[30] The Floor of The Death

***

Tangga itu panjang dan gelap. Beberapa tumbuhan raksasa yang tampak menjalar di tepiannya. Udara berhembus agak penggap saat suhu di sana agak dingin membuat tak nyaman.

"Apa kita masih jauh?" tanya Wangnan dengan lelah.

Sungguh! Mereka sudah menaiki tangga di menara bagian tengah ini selama hampir seharian penuh tanpa istirahat. Walau benar stamina yang di miliki oleh tiap orang di kelompok tersebut sudah di tingkatkan akibat pelatihan yang mereka terima, tetap saja itu melelahkan dan memuakkan ketika kau harus menyusuri jalan gelap nan membosankan seperti ini.

Ehwa menggatur nafasnya yang tersendat-sendat saat melirik Wangnan kesal, "Kau bahkan tidak ikut melawan para bandit dan moster yang kita temui! Jadi berhenti mengeluh!"

Pemuda pirang itu mengerang tak terima. Mata kuningnya kemudian menatap kedepan. Melihat Khun tampak santai duduk di atas lighthouse biru –kepunyaan Baam karena Khun tidak lagi memiliki Lighthouse nya sendiri sejak identitasnya sebagai seorang Pangeran terkuak. Empat lighthouse biru tampak melayang di sekitar mereka memancarkan cahaya yang menjadi penerangan mereka di sana. Ditambah dengan tiga lighthouse merah muda milik Goseng yang satu diantaranya sudah ditempati oleh Miseng.

Anaak dan Endorsi tampak berdebat di barisan paling depan tentang siapa yang berhasil mengalahkan para monster yang menghalangi mereka. Hatz dengan Lauroe di punggungnya dan Shibisu yang juga terlihat sudah kelelahan. Rak sudah lama mengungsi kedalam salah satu lighthouse Baam. Tidak merasa tertantang dengan monster-monster yang berkeliarand I menara bagian tengah.

Baam sendiri tampak segar seperti biasa. Bahkan dia sama sekali tidak berkeringat.

Pemuda irregular itu tidak terlalu jauh dari Khun. tetap menjaga jarak konstan yang bukan hanya karena dia tidak ingin di pisahkan dari Khun, tapi juga karena keberadaan telur yang masih memiliki kebutuhan untuk menyerap kekuatan shinsu kedua orang tua terpilihnya.

Efek samping yang di derita Baam tampaknya sudah mulai membaik. Dia tidak lagi sebrutal dulu saat ada yang mendekati Khun. Perlahan sikap lembut dan ramah sang Irregular kembali dan walau dia masih bersifat posesif, itu tidak lagi menjadi hal yang buruk dibuktikan dengan Khun yang sudah keluar dari kamar tanpa Baam merasa perlu merasa risih untuk mengurung Khun terus menerus. Baam tidak lagi mengisolasi si Biru dari teman-teman yang lain sehingga perlahan hubungan pertemanan mereka yang sebelumnya tertunda untuk di perbaiki, akhirnya mendapatkan kesempatannya.

Hal ini jelas di sambut dengan gembira oleh Shibisu. Karena bagaimanapun pemuda yang gemar memakai tracksuit tersebut sudah lama ingin bicara hati-ke-hati dengan 'putra tercinta nya Khun'.

Beberapa hari setelah keadaan Baam lebih stabil. Sang Irregular kemudian mengajukan rencana nya untuk mengunjungi Lantai Kematian. Pada saat itu bukan hanya Yuri, bahkan Hachuling yang biasa nya easy-going menolak dan melarang dengan keras rencana Baam.

Tapi setelah Baam menjelaskan tujuannya bukan hanya untuk memperjelas tentang kebenaran identitasnya, tapi juga untuk menguak kejadian masa lalu Arlene yang mungkin terkait dengan bagaimana Zahard dan 10 Keluarga Agung akan menerima hubungannya dengan Khun.

Para ranker itu terdiam. Mereka secara kasar sudah mengetahui identitas Baam sebagai seorang 'Putra Arlene'. Irregular tersembunyi yang merupakan rekan lama Zahard dan 10 Pemimpin yang juga memiliki hubungan panjang dengan FUG. Jika mereka ingin menyelesaikan semua perkara tanpa ada perperangan yang hanya akan menelan banyak nyawa, tentu adalah logis untuk mengetahui akar perkara yang ada.

"Baiklah, aku akan mengizinkan kalian untuk pergi." Ujar Yuri tegas, "Tapi jelas, Kereta Neraka belum beroperasi sehingga satu-satunya jalan kalian untuk bisa pergi ke Lantai Kematian adalah dengan melewati jalan labirin di Area tengah menara. Itu adalah area yang sangat labil dan juga tidak terlalu aman. Identitas bocah Khun terlalu sensitive untuk berpergian, karena itu aku akan..."

"Tidak Putri, anda tidak bisa!" bantah Evan bahkan sebelum Yuri menyelesaikan ucapannya. "Apa yang harus anda prioritaskan sekarang adalah untuk merawat dan menjaga Little Rose. Ikut bersama mereka jelas bukanlah pilihan yang bijak. Kita bisa membiarkan Hachuling ataupun yang lain sebagai penjaga mereka."

Dan begitulah.

Pada akhirnya mereka tidak sengaja bertemu dengan Urek di pertengahan jalan dalam pendakian menuju lantai kematian. Hachuling dengan senyum cerah mundur sebagai penjaga mereka dan menyerahkan semua wewenang kepada Urek sementara sang scout dari keluarga Khun itu kembali ke kebiasaannya. Bermain game console nya dengan begitu serius hingga bersembunyi dalam salah satu lighthouse milik Goseng.

Inginnya dia berada di lighthouse milik Baam, namun Khun yang sekarang mengendalikan Lighthouse Baam menolak untuk menampung saudaranya karena sudah cukup ada Rak dan sebuah telur di masing-masing lighthouse.

"Jadi Baby, kau ingin pergi ke Lantai Kematian untuk bertemu dengan Putri Garaam?" tanya Urek setelah puas menghajar sekelompok monster ataupun bandit yang 'lewat'.

Baam mengangguk, mengukir senyum kecil. "Ya, ada pembicaraan yang belum sempat kami selesaikan karena masalah yang dulu terjadi di sana. Setidaknya di waktu yang kosong ini, aku ingin menyelesaikan semua itu segera."

Sang irregular dengan tato lambang Wolhaiksong di punggung nya itu bersenandung paham. "Tapi ini mengejutkan, kenapa kalian lebih memilih melakukan perjalanan kaki dari pada menaiki kapal? Wolhaiksong tidak semiskin itu sehingga kami tidak bisa meminjamkan satu kapal untuk perjalanan kalian." Ujar sang Irregular senior itu lagi yang di tanggapi oleh Baam segera.

"Sebenarnya kami awalnya berencana untuk melakukan hal yang sama. Tapi menurut Tuan Evan dan Nona Hwaryun, jalan kami akan terlalu berbahaya jika memakai alat transportasi. Lebih aman untuk kami mengambil jalan manual ini."

"Itu tidak aneh, bagaimanapun kehadiran ku di markas Wolhaiksong bukanlah hal yang di rahasiakan juga." Khun ikut menimpali, "Jika sampai satu kapal milik Wolhaiksong bergerak, jelas banyak pihak akan menyadari dan mengambil kesempatan untuk menyerang."

Baam menoleh menatap Khun dengan senyum penuh suka di wajahnya. Sedikit ketidakpuasan mewarnai manic emasnya saat melihat bagaimana surai biru Khun sekarang berwarna pirang pucat dan wajah cantik nya sendiri tersembunyi di balik topeng perak. Karena mereka memilih jalur manual untuk metode pendakian, bukannya masalah tidak lagi mengikuti mereka. Mereka tetap saja masih dalam bahaya tapi itu tidak seberbahaya jika mereka melakukan perjalanan dengan kapal. Khun pada akhirnya memasuki mode penyamarannya yang khas.

Rambut di cat blonde dengan topeng di wajahnya.

Hal yang paling membuat Baam terganggu adalah fakta karena surai Khun yang sekarang memanjang, Khun tidak lagi menyisir rambut blonde nya ke belakang seperti yang biasa dia lakukan saat mode menyamar. Melainkan rambut blonde panjang itu dia kuncir agak tinggi dengan kepangan di kedua sisi. Hal ini menyebabkan leher ramping Khun terekspos dari pada biasanya. Membuat Baam gatal ingin meninggalkan jejak di leher bersih Khun. Tanda cinta yang sebelumnya Baam buat sudah memudar dan menghilang dan lagi karena Khun sudah dengan tegas mengatur jadwal kegiatan intim mereka, Baam benar-benar sangat haus saat ini.

Sungguh, bukannya Baam ingin mengeluh dengan jadwal yang diberikan Khun. bagaimanapun dia sendiri tahu kalau Khun mengatur jadwal itu bukan hanya untuk kepentingannya sendiri, melainkan juga untuk Baam dan keselamatan mereka masing-masing.

Dengan kondisi tidak stabil Menara yang perang akan pecah kapan saja, mereka tidak bisa terus-terusan memanjakan diri ke dalam nikmat surga duniawi. Mereka diharuskan untuk siap siaga tiap waktunya dan Baam sendiri harus kembali ke rutinitas latihannya yang sebelumnya sudah tertunda karena efek keberadaan telur yang membuat Baam lebih fokus akan kehadiran Khun seorang.

Lantai Kematian masih sama seperti yang mereka semua ingat. Kondisi Shinsu yang ekstrem dan bakai tubuh administrator yang menyelimuti keseluruhan lantai dan genangan darah administrator yang tampak mendidih dan bersinar dengan cahaya merah yang menakutkan.

"Baam, kau baik-baik saja?" Khun turun dari lighthousenya, menghampiri Baam yang tiba-tiba meringis seakan kesakitan. Sang Irregular menggeleng pelan saat dia mengambil tangan Khun yang tersampir di bahunya, meremasnya pelan. "Tidak apa, hanya saja kau tahu tentang 'itu' bukan?"

Alis Khun terangkat naik. Dulu saat mereka meninggalkan Lantai Kematian, Baam secara pribadi memberi tahu Khun tentang keberadaan bayi administrator yang tidak sengaja Baam serap setelah pertempurannya dengan Hell Joe. Yang mana hal tersebut menambah kemampuan dan wewenang Baam dalam mengendalikan Shinsu di sekitarnya. Untuk lebih amannya, pada saat itu Baam tidak memberitahukan fakta ini kepada Yuri atau yang lainnya. Hanya Khun yang tahu. Dan sekarang sepertinya Baam masih berniat untuk menyembunyikan fakta tersebut, terlebih dengan adanya Urek di sekitar.

Bayi administrator di tubuh Baam pasti menyadari kalau mereka sudah sampai ke Lantai miliknya. Makhluk itu pasti bergejolak gembira karena mungkin ada satu atau dua cara dia bisa keluar dari kontrol Baam. Bagaimanapun, seperti yang di katakan tadi, karena ini lantai miliknya, siapa yang tahu.

Hockney seperti biasa menjadi pemandu mereka menuju ke dasar Lantai kematian. Membuat mereka harus menyelam masuk setelah semua orang mendapatkan pakaian yang lebih tebal dari persediaan yang sudah Khun dan Goseng siapkan dalam lighthouse masing-masing.

Khun berenang mengikuti yang lain saat perhatiannya teralihkan pada suatu tempat. Mata kobalt-nya menatap ke suatu arah yang cukup dia kenali. Tidak, sebenarnya sangat dia kenali. Terlebih dirinya di masa lalu.

Roda pemikiran Khun terhenti saat dia tersentak kaget. Menoleh dia mendapati Baam entah sejak kapan sudah berada di dekatnya, menatapnya khawatir. Teman mereka yang lain tampak menunggu di depan membuat Khun menggeleng sebagai jaminan. Kembali berenang mengikuti arahan Hockney. Baam tidak langsung mengikuti, mata emasnya diam-diam melirik ke arah yang Khun perhatikan sebelumnya. Mencatat hal tersebut dalam hati sebelum menyusul yang lain.

Mereka sampai di salah satu pintu masuk yang menuju ke lantai kematian setelah melewati beberapa lorong yang mirip seperti labirin daging. Mereka di sambut penjaga di sana, dan seperti yang Baam ingat, penjaga itu meminta jiwa mereka sebagai jaminan.

"Tunggu! Bisakah kau memanggil Putri Laut Dalam?" ujar Hockney. Pemuda dengan mata yang unik itu sedikit heran karena sang Penjaga pintu tampak begitu asing dengan keberadaan Baam. Padahal seharusnya keberadaan Baam sangat berksesan mengingat pada saat itu Baam memiliki banyak jiwa bersamanya.

Penjaga itu berguman tampak tidak ingin mengiyakan permintaan Hockney, tapi melihat kehadiran Urek di antara kelompok mereka. Penjaga itu kemudian mengiyakan.

"Ada apa, Hocney? Bukankah lebih baik kita segera masuk dan mencari Putri Garaam saja? Kenapa harus merepotkan dirinya untuk datang langsung?" tanya Shibisu heran.

"Aku merasa aneh, sejak sampai ke Lantai ini, sepertinya ada sesuatu yang kurang di beberapa tempat."

"Kurang?"

Mereka tdak menunggu lama sampai orang yang di katakan sebagai utusan sang Putri datang. Serangga raksasa itu merayap menghampiri mereka saat suara orang yang sangat di kenal oleh Hockney terdengar. "Hockney, temanku, akhirnya kau pulang! Ku lihat kau membawa banyak teman."

"Mata!"

Laki-laki dengan kacamata bundar itu keluar dari serangga yang dia kendalikan. Menyambut teman lamanya dengan gembira. "Para penatua pasti akan sangat senang bertemu lagi dengan mu! Omong-omong, selain dari Tuan Urek, siapa mereka?"

Alis Baam bertaut.

"Mata?! Jangan bilang kau tidak ingat dengan mereka?!" Hockney berseru tidak paham, "Ini Baam dan teman-temannya, beberapa tahun yang lalu mereka datang kesini bersama dengan ku. Mengalahkan Hell Joe."

Mata tampak bingung menatap Hockney tak mengerti, "Apa maksudmu, Hocney? Kapan kau pulang? Sejak kau berhasil keluar dari Lantai Kematian, ini adalah kali pertama kau kembali."

"Apa... apa maksudmu?"

"Dan juga mengalahkan Hell Joe? Apa memangnya bahaya Hell Joe? Dia kan hanya penggali terowongan sederhana."

Urek tampak baru saja mendengar hal paling aneh. Tentu dia senang dengan fakta bahwa salah satu kenalan yang dia anggap sebagai rekan masih hidup, tapi implikasi dari perkataan Mata seakan membawa berita tak mengenakkan.

.

.

.

.

.

Tbc~

Jika ada diantara para Readers yg lupa, di Webtoon nya sendiri, Gustang di lantai Kematian setelah kepergian Baam menghapus semua ingatan para Penghuni di lantai kematian tentang kedatangan Baam dkk dan masalah yg terjadi di sana.

Aku ngk tahu apakah Baam dkk tahu tentang ini, tapi anggap aja mereka kagak tahu dan aku jadiin salah satu plot di cerita ini.

Tiba-tiba pen up aja :")

Jan lupa sedekah komen dan vote nya yak:)

06 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top