***
"Membaca Ingatan Shinsu..."
Baam mengumankan nama teknik itu untuk kesekian kalinya. Mata emasnya tampak melamun saat menatap kedepan kearah pocket hitam milik Arlene yang melayang di depannya.
Garaam tidak banyak berkata saat dia memberi Baam beberapa intruksi. Hanya menyerahkan pocket milik orang yang di duga sebagai 'Ibu' nya kemudian mengatakan tentang hal yang harus dia lakukan untuk mencari tahu kebenaran sendiri. Sang Putri Laut Dalam itu menolak untuk membagi temuannya atas catatan harian di pocket Arlene. Mengatakan itu adalah hal yang semestinya Baam ketahui sendiri.
Khun mengusap lembut cangkang telur raksasa di sampingnya, mengusap debu yang sama sekali tidak ada saat kemudian beralih mendekati Baam. "Itu adalah teknik kuno dengan bantuan mantra, kau tahu sendiri, Shinsu pada dasarnya adalah 'Air Dewa'. Suatu keberadaan yang penting di menara dan pada dasarnya memiliki kesadaran."
"Shinsu memiliki kesadaran?"
"Ya, tidak bisa dikatakan sebagai sesuatu yang hidup juga sih," duduk di samping Baam, Khun membawa kedua tangan Baam, mengenggam nya lembut. "Shinsu di beberapa tingkatan akan memiliki kesadaran, contohnya Api Shinsu keluarga Yeon. Ataupun Api kuno seperti milik EvanKhell." Jelas Khun sambil memanggil keluar FireFish. Ikan kecil itu tampak berenang di sekitar tangan mereka yang saling mengenggam, mata kecilnya menatap Baam sejenak sebelum berbalik berenang kembali memasuki tubuh Khun.
"Memang hanya shinsu yang berada di tingkatan tinggi saja yang bisa mencapai tingkat untuk memiliki kesadaran seperti roh, Shinsu yang berada di sekitar tidak memiliki nya, tapi walau begitu mereka tetap aktif." Membimbing tangan Baam untuk membentuk sebuah bang shinsu kecil berwarna biru cerah, Khun lanjut menjelaskan.
"Mereka, shinsu di menara ini merekam semua kejadian yang ada di menara. Mereka adalah catatan hidup menara ini sendiri. Mereka ingat apa-apa saja yang terjadi dan merekamnya jauh dalam menara hingga membentuk kekuatan baru. Hal yang mendasari terciptanya sebuah kekuatan baru di menara. Seperti Esensi Keberanian milik Komandan Kallavan contohnya."
Baam memperhatikan dengan takjub saat bang kecil di antara mereka tampak bergerak hidup. Membentuk miniature sebuah benih yang kemudian perlahan tumbuh menjadi bunga, mekar dan kemudian layu dan berubah kembali menjadi tanah.
"Itu adalah salah satu contohnya," ujar Khun sambil mengukir senyum, "Kekuatanku masih belum pulih seperti di kehidupan lalu, jadi aku sendiri tidak bisa membantu banyak. Kau sendiri pasti akan kesulitan dengan tingkatan yang kau miliki sekarang. Tapi dengan bantuan 'duri' dan juga item yang di miliki oleh Buaya, seharusnya kau bisa melakukannya."
Membalas senyum si Biru, Baam mengangguk paham. "Kalau begitu kita harus menunggu Rak dan lain kembali dulu. Tapi Khun, apa kau yakin aku harus melakukan ini?"
"Hm?" Khun memiringkan kepalanya sedikit, "Bukankah kau ingin mengetahui tentang jati diri mu yang sebenarnya? Apa yang salah dengan hal itu?"
"Ya aku memang, tapi untuk membaca ingatan shinsu yang dimaksud, maka aku harus fokus pada shinsu yang mengelilingi Pocket ini bukan?" Baam memandang pocket Arlene ragu. "Ini adalah pocket Arlene, jadi kemungkinan besar aku akan melihat semua memori shinsu dari sudut pandang Arlene dimulai dari dia menaiki menara hingga..."
"Kau akan melihat diriku yang ada di masa lalu, sama seperti Arlene melihat ku tumbuh." Potong Khun, Baam mengangguk pelan saat dia meremas tangan sang Blunette saat perasaan ragu menggerogoti. "Aku sebenarnya tidak masalah, bagaimanapun aku ingin mengetahui lebih banyak tentang diri mu juga. Baik itu diri mu yang di masa lalu dan sekarang, aku ingin tahu. Tapi, jika melakukan hal seperti ini entah bagaimana aku merasa seperti melewati batas."
"Kau benar, jika kau mempelajari diri ku dengan cara membaca ingatan shinsu, yah itu memang terdengar seperti perbuatan penguntit gila."
"Khun!" Baam merengut, "Aku ingin mengetahui tentang diri mu tapi aku tidak ingin harus menyerang wilayah privasi mu."
"Sopan seperti biasa, hmm." Khun tertawa kecil saat mata kobaltnya berkilat dengan jahil. "Apa yang kau ragukan? Bukankah kau sudah menyerang banyak wilayah privasi ku, hmm?"
Merah menyebar di wajah sang Irregular, "Itu hal yang berbeda..."
"Baam," memangku wajah sang Irregular agar memandangnya, Khun mengukir senyum hangat, "Aku tidak masalah, selama itu diri mu aku tidak akan mempermasalahkannya."
"... terkadang aku berpikir kalau kau lebih naif dari pada diriku, Aguero."
"Haha, tidak ada keluarga Khun yang naif, maaf mengecewakan mu!" ujar Khun sarkastis saat menarik Baam lebih dekat, memberi kecupan-kecupan lembut di sepanjang wajah sang Irregular.
Baam bersenandung pelan, menikmati taburan ciuman di wajahnya saat mata emasnya sedikit menerawang. Tidak Aguero, aku serius,...
Kau terlalu naif saat berhadapan dengan orang yang kau cintai, Kau dengan mudah mengorbankan diri mu untuk apa yang kau hargai...
apa... apa itu penyebab kejatuhan mu di masa lalu?
Mengingat potongan mimpi itu, kau jelas menyayangi Arlene, mempercayai Arlene begitu besar,
Sama seperti aku dulu menyayangi dan mempercayai Rachel...
"Baam?!" sang Bluenette berseru kaget saat Baam merangsek maju, menerkam bibir nya dalam ciuman panas.
.
.
.
Grand De Jah berulang kali membuka dan menutup mulutnya. Semua kata yang ingin dia ucapkan entah kenapa terhenti diujung lidah. Terlalu ragu untuk memecah ketegangan di sekitar meja makan.
Para tamu nya, yang dia duga salah satu dari mereka adalah Dewa yang selama ini dia dan saudaranya tunggu-tunggu, tampak diam dan memasang ekspresi serius. Kecuali Trio BaamRakKhun yang tampak menyantap makan malam mereka tanpa masalah. Yang lain seakan memiliki awan hitam masing-masing di atas kepala mereka. Seperti langit abu-abu yang suram dan hening sebelum datangnya badai yang ganas lagi merusak.
Pada akhirnya Grand bersaudara dan pengikutnya hanya bisa pergi tanpa sempat membahas perihal siapa Dewa yang mereka cari. Menelan rasa kecewa tapi tetap menjaga harapan bahwa mereka masih memiliki kesempatan lainnya untuk menemukan Dewa mereka.
"Kau ingin memakai item itu Kura-kura Hitam?" Rak bertanya ragu setelah Baam mengajukan permintaan nya itu setelah yakin Grand bersaudara sudah pergi menjauh.
"Ya, aku sendiri tidak bisa menggunakannya karena item itu terikat dengan mu, Tuan Rak, jadi aku harus merepotkan mu untuk membantu ku."
"Humph!" mata merah reptile itu beralih pada Khun yang tengah mengelap mulutnya dengan serbet, "Kura-kura Biru, kalau Kura-kura Hitam memakai item ku, bukankah itu berarti dia akan pergi ke masa lalu?"
"Hanya kesadaran nya saja," ujar Khun menjelaskan, "Sementara Baam membaca ingatan Shinsu dari Pocket Arlene, kesadarannya akan kembali kemasa lalu mengikuti masa shinsu itu sementara tubuh aslinya akan tertidur sementara waktu."
"Tunggu, kau tidak mengatakan hal itu pada ku sebelumnya!" potong Baam tajam. "Jika aku akan tertidur, lalu bagaimana dengan mu? Tentu aku yakin kau bisa melindungi diri mu sendiri, Tuan Rak dan yang lain juga ada, tetap saja Lantai Kematian bisa dikatakan berada di teritori FUG. Para veteran mereka bukanlah hal yang bisa dianggap enteng!"
Dan ada juga kepala keluarga Poe Bi Dau yang tidak jelas hubungannya. Mengingat dia membantu FUG mendapatkan duri, maka seharusnya hubungannya dengan pihak Zahard adalah berseberangan!
Khun melambaikan tangannya acuh, "Tidak apa Baam, kau memang akan tertidur tapi itu bisa dikatakan sebentar."
"Tapi," Ehwa mengangkat tangannya menginstrupsi, "Aku tidak tahu siapa itu Arlene, tapi jika benar dia menaiki menara bersama 10 Pahlawan dan Raja Zahard, maka bukankah itu berarti Baam akan tertidur dalam waktu yang sangat panjang sama dengan waktu mereka menaiki menara?"
Khun, "Tidak, bukan begitu. Baam mungkin akan merasa dia sudah berada di masa lalu selama ratusan tahun karena mengikuti alur waktu Pocket Arlene, tapi pada kenyataannya dia hanya akan tertidur dan kembali bangun setelah beberapa menit saja. Itu benar-benar tak masalah."
"Benar sekali, jika hanya beberapa menit bahkan jika ada serangan mendadak dari kura-kura lemah dari FUG dan juga yang lain. Rak yang mulia ini bisa menahan sampai kau kembali bangun, Kura-kura Hitam!" Rak berteriak keras sambil membusungkan dadanya dengan sikap bangga dan penuh percaya diri. "Bahkan bukan tidak mungkin bagiku untuk mengalahkan mereka."
Baam masih memiliki ekspresi bermasalah di wajahnya bahkan saat Khun memberinya senyum menyakinkan. Terlepas dari semua masukan dari Shibisu yang memakai nada bak seorang ayah yang menenangkan putra nya yang hendak pergi dinas kerja meninggalkan istri dan anaknya di rumah mertua mereka. Baam hanya semakin tidak tenang. Walau dia hanya akan tertidur selama beberapa menit saja di masa sekarang, kesadarannya akan tetap berkeliaran selama berabad-abad di masa lalu dan pastinya tidak akan tenang saat meninggalkan Khun dengan segerombolan orang-orang yang mayoritas mereka semua adalah laki-laki!
Shibisu jangan di tanya, Baam benar-benar tidak bisa mengesampingkan masa-masa saat Shibisu sering memanggil Khun dengan sebutan 'My Love' atau 'My Dear' walau makna dari semua itu adalah karena dia menganggap Khun sebagai 'putra-nya'. Hatz walau sering bertengkar dengan Khun dan tidak terlalu akur, Baam masih tidak yakin mengingat pepatah lama yang sering dia dengar dari Guru nya. Benci bisa menjadi Cinta. Terlebih Lauroe, mengingat kembali di masa lalu bagaimana Khun dan Lauroe sering berbisik-bisik seakan membicarakan hal rahasia dengan senyum di wajahnya sudah membuat Baam panas dingin!
"Dewa-ku, kau bisa yakin calon istri mu akan baik-baik saja di bawah pengawasan ku." Ujar HwaRyun sambil menyesap tehnya.
Justru aku semakin tidak tenang dengan kau berada di sekitar! Bagaimana aku bisa percaya bahkan ketika kau sering menuntunku ke jalan yang kacau hanya untuk membuatku lebih kuat?!
Dan lagi, sejak kapan kau datang?!
.
.
.
.
.
Tbc~
29 Mar 21
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top