[20] Just a Dream

***

Perusahaan Grace adalah raksasa bisnis di benua tersebut. Ketenaran mereka setara dengan 10 Keluarga dan Zahard. Ya itu tidak heran juga, bagaimanapun para pemimpin tiap perusahaan adalah teman lama dan lagi mereka semua sama-sama alumni dari Akademi Menara Dewa.

Berbeda dengan 10 Keluarga atau Zahard yang senang memonopoli banyak bidang. Grace hanya berfokus pada urusan bisnis saja.

V menikahi Arlene dan menyetujui persyaratan kedua orang tua Arlene dengan masuk sebagai keluarga Grace. Memimpin perusahaan Grace ke ranah bisnis yang lebih tinggi. Walau begitu, sebenarnya keluarga V juga memiliki bidang tersendiri. Itu adalah sebuah organisasi yang bergerak di dunia bawah dan cukup terkenal. Sejak menikah, V memutuskan untuk berhenti melakukan pekerjaan kotor di sana, menyerahkan mandatnya kepada bawahannya yang palin terpercaya. Luslec.

Namun Luslec adalah orang yang ambisius. Dia ingin FUG dapat melengserkan orang paling nomor satu di dunia. Zahard. Melihat bagaimana berpengaruhnya kekuasaan bisnis keluarga Grace. Pria itu selalu dengan antusias membujuk V untuk mengalokasikan perusahaan Grace sebagai cangkang luar organisasi mereka. FUG. Sehingga mereka bisa lebih leluasa dalam bertindak dan memonopoli perekonomian dunia.

V bagaimanapun menolak. Sebagai seorang pemimpin yang dihormati oleh Khun Edhuan, dia sangat pandai dan paham. Jika sampai FUG mendapatkan semua fasilitas sebesar perusahaan Grace. Kekacauan hanya akan terjadi dan krisis ekonomi hingga mungkin macetnya perkembangan global tak bisa dihindarkan. Dirinya sendiri juga sadar akan karakteristik banyak bawahannya yang hanya akan menebar kekacauan.

Terus di tolak dan ditolak. Pada akhirnya kesabaran Luslec benar-benar di penghujung akhirnya. Sekali lagi dia membujuk V, dengan mengungkit-ungkit masa lalu V dan Zahard yang agak suram. Berpikir kalau V akan termotivasi dan menerima idenya.

Namun bukannya begitu, hal tersebut malah memicu kemarahan V. hubungan V dan Zahard memang agak renggang sejak mereka masih pelajar dulu. Bagaimanapun mereka bersaing untuk mendapatkan cinta dari seorang wanita yang sama. Walau begitu tidak ada dendam berlebih diantara keduanya, mereka juga bersaing dengan sehat. Zahard memang tidak senang dengan fakta Arlene lebih memilih V dibandingkan dirinya. Namun hal itu jelas sama sekali tidak membuat pria itu jatuh. Dia bangkit dan malah menjadi orang paling Top di dunia.

Pada akhirnya masing-masing dari mereka membangun keluarga sendiri. Walau ada sedikit rasa canggung dan batas komunikasi, hubungan mereka saat ini bisa dibilang cukup baik walau terasa rapuh. Dan nasihat Luslec seakan sebuah batu yang mengancam akan membuat lubang di lapisan es yang tipis diatas danau. Benar-benar memicu amarah V.

Pada akhirnya dia mengancam akan menarik Luslec dari posisinya di FUG. Berniat mengantinya dengan yang lain.

Tapi V terlalu meremehkan hati manusia. Tidak. Dia terlalu lengah karena Luslec adalah orang kepercayaannya. Dengan bantuan Rachel yang dengan mudah membodohi Baam untuk memasuki ruang kerja V. Luslec membocorkan rahasia perusahaan Grace yang mana mengantarkan perusahaan itu di ambang kehancuran.

Saat V berniat meminta bantuan dari sekelompok teman lama. 10 Keluarga dan Zahard. Luslec membunuhnya dengan dalih kecelakaan lalu lintas.

"Rachel, kau selalu perhatikan anak itu. Dia akan menjadi bidak paling penting!"

Itu adalah perintahnya. Menyusun berbagai skenario yang nantinya akan memupuk kebencian putra V kepada Zahard, membuat mereka dengan mudah nantinya mengendalikan anak malang itu untuk menjatuhkan Zahard.

Rachel dengan jelas masih mengingat semua rancangan itu sejelas siang hari. Sebuah rancangan teliti yang hancur akibat kematian Baam. Kematian Arlene? Huh! Luslec tidak peduli. Bagaimanapun dia juga sudah merencanakan semacam skenario yang memicu kebencian Baam untuk Zahard. Dan itu adalah Arlene seorang. Siapa yang menyangka kalau bocah brunette itu akan bunuh diri?! sungguh rencana yang sudah dipikirkan oleh Rachel hancur sudah!

Jika saja Baam tidak mati, maka dia sekarang pasti dengan mewah belajar dan kehidupan akademinya akan sangat mewah. Jika saja Baam tidak mati, masa depannya akan terjamin dan mungkin Baam akan mengambilnya sebagai istri mengingat obsesi si brunette itu kepadanya.

Gadis berambut pirang itu terengah-engah. Dia sudah berlari hingga keluar dari gedung pembelajaran. Langkahnya semakin lunglai karena kehabisan stamina.

SRAT

"AAAAHHHHH!!!"

Darah jatuh berceceran saat sepotong anggota tubuh itu jatuh ketanah begitu saja. Rachel dengan gamang mencengkram pahanya, menatap horror potongan sebelah kakinya. Menarik tubuh sendiri dengan satu kaki yang tersisa, dia mencoba kabur dari apapun itu yang sekarang tengah mengancam hidupnya.

Monster! Monster ini akan memakanku! Tidak! Aku tidak mau disini! Aku tidak mau mati dengan cara ini!

Gesekan dan hembusan angin yang membawa debu menyebabkan rasa nyeri di kakinya terasa lebih menyakitkan. Tangannya di tanah merasakan getaran kuat seperti sebuah langkah raksasa. Mengirim panik semakin menghantui kepala gadis itu. Air mata jatuh berceceran di wajahnya yang lusuh. Tubuhnya gemetaran dengan putus asa saat bayangan besar menaungi dirinya. Terlalu takut untuk menoleh karena Rachel tahu ada sosok monster tepat dibelakangnya saat itu.

TRUST

"AAAAHHHHHH!!!" teriakannya terdengar memilukan saat kakinya yang masih utuh ditusuk hingga tembus. Mengintip takut, Rachel melihat sebuah tombak besar menusuk betisnya dalam.

Sosok buaya besar itu mendengus kasar.

'Tch! Aku kira kau mangsa yang kuat, namun ternyata hanya serangga!" Rak menarik tombaknya, membuat Rachel sekali lagi berteriak kesakitan. "Huh bahkan suaramu sangat tidak mengenakkan! Aku hampir kehilangan nafsu memburu ku!"

Tubuh Rachel gemetar dengan isak tangis dan erangan sakit yang tidak bisa dia tahan. Dia bahkan tidak memperhatikan kapan tepatnya Rak pergi meninggalkannya. Suara tangisannya menarik perhatian monster-monster lain. Dan saat Rachel memperhatikan, dirinya sudah di kepung.

"Tidak, tidak, tidak! Menjauh dari ku, menjauh dari ku ah!" seru Rachel putus asa sambil mencoba menarik diri sendiri dengan mengesot.

Sekelompok monster itu mengeluarkan suara tawa aneh dan mengerikan. Tangan-tangan tak manusiawi menjangakau mencengkram tubuh rapuh Rachel keras, menghasilkan jeritan sakit lainnya. Mereka baru saja hendak menarik putus kaki Rachel yang masih terpasang saat semua monster itu membeku. Seakan takut akan sesuatu mereka lari begitu saja meninggalkan Rachel yang lemas.

Gadis pirang itu menatap bingung kepergian mereka saat kemudian sebuah suara yang ringan dan pemalu terdengar.

"Rachel! Rachel! Kau baik-baik saja?!" seorang pemuda berperawakan munggil yang Rachel kenali sebagai Baam 25th muncul. Menghampiri Rachel dengan wajah khawatir. "Maaf, maafkan aku! Aku baru sekarang bisa menemukan mu."

"Baam... kau, tapi kau..."

"Itu bukan aku Rachel, dia hanya iblis yang mengaku sebagai diriku untuk menjebak kalian semua disini. Aku tidak berdaya melawannya sehingga aku terus mencari celah untuk membantumu." Jelas Baam sambil mengusap lembut punggung tangan Rachel.

Mata lemon gadis itu memperhatikan sosok didepannya. Segera berbagai macam pikiran segera menghampiri kepalanya.

Ya! Tentu saja! Baam yang ini pasti asli! Baam pasti akan melindungi dirinya bagaimanapun juga! Baam tidak akan tahan jika dirinya(Rachel) tersiksa!

"Ayo, aku akan membantumu menuju ke tempat yang lebih aman." Ujar Baam sambil menyentuh ringan tempat-tempat Rachel yang terluka. Kecuali satu kakinya yang sudah puntung, luka yang lain dengan ajaibnya sembuh sendiri. Entah dari mana Baam mengambil sebuah kursi roda, membiarkan Rachel duduk diatas nya.

Gadis dengan surai kuning kusam itu mengukir senyum lembut sambil mengucapkan terima kasih. Hatinya bersorak gembira karena hidupnya aman dan dia pasti bisa keluar dari sini. Dia melewatkan kilatan aneh di mata emas milik Baam. Dirinya terlalu tenggelam dalam kegembiraan dan kebahagiaan sehingga sama sekali tidak memperhatikan kemana Baam membawanya pergi.

"Ah benar Baam, kemana kita akan—"

Pertanyaan gadis itu terhenti di tengah jalan. Melihat kebelakang dia sama sekali tidak mendapati Baam di manapun. Matanya dengan segera menyapu sekitaran, menyadari dia sekarang ada di taman dekat perpustakaan. Dan tidak jauh didepannya adalah sekelompok siswa-siswi yang kacau. Menatapnya dengan cahaya aneh di mata mereka saat mereka tersenyum lebar layaknya psikopat.

Melihat tubuh kaku Michael di antara orang-orang itu. Rachel merasa dia baru saja memasuki jenis neraka baru.

.

.

.

.

.

Saat kelopak mata itu terbuka, memamerkan manic emas cairnya yang indah. Dia langsung mendapati wajah rupawan seorang Khun Aguero Agnis. Pemuda biru itu bertopang dengan kedua sikunya saat tangannya memainkan poni rambut Baam. Senyum lembut terukir di wajahnya.

"Kau bangun? Aku tidak tahu kalau hantu juga butuh tidur."

Aku tidak tidur, kesadaran ku hanya berpisah untuk sementara mengurus jalang tertentu. Ujar Baam dalam hati, tidak berniat memberi tahu Khun secara langsung. Dia balas tersenyum, menarik Khun agar si pemuda biru itu berbaring diatas tubuhnya. Ciuman manis dia tempatkan ke bibir yang sekarang sudah merah membengkak. Bukti perlakuan panas mereka beberapa waktu lalu.

"Kau akan segera bangun."

"Hm?"

Baam menatap Khun sayang, "Ini adalah dunia mimpi yang aku ciptakan, karena itulah tidak ada dari mereka yang benar-benar mati. Kekuataan ku masih belum cukup kuat untuk terwujud di dunia fana selain sebagai gumpalan asap atau bayangan."

Itu menjadi sangat logis kalau ini adalah mimpi. Namun dengan pengalaman bahkan kematian tragis para siswa disini itu sudah cukup untuk menghancurkan mental dan psikologis mereka. Ketika mereka terbangun, itu akan menjadi orang gila dan cacat. Namun Khun merasa ada hal lain, alisnya bertaut saat menatap Baam lekat. Entah bagaimana dia memiliki firasat kalau dia harus berpisah dari Baam sekali lagi.

Brunette tersenyum, mengetahui bahwa kekasihnya pasti menyadari kalau mereka akan berpisah lagi. "Hanya sementara, sampai saat itu, maukah kau menunggu ku?"

"..."

Khun terdiam menunduk kan kepalanya saat dia mencoba menutupi matanya yang jelas kecewa dan sedih. Tangan Baam mengelus wajah Khun lembut, mencoba menyakinkan si biru. Helaan nafas panjang dia keluarkan, Khun mengangkat pandangannya, maju memberi Baam ciuman dalam lainnya.

"Aku akan menunggu mu! Terus menunggu mu!"

.

.

.

15menit sebelum Rachel datang

Kaki itu berderak dengan suara keras saat mereka mempelintirnya kesudut yang aneh. Dengan senyum maniak di wajah mereka menunggu instruksi selanjutnya.

[Ahh~ sepertinya pemain Michael sudah out sehingga tidak bisa ikut bermain lagi!]

Para siswa itu tersentak. Mereka menoleh melihat jasad Michael yang entah siapa yang tahu kapan menghembuskan nafas terakhirnya.

[Bagaimana ini? permainannya jelas gagal karena semua tergantung pada Michael, yang berarti kalian juga gagal~]

"Tidak! Kau tidak bisa!" teriak salah satu siswa.

[Tentu aku bisa, bagaimanapun ini permainan ku~]

"Kami mohon! Tolong beri kami kesempatan lagi! kami tidak ingin terjebak di dunia ini!"

"Ya! Kami mohon!"

"Bagaimanapun kami sudah menyelesaikan tahap-tahap gamenya, setidaknya beri kami keringanan!"

Hening kemudian. Para siswa menahan nafas menunggu keputusan saat mereka dengan putus asa berdoa dalam hati. Pada akhirnya suara gema itu terdengar kembali, [Baiklah, kalian diberikan keringanan]

[Kalian bisa menunjuk seseorang sebagai penganti Michael. Ingat! Ini yang terakhir jadi ingatlah untuk tidak menyebabkan kematian si penganti atau kalian akan langsung gagal!]

"Penganti?"

Para siswa itu saling melirik. Mereka sontak saling menjaga jarak saat mata mereka menatap awas. Tangan mereka meraba-raba benda yang bisa dijadikan senjata saat suara 'kruk' terdengar. Menoleh, mereka mendapati Rachel tampak bingung di atas kursi roda.

"..."

Mereka lagi saling lirik, namun sekarang dengan kesepakatan penuh. Mengukir senyum lebar saat mereka mendekati Rachel yang tidak mungkin bisa kabur.

"Apa? Apa yang kalian lakukan?! Lepaskan aku! Lepaskan!! AHH!"

Mengikuti pelajaran sebelumnya. Kali ini mereka berhati-hati menjaga agar Rachel tetap hidup sembari mengikuti instruksi penyiksaan lainnya. Memastikan gadis pirang itu tetap hidup bahkan saat mereka menggulitinya hidup-hidup, menyiramnya dengan cairan asam sisa penyiksaan Michael sebelumnya.

Dan lain-lain sampai Rachel tidak tahan dan mati, mengakibatkan kegagalan lain di pihak mereka dan mengalami kematian instan segera.

.

.

.

.

.

Tbc~

Aku mencium bau-bau kecewa nih. ^^

Viarin, aku tahu kok kalian mau komen apa, lagian aku juga sengaja. Hahahahaha //berlindung di balik punggung Rak.

Yah satu chapter dan kemudian End!

Tenang, kalian ngak harus nunggu lama kok. Kalau chapter ini votenya sampai 100 aku janji bakal langsung up chapter terakhir.

Maruk? Iya emang aku maruk, lagian aku kadang heran, yang baca sampai ratusan tapi kok votenya cuma puluhan? Hayoloh, ngk baik jadi BlackReaders, sedekah komen dan vote dong.

24 August 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top