Fuegoleon Ribut Pandemi Pt 1
"Semuanya tutup hhhh."
Seorang manusia berambut panjang namun berbadan kekar tengah duduk merenung nelangsa galau merana.
Pemuda tampan yang belum laku-laku macam bebek entok panggang gagal Mateng itu nampaknya tengah merenungi nasibnya yang begitu malang.
Terlihat dari sorot matanya yang tidak enak dipandang kalau lagi marah (ya semuanya gak enak sih kalo lagi marah, bukan dia doang), itu sangat sendu dan kosong.
Seperti dompetnya sendiri.
"Mall tutup, pasar tutup, tambal ban tutup, hati dia juga ketutup buat aku. Terus aku harus bagaimana?" tanya pemuda itu dengan lirih.
"Makanya kerja! Dasar goblog!"
Pemuda itu masih merenung, karena telinganya berdenging lalu ia korek telinganya dan ia buang sembarangan ke arah makhluk kasar yang kasat mata itu.
"Sialan! Gue kutuk Lo jadi koruptor!"
"Kutuk aja kak, kutuk aja adekmu Iki. Aku udah bosan hidup miskin. Dompet tak berisi selama pandemi ini."
Rupanya dia orang itu adalah Mereoleona dan Fuegoleon yang tengah bercakap-cakap di teras rumah mereka yang ala kadarnya itu.
Hanya seratus ribu meter persegi saja kok, dan itu cuma terasnya saja. Kalau mau masuk ke dalam rumahnya, Fuegoleon biasanya nyewa odong-odong yang ia kayuh sendiri. Dengan niatan baik agar si paman odong-odong bisa mendapat nafkah lebih, tapi Fuegoleon tetap sehat.
Pintar kan?
Seorang pelayan dengan membawa nampan emas berisi kan cocktail seharga 6000 dolar itu meletakkan cocktail tersebut di meja berlian yang tepat berada di depan mereka berdua tersebut.
"Heh majikan kurang ajar! minum nih! Capek-capek gue bikinin minuman diliatin doang! sialan emang."
Pelayan itu mendengus kasar lalu pergi dari sana setelah meletakkan minuman itu untuk kedua majikannya. Tutut kata yang sopan dan halus itulah yang membuat Fuegoleon dan sang kakak memilih orang itu sebagai pelayan pribadi mereka.
Masakannya enak, cuciannya bersih, malah sanggup beresin rumah yang kecilnya hanya 18 kali lipat dari bandara internasional Soekarno Hatta itu seorang diri. Meskipun terkadang kalau lagi iseng, Fuegoleon bisa masuk rumah sakit setelah menyantap hidangan dari si pelayannya itu.
"Bakugo, tolong kamu lebih kasar lagi. Kami tidak tahan bila kamu terlalu lembut memperlakukan kami sebagai majikanmu," pinta Fuegoleon dengan lirih, dan juga sedikit lekong seperti mas-mas bergincu di taman Lawang.
"Sialan bajing tolol! Gue kudu kasar gimana lagi hah?!" bentak si pelayan sambil berbalik badan ke arah Fuegoleon. "Gak usah banyak bicara kau! heh laki-laki! Minum itu minumannya gak usah kau komen-komen lagi pelayanan dari aku! jadi majikan gak tahu diri!"
Mereoleona menggeleng pelan, dia lelah membuat adiknya ini sedikit lebih waras. Sudah juga ia bawa adiknya ini ke penjara agar ditangani KPK, berharap mereka dapat mengerti psikis adiknya yang sedikit bermasalah ini. Namun nihil, malah Mereoleona yang dilaporkan ke polisi oleh mereka.
Miris.
"Lo warasan dikit bisa gak? lu gak usah ngeluh gak punya duit! kalo elu pengen duit ya kerja lagi! gak usah ngeluh Melulu!" bentak Mereoleona.
Padahal si empunya kalimat tak sadar diri, tubuhnya yang hanya dililit handuk itu tak ia pakaikan baju sedari pagi tadi. Katanya agar syarat pesugihan dari Nyi Bebek Entok bernama Langris Vaude itu berjalan manjur.
Naik pangkat rupanya, yang dari murid didikan mamah Dedeh berubah jadi juru kunci ilmu pesugihan.
Untung handuknya terbuat dari dolar yang dijahit satu persatu, silaunya mata orang terhadap dolar yang bergelantungan itu dapat meredam syahwat busuk lelaki terhadap badan Mereoleona yang suka mengundang azab bagi pebinor tersebut.
"Terus aku kerja di mana? usaha aku satu-satunya yang membuat aku dapat menyambung hidupku ini adalah tambal ban odong-odong turun temurun dari ayah kita. Masa iya aku harus buka tambal ban online?" balas Fuegoleon hampir emosi. Tapi ia tidak jadi emosi karena sang kakak sedari tadi bawa celurit sambil menatapnya emosi.
Celurit buat apa?
Buat benerin bulu alis.
Begitulah jawaban wanita seksi berambut panjang tersebut.
Di tengah-tengah perdebatan kedua orang yang butuh bantuan psikolog itu datanglah seorang pria bersurai kuning didampingi seorang lelaki yang bersurai biru muda gaya mangkok bakso abang-abang Intel negara yang nyamar demi sebuah misi.
"Halo miskin, selamat pagi. Kami nampaknya bisa membantu masalah finansial kamu."
Hai hai hai. Maaf ya aku baru update. Aku bakalan lanjutin buku ini lagi, tapi gak ada unsur BL yaw. Cukup humor semata dengan unsur kapal straight (kalo author niat bikin romance).
Aku kangen kalian semua, semoga chapter kali ini bisa cukup menghibur. Maaf kalau pendek sekali, sampai jumpa di chapter selanjutnya. Bye-bye
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top