[19] I'm Sorry

***

Siswa itu terlempar jauh saat Michael mendaratkan pukulan keras diwajahnya. Menghantam pot-pot keramik hingga hancur. Walau begitu dia masih dengan keras kepala bangkit dan maju kembali.

Para siswa lain juga begitu. Mata mereka marah dengan kemarahan dan kebencian saat mencoba untuk menahan Michael.

Michael, sebagai seorang yang dari keluarga yang cukup berada, tentu dia memiliki kemampuan bertarung yang mumpuni. Terlebih gelar pembully di kelas juga karena dia sendiri juga menguasai pertarungan jalanan. Tapi hal ini juga berlaku bagi para siswa yang lain, mereka mungkin tidak memiliki kemampuan dalam pertarungan jalanan ala preman seperti Michael, tapi kemampuan bela diri yang diajarkan dalam keluarga mereka, mungkin akan kalah jika 1v1, tapi dengan mereka bersama, Michael tetap saja kewalahan.

THUMP

Tubuh Michael terhempas ketanah dengan keras. Para siswa dengan cepat menahannya dengan kasar. Saat Michael mencoba bangkit menyebabkan beberapa dari mereka terjungkang jatuh, hantaman keras mengenai belakang kepala Michael. Penglihatannya berkunang-kunang saat dia dengan kabur melihat siluet seorang gadis yang dulu sering menempeli Michael.

Gadis itu melempar pot bunga yang sudah retak di tangannya, dengan cepat mengambil gelas berisi cairan asam di atas meja. "Kalian! Cepat pegangi tangannya!"

Michael mengertakkan rahangnya keras. Dia dengan kasar mengayunkan lengannya, membuat siswa yang mencoba mengambil tangannya terluka karena wajahnya terhantam cukup keras. Dengan sisa kesadaran yang ada, Michael mencoba berdiri saat sekali lagi tubuhnya terasa terhantam oleh sesuatu yang berat. Menoleh kebelakang, Michael tidak bisa menahan amarahnya.

Duduk di atas tubuhnya adalah salah satu bawahannya yang terkenal setia. Dengan tubuhnya yang besar dan gemuk, membuat Michael yan dihimpit cukup kuat merasa seakan rusuknya telah retak diiringi udara di paru-parunya yang seakan diperas habis.

Kesadaran Miachel menipis karenanya sehingga dia tidak bisa melawan saat tangannya diambil. Dia bahkan hanya bisa mengerang lemah saat jemarinya melepuh dan meleleh di rendam dalam cairan asam. Para siswa yang menahannya tidak membuat banyak reaksi selain tersenyum lebar. Seakan mereka tidak lagi memiliki simpati.

[Ding~ selamat bagi para pemain karena sudah menyelesaikan tahap pertama~]

[Selanjutnya kita akan memasuki tahap kedua~]

Michael mengutuk keberadaan sosok yang mengaku Baam itu dengan kejam. Ingatannya berputar kembali dengan bagaimana mata kobalt tertentu semakin tampak dingin dan menjauhinya. Semua itu gara-gara Baam! Mengingat kembali betapa mudahnya sosok rendahan itu menarik perhatian orang yang selalu dia puja, bagaimana Baam dengan mudah dekat dan bahkan di rawat secara pribadi oleh si Biru di UKS. Dan bagaimana beraninya Baam mendorong si Biru hingga terluka, yang mendorong Michael untuk membuat rencana pembullyan Baam yang paling tragis.

Benci. Michael membenci kehadiran Baam 25th! Bahkan setelah kematiannya(Baam), Baam masih saja menarik perhatian si Biru ynag tidak bisa dia capai. Dan sekarang Michael semakin benci.

[Tahap kedua~ pengorbanan tangan sebelah kiri...]

Pengumuman itu belum selesai saat salah satu siswa tanpa basa-basi mematahkan lengan Michael. Mengabaikan teriakan kesakitan Michael saat dia membuat lengan itu mengeluarkan bunyi retakan yang keras.

[...ah kalian tidak sabaran sekali. Maksudku perngorbanan tangan sebelah kiri untuk mencabut satu matanya!]

Suara itu bergema dengan nada tak puas, membuat sekelompok siswa yang ada gemetar ketakutan akan hukuman yang diberikan.

Satu siswa dengan cepat menggerakkan tangan Michael, menggerakkannya mencongkel mata Michael begitu saja. Terlepas dari rasa sakit yang makin mendera saat dia bergerak dalam himpitan tubuh besar orang diatasnya, Michael tetap memberontak kesakitan saat matanya di congkel keluar.

Siswa itu melepas tangan patah Michael yang berlumur darah dan bola mata di genggamannya. Dengan gemetar dia berkata. "Seperti itu bisa kan?!"

[Hmm, pintar sekali~ seperti yang diharapkan dari murid Menara Dewa. Baiklah, itu diterima]

Helaan nafas serentak mereka keluarkan. Selanjutnya mereka dengan sabar mendengarkan instruksi berikutnya. Memotong lengan kiri Michael dengan sekop kebun yang jelas sama sekali tidak tajam. Meremukkan satu kaki Michael dengan memukulnya berkali-kali dengan batu besar. Semuanya mereka lakukan tanpa ragu dan dengan cepat lagi brutal.

Michael lelah, dia terus mengutuk keberadaan sosok Baam saat dia menatap penuh dendam orang-orang yang menganiaya tubuhnya. Bersumpah dalam hati kalau dia pasti akan membalas perbuatan mereka. terutama mantan anak buahnya yang sekarang asyik duduk di atas tubuh lemasnya.

Para siswa itu tenggelam dalam kegiatan berdarah mereka. Tidak menyadari sinar kehidupan di mata Michael memudar seiring berjalannya waktu.

.

.

.

.

.

Saat Khun membuka matanya. Apa yang dia lihat adalah ruang perpustakaan di perpustakaan selatan lantai ke tiga. Tempat aman yang sebelumnya belum lama ini dia kunjungi.

Ini... memori Baam?

Baam ada disana, tampak bolak-balik membaca buku tebal di tangannya. Pemuda brunette itu tidak menemukan hal yang dia ingin kan di buku yang dia pegang, mendekati rak buku untuk mencari yang lain. Mata emasnya dengan teliti melihat judul-judul buku yang tertera, berkilau cerah saat menemukan yang dia cari.

Dengan tubuhnya yang kecil, dia mendorong tangga disisi rak. Memanjatnya dan mengambil buku yang dia tuju. Satu kertas jatuh kebawah mengundang perhatiannya. Dengan segera dia ambil, berpikir itu mungkin saja hal penting.

Halo Baam,

Aku tahu ini tidak sopan dan efisien untuk menghubungi mu dengan cara ini. Hanya saja kau terus menjauhi sehingga aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku tidak yakin tapi aku pasti melakukan hal yang salah pada mu. Karena itu aku berniat meminta maaf, jika bisa secara pribadi. Kita bisa bertemu di toilet pria lantai ketiga gedung lama. Aku tahu kau tidak ingin menarik perhatian karena itu aku sengaja memilih tempat itu. Aku akan menunggu mu sampai siang ini

--Khun Aguero Agnis

Kertas itu dia remas sedikit. Rasa bersalah muncul di hati pemuda brunette tersebut.

Khun tidak salah. Itu adalah Baam yang tidak sopan bahkan dia menyebakan pemuda biru tersebut terluka. Seharusnya Baam yang harus minta maaf, bukan Khun.

Menipiskan bibirnya, Baam berniat menyanggupi apa yang tertera di sana. Tapi dia sendiri ragu. Sejak beberapa hari ini dirinya sudah tidak melihat kehadiran si Biru di akademi, dan lagi gedung lama, bukankah itu tempat yang dilarang di kunjungi oleh para siswa. Aneh rasanya Khun akan melanggar aturan yang dia buat sendiri.

"Baam..."

Kepala brunette itu dengan cepat menoleh. Mendapati seorang siswa dengan rambut kuning gelap dan dengan jepit rambut merah hampir mirip tanduk. Baam menunduk menyapa siswa yang dia ketahui sebagai teman sekelasnya ini.

Siswa itu, Hoh namanya, mengukir senyum kecil saat dia memberi tahu Baam. "Kau disini, kukira kau pergi ke gedung lama."

"..." Baam menelengkan kepalanya bingung.

Hoh, "Aku tadi melihat Ketua Dewan masuk kesana, saat aku bertanya pada Rachel, katanya Ketua ada janji temu dengan mu. Apa itu tidak?"

Keraguan di hati Baam menghilang sepenuhnya digantikan dengan rasa bersalah. Surat itu pasti sudah lama terletak di rak dan Khun pasti juga sudah menunggunya sejak lama. Tidak mau membuang waktu, Baam mengucapkan terima kasih kepada Hoh sebelum beranjak pergi.

Khun yang sedari memperhatikan menjadi cemas. Dia mencoba menjangkau untuk menghentikan Baam, segera menyadari kalau tubuhnya sekarang tembus pandang dan tidak bisa menyentuh. Pandangannya gelap dan segera berganti menjadi pemandangan toilet yang sudah lama tidak terawat. Hatinya mencelos melihat sosok Baam yang meringkuk dengan keadaan kacau.

"Heh! Kau benar-benar datang!" ejek Michael sambil memberikan tendangan kepada Baam yang meringkuk. "Kau ini benar-benar tidak tahu malu ya, setelah apa yang kau lakukan pada Ketua kau masih saja!"

Apple mendengus, "Ya bagaimanapun dia itu seorang stalker."

Angel membuka aplikasi kameranya, "Menjijikkan, benar-benar binatang!" mengatur fokus kamera, Angel memberi saran gila. "Hei! Kenapa kita tidak menelanjangi binatang ini saja?"

"Ide bagus!" Angel bertepuk tangan, "Yura pasti akan menyukai nya, aku bisa membantu membuat artikel menakjubkan yang pasti akan langsung trending di blog Akademi!"

Tubuh Khun gemetaran marah saat dia merangsek maju. Suara tawa menjijikkan sekelompok orang ini membuat dirinya tidak tahan. Dia mencoba menghentikan bawahan Michael dari merobek pakaian Baam namun sia-sia sebab dirinya sendiri tembus seperti udara. Melihat tubuh Baam yang polos tanpa sehelai benangpun, gemetaran dengan air mata dan permohonan yang tidak didengarkan oleh para setan berkulit manusia tersebut. Khun jatuh berlutut, memarahi diriya sendiri yang tidak kompeten menjabat sebagai seorang Ketua Dewan Siswa.

Pandangan si Blunette goyah. Saat fokusnya kembali, Khun memperhatikan tempat yang cukup familiar. UKS.

Elusan lembut terasa menyapu sisi wajahnya, membuat dia menoleh mendapati senyum lembut dari Baam. "Kau sudah bangun, Khun? Maaf membuatmu melihat sesuatu yang tidak mengenakkan begitu."

Khun menatap Baam versi didepannya lamat. Menurunkan pandangannya melihat tangan sendiri, Khun yakin bahwa sekarang dia memiliki tubuh yang padat. Tidak lagi berada di tubuh yang seperti udara tipis tadi. Air mata mengenang membuat mata kobaltnya berkilau. Segera dia memeluk sosok Baam didepannya erat, mengajukan permohonan maaf saat dia terisak di bahu hantu bertanduk dwi warna tersebut.

"Maaf Baam, maaf karena aku tidak berguna. Aku benar-benar tidak... maaf... maaf..."

"Sssttt, tidak Khun, jangan minta maaf." Brunette itu mengusap surai biru keperakan Khun lembut. "Itu aku yang salah. Aku yang keras kepala tidak mempercayai mu untuk berbagi masalahku. Aku sendiri yang mengundang hal ini terjadi."

Si biru menggeleng. Masih terisak saat kata maaf tidak juga berhenti keluar dari kedua birai merah mudanya. Baam mendorong Khun sedikit. Menangkup wajah pemuda blunette tersebut sebelum mengunakan kedua ibu jari nya untuk menghapus air mata yang menodai wajah indah sosok blunette di hadapannya. "Khun tidak salah, jadi berhenti menangis dan minta maaf." Katanya lembut membujuk.

Pemuda brunette itu memberi ciuman lembut di masing-masing kelopak mata si blunette. Lidahnya dengan nakal menjilat cairan asin di sudut mata tersebut sebelum kemudian mengembara menanamkan ciuman lembut di pipi dan hidung. Mata emasnya terbuka menatap mata kobalt Khun, mencari semacam penolakan. Saat apa yang dia cari tidak ditemukan, dia dengan mudah menyatukan kedua bibir mereka.

Itu hanya ciuman polos. Tanpa ada bantuan dari lidah maupun bertukar saliva. Mereka saling mengecup bibir masing-masing dengan manis.

Kedua lengan Khun entah sejak kapan sudah melingkar memeluk bahu tegap Baam sementara satu tangan Baam berada di belakang leher Khun. Membelai lembut tengkuk si blunette hingga Khun melenguh pelan. Satu tangan yang lain berada di pinggang ramping Khun, menariknya lebih dekat. Keduanya berpisah saling menyatukan dahi saat menatap pada netra masing-masing. Bertukar kata tanpa suara sebelum mereka kembali mempertemukan bibir mereka lagi.

Kecupan-kecupan lembut mulai berubah menjadi lumatan. Lidah mereka mulai bergerak menari dan saling mengait bersama, menyebabkan lelehan saliva menodai dagu yang sama sekali tidak mereka pedulikan.

Baam mencondongkan tubuhnya, menyebabkan tubuh Khun terdorong jatuh hingga terlentang di atas ranjang UKS. Ciuman panas mereka sama sekali tidak patah saat Baam perlahan naik, mengukung tubuh Khun di bawahnya.

.

.

.

.

.

Tbc~

Karena banyaknya penyesalan Baam saat dulu masih hidup, jadi ketika dia udah jadi hantu alias mati. Dia males minder dan gengsian, lebih suka nyosor nerobos kedepan kayak om supir angkot nerobos lampu merah🤣🤣🤣

23 August 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top