[38] This Old Cat!

***

Pemuda biru itu bersenandung gembira, ditangannya satu gadget game dimainkan dengan gesit. Jemari panjangnya dengan lincah menekan setiap tombol yang ada.

"Hei Hachuling! Apa kau mendapat kabar dari Urek?" Tanya Yuze sambil berseru keras. Uring-uringan sendiri karena pemimpin kelompok mereka menghilang seenaknya dan bertarung sesuka hatinya tanpa memikirkan apakah dia mungkin akan menyinggung pihak-pihak tertentu.

Keadaan antara oposisi Zahard dan FUG saat ini benar-benar sangat buruk. Pihak Zahard tidak lagi mencari alasan yang bertele-tele untuk berurusan dengan FUG. Mereka dengan tegas menyatakan keberadaan FUG adalah suatu kejahatan dan dengan demikian menyatakan perang. Tidak ada lagi perang yang dilakukan secara diam-diam. Pihak Zahard bahkan sangat aktif, terutama dengan satu Pangeran Zahard sebagai pemimpin.

Arie Haoqin Zahard.

Dengan terang-terangan menyerang salah satu markas penting FUG dan bahkan membunuh beberapa penatua FUG yang berada disana.

FUG juga tidak tinggal diam. Mereka membalas dengan ganas walau jelas mereka berada di pihak yang tidak diuntungkan. Setelah semua mereka telah kehilangan dua slayer mereka. White yang sekarang adalah Haoqin dan juga Slayer Beast, Jyu Viole Grace yang sejak Pertempuran Kereta tidak bisa mereka hubungi.

Yamah masih dipihak mereka, dan keberadaan telur yang Yamah miliki membuat para penatua FUG sangat bahagia. Telur Makhluk Mistis yang dikatakan sama kuatnya dengan para irregular! Tidak diragukan lagi akan sangat membantu jika mereka berhasil membuatnya menetas dan membesarkannya sebagai senjata baru! Setelah semua, Slayer Beast memiliki kemungkinan besar untuk berkhianat.

Walau Yamah memiliki hasrat yang sangat besar untuk bertarung, tidak dapat dipungkiri kalau kondisi Yamah sangat tidak fit untuk mengikuti arus perang yang jelas lama. Karenanya FUG menfasilitasi Yamah dengan makanan daging dan tahanan perang yang bisa Yamah jadikan sebagai lawan bertarungnya untuk merangsang pertumbuhan telur. Yamah, walau kesal tidak dibiarkan turun ke medan perang, dia sendiri mengerti betul dengan keadaannya. Jadi dia menerima dengan enggan semua fasilitas yang diberikan oleh FUG.

"Kakak!", seru Paul sambil membawa dua piring raksasa yang masing-masing berisikan tumpukan tinggi daging mentah, Doom menyambut adiknya dengan senyuman, membantu Paul mengambil satu piring raksasa itu. Melihat tumpukan tubuh tak berdaya orang-orang di lantai, Doom memanggil adiknya untuk datang. "Hentikan Yamah, kau sudah lesu dan melemah. Isi tenaga mu dulu!"

Menggeram tak puas, Yamah tetap menyanggupi himbauan kakaknya.

Paul melihat bagaimana Yamah begitu rakus memakan semua daging yang dia bawa, kemudian mata hijaunya jatuh pada telur raksasa yang berada tak jauh dari Yamah. Mood nya perlahan jatuh saat dia berkata pada Doom, "Apakah kakak tahu? Kalau FUG berniat menjadikan anak di telur itu sebagai Slayer baru?"

Doom menghela nafas, mengangguk pelan. "Aku tahu, tapi kurasa itu tidak perlu dicemaskan."

"Kenapa tidak?! Apakah kakak rela membiarkan satu anggota keluarga kita menjadi alat para FUG itu? Sama seperti bagaimana Ayah dulu?", Tanya Paul tak senang, "Yamah, kau paling tahu benar apa yang terjadi pada Ayah."

Yamah tidak menjawab, dia terus menyantap makanannya dengan lahap. Doom sendiri mengukir senyum kecil, menenangkan saudara bungsu nya, "Paul, kita benar-benar tidak perlu mencemaskan hal itu. Aku sudah mencari tahu tentang Makhluk Mistis dari telur ini, mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata dan bukanlah individu yang akan tunduk ataupun dikendalikan dengan mudah. Mereka bebas dan bahkan dikatakan setara dengan para irregular terdahulu."

"Tapi tetap saja..."

Tak-!

"Aku akan pergi lebih dulu." Ujar Yamah bangkit keluar dari ruangan itu, meninggalkan kedua saudaranya yang memanggil namanya pasrah. Mengusap telur merah di tangannya, Yamah menyusuri koridor panjang sampai ke bagian paling sepi yang jarang di kunjungi oleh para ras Anjing ataupun orang-orang FUG. Mengetuk pintu besi didepannya acuh sebelum membukanya.

"Untuk apa kau mengetuk kalau kau akan tetap masuk tanpa izinku?", ujar suara itu sarkas dan dingin.

Di sudut ruangan, diatas ranjang kecil yang sempit. Seorang pemuda yang memiliki surai biru gelap panjang yang acak-acaknya duduk dengan malas. Mata hijau dengan semburat merah itu menatap Yamah sanksi saat kedua telinga kucing di puncak kepala itu tegak penuh rasa waspada. Di pangkuan pemuda itu terdapat kucing gemuk dengan bulu lebat, menatap Yamah dengan mata bundarnya.

Mengabaikan udara penuh permusuhan yang dipancarkan oleh ras kucing di hadapannya, Yamah dengan lancang mengambil kursi dan duduk tidak terlalu jauh. Mata nya memperhatikan perban yang tampak mengintip dari pakaian longgar yang dikenakan oleh Yasratcha.

"Hanya ingin." Jawab Yamah mengukir seringai seakan mengejek.

Yasratcha gatal ingin menggaruk wajah lelaki anjing didepannya. Dalam hati menghela lelah betapa tak miripnya anak sahabatnya ini dengan ayahnya. Dia mewarisi darah ibunya lebih banyak, bahkan temperamennya juga. Manic matanya yang unik kemudian bergeser melihat telur raksasa yang ditempatkan di gadget khusus, melayang beberapa senti ditanah, mengikuti kemanapun Yamah pergi. "Untuk apa kau kemari? Memamerkan calon anak anjing mu?" ujar Yasratcha sambil bersandar malas di ranjangnya.

Selama di keluarga Lo Po Bia dahulu, dia sering mendengar cerita tentang telur mistis ini. Dia bisa dikatakan memiliki banyak informasi setelah semua dia termasuk petinggi di keluarga Agung itu. Tapi dia belum pernah sekalipun melihat penampakan telur-telur yang diceritakan. Dia bahkan pernah curiga kalau Kepala Keluarga Lo Po Bia menyembunyikan sebagian telur yang tidak menetas, bukannya Raja Zahard.

Yasratcha, "Atau, mungkinkah FUG telah mengatur jodoh untuk calon anak anjing mu?"

Kepala keluarga Lo Po Bia adalah orang yang sangat gila dengan persilangan gen, karena nya dia sering memerintahkan bawahan yang dia anggap unik untuk 'kawin' dengan orang pilihannya. Tapi, Traumerei tidak pernah menyukai apabila bawahannya memiliki perasaan kuat kepada orang lain selain kesetian tunduk kepadanya. Jika ada bawahan yang mengembangkan perasaan khusus pada pasangan dipilihnya, Traumerei tidak ragu untuk menyiapkan segala macam masalah untuk menguji kesetian bawahannya itu.

Membuat mereka mati dan hancur untuk membuktikan kesetiaan mereka yang dipertanyakan.

Dan Ayah Yamah adalah contoh dari dua kasus diatas. Dia telah diperintahkan untuk 'kawin' dengan dua orang wanita dan kemudian mengembangkan perasaan pada satu wanita pasangannya. Yang pada akhirnya menuntunnya pada pengusiran Ras anjing dari keluarga Lo Po Bia dan terbunuhnya sang anjing setia yang tetap sampai akhir hayat nya berteriak setia pada tuan yang ingin membunuhnya.

Hal seperti ini bukanlah hal yang tidak biasa di menara. Ada banyak orang yang punya kuasa atau keingin tahuan tinggi melakukan perkawinan inter-spesies. Entah sekedar untuk rasa ingin tahu semata atau karena ingin mencipatakan spesies baru dengan keunggulan yang diinginkan. Selain Traumerei, ada Workshop dan FUG yang juga melakukan hal serupa.

Traumerei karena itu memang hobi gilanya, Workshop untuk menambah bahan penelitian dan senjata yang dapat mereka jual, dan FUG untuk tambahan senjata perang mereka.

Salah satu alasan kenapa FUG tidak terlalu gencar melacak keberadaan sang Slayer Beast kebanggan mereka adalah karena mereka sendiri menginginkan keturunan dari Slayer Beast dan sang Pangeran Zahard. Walau sedikit, bukan tidak mungkin untuk mempengaruhi keturunan keduanya untuk berpihak pada FUG.

Tidak tahu kalau kehancuran ada didepan mata, batin Yasratcha mencibir.

Yamah berguman asal, mengiakan pertanyaan Yasratcha. Memang benar rasa haus kekuasaan dan kekuatan FUG beresonansi dengan rasa haus pengetahuan pihak WorkShop. Kedua belah pihak tanpa menanyakan pendapat dari Yamah setuju untuk mengawinkan anak yang masih belum menetas dengan subjek eksperimen mereka yang lain.

Saat Yamah mengetahui hal ini dari Paul, dia tetap tenang, setidaknya sampai dia ditinggalkan sendiri di kamarnya. Yamah mengamuk menghancurkan beberapa harta berharga pemberian FUG. Beberapa tahanan perang yang dia jadikan sebagai pelampiasan, dia juga dengan sengaja memilih beberapa orang yang mungkin memiliki informasi dan membunuh mereka agar FUG tidak mendapatkan informasi lebih dalam peperangan. Sebut dia kekanak-kanakan, Yamah tidak peduli. Sejak pertama kali bekerja sama dengan FUG dia sendiri sadar betapa FUG memandang rendah Ras anjing. Mereka tak ubahnya binatang buas dan senjata yang bisa digonta-ganti. Perisai daging di baris paling depan.

Yamah sendiri mengakui, bahkan walau dia mengetahui semua itu, dia maupun ras anjing lainnya tidak mempermasalahkan. Karena memang benar mereka lebih mendahulukan rasa haus mereka untuk turun kemedan pertempuran di garis depan daripada duduk santai di baris belakang. Namun, hal seperti mencari pasangan adalah hal yang cukup sensitif bagi ras anjing. Memang mereka cukup terbuka dalam memilih pasangan, beberapa dari mereka mungkin akan memiliki pasangan yang berganti-ganti tiap musimnya, tapi setidaknya itu didasarkan atas pilihan mereka sendiri. Bukan sesuatu yang dipaksakan oleh satu pihak atas mereka.

Yasratcha terkekeh pelan, matanya setengah tertutup sembari mengelus kucing gemuk di pangkuannya. Yamah melihat itu tahu kalau dia tidak akan bisa memancing kapten kucing satu ini untuk bicara lebih. Sudah selang beberapa bulan sejak Yasratcha di tahan, Yamah perlahan tahu kebiasaan sang kucing dalam menjaga mulutnya tetap tertutup tak peduli apa yang dikatakan ataupun provokasi yang dilontarkan.

Kucing besar dihadapannya ini hanya akan membuka mulutnya ketika ingin saja.

Walau begitu, Yamah memutuskan untuk tetap tinggal. Raja ras anjing itu menonton cahaya cemerlang telur yang selalu dibawanya tanpa melepas penjagaannya atas Yasratcha.

Waktu mengalir dalam keheningan kamar tanpa jendela itu, kedua belah pihak menjaga diri tetap diam. Setidaknya sampai Yamah mendengar suara gemerisik kain. Melirik kearah tempat tidur mendapati Yasratcha telah berbaring memunggunginya, memeluk kucing gemuknya. Posturnya santai sama sekali tidak terlihat seperti tahanan perang yang seharusnya was-was dan ketakutan.

Apa kucing sialan ini menganggap ini rumahnya?! Atau dia terlalu percaya aku tidak akan melakukan apapun?!

Suara nafas teratur memberi tahu Yamah kalau Yasratcha benar-benar tertidur, damai dan tanpa ada kerutan di alisnya. Yamah mencebik, entah dia senang atau harus marah karena dianggap enteng oleh pria yang lebih tua.

***

Khun menatap berita perang yang ditampilkan di layar lighthouse-nya, mata kobaltnya bersinar dingin nan acuh, sama sekali tidak menampilkan riak emosi lain saat melihat jumlah korban dan siapa-siapa saja orang penting FUG yang menjadi korban.

Merasakan kehadiran shinsu baru, jemarinya dengan santai menyusuri lighthouse, mengubah tampilan layar menjadi jendela toko online perihal kelengkapan bayi.

Lengan kekar itu memeluk pinggang rampingnya dari belakang, dagu pria itu di sandarkan di bahunya. Tertawa kecil, Khun menepuk kepala Baam lembut. "Kenapa begitu murung? Ini pagi yang cerah setelah kita terkurung di lantai kematian begitu lama."

Baam berguman "Mmm" pelan tanpa semangat. Mereka sudah keluar dari lantai kematian, dan dalam perjalanan ke lantai 58 tempat dimana mereka berencana untuk beristirahat dan tinggal. Tapi perjalanan mereka terbilang cukup lambat padahal mereka menaiki kapal Induk si Kepala Keluarga Po Bi Dau. Sudah hampir setengah bulan namun masih saja mereka belum sampai. Baam curiga si tua berkacamata itu memiliki rencana terselubung.

Pemeriksaan duri pada diri Baam juga sudah selesai di tiga hari pertama mereka berada di kapal induk, dan dengan segala rasa jijiknya melihat keingintahuan para peneliti keluarga Po Bi Dau, Baam membiarkan mereka memeriksanya- maksudnya, Duri.

Hasilnya seperti yang Khun katakan, kondisi Duri stabil dan akan tetap begitu selama Baam sendiri juga dalam keadaan stabil dan dengan perlahan terus berlatih untuk membiasakan dirinya dengan kekuatan Duri.

Masalahnya, setelah menjalani pemeriksaan yang melelahkan, Baam tidak mau lagi meninggalkan Khun bahkan walau itu untuk berlatih. Tadi saja dia terpaksa pergi sebentar untuk menyiapkan makanan. Dia tidak percaya dengan masakan dari keluarga yang diasingkan oleh Zahard dan 9 kepala keluarga lain!

Terlebih, begitu dia keluar dari ruang pemeriksaan, dia menyaksikan satu anak keluarga Po Bi Dau yang jelas berpangkat cukup tinggi mendekati Khun dengan tatapan yang jelas seperti melihat hewan eksotis. Khun bersikap acuh dan tidak menanggapi pria itu, dan terima kasih Rak yang tidak pernah meninggalkan Khun, pria itu tidak dapat mendekati Khun lebih dari 3 meter jauhnya. Dan terima kasih juga pada telurnya yang sangat pemilih yang jelas tidak akan membiarkan orang lain mendekat lebih dari lima langkah, kecil tapi cukup untuk Khun tidak disentuh oleh si pria yang Baam malas mengingat namanya.

Kenapa Khun selalu saja memancing orang aneh mendekat?! Pertama Rachel, lalu Michael, dan sekarang orang dengan dahi bertato ini!

Karena itu Baam memutuskan untuk tetap bersama Khun di kamar yang disediakan oleh Gustang, tidak menerima tamu luar selain dari Rak yang terkadang menginap di kamar mereka, dan Shibisu dan yang lain untuk membahas masalah ini itu. Dan tidak sampai seminggu kemudian, Shibisu dan Endorsi datang dengan sang Putri tampak seperti akan meledak kapan saja. Memberi tahu Baam kalau Rachel dan Yura ternyata ada di kapal Induk juga, dan sepertinya mereka sudah menjadi 'penghuni' semi-permanen di sini.

Baam, yang tidak lagi membutuhkan Rachel untuk memberitahunya tentang Arlene ataupun dirinya sendiri, sangat ingin keluar dan membunuh gadis itu segera. Tapi urung dia lakukan ketika Khun mengatakan kalau Gustang lah yang mengijinkan Rachel tinggal dan entah pertukaran apa yang kedua nya janjikan.

Khun tidak menjelaskan, tapi Baam sendiri juga tahu kalau apapun itu yang Rachel dan Gustang pertukarkan, pasti ada hubungannya dengan Arlene yang sampai sekarang entah dimana berada.

Setelah melihat masa lalu pocket Arlene, Baam tahu benar kalau wanita yang disebut 'ibu' nya itu masih hidup dan berkeliaran di Menara. Meninggalkan sebuah buku dongeng yang dia buat sendiri ke penduduk suatu desa yang Baam tebak mungkin desa tempat asal Rachel, kemudian pocketnya sendiri dia serahkan kepada Gustang, sebelum kemudian menghilang dalam keramaian dan kericuhan menara.

"Telurnya, apakah masih lama?" Tanya Baam pelan, meletakkan telapan tangannya di cangkang halus dan tebal. Dia bisa merasakan denyut dari shinsu yang diserap masuk, seperti denyut nafas yang teratur. Telur itu sehat, sangat. Walau Baam tidak bisa melihat langsung pertumbuhan si kecil didalam, dia dapat merasakan kalau telur itu secara perlahan kehilangan suara gema saat diketuk. Digantikan dengan suara sedikit hampa, seakan ada ruang udara didalamnya.

"Hm", balas Khun sambil menyamankan dirinya dalam pelukan Baam, dan saat dia merasakan pelukan Baam yang sedikit mengerat Khun tahu benar apa yang ditakutkan oleh kekasihnya.

"Tidak apa, masih ada cukup waktu." Ujar Khun tenang, "Pesta di Istana Westeria akan segera diselenggarakan. Paman Zahard, Ayahku dan pemimpin Keluarga lain juga akan datang. Kau bisa mencoba membangun hubungan baik dengan mereka disana."

Baam sedikit mengerucutkan bibirnya, tiba-tiba merasa tertekan mengingat beberapa waktu lagi dia akan bertemu dengan keluarga 'Khun'. "Apa benar tak apa-apa? Setelah semua, aku sudah memberi banyak masalah pada Raja Zahard selama pendakian menara." Aku masih ingat perintah untuk membunuhku yang dikeluarkan Zahard.

...

Dan juga, saat Zahard membunuh bayi yang baru dilahirkan oleh Arlene.

Mata emas Baam sedikit tenggelam, mengingat betul bagaimana Zahard yang dulunya sangat mencintai Arlene, selalu menyuguhi senyum hangat dan pandangan penuh sayang berubah. Menatap wanita yang masih terbaring lemah diranjang persalinan dengan mata sedingin es tanpa emosi, seakan Arlene hanyalah makhluk rendahan yang tidak perlu dia ajak bicara. Seakan dia adalah malaikat maut yang datang untuk merengut nyawa kecil yang dibawa selama 9 bulan oleh wanita itu. Sang Raja Menara bahkan tidak berkedip saat membunuh bayi kecil itu dengan satu serangan, mengabaikan tangisan kecil sang bayi sebelum suara kecil itu mati, cepat dan tanpa rasa sakit.

Arlene yang melolong dengan segala kutukan yang dia ucapkan dan tangisan kerasnya, jatuh dari ranjangnya berusaha merangkak mendekati jasad putranya. Berteriak menangis memanggil nama suaminya yang hanya berdiri mematung di samping pintu, tidak menghentikan Zahard yang dengan acuh pergi begitu saja.

Awal dari kegilaan Arlene.

"Tidak apa Baam, aku sudah bicara dengan mereka selama lima tahun ini." Jelas Khun berbalik, memeluk tubuh Baam hangat, "Kemarahan mereka juga sudah banyak berkurang, kewarasan mereka juga sudah kembali, sekarang ini mereka tahu benar kalau kau tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang terjadi di masa lalu."

"Kau berkata seakan Raja Zahard dan Ayahmu gila..."

"Mereka memang gila." Potong Khun, senyum sendu terukir diwajahnya. Hatinya sakit untuk mengakui fakta pahit satu itu. "Tapi sekarang tidak lagi, dan aku maupun saudaraku yang lain berusaha untuk menjaganya. Semua perang ini, semua pertempuran tak berguna ini, kami ingin segera menyelesaikannya." Mengangkat wajahnya, menatap Baam dengan senyum, "Lalu, hidup damai bersama keluarga besar, seperti dimasa lalu. Kali ini, dengan kau bersama kami."

Termangu sejenak, Baam menghela nafas pelan, mengukir senyum. Kedua tangannya terangkat menangkup wajah Khun, mencium pemuda didekapannya dalam.

.

.

.

Tbc~

Dunia orang dewasa begitu keras, beruntungnya kedua orang tuaku tidak memaksakan agar aku untuk mendapat pekerjaan. Mereka jauh lebih senang aku tetap di rumah menganggur daripada bekerja yang waktu pulangnya lewat dari pukul 6 sore, apakah ini aneh?!. 

Walau begitu, tetap pahit rasanya menjadi beban keluarga. //terlebih aku ingin sekali membeli proyektor mini untuk menonton di kamar! tidak enak kalau minta ke ortu, udah tua ngak boleh manja, huhu

New Skill Get : Crochet

15 August 23

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top