Live 4: Foto (1)
Lorong sangat sunyi karena waktu malam. Satu-satunya yang hadir di sana adalah Liu Qingge yang bersandar pada dinding sambil melipat tangan di dada. Matanya sesekali melirik pada dua pintu kaca buram yang tertutup rapat, menyembunyikan operasi penyelamatan nyawa di dalamnya.
Sangat di luar dugaan.
Lagipula, siapa yang menyangka pelaku kasus pemukulan yang menjengkelkan ini akan menyerang Shang Qinghua, seseorang yang tidak berguna?
Yah, bagi Liu Qingge, mantan teman sekelasnya itu adalah orang yang paling tidak berguna; selalu menundukkan kepala karena takut, sedikit-sedikit bersembunyi di belakang Shen Yuan―yang notabene punya pawang galak, dan melarikan diri jika tidak ingin terlibat dalam masalah.
Tidak berguna. Tidak bisa diandalkan.
Tapi, mungkin karena sifat pengecutnya itu yang membuat Shang Qinghua berakhir diserang tanpa bisa melawan.
Setidaknya, itulah hasil pengamatan Liu Qingge saat membawanya ke rumah sakit.
Di tengah berpikir, suara langkah kaki terdengar sayup-sayup dari jauh. Liu Qingge menoleh, mendapati empat orang datang mendekat di waktu yang bersamaan.
Tiga orang lainnya tidak mengherankan jika datang, tapi sangat aneh melihat sosok Hua Cheng hadir untuk menjenguk orang sakit.
Apa matahari terbit dari barat sekarang?
Oh, salah. Sekarang malam hari, tidak ada matahari.
"Apa yang sebenarnya terjadi, Qingge?" Yue Qingyuan segera bertanya begitu tiba di sebelahnya. Liu Qingge tanpa basa-basi langsung menjelaskan situasi yang terjadi.
Setelah menjelaskan, dia melirik Mu Qingfang yang berhenti tak jauh darinya. "Apa kamu tidak masuk ke dalam?"
Yang dimaksud adalah ruang operasi yang masih tertutup.
Mu Qingfang menggelengkan kepalanya. "Sudah ada dokter spesialis di sana. Lagipula, ini bukan jam kerjaku."
Liu Qingge hanya mengangkat bahu sebagai respon. Dia mengeluarkan sebuah ponsel dengan layar yang retak dan menyerahkannya pada Yang Yixuan, salah satu bawahannya.
"Berikan pada tim penyelidik dan tim forensik."
Yang Yixuan segera menyimpannya dengan baik karena ponsel ini bisa jadi adalah barang bukti yang sangat penting. Dia memberi hormat sebelum undur diri untuk menjalankan tugas.
Akhirnya, semua perhatian tertuju pada pria berpakaian serba merah yang bersandar di dinding seberang, dengan tenang menggulir layar ponselnya.
Liu Qingge menolak untuk berbicara dan Mu Qingfang lelah menghadapi pria itu sejak tadi. Jadi satu-satunya yang bisa diandalkan adalah Yue Qingyuan. Dengan senyum ramah di wajah seperti biasanya, dia bertanya pada pria itu, "Hua Cheng, apa yang membuatmu ke sini?"
"Memangnya aneh kalau aku datang?"
Aneh bapakmu! Kami justru ketakutan! batin tiga orang menjerit.
Hua Cheng mengabaikan tiga orang di depannya. Dia ... tentu saja dia punya alasan untuk datang ke rumah sakit.
Tapi tidak mungkin dia mengatakannya.
Dia menatap layar ponsel di tangannya dan jarinya perlahan mengetik keyboard.
[Tidak apa, Gege. Semuanya akan baik-baik saja.]
===
Luo Binghe fokus menatap layar ponsel―itulah nama benda kotak tipis yang dijelaskan oleh Wei Wuxian―yang menampilkan foto tiga orang di dalamnya. Sosok paling depan tak lain adalah kakak keduanya, tersenyum dengan pose dua jari ke arah kamera―atau setidaknya itulah yang dijelaskan Wei Wuxian tentang bagaimana proses pengambilan foto. Dua orang di belakang memiliki wajah serupa namun berekspresi berbeda. Yang ditengah memakai kacamata, tersenyum melambai sementara orang terakhir hanya menatap dingin pada dua orang lainnya.
"Yang ditengah itu Shen Yuan, dia adik kembarnya Shen Qingqiu. Orang yang kayak patung es di belakang itu Shen Qingqiu."
Mendengarkan penjelasan Wei Wuxian, pandangan Luo Binghe tertuju pada pria dingin di foto. Walau rambutnya kini pendek; tanpa mahkota rambut yang biasa dia kenakan di kepalanya, wajahnya memang tepat seperti Shizun dalam ingatannya sepuluh tahun yang lalu; waktu sebelum dia menghilang tanpa jejak. Tapi, entah mengapa 'Shen Qingqiu' ini memberi perasaan aneh pada Luo Binghe. Sayangnya dia tidak tahu jenis perasaan aneh apa ini.
Sebaliknya, justru Shen Yuan yang membuatnya ingin terus menatap.
"Ini foto waktu ngumpul bareng di mall. Aku masih punya banyak, lho~ Coba kamu geser~"
Wei Wuxian menunjukkan caranya dengan menggerakkan jarinya menyentuh permukaan ponsel. Foto beralih ke samping dan kini foto lain muncul dengan orang-orang yang berbeda.
Luo Binghe bisa mengenali siapa orang di foto dengan mudah.
"Kamu sudah tahu dia, 'kan?" tanya Wei Wuxian menunjuk pria berpakaian serba merah yang menyesap cangkir teh. "Ini Hong-er ... Ehem, maksudku Hua Cheng. Yang ini ... " Jarinya berpindah ke pria muda di seberang Hua Cheng. "Namanya Xie Lian. Dia calon kakak ipar kita," jelasnya dengan senang.
Foto digeser dan seorang pria berwajah dingin terlihat sangat jelas karena difoto dalam jarak dekat. Melihat foto pria ini, Wei Wuxian batuk dengan canggung. "Oh, dia ... temanku."
Tanpa banyak menjelaskan, dia segera menggeser foto dan sekelompok orang muncul bersama.
"Nah, yang ini sepupuku, Jiang Cheng. Dua orang yang bertengkar ini Mu Qing dan Feng Xin. Yang kayak perempuan ini Shi Qingxuan. Lalu ... " Wei Wuxian menjelaskan semua orang yang ada di foto. Tentu Luo Binghe tidak serius mendengar semuanya. Apa gunanya untuk mengingat semua orang-orang ini? Yang ada kepalanya sakit karena mendengar celotehan tak berujung dari kakak keduanya.
" ... Yang ini Yue Qingyuan, dia direktur perusahaan seperti Hong-er. Lalu ini Liu Qingge, dia seorang polisi. Dan ini, kamu sudah melihatnya, dia Mu Qingfang. Juga wanita ini, dia Qi Qingqi, artis yang satu agensi denganku. Ah, kalau ini Lan Xichen, calon kakak iparku~" Kalimat terakhir dia ucapkan dengan sedikit bercanda.
Melihat siapa salah satu orang-orang itu, Luo Binghe mendengus tidak suka. Siapa lagi kalau bukan Liu Qingge, bajingan sial yang selalu berusaha mengusirnya dari sisi Shizun?
Wei Wuxian yang berada di dekatnya bisa mendengar kekesalannya. Dalam hati bertanya bingung, Bahkan jika amnesia, dia masih membenci Liu Qingge? Ck ck ck, otak tak mengingat, tapi hati yang ingat― Oh, tunggu ... ?
Wei Wuxian menggeser foto kembali ke foto dirinya dan si kembar Shen. Dia menunjuk ke orang di tengah dan bertanya, "Bagaimana menurutmu orang ini?"
Luo Binghe tidak tahu mengapa dia bertanya, tapi tetap menjawab, "Terlihat baik."
Wei Wuxian tersenyum bahagia. Jarinya bergerak ke orang terakhir. "Lalu yang ini?"
Tanpa sadar Luo Binghe menyipit, dia tidak menjawab. Karena dia sendiri tidak yakin bagaimana perasaannya dengan 'Shen Qingqiu'.
Seakan mengerti kegundahan hatinya, Wei Wuxian tidak bersikeras menunggu jawaban dan menggerakkan jarinya ke orang yang paling depan. "Dan bagaimana dengan ini?"
Luo Binghe, " ..... "
Dia pikir orang yang bertanya pendapat pada orang lain mengenai dirinya sendiri hanya berharap pujian.
Seperti yang dipikirkan Luo Binghe, Wei Wuxian berkata antusias, "Tidakkah orang ini terlihat bergaya, tampan, menakjubkan, dan luar biasa?"
"Tidak," bantah Luo Binghe. "Dia terlihat kekanak-kanakan."
"Uhuk!"
Wei Wuxian merasa dadanya tertohok mendengarnya.
Kenapa setelah dia amnesia, sikapnya kayak Lan Zhan? Wei Wuxian menangis dalam hati.
Mengabaikan keluhan Wei Wuxian, Luo Binghe bertanya dengan ragu, "Mengapa kamu menanyakan hal ini?"
Wei Wuxian menghapus air mata yang sebenarnya tidak ada seraya menjawab, "Hanya untuk memastikan saja."
Luo Binghe, "Memastikan apa?"
Wei Wuxian, "Aku ingin tahu apakah kamu masih memiliki perasaan pada orang itu walau hilang ingatan."
Luo Binghe memiringkan kepalanya bingung, tidak mengerti maksud kakak keduanya. Lagipula, dari sudut pandangnya, dia tidak benar-benar 'hilang ingatan'. Dia adalah seseorang yang memerintah dunia iblis, hidup dengan tubuh penuh darah dari pembantaian makhluk hidup, namun tiba-tiba terlempar ke zaman damai tanpa adanya keberadaan kultivator.
Tapi dari sudut pandang Wei Wuxian, Hua Cheng, Mu Qingfang, bahkan orang lain yang mengenal 'Luo Binghe', dia adalah seseorang yang menjadi korban dari kasus pemukulan dan koma selama sebulan, lalu terbangun dengan kondisi hilang ingatan.
Perbedaan sudut pandang membuat keduanya tidak saling memahami; Luo Binghe tidak memiliki ingatan dari tubuh dunia ini tentang apa yang terjadi sebelumnya, dan Wei Wuxian tidak mengetahui bahwa adik di depannya adalah jiwa yang berpindah dari zaman kuno.
Wei Wuxian menggeser foto ke samping beberapa kali, kemudian menunjukkan sebuah foto dua orang berkumpul bersama pada Luo Binghe.
Luo Binghe melihat bahwa orang itu adalah dirinya dan Shen Yuan, duduk berdampingan di kursi panjang saling berbicara, seakan tidak menyadari keduanya difoto oleh seseorang.
"Karena kamu diam-diam menyukai Shen Yuan, Ah-Luo~"
... Apa?
•••
Arbi's Note:
Yahuu~ I'm back~
Mumpung senggang, jadi yah update lah
(つ≧▽≦)つ
Omake:
Shen Qingqiu menutup pintu kamar dan jatuh bersandar pada pintu. Dia mengusap kasar wajahnya dan menyisir rambutnya ke belakang.
Oh, aku sangat lelah ....
Tiba-tiba, matanya terasa perih. Segera Shen Qingqiu bangkit dan pergi ke wastafel kamar mandi. Dia membuka lebar matanya dan jarinya bergerak menuju mata. Tenang, dia bukan ingin menusuk matanya, melainkan mengambil lensa kontak yang telah digunakan semenjak kunjungan Yue Qingyuan. Setelah mengambil kedua lensa kontak, dia meraih obat tetes mata untuk menghilangkan rasa perih.
Sambil memejamkan mata, dia mengerang rendah tak berdaya.
"Sudah kuduga, kacamata lebih nyaman untukku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top