[3] You Gone



***


Mata itu perlahan terbuka, menampilkan bola mata sewarna emas yang cerah. Dirinya sedikit mengernyit ketika pendengarannya bisa mendengar suara beberapa orang memangilnya.

"Baam! Kau akhirnya bangun!"

"Viole!"

Manic sewarna emas itu menyapu wajah semua orang di dalam kamar. Dirinya bisa melihat Wangnan dan Ehwa yang dililit perban di beberapa tempat, Miseng yang dan Goseng terlihat hanya memiliki perban yang melilit di sastu bagian. Dan juga Rak yang tampak segar bugar, jika saja dia bisa mengabaikan luka melintang di dada Buaya itu.

Shibisu dan timnya juga ada disana, mengucapkan betapa khawatir mereka karena Baam yang tidak sadarkan diri lebih dari satu minggu. Alis Baam bertaut saat dirinya tidak menangkap kehadiran orang lain, dirinya langsung mendudukkan diri yang mengundang teguran dari Endorsi.

"Baam!! Kau masih harus istirahat kau tahu!! Luka-luka yang kau derita masih belum,..."

"Dimana Khun?" potong Baam cepat, mata emasnya menyapu ruangan itu beberapa kali dan hanya menemukan keberadaan teman-temannya dan Hwaryun tanpa adanya Khun. "Apa dia juga terluka?"

Itu bukan pertanyaan sebenarnya, itu adalah tebakan. Jika Baam tak sadarkan diri sampai-sampai dirinya koma, saat dia terbangun hanya ada dua kondisi. Pertama, dia akan terbangun di kamarnya sendirian, tapi dia masih akan bisa mendengar suara Khun di luar ruangan yang tengah membahas sesuatu dengan yang lain. Kedua, dia akan terbangun dengan banyak orang yang menjaganya, tapi Khun pasti adalah orang pertama yang dilihatnya.

Sekarang, dirinya sama sekali tidak melihat keberadaan Khun, dirinya juga bahkan tidak mendengar suara pemuda biru itu. Baam tidak memikirkan hal lain selain kemungkinan Khun yang terluka karena memang pada saat itu Baam kehilangan kendali atas pengendalian Shinsu-nya dan semua orang tahu betapa rentannya Khun saat berada di lingkungan yang shinsunya tidak terkendali.

Tidak ada yang menjawab, semua orang disana saling melempar tatapan. Baam masih menyapu pandangannya walau dia sendiri sudah mengkonfirmasi ketidak hadiran si pemuda biru itu.

Shibisu menggigit bibirnya saat dia dengan ragu mendekati Baam, "Baam, apa kau ingat bagaimana caranya kau bisa tenang kembali?"

Baam menoleh menatap Shibisu dengan alis bertaut, "Aku tidak terlalu ingat, aku hanya merasakan sakit." Baam menilik setiap ekspresi orang yang berada disana, "Apa yang kalian sembunyikan?"

Shibisu tertawa datar sembari menggaruk belakang kepala botaknya, "Sebelum kamera pengawas ujian rusak, mereka menangkap gambar kalau Khun menuju kearahmu. Jadi,..."

"Jadi apa aku membuatnya cedera serius?"

Shibisu merinding mendengar suara Baam yang terasa dingin, seperti bukan Irregular itu saja. "Yah kami juga tidak yakin, tapi,..."

"Tuan Shibisu, langsung saja! Dimana Khun?"

Shibisu melirik Hatz dan Lauroe meminta bantuan tapi kedua orang itu membuang wajah. Rak yang sudah memperhatikan sedari tadi mendengus sebal, "Itu rekaman terakhir dan ketika para petugas datang ketempatmu, hanya ada kau dan LightHouse milik Kura-kura biru disana. Mereka tidak menemukan keberadaan Kura-kura biru sampai sekarang."

"......"

"......"

Baam menundukkan kepalanya, banyak pemikiran gila melintas dan dia tidak bisa mengendalikan semua pemikiran itu. "Jadi, apa mungkin aku membuatnya menghilang? Khun rentan terhadap shinsu, apa aku membuatnya,..."

"......"

Semua orang terdiam tidak memberi tanggapan. Wajah Tim Wangnan jatuh menjadi lebih suram, dan Tim Shibisu hanya diam tidak memberi tanggapan, terutama Endorsi dan Anaak tidak terlalu mempermasalahkan apakah Khun menghilang. Mereka berdua pada dasarnya tidak terlalu menyukai keberadaan Khun, tapi karena Baam mereka tidak bisa secara gamblang saja mengatakan ; "Yah, si biru licik itu pasti sudah mati."

Hwa Ryun juga diam, mata merahnya menatap kondisi Baam dengan seksama. Pertama kali Baam menjadi Slayer, itu adalah saat F.U.G membuat perjanjian dengan Rachel dan semua teman-teman Baam sebagai tawanan. Saat itu Baam menjadi Calon Pembunuh dengan segala paksaan dan tekanan.

Kali kedua, adalah saat Jinsung Ha di tangkap dan juga keadaan Khun yang koma. Dua kondisi ini entah bagaimana berhasil membuat Baam secara suka rela menjadi Calon Pembunuh.

Keberadaan seorang Khun Aguero Agnis adalah sesuatu yang tidak bisa di sangka oleh semua petinggi FUG. Beberapa tindakan keturunan Khun itu selalu berimbas fatal pada rencana FUG. Bukan hanya berhasil melepaskan Jue Viole Grace dari FUG saat pertarungan WorkShop, tapi juga berhasil membuat Irregular Baam yang selama ini mereka perhatikan sekali lagi lepas dari ikatan FUG saat kompetisi melawan Yamah.

Hwa Ryun bisa dengan jelas merasakan kalau kematian Putra Khun adalah rencana para Tetua FUG. Gadis merah itu tidak tahu apakah Khun selamat atau memang sudah mati. Yang jelas, fakta bahwa FUG sekali lagi mencoba membunuh Khun untuk kesekian kalinya, jika Baam sampai mengetahuinya, sang Irregular pasti akan mengamuk lagi.

BLAM

Semua mata disana serentak menoleh kearah pintu, mendapati Beta yang memiliki nafas tidak beraturan.

"Beta? Apa kau dan Tim Ran datang kemari?" tanya Wangnan gugup. Semua orang disana gugup. Bagaimanapun Ran adalah orang yang tanpa pikir panjang melancarkan serangan pada Baam saat bocah itu mendengar kabar Khun yang koma. Dan semua orang masih dengan jelas mengingat bagaimana Ran mengamuk marah karena kebodohan Baam yang mempercayai Rachel saat itu.

Beta masih mengatur nafasnya saat dia dengan sedikit gagap mulai bicara, "Aku memang datang dengan mereka, tapi ditengah perjalanan menuju ke sini tiba-tiba sekelompok pengawal dari Keluarga Khun datang."

"APA?!"

"Mereka tidak menyerang kami, hanya saja mereka sepertinya mencari Khun Ran." Lanjut Beta menyandarkan diri ke pintu. "Salah satu dari mereka mengatakan sesuatu tentang 'Pangeran' dan 'Istana' dan setelahnya mereka pergi begitu saja."

Endorsi menautkan alis bingung, "Kenapa mereka mencari bocah itu? bukankah seharusnya mereka mencari diriku yang merupakan seorang Putri Zahard?"

Lauroe menjawab datar, "Karena Khun Ran adalah keturunan langsung Khun Eduan, tentu saja mereka mencarinya. Lagipula, apa hubunganmu dengan keluarga Khun sehingga mereka harus mencari mu?"

Hwaryun, "Lalu, dimana Khun Ran sekarang?"

Beta menggeram sebal, "Itu yang aku ingin katakan!! Setelah para pengawal itu pergi Bocah Biru itu tiba-tiba mengamuk dan,..."

BLAAR

Ruangan itu seketika menjadi berantakan saat petir besar itu menyambar. Pecahan kaca dan keramik berserakan dilantai dan beberapa orang yag tidak siap terpaksa harus merelakan diri mereka tersungkur. Baam mengerjap beberapa kali dan matanya melebar saat melihat Khun Ran sudah berdiri di hadapannnya.

Arus listrik biru nampak meliuk-liuk di sekitar tubuh bocah itu dan bahkan mata milik bocah itu sudah berkilauan dengan niat membunuh. Semua orang bisa dengan jelas melihat Shinsu tebal yang menyelimuti tubuh Khun Ran dan mereka tidak bisa membantu untuk tidak menggigil.

"Aku hanya akan mengatakan hal ini sekali saja! dan sebaiknya kau mengingatnya!!" Desis Khun Ran berbahaya, satu tombak cahaya miliknya teracung kedepan wajah Baam mengancam. "Mulai sekarang jangan pernah kau mengucapkan nama keluarga Khun lagi, terutama kau jangan pernah mengucapkan nama A.A."

"Bahkan dalam mimpi jangan kau coba-coba menyebut namanya, Sialan!!"

***

"Tuan Viole, makan malam sudah siap. Apa anda tidak akan turun segera?" Ehwa mengetuk pintu kamar beberapa kali, mata merah muda miliknya menatap khawatir saat dia menunggu respon yang tidak kunjung datang dari si pemilik kamar.

"Aku akan meninggalkan makananmu di depan pintu nanti kalau begitu." Putus Ehwa setelah beberapa kali dia memanggil yang lain.

Gadis keluarga Yeon itu menghela nafas panjang saat dia memasuki ruang makan yang sudah dipenuhi banyak orang. Masing-masing dari mereka menanyakan apakah Sang Irregular akan bergabung, dan pertanyaan ini sudah cukup lama terulang selama beberapa minggu ini.

"Viole masih belum mau keluar? Ini sudah hampir 2 minggu penuh, apa dia akan baik-baik saja?" Wangnan menatap koridor yang mengarah kearah kamar Baam-Rak-Khun.

Rak menyuap makanannya dan mendengus kesal, "Hmph! Dia masih terlihat baik di mata ku!! Tapi berani sekali Kura-kura hitam itu mengabaikan ku ketika aku menegurnya!!"

Nobic menyuap makanannya dalam diam saat matanya melirik kearah koridor, "Aguero Agnes menghilang dan Ran juga sekarang entah kemana perginya, mungkin setelah ini kami akan berpisah."

"Apa? Kenapa kalian tidak menaiki menara bersama kami saja?!" tanya Shibisu terkejut.

Dann menggeleng kan kepalanya pelan, "Sejak awal Khun A.A yang mengumpulkan kami, selama ini kami juga naik menara karena perintahnya. Jika dia tidak ada, apa tujuan kami menaiki menara?"

Xiaxia mengangguk lesu, "Itu benar, lagipula aku mau menaiki menara karena Si Tampan Licik itu mau membayarku. Sekarang dia hilang, maka hilang jugalah uangku!"

Beta menghela nafas panjang, "Aku selama ini juga berhasil bertahan hidup karena semua bahan obat-obatan milikku disediakan oleh Khun, dan aku juga sudah terbiasa berada dalam Lighthouse karena orang itu sering menjadikan aku seperti alatnya. Sekarang dia tiada, aku mungkin akan mati setelah semua stok obat itu habis."

"Xiaxia, aku bisa mengantikan Khun untuk membayarmu dan juga Beta, aku juga bisa menyediakan stok obat milikmu! Kenapa kalian tidak bergabung dengan tim kami saja?" usul Endorsi acuh sembari menyisihkan bagian daging di piringnya.

"Khun membayarku 100juta point setiap pertarungannya, Tuan Putri, apa kau punya uang sebanyak itu? terlebih dulu dengan Ran di tim kami, setiap lantai biasanya ada 100 pertarungan lho." Komentar Xiaxia menatap Endorsi datar.

"Dia membayarmu sebanyak itu? Aku jadi heran seberapa banyak uang yang berada dalam akunnya. Semua bahan obat milikku setidaknya lima diantaranya berharga diatas 5juta point satu tangkainya. Dan dia selalu memberiku 100 tangkai penuh setiap jenisnya." Komentar Beta menatap Xiaxia horror.

"Apa?! Jadi total harga obatmu lebih mahal daripada gajiku?!" Xiaxia menoleh balas menatap Beta horror. "Seberapa kaya orang itu?! seharusnya aku meminta kenaikan gaji sebelum dia mati!!"

Beta menoleh kearah Shibisu dan kelompoknya, "Jadi, kalian bisa menunjang kami?"

Shibisu sudah berhenti menyuap makanannya sejak awal Xiaxia menyebut harga gajinya di setiap pertarungan, dan sekarang dia hanya bisa dengan canggung menjawab. "I-itu mungkin akan menjadi tanggungan Tuan Putri kita, haha"

"Kau gila!! aku tidak memiliki uang sebanyak itu!!" seru Endorsi kasar.

Anaak menaikkan sebelah alisnya, "Padahal kau itu Putri Zahard, dan terlebih kau juga seorang selebritis."

"Diam kau kadal!!" seru Endorsi kesal, "Lagipula dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu?! dia pasti melakukan penipuan!!"

Di lain sisi, di kamar dimana Baam-Rak-Khun berada. Baam menyandarkan dirinya kedinding di atas kasur miliknya sembari memeluk lutut. Mata emasnya menatap kasur kosong di seberangnya, berharap dia bisa melihat orang lain berbaring disana.

Pada jam-jam seperti ini, biasanya Khun masih berkutat dengan Lighthouse dan akan menemani Baam berbicara sebelum kemudian si biru memutuskan untuk tidur. Dulu itu hanya sebuah aktivitas biasa, tapi sekarang itu menjadi kenangan yang dia rindukan.

Mata emas milik Baam memejam erat, mencoba menenggelamkan dirinya dalam kenangan.

Flashback

"Baam? Baam?" panggilan jernih itu berlanjut sampai si pemuda bersurai hitam kecoklatan itu membuka matanya, mendongak melihat sosok biru di depan kasurnya. "Baam, apa yang kau pikirkan sampai termenung seperti itu? kau bisa bercerita pada ku atau pada yang lain, kau tahu itu."

Baam mengukir senyum kecil melihat orang lain menatapnya sebal sembari berkacak pinggang, "Khun, aku hanya sedikit tersesat saja. Bagaimanapun, sekarang aku benar-benar resmi menjadi Calon Pembunuh FUG."

Khun menautkan alisnya, "Baam, aku selalu ingin menanyakan hal ini. Apa yang kau inginkan sebenarnya dalam menaiki menara?"

Baam terdiam seribu bahasa, mata emasnya memandang lekat orang lain. "Aku hanya ingin melindungi kalian."

Khun menghela nafas panjang, pemuda biru itu sama sekali tidak meminta izin saat dia menaiki dirinya keatas kasur yang lain. Baam semakin menyandarkan dirinya kedinding saat Khun mendekatkan wajahnya sehingga kedua mata mereka menatap dalam jarak yang dekat.

"Baam, dengarkan aku. Aku tidak menyalahkan mu untuk mencoba melindungi kami, tapi jangan berlebihan! Kau juga harus melihat dirimu sendiri!" ujar Khun tegas, "Kau bukan Dewa yang mewujudkan keinginan orang lain, kau adalah manusia yang bisa saja melakukan kesalahan dan keinginanmu harus kau wujudkan sendiri."

Khun mengangkat kedua tangannya, menangkup wajah orang lain. "Kau bukan alat untuk perwujudan harapan orang lain, Kau adalah kau! Jangan kehilangan dirimu sendiri Baam. Sekuat apapun manusia, mereka tetap akan menjadi manusia pada akhirnya, karena itu jangan sampai kehilangan dirimu Baam!"

Manic emas milik Baam terpaku pada manic kobalt milik orang lain saat yang lain tersenyum lembut, "Aku akan selalu berada di sisi-mu, kau tidak sendiri."

"Khun,..."

Flashback end,...

"Khun, kau berjanji tidak akan meninggalkan ku!"

Rak berdiri diam di ambang pintu, dia menatap orang di dalam kamar lekat sebelum kemudian menutup kembali pintu kamar. Meninggalkan Baam kembali dalam kesendirian.

Buaya itu mendesah panjang saat menatap ubin lantai, "Sejak awal hanya ada kalian berdua di tim kita ya,..."

.

.

.

.

.

Tbc~

18 Juni 2019

Ngk kok Buaya, hanya saja mereka nge-bucin ngk tahu tempat aja jadi sering ngacangin kamu,... //tertawa nista.

Buaya : *lempar redspear*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top