[28] Your Mating Session Not Finished Yet!! So Don't Go Around!

***

Baam adalah orang yang sabar, tapi disaat yang sama dia juga tidak.

Dia selalu bersabar saat semua hal buruk menimpa dirinya dan mencoba memaafkan mereka yang menyakiti baik dia dan temannya. Mencoba mengatakan itu karena mereka putus asa dan Baam kemungkinan besar akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi pada dirinya. Tapi ada masanya saat Baam tidak bisa menerima kenyataan dan tetap membawa amarah dan kebencian pada mereka dan akan membalas sesuai dengan apa yang mereka berikan padanya.

Hal ini membuat dia menempa diri terus menerus untuk menjadi lebih kuat dan lebih. Dia tidak ingin kehilangan dan juga tidak ingin di tinggalkan. Dan untuk mewujudkan hal itu dia tidak punya pilihan lain selain menjadi lebih kuat dan berada di atas yang lain.

Tentu dia sendiri sadar bahwa beberapa temannya menjadi lebih jauh saat kekuatannya semakin bertambah. Entah itu karena mereka takut atau karena mereka tidak bisa menyamai kecepatannya dalam mendapat kekuatan.

Dan Baam terlalu egois untuk melepaskan mereka dari belenggu bernama pertemanan yang mengikat.

Dan sekali lagi. Baam sadar bahwa dia memiliki kelainan.

Alasan kenapa Baam tidak banyak merasa tertekan saat Rachel ataupun orang lain memanggilnya Monster. Karena Baam sendiri tahu bahwa dia memang Monster yang mengerikan.

Dia terlalu egois dan sangat terobsesi akan sesuatu. Sama seperti bagaimana dia memiliki keinginan menyimpang untuk terus mengejar Rachel bahkan setelah dikhianati begitu kejam. Sama seperti bagaimana dia ingin menarik Rachel untuk kembali kedalam kegelapan gua hanya agar mereka bisa kembali ke masa-masa lampau saat masih bersama.

Itu adalah keajaiban dia bisa terbebas dari obsesinya terhadap Rachel. Tapi di saat yang sama itu juga memiliki harga yang setimpal. Karena pada saat Baam melepaskan obsesinya terhadap Rachel, dia secara mengejutkan pindah memusatkan obsesinya pada satu orang tanpa dia sadari. Pada awalnya.

Obsesinya yang gila menjangkiti jiwanya, dan Baam mengakui dalam hati bahwa obsesinya kali ini mungkin lebih buruk di bandingkan dengan terakhir kali.

Dia ingin Khun hanya menatapnya. Dia ingin senyum dan perlakuan lembut si Biru hanya tertuju padanya. Dia ingin menjadi yang istimewa bagi si Biru. Dan syukurlah karena memang itulah yang terjadi, karena Khun memang hanya selalu menatapnya, hanya dia yang menerima perlakuan istimewa dan sikap lembutnya.

Baam pernah membayangkan bagaimana jadinya jika Khun tidak memberinya hal-hal tersebut dan memperlakukan Baam selayaknya dia memperlakukan orang lain. Itu membuat dia gila hanya untuk memikirkannya dan Baam di paksa mengakui bahwa apa yang terjadi pada Michael mungkin akan juga akan terjadi padanya. Bahkan mungkin lebih buruk.

Dan sekarang, keberadaan telur dan efek samping yang diberikan hanya membuat Baam semakin sakit.

Dia sekarang memiliki keinginan gelap untuk mengurung Khun untuk dirinya sendiri. Menyembunyikan nya dari dunia sehingga hanya Baam yang bisa menikmati keindahan yang lain. Dia tidak mau lagi berbagi afeksi yang dimiliki si Biru dengan orang lain. Bahkan walau itu adalah temannya.

"SIALAN KAU KURA-KURA HITAM!! BERANINYA KAU MENGUSIR RAK YANG MAHA PERKASA DARI KAMARNYA!!" suara teriakan Rak di ikuti gedoran pintu yang keras terdengar dan diabaikan oleh pelaku pengusiran.

Khun memandang iba pintu yang diperkuat shinsu untuk menghindari dari kehancuran dari gedoran Rak. Dia baru saja hendak mengajukan beberapa pemikiran untuk Baam saat rahangnya di pegang cukup kuat dan dia paksa menoleh. Mata emas itu bersinar dengan obsesi yang tidak repot di sembunyikan oleh si pemilik. Menatapnya intens seakan ingin melahapnya saat itu juga.

Baam tidak berbicara, tapi Khun dengan cepat paham. Efek samping itu sudah mencapai puncaknya dan itu mendorong Baam untuk kehilangan kesabarannya. Khun memejamkan matanya, menghirup nafas dalam mencoba memantapkan diri sendiri.

Tangannya melingkari bahu lebar sang Irregular, mata kobaltnya sedikit gemetar saat balas menatap mata emas bak orb tersebut. "Baam, aku disini."

Wajah serius sang Irregular perlahan melunak saat senyum terukir di sana. "Bagus, kau harus tetap di sini!"

Tubuh Khun sedikit bergetar saat Baam menariknya lebih dekat, membenamkan wajahnya di lekuk leher si Biru. Suara Khun sedikit gemetar karena Baam benar-benar tidak menahan dirinya saat langsung saja menyerang lehernya dengan ciuman. "Uhm, aku disini. Tidak akan pergi kemanapun."

Baam menyenandungkan gumanan puas sebagai jawaban. Khun menggenggam erat pakaian Baam saat dirinya menahan diri agar tidak jatuh karena kakinya yang perlahan menjadi lemas. Tangan Baam sama sekali tidak sopan saat mengerayangi tubuhnya, bahkan tidak mau bersabar berurusan dengan kancing pakaian dan hanya langsung merobeknya. Menyebabkan kancing-kancing kecil itu jatuh kelantai menghasilkan suara bergemerincing yang bagus.

Erangan pelan lolos dari bibir tipis si Biru saat Baam menggigit kulit telanjangnya. Bagian otaknya yang masih rasional mencoba mencari lighthouse terdekat, dan segera dia mengambil alih lighthouse milik Baam –yang sengaja diberikan oleh FUG dulu sekali karena mereka berpikir seorang Slayer harus memiliki semua kemampuan dasar setiap posisi.

Dia mencoba dengan susah payah untuk menjalan lighthouse tersebut di tengah belaian Baam yang memanjakan kulitnya. Mengatur barrier untuk membuat kamar mereka menjadi kedap suara. Dia tentu tidak ingin apapun yang terjadi di dalam ruangan akan bocor ke luar dan mempermalukan dirinya nanti.

"Ah!"

"Khun, kemana kau menfokuskan perhatianmu?" Baam menatap Khun tajam, jelas tidak senang dengan Khun yang membagi perhatiannya dengan yang lain.

Khun meringis masih merasakan perih di bahunya akibat Baam menggigitnya terlalu kuat. Dia tidak akan heran jika kulitnya terluka di sana. Syukurlah dia berhasil mengatur penghalang sesaat sebelum Baam menggigitnya tadi sehingga teriakannya di pastikan tidak bocor keluar.

Sedikit terengah, Khun menangkup wajah Baam, menariknya lebih dekat. "Maaf, tapi apa kau ingin semua orang mendengar kita?"

Mata emas itu sedikit menggelap, suara Baam terdengar berbahaya. "Tidak, aku tidak. Dan jika mereka mendengarmu maka aku akan memastikan agar mereka lupa!"

"Kau benar-benar berubah ya."

Jarak di antara mereka sangat dekat, terlalu dekat hingga mereka bertukar nafas masing-masing.

"Kau benci itu?" Baam mencuri ciuman kilat.

"Hmm~ tidak juga." Khun menghela nafas pelan saat Baam sekali lagi mencuri ciuman cepat darinya. "Aku bisa tenang menghajar Shibisu ataupun yang lain jika mereka mengejekku, kan?"

Baam tertawa pelan, "Kebebasan mu."

"Bagus!" seringai kemenangan terukir di wajah Khun sebelum kemudian melebur karena segera Baam menciumnya lebih serius.

Kedua nya kemudian terlalu sibuk untuk memikirkan apa yag terjadi di luar. Mengacaukan tempat tidur hingga kusut dengan telur raksasa bercahaya yang membisu di sudut ruangannya.

Dan Rak yang malang terus berteriak mengutuk di depan pintu yang sepi hingga dia sendiri kelelahan dan haus jadinya. Hockney yang bersembunyi di tikungan koridor bersama dengan sekelompok orang lainnya menawarkan air minum dengan ramah untuk si Buaya yang malang.

Yuri dengan wajah cerah menawarkan kamar lain untuk Rak. Shibisu menangis entah karena apa dan Endorsi dengan sangat mengejutkan pergi berlatih dan menarik Hatz dan Anaak bersamanya. Memaksa keduanya menjadi lawan sparringnya.

Hwaryun di sisi lain hanya tersenyum setipis hantu, menatap kesuatu arah acak.

"Sepertinya neraka yang kau takdirkan untuk anak itu tidak akan terwujud, Nona Grace."

.

.

.

Baik Baam dan Khun tidak keluar dari kamar selama beberapa hari setelahnya. Hanya terkadang Baam akan keluar sebentar untuk mencari makanan di dapur sebelum dengan segera kembali ke kamar tanpa perlu repot-repot menyapa rekannya.

Yuze atas permintaan Hachuling juga sengaja menambah barikade di sekitaran kamar kedua pasangan itu. Mencegah agar tidak ada orang yang cukup bodoh untuk berkeliaran disana.

Keadaan Baam sekarang nyaris bisa dikatakan sangat tidak masuk akal poseseifnya. Jika sang Irregular menemukan seseorang berkeliaran di dekat kamar yang dia tempati bersama Khun, dipastikan orang itu akan berbaring di ruang medis untuk beberapa waktu yang cukup lama. Bahkan walau orang tersebut hanya tersesat dan tidak punya pikiran lain, Baam tidak peduli lagi.

Hal yang membuat Shibisu mengurungkan niatnya yang sangat ingin mengintip sekalian mungkin saja dia bisa mengambil beberapa momen memalukan seorang Khun Aguero Agnis Zahard yang bisa dia gunakan untuk blackmailing Khun untuk melupakan hutang lamanya yang menumpuk dulu.

Rak adalah pihak yang paling merasa dirugikan.

Masih tidak senang dengan bagaimana dia diusir dari kamar yang memang sejak awal ditempati oleh mereka bertiga. Saat Baam pertama kali keluar setelah beberapa hari untuk mengambil makanan di dapur, Rak langsung maju dan hendak mengomel. Di belakang Wangnan dan kelompok lain sudah merasa awas dan khawatir untuk keselamatan si Buaya. Takut kalau Baam akan cukup kejam sekarang dan akan menyerang Rak sekarang.

Mengejutkannya Rak hanya diam setelah dia berada di depan Baam. Mata merahnya berkilat melihat kura-kura hitamnya lekat dan sedetik kemudian dia mendengus dan pergi dengan teriakan keras.

"MUSIM KAWIN-MU MASIH BELUM SELESAI! UNTUK APA KAU KELUAR DENGAN BAU MENYENGAT SEPERTI ITU, HAH?! MENGUNDANG UNTUK BERTARUNG?!"

*Sekedar informasi tambahan, saat hewan ataupun binatang buas memasuki musim kawin. Para pejantan akan menjadi sangat agresif dan akan saling bertarung karena agresi yang mereka miliki seakan mengajak untuk saling menyerang sampai mati. Dan Baam jelas Binatang Buas yang sangat buas😏

"......"

Miseng, "Kawin?"

"Mereka benar-benar melakukan nya!" guman Endorsi dengan wajah kosong tak percaya.

Miseng, "Memangnya apa yang mereka lakukan? Apa itu kawin?"

"Tentu saja mereka! Memangnya apa hal lain yang bisa mereka lakukan di kamar berduaan begitu lamanya." Yuri melirik Endorsi sambil mencibir, Little Rose untungnya saat ini tengah tidur siang jadi Yuri bebas berkata tanpa filter untuk merawat saudari tercinta nya ini.

Miseng, "Mereka tidur? Atau bermain game di lighthouse? Memang apa lagi?"

"Tapi mereka sama-sama pria!" Endorsi tampak kacau saat memilih kata-kata, "Dan walaupun memang hubungan sesama jenis bukan hal yang aneh terjadi di menara, status Khun sebagai seorang Pangeran Zahard bukankah melarang dia untuk hal itu? Maksudku, kita saja para putri di larang memiliki hubungan asmara, jadi seharusnya para Pangeran juga begitu!"

Miseng, "Hei mereka memangnya main apa sih?"

Yuri, "Kau sepertinya sama sekali tidak mengerti dari aturan yang ada. Dengar, kita para Putri di larang memiliki hubungan asmara adalah karena kita berbagi darah dengan Raja Zahard, sehingga jika sampai kita memiliki keturunan langsung, maka itu artinya kita menyebarkan kekuatan Zahard secara sewenang-wenang. Kau paham itu bukan?"

Goseng, "Miseng, ayo bantu aku ke dapur sejenak."

Endorsi, "Ya tentu aku tahu itu, tapi bukankah itu juga sama dengan para Pangeran?!"

"Tidak, itu tidak sama." Evan yang sedari tadi diam menyela, "Tidak seperti para Putri, para Pangeran sama sekali tidak berbagi darah dengan Raja Zahard. Mereka hanya berbagi nama saja. Hal ini lah yang mendasari kenapa para Pangeran tidak terikat dengan aturan untuk berhubungan asrama. Selain itu, kekuatan para Pangeran, aku rasa itu bukanlah sesuatu yang bisa diwariskan secara turun temurun."

"Tapi... ini tidak adil!"

"Menara memang tidak pernah adil!" tukas Yuri, "Kau seharusnya tahu benar hal itu."

.

.

.

Pintu kamar Baam pastikan tertutup rapat sebelum kemudian berbalik. Mata emasnya menatap sayang sosok Khun yang sekarang tertidur lelap di atas ranjang. Sudut mata pemuda bluenette itu tampak memerah akibat menangis terlalu sering beberapa hari terakhir ini. Bibir ranumnya sedikit bengkak dengan bekas luka kecil di sudut bibir. Tangan rampingnya yang tampak keluar dari balik selimut memiliki memar di sekitar pergelangan, membuat Baam diam-diam meringis menyalahkan diri karena bertindak terlalu kasar.

Meletakkan nampan makanan di atas nakas, Baam mengendalikan satu lighthouse, mengambil beberapa obat dan salep.

Mengaplikasikannya ke memar di pergelangan tangan Khun sepelan mungkin, tidak ingin membuat istirahat yang akhirnya telah Khun dapatkan harus hancur. Sang Brunette menghela nafas pelan, puas dengan hasil kerjanya sebelum kemudian mata emasnya tertuju pada leher Khun yang tidak tersembunyi.

Leher ramping yang adil itu penuh dengan tanda yang dia tinggalkan. Kissmark yang tampak begitu menonjol di kulit seputih giok milik Khun dan bitemark yang membuat Baam ngilu. Apa dia menggigit Khun sekuat itu?

Menyibak selimut sedikit, Baam mengintip tubuh polos Khun yang tersembunyi. Melihat semua tanda yang dia tinggalkan yang tampak begitu kejam di kulit pucat Khun. Baam merasa dia benar-benar binatang buas karena kondisi tubuh Khun sekarang benar-benar tampak begitu memprihatinkan. Mungkin jika Ran mengetahui kondisi Khun saat ini, bocah Khun yang lebih muda itu tidak akan segan membantai Baam dengan kejam.

Seharusnya Baam melakukan ini sejak awal. Dia mengobati dan merawat memar dan semua jenis kekacauan di tubuh Khun. Berhati-hati dan bersikap lembut di setiap tindakan tapi pada akhirnya tetap saja mengusik waktu tidur sang pangeran yang kelelahan.

Bulu matanya yang panjang bergetar sebelum kelopak mata itu terbuka memamerkan manik kobaltnya yang khas. Menatap Baam yang tengah fokus merawat tubuhnya linglung. Hm, dia butuh secangkir kopi untuk membangunkan fungsi otaknya sepenuhnya. Terlebih setelah aktivitas panjang mereka beberapa hari terakhir ini yang hanya berhenti untuk keperluan makan.

Toilet? Oh tentu mereka butuh untuk itu. Tapi sekali mereka masuk ke ruang kecil itu, Baam kembali menganas dan menerkamnya.

Benar-benar hampir tidak ada istirahat.

Bahkan jika Khun pingsan di tengah kegiatan, Baam tidak berhenti.

"Khun, maaf membangunkan mu." Baam menatap Khun lamat, mengambil secangkir kopi di nampan. "Kau sudah bangun bagaimanapun juga, bagaimana kalau kau makan terlebih dahulu? Kau bisa lanjut beristirahat setelahnya, lagipula tidak baik untuk membiarkan tubuhmu tanpa energi."

Sang bluenetta bangkit, mendesis saat merasakan sakit yang tajam pada tubuh bagian bawahnya. Dia mengukirsenyum kecil menenangkan Baam yang tampak panik dan khawatir. Menerima kopi yang ditawarkan, perlahan pikiran Khun mulai lebih jernih setelah beberapa tegukan. Melihat tubuhnya sekarang, Khun hanya bisa diam menipiskan bibirnya, merah menjalar di wajah saat rasa malu menghantamnya. Namun segera, Khun mendapatkan kembali ketenangannya.

"Baam, aku rasa sudah saat nya bagi kita untuk berbicara."

"......" Kenapa perasaanku buruk?

.

.

.

.

.

Tbc~

Lucy : Hahaha kau udah puas kan Baam makan My Blue Rigel Aguero? Ya udah, setelah ini siap-siap jatahnya di atur ulang jadi My Blue Aguero aku selamat dari kelumpuhan. 

Baam : .... Kau bercanda kan?

Lucy : Nope, aku serius. Walau dia Pangeran dan dia itu kuat, fisiknya masih aja tetap manusia! Bahkan walau dia keturunan si Edhuan yang sanggup nyebar benih tiap detiknya, Aguero ngk sekuat itu juga kali! 😡

Baam :  *berbalik melihat Aguero dengan mata memelas* Khun~!!!

Khun : *memakai kacamata anti-pesona-Baam* Maaf Baam, tubuh ku tidak kuat jika harus seperti itu terus.

Baam : Tapi...

Lucy : Turut berduka untuk mu, Baam.😊

Baam : ......

Baam : Aku ingin jatah di Love Out Of Neglect part 2 di lebihin!😏

Khun : Baam?!

Lucy : ...... PROTAGONIS SIALAN!!!😠

Jangan lupa tinggalkan jejak ya guys, ngk baik jadi BlackReaders lho

30 August 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top