[17] He Got More Power!

***

Pemuda biru itu melangkah pelan di sepanjang koridor gelap. Berbekal cahaya temaram dari jendela, dia berhati-hati saat melangkahi beberapa potongan yang berupa daging di tanah koridor.

Dinding koridor yang sebelumnya di cat dengan warna kream klasik sekarang telah ternoda di beberapa tempat dengan noda besar darah. Seakan ada seseorang yang menghamtamkan satu potong daging kesana. Beberapa cetakan tangan berdarah juga tampak di dekat bercakan darah. Bau amis dan karat besi tercium begitu segar, sehingga seharusnya tidak aneh jika dia menemukan mayat manusia disini.

Namun sejauh ini, selain potongan daging yang kemungkinan besar adalah milik monster daripada manusia. Dia sama sekali belum menemukan satupun potongan tubuh ataupun mayat manusia sendiri.

Yang sejujurnya sangat di syukuri oleh Khun.

Walaupun koridor itu sendiri cukup luas. Namun jika ada mayat yang menghalangi disertai dengan genangan darah dan kemungkinan besar tubuh yang hancur. Khun pasti akan uring-uringan sendiri mencari tanah tempat sepatu mahalnya berpijak!

Maaf, dia tidak ingin mengotori kilau indah sepatunya!

Langkah pemuda biru itu kemudian terhenti. Rasa kehadiran sosok selain dirinya terasa begitu jelas dan familiar. Terlebih dengan dia yang hampir tidak menemui monster lain –selain Buaya—selama di perjalanan, Khun tahu dia entah bagaimana sudah dilindungi.

"Khun, merindukan mu."

Suara bisikan itu terdengar begitu nyata sekarang, tidak seperti sebelumnya yang terdengar seperti gema di kepalanya. Rasa hangat nafas itu terasa aneh di telinganya saat tubuh rampingnya sendiri direngkuh. Dan saat Khun melihat kali ini, dia bisa melihat siluet menyerupai humanoid. Membuat dirinya bertanya-tanya, apakah sosok tersebut mendapatkan kekuatan lebih setelah kematian Apple dan murid lain sehingga dia bisa memperlihatkan sedikit rupanya sekarang?

Sebelumnya sosok itu benar-benar tidak terlihat bahkan walau dia bisa menyentuh dna mengadakan kontak langsung dengan Khun, keberadaan sosok itu benar-benar hampir tidak terasa.

Mengingat kembali saat Khun bisa melihat bayangan sosok itu sendiri, dilihat dari waktunya itu mungkin setelah kematian Angel dan beberapa murid di dimensi ini sebelum Khun masuk. Saat itu sosok itu hanya berupa bayangan yang bahkan tidak bisa berbicara. Berkomunikasi dengan Khun lewat tulisan.

Kemudian lagi setelah Khun memasuki dimensi aneh ini, dipastikan sudah banyak korban yang pasti menambah kekuatan sosok itu. Menjelaskan bagaimana sosok itu kemudian bisa berbicara walau hanya dalam gema di kepala si Biru. Itu juga bisa menjelaskan bagaimana Dimensi ini bisa ditembus oleh banyak monster lain. Itu karena sosok pemilik dimensi ini sendiri fokus membuat permainan untuk menyiksa para murid yang ada sehingga mengabaikan pelindung dimensi itu sendiri.

Membuatnya lemah dan dapat di tembus oleh pihak luar tanpa banyak kendala.

Khun yakin, jika ada orang lain selain dirinya yang cukup gila memasuki gedung pembelajaran hari ini. Mereka dipastikan juga akan bisa memasuki dimensi ini.

Memikirkan bahwa sosok ini sudah cukup menyerap kekuatan sehingga bisa menampakkan wujudnya. Khun dilanda rasa penasaran ekstrem yang tidak mungkin bisa dia abaikan.

Sebelumnya Khun sudah menduga bahwa sosok di balik bayangan hitam yang selalu menempeli dirinya adalah Baam. Namun sekarang dia ragu akan hal tersebut. Itu karena dia bisa merasakan bahwa sosok yang sekarang tengah merengkuhnya hampir sejajar tinggi nya dengan Khun, mungkin lebih tinggi beberapa senti. Dan lagi suara sosok itu sendiri juga sedikit berbeda dengan suara Baam yang dia ingat.

Suara Baam terdengar halus dan kecil, mencerminkan sikap pemalu dan naif pemuda itu sendiri. Namun suara yang berbisik padanya terdengar sedikit lebih rendah dan dalam, walau harus Khun akui bahwa suara itu sendiri masih terdengar seperti suara Baam yang dulu di beberapa titik.

Apa mungkin apa yang di katakan oleh Penggila Pedang benar? Bahwa orang yang nampak lembut dan baik jika memendam banyak keluhan akan berubah menjadi sangat berbanding terbalik setelah kematian.

Menempatkan tangannya di bayangan hitam yang melilit tubuhnya. Khun tampak tenang saat tangannya terasa seperti menyentuh tumpukan kapas. Sedikit tekanan saja, tangannya akan tembus seperti menyentuh genangan air. Sepertinya kekuatan Baam memang masih belum cukup untuk mempertahankan tubuh fisiknya. Para monster itu mungkin menghindari Baam karena ini dimensi ciptaannya, karena dia adalah tuan dimensi ini jadi tentu dialah penguasanya.

Nafas Khun terasa tercekik sejenak. Lamunannya buyar saat kemudian dia menyadari bahwa sekarang entah bagaimana dia sudah di sudutkan kedinding –yang beruntung bersih dari darah.

Sosok bayangan itu melingkupinya membelakangi cahaya, sehingga Khun tidak bisa melihat dengan benar fitur wajahnya. Terlebih dengan bagaimana sosok itu sangat terobsesi pada leher ramping Khun, yang bisa dilihat oleh pemuda biru itu hanya siluet samar dua tanduk berbeda warna transparan.

"Hei, tunggu!" sentak Khun mencoba menghentikan tindakan sosok itu. "Sudah aku bilang kalau aku tidak mau berhubungan dengan apa yang tidak terlihat bukan?!"

Jilatan dingin menyapu kulit lehernya mengundang suara terengah lainnya dari si Biru. "Hm, tapi bukankah sekarang Khun bisa melihatku?"

"Aku belum melihat wajahmu!" Khun berseru jengkel.

Sosok itu tertawa renyah sebelum menempatkan satu ciuman kilat di leher Khun sebelum menjauh. Khun mencoba mengatur nafasnya saat mata kobaltnya memperhatikan dengan lekat saat sosok pemuda serba hitam itu mengangkat pandangannya. Memperlihatkan dengan lebih jelas fiturnya sekarang ini.

Itu jelas Baam. Namun disaat yang sama juga terlihat seperti bukan Baam.

Surai brunette yang sebelumnya pendek tampak begitu panjang mencapai betis. Dikuncir kuda dengan menyisakan poni panjang yang menutupi setengah wajahnya. Di atas kepalanya ada dua tanduk, satu merah dan biru yang tampak bercahaya. Kemudian lagi, wajah itu, Khun menatap wajah didepannya tertegun.

Wajah itu tampan dan membawa aura suram tersendiri. Sedikit lemak bayi masih tersisa di wajahnya. Mata emas itu masih bulat berpendar dengan cahaya mistis yang menyihir Khun sama seperti pertama kali dia melihat mata emas itu. Tubuh pemuda itu ramping dan tegap dengan otot ketat di tiap rangkanya.

Khun dapat membayangkan, bahwa ini adalah fitur asli Baam saat masih hidup jika saja keluarga nya tidak jatuh dari rahmat dan dia tetap mendapatkan perawatan seorang Tuan Muda. Tentu dengan pengecualian dua tanduk bercahaya beda warna.

"Baam? Ini benar-benar kau?" guman Khun sedikit tidak percaya, bahkan walau dia sudah menduga pada awalnya.

Manic emas itu berpendar sejenak, tampak seakan menyadari sesuatu sebelum kemudian senyum lembut diwajah itu terukir. Mengambil tangan Khun, menangkupkannya pada wajahnya sendiri. "Ya, ini aku. Maaf mengejutkan mu, Khun."

Ah, dia lebih padat sekarang. Apa ada yang mati lagi? batin Khun melihat bagaimana tangannya tidak lagi tembus saat menekan kulit wajah yang terasa hangat itu. "Kau benar-benar memberiku banyak kejutan, jika itu orang lain mereka pasti akan ketakutan setengah mati."

Baam mendengus geli. Menyandarkan diri kedepan saat dia menciumi rambut Khun dengan lembut. "Maaf, aku sepertinya kehilangan semua halangan yang aku miliki saat aku masih hidup."

Jilatan basah diberikan pada daun telinga si Biru yang sensitive. Senyum bisa terdengar dalam suara si Brunette saat Khun mengerang pelan karenanya. "Aku benar-benar hanya ingin melakukan apapun yang aku mau sekarang. Tanpa batasan, tanpa hambatan."

Mata kobalt Khun sedikit tidak fokus saat Baam mengukir senyum cerah dan polos, seakan yang dia lakukan bukanlah hal yang besar. "Khun akan memaafkan aku, kan?"

Ah, jika aku tidak apakah kau akan memakanku disini? Batin Khun jelas merasakan betapa Baam melekat padanya dengan cara yang tidak normal. Ini pasti obsesi yang dikatakan Hatz pasti dimiliki tiap Hantu, aku tidak mengerti kenapa itu aku, tapi ...

Khun membelai wajah di depannya lembut, memperhatikan pendar emas itu tampak bercahaya dengan senyum dan jauh lebih hidup. Jauh berbeda denga pendar ketakutan dan cemas seakan mati yang dimiliki saat masih hidup sendiri.

Ini tidak buruk juga.

.

.

.

.

Rachel sangat tidak mengerti.

Dia tidak mengerti kenapa dirinya bisa terjebak kedalam neraka ini. Kenapa dirinya malah juga ikut terlibat acara balas dendam Baam?

Jika itu Yura, Rachel bisa pahami karena bagaimanapun gadis biru yang berkilau itu memang tidak pernah menyembunyikan ketidak sukaannya pada Baam. Dan lagi itu adalah Yura orang yang membuat artikel yang mencela Baam.

Michael dan dua gadis lain tidak perlu dipertanyakan. Mereka bahkan melakukan hal yang terburuk diantara semua.

Saat awal Rachel melihat Khun juga terjebak di sini.

Rachel berpikir itu adalah normal jika Baam memendam dendam terhadap si Biru. Bagaimanapun dari sudut pandang Baam, itu adalah kesalahan si Biru sebagai Ketua Dewan yang membuat dia di bully sangat buruk.

Namun kemudian dia sadar, Khun tampak baik dan terlindungi selama berada di tempat terkutuk ini sementara Rachel sendiri sudah tertimpa sial dua kali. Jelas keberadaan si Biru disini tidak lebih sebagai pejalan kaki yang lewat dan hanya akan menjadi penonton saja.

Rachel dibuat tidak mengerti. Seharusnya dirinyalah yang di beri perlindungan! Bagaimanapun Baam tidak pernah tahu semua perbuatan Rachel semasa hidupnya.

Rachel selalu menjadi orang yang berhati-hati. Dia selalu memperlihatkan sisi baiknya didepan pemuda naif itu tanpa sedikit pun celah. Dia bahkan menahan Yura untuk mencela Baam di depan yang bersangkutan. Dia juga sesekali menghampiri apartemen bobrok Baam sekarang untuk mempertahankan gambar baiknya di depan pemuda itu.

Itu memang benar bahwa dia memiliki andil terhadap pembullyan yang dialami Baam. Tapi Baam tidak mungkin tahu. Rachel sangat teliti dengan rencananya.

Itu adalah misi nya sejak awal. Membuat kehidupan sekolah Baam di Akademi Menara Dewa ini buruk dan seperti neraka. Tapi jelas kematian pemuda itu benar-benar di luar perkiraan bahkan di luar perencanaan. Baik dia maupun orang yang berada dibelakangnya, sama sekali tidak ada niatan untuk membuat pemuda itu menyusul orang tuanya.

Dan dalam semua itu. Baam mati tanpa sedikitpun memiliki pengetahuan tentang apa niatan asli Rachel dan juga sikap asli gadis itu sendiri.

Tidak seharusnya Baam memiliki dendam terhadap Rachel.

Itulah kebenarannya.

Brak

"Kyaa!"

Dia mempercepat larinya, menjauh dari monster aneh yang mengejarnya. Siaran broadcast tentang permainan sudah terdengar di sertakan dengan lokasi titik aman. Dia bisa saja memutuskan untuk pergi kesana dan ikut dalam permainan. Tapi tidak, dia sudah terlanjur mengejar Khun dan percaya bahwa mengikuti permainan yang ada hanya akan mengantarkan kematian saja.

"Ketua!" Rachel menatap cerah saat melihat siluet pemuda biru di tengah koridor.

Khun menoleh saat mendengar seruan gadis itu, melihat bahwa itu Rachel. Bagus sekali, aku tidak perlu mencari gadis ini.

"Rachel, kau sendiri?" mata kobaltnya memperhatikan sekitar gadis itu. "Dimana yang lain?"

Terengah, gadis pirang itu mengatur nafasnya saat dia sudah mencapai Khun. "Mereka sudah berada di titik aman, permainan sudah dimulai. Ketua tidak mendengar pengumumannya?" tanya gadis itu menatap Khun bingung.

Alis tebal pemuda biru sedikit terangkat, melirik kearah pemuda hitam di sampingnya sekilas sebelum kembali memperhatikan Rachel. "Aku tidak terlalu memperhatikan, aku masih sibuk mencari titik aman." Memperhatikan bahwa sepertinya Rachel tidak menyadari keberadaan Baam disampingnya, Khun juga memilih untuk mengacuhkan. "Lalu, dimana titik aman tersebut? kita bisa pergi kesana."

"Itu ada di taman, dekat dengan perpustakaan sebelumnya." Rachel membereskan keadaannya saat dia lebih tenang, "Permainannya sendiri sudah dimulai, kurasa tidak ada gunanya kita kesana. Kita bisa mencari titik aman selanjutnya saja."

Di taman di dekat perpustakaan? Bukankah itu tempat yang sebelumnya...

Mengingat tempat itu adalah tempat yang sebelumnya sudah Khun singgahi namun dia tinggalkan karena rasa curiga terlebih setelah kemunculan monster buaya tertentu. Khun kembali disadarkan akan kebiasaan buruk yang masih saja dia pertahankan.

Menjadi terlalu berhati-hati dan ragu-ragu memang baik, terutama selah dia dibesarkan di keluarga yang penuh dengan persaingan internal. Namun itu juga bisa menjadi boomerang. Hachuling sudah menasehati Khun agar menghilangkan sifat buruknya yang satu ini, takut adik kecilnya akan sengsara karena terlambat memilih.

Bahkan professor yang juga menjadi dosen dan guru di Akademi Menara Dewa, Hansung Yu, juga sudah pernah mengkritik Khun saat si pecandu kopi itu mengajar di kelasnya.

Yang menyebabkan Khun menjadi jengkel dan malas setiap kali kelas si pecandu kopi mulai.

Sementara Khun berbalik untuk pergi dengan semua pikiran mengeluh tentang bagaimana buruknya Pecandu Kopi tertentu, Rachel sendiri mengikuti pemuda biru itu dengan perasaan lega. Semua ketegangan yang memberatkan dirinya terasa terangkat membuat tubuhnya terasa lebih ringan dan rileks.

Mata lemon gadis itu melirik Khun didepannya.

Pemuda didepannya memiliki segala hal yang tidak dimiliki oleh Rachel.

Di anugerahi dengan rupa indah yang menawan, latar belakang dan juga bakat yang luar biasa. Pemuda biru itu mendapatkan semua perhatian dan pujaan dari banyak pihak sejak masa kecilnya. Semua itu adalah apa yang selalu di harapkan oleh Rachel untuk miliki. Dia bekerja keras untuk mewujudkan hal itu.

Belajar dengan giat hingga dia sendir mual untuk melihat semua materi pembelajaran. Dia tidak memiliki otak jenius Khun yang bisa langsung paham hanya dengan sekali dengar penjelasan. Rachel mesti mengulang dan mengulang agar apa yang dia pelajari dapat di pahami dan tinggal di kepalanya. Dia juga tidak memiliki bakat yang patut di banggakan terlebih rupa yang bisa di jadikan senjata kedua. Dia hanya bisa berpegang pada sikap sopan dan hati-hati agar bisa dapat membentuk ikatan dengan orang yang diatas. Dia juga tidak memiliki latar belakang yang bisa dia jadikan sebagai sandaran saat di perlukan sehingga bukankah wajar jika dia memeluk paha emas orang kuat yang bisa dia tarik.

Sebelumnya dia sudah melekat pada keluarga Baam namun sekarang dia tidak lagi memiliki siapapun yang bisa dijadikan perisai. Walau memang ada orang yang selama ini membantu dia selain keluarga Baam. Mereka sama sekali tidak akan ragu untuk membuang Rachel begitu menurut mereka dia tidak lagi berguna.

Dan memang, dengan kematian Baam sendiri, nilai guna Rachel di mata orang-orang itu sudah tidak ada lagi.

Selama ini dia mencoba membangun relasi dengan semua orang yang kuat yang bisa dia gaet. Dan Yura adalah yang orang yang sudah dia pasikan berhasil dia jadikan miliknya. Tapi sekarang gadis biru berkilau it juga sudah tidak ada lagi sehingga Rachel makin putus asa. Walau dia juga membangun hubungan baik dengan anak-anak kaya lainnya, mereka semua tidak mempercayai seperti Yura percaya pada dia.

Michael dan dua gadis itu jelas tidak masuk hitungan. Rachel hanya bisa menganggap mereka sebagai rekan yang tidak bisa terlalu di jadikan sandaran.

Dia mencoba melekat pada para anggota Dewan Siswa, namun tidak ada satupun berhasil dia dapatkan kepercayaan dari mereka. Endorsi bahkan secara terang-terangan memperlihatkan rasa tidak sukanya pada Rachel.

Memikirkan kembali, Khun sendiri memperlakukan Rachel cukup netral. Pemuda biru itu memperlakukan Rachel seperti normalnya atasan memperlakukan bawahannya. Jelas tidak memuaskan, namun itu lebih baik daripada di tolak dan dibenci. Lagipula bukankah itu artinya dia masih memiliki kesempatan untuk menambah niat baik Khun terhadapnya.

Benar, terutama dengan kondisi sekarang ini, Rachel bisa memakai taktik 'jembatan gantung' untuk mendekatkan hubungannya dengan Khun. Bagaimanapun pengalaman hidup mati bersama pasti akan memberi lebih banyak dampak.

Mengingat kembali saat dia menuduh Khun di perpustakaan, gadis itu meringis tidak senang, namun dengan segera dia tepis. Mereka semua panik jadi Khun sebagai orang yang selalu rasional dapat mengerti itu.

Kesempatan itu belum hilang!

"Ketua, menurut anda dimana titik aman yang mungkin?" Rachel bertanya saat dia mempercepat langkahnya untuk berjalan sejajar dengan Khun.

"Hm, aku tidak terlalu yakin." Guman Khun menjawab. "Karena semua ini berdasarkan pembalasan dari Baam, maka itu seharusnya tempat yang berkesan bagi dirinya. Ku dengar kau cukup dekat dengan Baam saat dia masih hidup, apakah kau tidak memiliki dugaan di hatimu?"

Dekat apanya? Pemuda itu hanya haus perhatian saja! cibir Rachel di dalam hati saat wajahnya mengukir senyum sedih. "Kami sebenarnya tidak terlalu dekat, aku sendiri sibuk dengan studi dan urusan Dewan Siswa sehingga aku tidak terlalu memperhatikan bagaimana kehidupan Baam selama di akademi. Anda sendiri tahu Ketua, saya bergantung dengan nilai studi saya untuk mempertahankan beasiswa saya."

Mengangguk paham, pemuda biru itu kemudian berhenti melangkah. Yang mana tentu membuat gadis pirang yang mengikutinya juga ikut berhenti. "Ketua?"

Mata lemon gadis itu melebar ketakutan saat wajah rupawan pemuda biru didepannya perlahan meleleh seperti lilin yang dipanaskan. Daging dan kulit yang menempel itu jatuh begitu saja membuat pemandangan buruk.

Bodoh! Aku bodoh! Teriak Rachel pada dirinya sendiri, tentu jika Baam saja terlalu buta hingga ikut menjebakku di sini, pasti saja Ketua juga tidak akan selamat! Bodohnya aku, kenapa aku berpikir dia dilindungi?!

"Aku tidak tahu, kemana kita harus pergi?"

Udara terasa mencekik tenggorokan gadis itu saat pemuda yang penampilannya hancur didepanya berbicara tenang seakan tidak merasakan keanehan apapun. Dia dengan ngeri melihat lelehan daging yang jatuh kelantai saat dirinya sendiri mengambil langkah mundur.

"Ada apa? Kenapa kau menjauh?" tangan yang dagingnya terkelupas jatuh itu terangkat menjangkau Rachel. Membuat tali di kepala gadis itu terasa putus.

Berteriak keras saat dia berbalik untuk lari menyelamatkan kehidupan kecilnya.

.

.

.

Tbc~

Sedikit sketsa gambaran karakter saat aku mulai ngetik nih ff. Niatnya mau aku liatin di awal cerita tapi karena takut spoiler aku tahan sampai sekarang😂👍

Khun sebagai Ketua Dewan yang terkenal dan dihormati oleh semua siswa💕💕 dingin namun bikin hati sejuk dan damai deh kalau di beri perhatian💕💕💕

Human!Baam yg masih dibully. Dia masih unyu dan naif disini, sadboy banget dia Q∆Q badan dia juga lebih kecil gegara tertindas dan kurang asupan gizi. 167cm persis seperti tinggi Baam di S1 Webtoon.

Ghost!Baam udh lebih Badas. Dia kayak Viole tapi ngk suram2 amat. Dia masih lemah dan hanya bisa merasuki orang di dunia nyata. Dia juga ngk bisa memiliki tubuh yang padat, alasan Khun ngk bisa liat dia di awal. Di chapter ini Baam udh mulai kuat karena 'ketakutan' para siswa yg menumpuk sehingga dia bisa memiliki wujud fisik walau cuma sebentar doang. Lebih jelas nanti di chap kedepannya. ;P

22 Agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top