menemukannya. Orang itu juga mengantarnya sama seperti Nash. Namun, bukan mengantar pulang ke Minneapolis, tetapi membawanya pergi ke Portland.

Sontak remaja itu terkesiap. Ethan membuka mata dan seketika kehilangan keseimbangan, hingga membuatnya mundur sampai bersandar di pintu toilet. Napasnya juga ikut patah-patah.

Itu ingatannya, semua yang terjadi di dalam kepala Ethan adalah memorinya yang telah kembali. Alasan mengapa dia bisa berada di Portland. Ada yang membawanya ke sana.

"Ayah ...."

Ketukan di pintu mengembalikannya ke dunia nyata. Mungkin itu Nash. Dia pasti cemas Ethan terlalu lama di kamar mandi, atau bisa saja karena sudah terlalu lelah menunggu. Ethan mencuci tangannya sekali lagi sebelum membuka pintu.

Hanya saja, yang dia temui bukan Nash, tetapi dua orang asing yang menggunakan masker medis. Ethan membeliak tajam dan berusaha mundur. Dia membuka mulut dan siap berteriak, tetapi salah satu dari mereka berhasil menahan mulut anak itu dan membawanya ke belakang kamar mandi.

Sekilas, pick up yang mereka kendarai masih ada, tetapi entah mengapa tidak ada Nash di dalam sana. Meski begitu, Ethan tetap mencoba untuk berteriak dan meminta bantuan meski suaranya teredam. Dia juga meronta berusaha melepaskan diri. Namun, usahanya tetap gagal. Kedua orang itu lebih kuat.

"Kau sudah membuat terlalu banyak masalah bagi kami! Apa kau tahu jarak antara Oregon dan Minnesota?" ucap pria yang berada di hadapan Ethan.

Sementara laki-laki lainnya yang mengunci pergerakan Ethan berbicara lebih halus. "Kita harus pergi sebelum detektif itu sadar. Ayo, cepat. Masuk ke mobil."

Mereka mengangguk satu sama lain, dan membawa Ethan pergi. Cowok itu masih tetap berusaha untuk melepaskan diri, coba menendang atau bahkan menggigit telapak tangan yang membekap mulutnya. Namun, semua usaha-usaha itu gagal. Sementara itu dia melihat sebuah sedan biru di hadapannya, dan orang-orang itu akan membawanya masuk.

Saat pintu dibuka, ternyata ada satu orang lagi. Namun, Ethan mengenalnya. Justru, kedua orang itu yang terkejut karena menemukan ada orang lain di dalam sana.

"Hei!" sapanya.

"Nash!" Ethan berteriak memanggil, meski tidak dapat terdengar dengan jelas.

Kedua orang itu kehilangan fokus, Pria itu lantas menarik Ethan masuk mobil dan segera menancap gas. Nash tertawa dengan puas sebelum kemudian menanyakan kabar remaja itu. "Kau baik-baik saja, Nak?"

Ethan megap-megap di tempatnya, tetapi dia memberi sebuah anggukan pada Nash. "Kukira ... kau tidak akan datang menyelamatkanku."

"Mana mungkin aku melakukan itu. Mereka ternyata cukup bodoh, berpikir aku tidak akan menemukan mereka di pom bensin yang terbuka seperti itu," jelas Nash masih tergelak riang. Sepertinya dia cukup bangga telah mengalahkan kedua orang itu.

Terlebih lagi, mereka punya mobil baru. Sedan yang bahkan lebih cepat daripada Malibu LS milik Orbit yang sudah hancur. Dengan menggunakan itu, Minneapolis benar-benar akan jadi perjalanan yang mudah.

"Uh ... Nash?" panggil Ethan. Pandangannya tertuju pada spion. Nash ikut melirik, melihat ada SUV yang sedang melaju mengikutinya. Di balik kaca depannya yang terang, mereka bisa menemukan kedua orang tadi.

Sepertinya itu SUV curian, ternyata bukan hanya Nash seorang yang mengambil mobil seseorang di perjalanan ini. "Jangan khawatir. Mereka tidak akan berhasil kali ini." ujar Nash percaya diri. Dia memasukkan gigi dan melaju lebih cepat. Nash berbelok-belok mendahului mobil-mobil lain di jalanan. Akhirnya pria itu menunjukkan keahliannya sebagai polisi lapangan menggunakan kendaraan yang tepat.

Sementara Ethan malah gusar karena menyaksikan SUV di belakangnya selalu berhasil mendekat. "Apa kali ini kau punya rencana?"

Nash melihat di hadapannya lalu lintas jadi padat. Namun, dia tak berpikir kalau itu akan jadi masalah. Justru, sebuah lampu kuning telah menyala di atas kepalanya. "Ya, dan aku ingin kau mempercayainya."

"Sejak awal perjalanan ini, pilihanku hanyalah percaya padamu."

"Bagus," kata Nash. "Aku lupa memberitahumu, satu-satunya alasan aku ditugaskan untuk membantumu adalah karena aku mendapatkan skorsing dari Crane."

"Kau—Apa?" Ethan melirik ke depan. Di sana ada lampu lalu lintas yang mungkin akan berubah merah, sementara Nash melaju dalam kecepatan yang tinggi. "Bisa katakan padaku kenapa kau di skorsing?"

"Kecelakaan mobil!" jawab Nash bersemangat. Lampu di depan masih berwarna hijau, terdapat papan angka analog yang menandakan warnanya akan berubah merah dalam tujuh detik.

"Nash?!"

Ethan mulai kehilangan keyakinan. SUV di belakangnya melaju bagai predator yang kehilangan mangsa, di depan sana bagaikan kawanan gajah yang akan meledak jika Nash menabrak.

Enam.

Lima.

Empat.

Tiga.

Dua.

"NASH!"

"Bertahanlah!"

Ethan hanya bisa menutup matanya. Sementara telinganya mendengar di luar sana ada bunyi klakson yang panjang, ban yang menggesek aspal dengan kuat, kemudian sebuah tabrakan antara dua mobil. Sepertinya tidak terlalu parah. Namun, mobil yang mereka tumpangi masih melaju dengan kencang.

Cowok itu akhirnya memberanikan diri untuk membuka mata kembali, hal pertama yang ditemukannya adalah Nash dengan seringainya yang semakin lebar saja. "Sudah kubilang, kau hanya perlu percaya padaku."

Lalu Ethan berbalik lagi, di belakang sana memang terjadi kecelakaan, tetapi SUV itu yang menabrak. Melihatnya seperti itu membuat Ethan tiba-tiba saja tertawa. "Kau berhasil!"

"Ya, kita berhasil," sambung Nash.

"Kita berhasil! Hahaha!" Ethan tertawa makin keras.

"Itu benar, dan sekarang. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Mobil ini cepat dan punya banyak bahan bakar." Kemudian Nash membuka konsol tengah sedan tersebut. Di dalam sana ada kantong plastik berisi banyak makanan. "Dan orang-orang ini memiliki banyak stok makanan. Perjalanan yang menyenangkan, bukan?"

"Aku akan segera pulang."

Nash mengangguk. "Minneapolis, kami datang."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top