[37] Bring me out of this floor!

***

Kehilangan minatnya pada bahan bacaan yang ada, Khun beralih mengamati telur raksasa di sampingnya. Tangan rampingnya mengelus lembut cangkang telur yang ditutupi berbagai macam symbol-simbol indah berwarna hitam, emas dan biru keperakan. Tidak lupa dia juga mengirimkan aliran shinsu miliknya secara teratur ynag diserap oleh telur itu dengan antusias.

Senyum kecil terukir di parasnya saat merasakan sedikit getaran dari balik cangkang telur yang keras. Hm, telur itu sangat sehat. Tidak, lebih tepatnya terlalu sehat. Mungkin itu akan meretakkan cangkangnya lebih cepat dari yang dijadwalkan.

Suara gemerisik kain terdengar namun Khun abaikan, berpikir bahwa itu adalah Rak yang sekali lagi mungkin berasa bosan dengan keheningan bahkan walau itu baru terjadi beberapa menit saja. Menyebabkan dirinya terkejut karena tiba-tiba di rengkuh dari belakang oleh dua tangan kekar. Khun bersumpah akan mengirimkan sejumlah bang berbentuk bilah pisau pada pelaku jika saja dia tidak mencium aroma familiar dari pelaku.

"Baam, kau bangun lebih awal." Menyandarkan diri pada tubuh di belakangnya, Khun sedikit menoleh melihat wajah Baam. Senyum teduh terukir di parasnya saat menatap wajah Baam yang tampak bermasalah, "Tidak apa, itu semua masa lalu. Kita bersama sekarang, dan yang terpenting semua baik-baik saja."

Kerutan di dahi Baam masih tak berkurang, yang ada malah semakin dalam saat mendengar ucapan Khun. "Tapi kita belum tentu bisa terus bersama, aku masih harus menyelesaikan urusan ku dengan Zahard dan Ayah mu."

"Hmm, ada apa dengan nada tidak yakin itu? Sekarang kau takut untuk menghadapi mereka?" Khun melepaskan rengkuhan Baam tapi tidak menjauh, dia hanya berbalik agar bisa menatap Baam secara langsung. "Yah aku tidak menyangkal, pasti akan ada masalah yang muncul ketika kau, paman Zahard dan Ayahku bertemu. Tapi itu bukan tidak mungkin untuk di selesaikan."

Baam tidak menjawab, dia hanya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Khun.

"Baam, apa yang terjadi di masa lalu bukanlah kesalahanmu."

"... aku tahu." Baam balas berbisik.

Dia sadar betul, bahwa apa yang terjadi di masa lalu adalah sesuatu yang sama sekali tidak berhubungan langsung dengan nya. Benar-benar tidak ada. Namun, karena kehadirannya disana bagaikan hantu yang hanya bisa menonton ketika semua tragedi terjadi, Baam tidak bisa untuk tidak menyalahkan dirinya sendiri. Bayangan tubuh Haoqin yang hancur berkeping-keping, tubuh dingin Ran yang di salip, dan berbagai macam kematian para Pangeran Zahard lainnya yang mana semua kematian mereka langsung terjadi di hadapan para orang tua kandung masing-masing. Baam benar-benar dapat memahami kenapa semua dari mereka berubah menjadi gila.

Berpikir jika di masa depan mungkin saja dia akan melihat anak yang keluar dari telur itu mati dibunuh di depannya, Baam yakin dia akan berubah menjadi monster yang lebih mengerikan dibandingkan dengan apa yang terjadi pada Zahard dan 10 pemimpin.

Namun hal yang paling membuat Baam tidak tenang adalah bayangan tubuh dingin Khun, tubuh Khun dimasa lalu. Terbaring kaku di lantai dingin dengan darah yang terus mengalir dari luka-lukanya, mata biru yang telah kusam kehilangan cahaya yang menatap kosong pada sosok seseorang yang dia sayangi namun ternyata mengkhianatinya sedemikian rupa dengan air mata yang menodai wajahnya.

Memang, keadaan tubuh Khun saat mati jika dibandingkan dengan para Pangeran Zahard yang lain jauh lebih baik, setidaknya tubuhnya tidak di potong ataupun di gantung untuk menjadi bahan tontonan para pasukan FUG yang menginginkan motivasi lebih. Namun, Baam tahu alasan kenapa tubuh Khun dibiarkan mati kehabisan darah...

Karena, kunci menuju puncak menara memerlukan darah Khun untuk sempurna.

Ulang tahun Khun yang ke-13, Dewa Menara meghadiahkan sebuah pilar biru raksasa, nampak indah bagai permata yang diukir oleh ahli surga. Itu adalah jimat, adalah senjata, adalah pelindung, dan adalah symbol bahwa Khun pantas mendapatkan tempatnya sebagai Putra Mahkota di Menara.

Tidak ada seorangpun di manara ini yang bisa menggunakan Hadiah Dewa Menara kecuali Khun, karena itu lah jika orang lain ingin memakainya, mereka harus membiarkan senjata itu menyerap esensi Khun dalam jumlah besar. Yang mana itu berarti, Khun harus mati karena senjata yang diberikan oleh Dewa Menara secara pribadi padanya.

Memikirkan empat pecahan duri yang ada pada dirinya, Baam merasa dingin.

"Aku tidak pernah meninggalkan mu, Baam."

Ah, sejak kapan Khun mengatakan kalimat itu? sebelumnya Khun selalu berkata ; 'Aku tidak akan meninggalkan mu,'

Sejak kapan kalimat itu di ubah menjadi 'tidak pernah' dan kehilangan 'akan'?

Apakah itu sejak dia acara Workshop di lantai 20?

Setelah dia menyerap keberadaan Duri pertama disana?

"Baam!"

Seruan keras Khun membuyarkan lamunan Baam, mata emasnya yang semula linglung perlahan mendapatkan kembali fokusnya. Mendapati si Biru menatapnya menyalahkan, "Baam, apa kau mau mematahkan pinggangku? Ayolah, aku hanya melarangmu tidur dengan ku sekali!"

"..."

Menghela nafas pelan, Khun mengusap lembut punggung Baam, memberi penghiburan. "Baiklah, kurasa kau membutuhkan lebih banyak waktu untuk tenang. Aku tidak keberatan kau memelukku terus, tapi aku ragu Rak akan senang melihatnya."

Berkedip beberapa kali, mata emas Baam bergeser menatap sofa diseberangnya. Disana, duduk seekor(?) buaya besar yang memiliki tubuh humanoid. Mata merahnya menatap tajam Baam saat dua tangan kekar itu terlipat di depan dada. "Kau tampak menyedihkan! Kura-kura Hitam!!"

"Ah, Tuan Rak. Maaf kan aku." Ujar Baam dengan nada bersalah, sayangnya tindakan Baam sendiri tidak mencerminkan perasaan bersalahnya. Sang brunette tetap memeluk Khun erat bahkan walau Rak mendengus keras, mengejek.

BRAK-

"HEI! BUKA PINTU NYA!!!"

Suara gebrakan kasar dan teriakan dari balik pintu terdengar, membuat Baam sedikit kesal karena Khun mendorongnya menjauh tanpa komproni. Rak langsung bangkit dengan cepat membuka pintu, balas meneriaki siapapun itu yang menggedor kasar pintu kamar. "APA KAU TIDAK BISA LEBIH TENANG, KURA-KURA?!"

Endorsi hanya memutar matanya kesal, "Kami mencoba! Si Baju Olahraga sudah memanggil kalian sejak tadi namun tidak ada jawaban! Ah dan ngomong-ngomong, dua kakek Grand itu memanggil kita untuk berkumpul."

"Grand De Sah dan Grand De Jah? Aku yakin itu bukan undangan untuk makan malam." Ujar Baam yang mengikuti tepat di belakang Rak. "Memanggil kita untuk berkumpul secara tiba-tiba, sebaiknya itu bukanlah apa yang aku benci."

HwaRyun menyahuti dengan tenang, "Dewa-ku bisa tenang, apapun yang menunggu di depan bukanlah hal yang akan mengancam dirimu."

"Diri-ku?", mata emas Baam langsung berubah tajam, menatap HwaRyun menuntut.

"Ah, tentu itu juga termasuk dengan Keluarga dan pengikutmu." Tambah HwaRyun santai.

"Hei siapa yang kamu maksud dengan 'pengikut'?!"

"Sudahlah, ayo kita pergi, sebelum para orang tua itu mengirim utusannya yang lain untuk menjemput kita." Sahut Khun, memotong protesan Anaak. "Lagipula, akan lebih baik kita segera pergi dari lantai ini. Shinsu di sini terlalu kacau, telur tidak menyukainya."

Aura gelap Baam seketika menghilang, langsung menoleh menatap Khun bingung. "Apa itu melukai anaknya?"

"Hm, tidak juga. Kau sendiri tahu kalau telur itu sangat pemilih. Mulai dari orang tua hingga kualitas shinsu yang diserapnya. Aku takut jika kita lebih lama di sini, anak didalam telur itu akan mengamuk dan memecahkan cangkang lebih awal dari yang seharusnya." jelas Khun santai seakan itu bukanlah hal yang penting, "Jika anaknya keluar lebih awal sementara dia belum menyerap energi kita berdua secara sempurna saat masa pengeraman, akan lebih besar kemungkinan bagi anak menjadi lebih rakus."

"Hmph! Bukankah itu baik untuk menjadi rakus? Dia akan menjadi kura-kura yang kuat!" seru Rak keras.

"Di masa lalu, Ayah-ku, Khun Edhuan, pernah memiliki anak yang juga berasal dari telur. Dan Telur itu memecahkan cangkangnya lebih awal dari yang seharusnya, dan anak yang keluar dari Telur itu pada akhirnya sangat rakus hingga menyebabkan kelaparan di 5 lantai sekaligus!"

"..."

"..."

"Tunggu! Khun Edhuan memiliki anak dari telur juga?!", Endorsi menganga tak percaya.

"Dia orang tua tunggal? Atau apakah itu jenis telur yang menginginkan sepasang orang tua? Seperti kau dan Baam?", Tanya Shibisu penuh rasa ingin tahu.

"Apakah itu penting? Lagipula, karena anak itu terlalu rakus dan tidak bisa mengenyangkan rasa laparnya sendiri, jadi anak itu langsung memutuskan untuk kembali memasuki masa hibernasi, menjadi telur lagi." Ucap Khun acuh, mengingat kembali saat-saat dimana Anak itu sering menghilang hanya untuk mencari makanan atau saat Edhuan hampir menangis karena kebun anggurnya rusak karena diserang oleh 'hama'.

Saat mereka sampai di depan pintu besar ruang makan, dua Grand bersaudara sudah berada disana. Selain mereka, ada satu lagi kehadiran lain yang membuat mereka menyadari alasan mereka dipanggil. Salah satu dari 10 kepala Keluarga Agung, Po Bi Dau Gustang.

Pria yang sudah berusia ribuan tahun itu terlihat masih muda dan seperti terakhir kali mereka melihatnya. Dengan setelan putih gading yang rapi dan sentuhan kacamata, membuat dirinya tampak lebih seperti seorang pemuda ilmiah yang terpelajar daripada seseorang yang telah hidup ribuan tahun dengan obsesi aneh terhadap shinsu.

"Senang bertemu dengan-mu lagi, Putra Arlene." Sapa Gustang dengan nada datar, sebelum mata itu beralih, "Dan senang juga bertemu dengan-mu, Putra Kesayangan Edhuan."

Baam menatap Gustang waspada sembari melirik Khun sekilas. Khun disisi lain sama sekali tidak memiliki ekspresi apapun, dia bahkan tidak memberikan jawaban ataupun tanggapan terhadap sapaan Gustang. Tetap diam seakan siapa yang berbicara dengan nya bukanlah satu satu dari Kepala Keluarga Agung, namun hanya orang asing yang tak penting untuk diperhatikan.

Gustang sepertinya sudah menebak reaksi Khun, atau mungkin sudah terbiasa. Mengingat Gustang sendiri sudah diasingkan dari Zahard dan yang lainnya.

"Itu benar-benar mengejutkan ku," ujar Gustang santai saat mempersilahkan mereka mengambil tempat duduk. "Sebelumnya aku berpikir Putra Arlene sangat beruntung mendapatkan 'penyusun strategy' yang bagus dari Keluarga Khun. Siapa yang menyangka keberuntungan itu sangat besar sehingga bukan hanya sekedar putra Khun, Kau mendapatkan 'permata' yang selama ini disembunyikan oleh Edhuan."

"Apa yang kau inginkan?" Baam mengetatkan rahangnya, menatap Gustang tajam.

Gustang sendiri meninggalkan kesan yang baik di pertemuan pertama mereka, dan Baam sendiri tidak merasa ada hal yang aneh. Setidaknya tidak sampai dia menemukan fakta bahwa Zahard dan 10 Keluarga telah menyembunyikan keberadaan para Pengeran Zahard, dan fakta bahwa Khun sendiri adalah satu dari mereka.

Mengingat kembali saat dia masih berada di dalam ingatan Arlene, Gustang sendiri memiliki seorang putra dengan Eurasia Blossom. Dan Putra ini juga merupakan Pangeran Zahard dan cukup dekat dengan Khun di kehidupan lalu. Namun, fakta bahwa hanya Eurasia yang terpuruk dalam duka setelah kehilangan putra-nya sementara Gustang tetap acuh dan bahkan mengirim putri-nya, Anne Zahard kedalam kondisi gila dengan memberikan Pocket Arlene dengan sengaja. Membuat Baam kehilangan semua niat baik-nya untuk Gustang.

Seluruh Pangeran Zahard akan terlahir kembali, itu adalah apa yang dijanjikan V kepada Edhuan sebelum kematiannya. Namun hanya Pangeran Zahard yang merupakan Putra Eurasia yang tidak terlahir kembali, sampai sekarang.

Ada alasan untuk itu semua. Pertama, Pangeran Zahard yang mati akan terlahir kembali dalam garis keturunan yang sama seperti sebelumnya, dan garis keturunan langsung jelas jalan tercepat. Hal yang membuat Edhuan gila-gilaan menyebar benihnya. Kedua, karena sejak peristiwa yang menimpa Anne Zahard, baik Eurasia Blossom dan Gustang telah hilang kontak dan tidak lagi memiliki hubungan apapun. Dan dari kedua orang itupun tidak memiliki kebiasan untuk tidur dengan orang lain selain pasangan mereka.

Membuat probilitas kelahiran sang Pangeran menurun hingga menyentuh 2%.

Sehingga sampai sekarang, jiwa dari Putra Eurasia yang satu itu mungkin sampai sekarang masih berkeliaran di menara, menunggu tubuhnya yang entah kapan akan tercipta. Mungkin tidak akan pernah, mengingat keluhan antara Eurasia dan Gustang yang terlalu besar dan sangat kecil kemungkinan untuk diperbaiki.

Eurasia sendiri tidak ingin jika anak yang nanti lahir dari rahimnya, bukanlah Putra yang dia nantikan akan mendapatkan nasib yang serupa dengan Anne Zahard. Terlebih melihat apa yang terjadi pada keluarga Khun dan Arie, membuat Eurasia sendiri takut.

Terlebih mengingat Gustang sendiri memiiki perasaan ambigu untuk Arlene.

"Itu mudah, ini tentang duri yang yang kamu miliki." Sahut Gustang, mengabaikan nada tak bersahabat Baam. Mata di balik lensa itu menatap Khun tenang, "Kita harus memperbaiki sehingga itu menjadi senjata yang sempurna. Dan tepat sekali, pemilik duri yang sebelumnya ada disini."

"Pemilik sebelumnya?" ulang Shibisu bingung. Laourei yang masih bergelung dalam selimut di punggung Hatz bahkan membuka matanya, "Irregular Enryu?"

"Dia disini?!" seru Wangnan horror.

Hanya HwaRyun, Baam dan Khun yang tetap tenang dalam kekacauan yang diciptakan oleh Gustang. Tidak, lebih tepatnya hanya Khun dan HwaRyun yang tetap tenang sementara Baam sudah berada di ambang batas. Ingin menyerang habis-habisan Pria didepannya.

Gustang benar-benar tak tahu malu. Ingin pemilik sebelumnya, Khun Aguero Agnis, untuk dapat memperbaiki duri itu menjadi senjata yang sempurna yang kemudian nantinya akan digunakan untuk melawan dan membunuh Zahard?! Sungguh tercela!!!

"Aku tidak memerlukan senjata yang sempurna, keadaan duri yang sekarang sudah lebih dari cukup." Jika itu harus disempurnakan, bukankah Khun harus mati lagi?!

Gustang menatap Baam datar, "Putra Arlene, duri yang tidak sempurna akan menjadi pisau bermata dua untuk pengguna nya, aku yakin kau sudah menyadari hal tersebut." Jelas Gustang acuh, mata coklat hangatnya kemudian beralih pada Khun yang sedari tadi diam menyesap minumannya. "Kau juga tahu hal ini dengan sangat baik, bukan begitu, Pangeran."

Itu bukanlah pertanyaan, melainkan pernyataan yang mengambarkan betapa sangat yakinnya Gustang.

Mata kobalt Khun melirik Gustang tak tertarik sebelum beralih pada Baam, "Duri yang tidak sempurna memang sangat tidak stabil, tapi bukannya tidak mungkin untuk menggunakannya tanpa resiko. Terlebih lagi, Baam adalah seorang irregular jadi kemungkinan bagi duri untuk lepas kendali cukup kecil." Jelas Khun acuh sebelum menatap Gustang penuh makna, "Dan kau sendiri tahu, dia bukan irregular biasa, seperti kau ataupun 10 Kepala Keluarga, dia jauh berbeda dan lebih istimewa."

"......", Gustang mengerutkan alisnya samar.

Shibisu dan yang lain, "....." kenapa aku merasa ada tindakan PDA terselubung?!

Baam tidak terlalu mengerti apa yang Khun maksud dengan istimewa, mungkin karena dia adalah 'sesuatu' yang dipanggil oleh Arlene? Apapun itu, hatinya terasa hangat karena Khun mempercayai nya dapat menggunakan duri yang tidak sempurna tanpa resiko kehilangan kendali. Setidaknya dia tidak berpikir untuk mengorbankan dirinya untukku lagi, mungkin pengaruh memiliki anak ada hasilnya(?)

"Hmph, terserah apa yang kau maksudkan." Gustang mendengus pendek, "Tapi tetap saja, salah satu dari pecahan duri kau dapatkan dari-ku, aku memiliki hak untuk memeriksanya."

Baam tidak tahan lagi, wajahnya berubah marah, "KAU...!!"

"Tentu saja, periksa keadaan Baam untukku sekalian." Sahut Khun sambil menahan Baam yang hendak menerjang Gustang. "Khun?!", seru Baam jelas tidak setuju. Khun hanya menggeleng pelan, "Aku juga sudah bosan tinggal dilantai ini, kenapa kau tidak sekalian mengantar kami ke lantai lain. Kau pasti membawa kapal indukmu bersama."

.

.

.

Tbc~

15 August 23

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top