[3] UKS
Baam menunduk dalam, mencoba menutupi senyumannya. Sejak kejadian di kantor Dewan Siswa, hubunganya dengan Khun bisa dikatakan menjadi lebih dekat. Walau mereka masih sebatas orang asing yang berbicara sekali dua kali, akan tetapi jika ada satu waktu dimana mereka berpas-pasan, Khun akan menyapanya dengan anggukan.
Ini adalah pertama kalinya dia merasa memiliki teman selain Rachel. Dan itu sangat membuatnya bahagia. Tapi tentu, dibalik kebahagian pasti akan selalu ada kemalangan yang menimpanya.
Michael menepati janjinya untuk membalas Baam. Menarik bocah yang bertubuh lebih kecil darinya ke tempat yang jelas tidak akan di pergoki lagi oleh orang lain. Menghajarnya hingga dia sendiri puas. Tentu dia menghindari sebisa mungkin untuk tidak membuat Baam cacat ataupun harus dirawat dirumah sakit. Tidak, Michael tidak akan memberi Baam waktu damai untuk beristirahat barang sejenak.
"Heh! Kotoran kecil, meringkuk di sana lebih lama dan sadari tempatmu!" Michael meludah pada Baam yang meringkuk di tanah. Memimpin dua orang bawahannya untuk segera pergi meninggalkan Baam sendirian dengan kondisi buruk.
Baam mencoba bangkit, menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Air mata membasahi wajahnya saat dia menahan suara tangisnya agar tidak terdengar. Lagipula, bahkan jika dia menangis hingga tenggorokannya sakit, tidak akan ada seorang pun yang akan datang membantu.
***
"Apa obat-obatan di UKS memang selalu cepat habis? Kenapa pengeluaran disana begitu besar dan semakin besar belakangan ini?" keluh Khun melihat angka yang tertera di kertas yang dipegangnya.
Shibisu menghela nafas lelah, "Kau sendiri tahu bagaimana kehidupan di sini, sekilas tampak bagus tapi ini adalah neraka bagi mereka yang menjadi korban bully."
Ingatan Khun secara otomatis langsung melayang pada seorang bocah berambut coklat kastanye. "Walau begitu, semua orang disini adalah elit yang tidak akan mau berlaku kotor hingga membuat seseorang harus keluar masuk ke ruang UKS setiap waktunya."
Apa yang dikatakan Khun adalah fakta. Walau memang kasus pembully-an selalu ada di setiap masa nya, akan tetapi di Akademi Menara Dewa ini, tidak ada satupun murid yang mau mengorbankan tangan mereka menjadi begitu kotor hanya untuk membully siswa lain. Selain itu kasus pembullyan yang sejauh ini terjadi di Akademi tidak lebih seperti penghinaan publik secara verbal dan juga pengucilan. Hal-hal yang sampai membuat korban bully terluka pada dasarnya bisa dibilang sangat ringan. Seperti goresan kecil atau memar yang akan cepat hilang.
Karena hal inilah, sejauh ini tidak ada kasus pembullyan yang menyebabkan kegemparan.
Lagipula apakah korban bully bisa bertahan dari gunjingan dan hinaan yang di tujukan padanya juga adalah latihan. Di masyarakat hal-hal seperti itu akan terjadi lebih banyak terlebih karena setiap orang ingin menjadi orang besar maka mereka di wajibkan memiliki ketahanan mental dari semua tekanan yang ada.
Shibisu, "Mungkin dimasa lalu begitu, di zaman seperti ini para remaja tumbuh sangat cepat dan sangat berbeda dengan para remaja di masa lalu."
"Huh! Apa-apaan itu? Kau terdengar seperti pria tua!" ejek Endorsi.
Khun menatap laporan di tangannya, masih tenggelam dalam renungan. Dia tidak bisa tidak curiga. Mungkin apa yang dikatakan oleh Shibisu ada benarnya. Dengan semakin banyaknya orang kaya baru yang muncul, maka pasti ambisi para kaum muda akan lebih tinggi dan nganas dibandingkan para tetua yang terdahulu. Yang juga mungkin membuat perbedaan perilaku masa muda dari para orang dahulu dengan orang masa kini.
Mungkin saja kasus pembullyan yang terjadi di Akademi sekarang ini tidak lagi berupa hal-hal sepele seperti tahun-tahun sebelumnya. Melainkan sudah beranjak pada tahap yang cukup buruk dan melewati batas.
Jika memang hal seperti itu terjadi dan kasusnya menjadi besar, nama baik Akademi selama bertahun-tahun akan tercoreng, dan orang diatas pasti akan lebih suka mengubur kasus tanpa penanganan yang seharusnya. Sebelum itu terjadi, harus dihentikan selagi bisa,...batin Khun langsung berdiri dari duduknya.
"Aku akan memeriksa UKS sebentar, ada yang mau ikut?" Khun melihat Endorsi dan Shibisu yang sibuk saling melempar ejekan satu sama lain, Lauroe yang tertidur di sofa dan Hatz yang melatih ayunan pedang rotannya. Mereka semua mengabaikan Khun.
Memutar mata malas, Khun memilih pergi sendiri. Dia baru saja akan keluar saat pintu terbuka, menampilkan seorang gadis yang memiliki wajah paling biasa saja di seluruh Akademi. Rambut pirangnya yang kusam di ikat ekor kuda dan pakaiannya di pakai serapi mungkin sehingga membuat dia tampak segar. Menutupi kekurangannya dalam hal kualitas wajah,
"Ketua, anda hendak keluar." Ujar gadis itu, Rachel, sembari mengangguk ringan sebagai sapaan.
Khun balas mengangguk, melihat kebelakang gadis itu, dia melihat gadis yang menjadi primadona di klub teater, Ha Yura. Setelah menyapa dengan sikap tidak dingin maupun hangat, Khun langsung pergi meninggalkan mereka. Dari kejauhan dia masih bisa mendengar seruan jengkel Endorsi yang seakan mengajak Rachel untuk bertengkar.
Khun menggeleng pelan. Entah apa yang terjadi di kehidupan sebelumnya, tapi Khun yakin bahwa kedua gadis itu tidak akan pernah bisa akur. Entah apa penyebab nya, Khun tidak pernah bertanya baik pada Endorsi maupun Rachel. Itu masalah pribadi mereka, jadi biarkanlah.
Melihat papan pengenal di atas pintu ruang kesehatan, Khun langsung mengeser pintu terbuka. Dia baru saja melangkah masuk saat suara gaduh akan sesuatu yang jatuh terdengar. Satu gulungan perban mengelinding hingga menabrak sepatunya. Mengambil perban itu, Khun mengangkat pandangannya kearah asalnya.
Di salah satu ranjang UKS yang paling dekat dengan jendela dan tersembunyi di balik tirai pemisah. Sinar matahari yang lewat membuat Khun bisa melihat siluet seseorang yang bersembunyi disana.
Tidak ada guru ataupun dokter yang menjadi pengawas di UKS karena mayoritas semua murid yang ada memiliki dokter pribadi ataupun pelayan pribadi yang mengikuti mereka untuk bersekolah disini. Pada dasarnya Akademi hanya menyediakan tempat yang mencukupi dan fasilitas UKS sebagai hal formalitas karena para siswa juga pada dasarnya membawa obat mereka sendiri.
Hanya sedikit siswa yang memakai fungsi UKS yang sebenarnya. Mereka yang berhasil masuk dengan cara beasiswa dan juga para korban bully. Hanya dua jenis itu lah yang biasanya memakai UKS. Dan juga pada dasarnya mereka yang menjadi siswa dengan beasiswa adalah mereka yang juga menjadi korban bully.
Mengambil langkah panjang, Khun dengan cepat menyibak tirai putih. Mata kobaltnya membola terkejut melihat siapa yang bersembunyi disana. Bocah yang beberapa hari yang lalu memberinya bekal makanan tampak meringkuk di sudut ranjang, melindungi kepalanya dengan tangan gemetar.
Ada banyak luka dan memar di seluruh kulitnya yang terpapar, perban dan apapun itu yang dijadikan sebagai penutup luka tampak berantakan, jelas dipasang terburu-buru tanpa luka-luka itu di bersihkan terlebih dahulu. Melirik kebawah, seprai putih yang membalut ranjang UKS bahkan tampak kotor dengan warna merah darah dan hitamnya tanah.
Apa pembullyan di Akademi memang sudah separah ini? Sejak kapan?
"Baam,..."
Tubuh kecil itu tersentak terkejut, kepala coklat itu dengan cepat terangkat mengungkap mata emas yang tampak basah dengan air mata. Baam sedikit tertegun sejenak sebelum kemudian dengan cepat mencoba bangkit, hendak pergi. Tapi dihentikan oleh Khun segera.
"Hei, luka-luka itu, kau harus merawatnya terlebih dahulu."
Baam diam. Tubuhnya masih gemetar ketakutan, tapi dia sudah lebih tenang dibandingkan saat Khun pertama kali melihatnya. Membawa Baam kembali untuk duduk di ranjang UKS, Khun pergi mengambil kotak pertolongan pertama yang berada di nakas samping ranjang. Melihat itu tampak berantakan, jelas Baam menggunakannya sebelum ini dan itu cukup asal.
Khun sudah mendengar kondisi keluarga Baam sebelum ini. Bagaimanapun kedua orang tua Baam adalah teman lama Ayahnya. Dikatakan karena kedua orang itu sangat mencintai putra mereka satu-satu nya, keduanya menjadi terlalu memanjakan Baam sehingga Baam menjadi anak yang hanya berbakat di bidang akademik namun lemah di bidang lain. V dan Arlene terlalu overprotektif dan tidak membiarkan Baam untuk berlatih bela diri atau bahkan berolahraga dengan benar.
Khun diam-diam mencela sikap ini. Apa yang kedua orang itu pikirkan? Bagaimana putra mereka bisa bertahan di dunia yang penuh dengan kompetisi dan tak ubahnya rimba ini jika mereka membesarkan putra mereka seperti membesarkan tanaman hias? Pada akhirnya tanaman hanya akan di injak oleh makhluk hutan.
Mata emas itu menatap Khun lamat. Melihat pemuda biru itu sibuk merawat lukanya. Baam nyaris tidak mendaftarkan rasa sakit yang ditimbulkan saat Khun membersihkan lukanya dengan alkohol. Cara Khun menerapkannya sangat lembut dan halus sehingga rasa sakit yang timbul bisa Baam tolerir.
"Terima kasih, Khun benar-benar orang yang baik."
.
.
.
Tbc~
Hai semua, btw aku mau jelasin kalau ff ini emang singkat tiap bab nya karena ceritanya sendiri ngk terlalu berat-berat amat dan bisa dibilang hanya sebatas shortstory.
Sebelumnya aku mau bikin perbab nya itu 3k word, tapi karena masalah penempatan plot dan cliffhanger di tiap akhir bab. Aku memilih untuk membagi satu bab itu menjadi beberapa bab yang lebih singkat. Selain itu juga bikin aku lebih mudah menyusun jalan ceritanya.
Maaf kalau ada yang kurang puas karena pendeknya tiap bab. Dan terima kasih untuk para readers yang cepat tanggap banget baca dan voment cerita ini, sekali lagi terima kasih.
11 Juli 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top