[19] He Left Again
***
Wangnan menguap menahan kantuk saat dia terhuyung-huyung menuju dapur untuk mengambil air. Dia baru saja hendak kembali kekamarnya saat mendengar seseorang memasuki apartemen mereka. Yakin bahwa itu Baam dia menoleh dan berniat untuk menyapa santai.
"Hei Baam, kau kembali begi,..."
Perkataannya tidak selesai saat semua rasa kantuknya hilang berganti horror. Dia ingin berteriak tapi tatapan memperingatkan dari mata emas itu membuatnya bungkam. Di sana Baam berdiri dengan pakaian penuh berlumuran darah, bahkan tiap kali di mengambil langkah akan tercipta cetakan sepatu dari darah yang belum mengering. "Aku akan membereskannya nanti, kau bisa beristirahat lebih dulu jika kau ingin."
Wangnan dengan cepat mengangguk. Pemuda yang terkenal sangat berisik itu dengan tergesa-gesa kembali kekamarnya, berdoa dalam hati bahwa dia tidak akan mendapat mimpi buruk. Bagaimanapun pemandangan seorang Baam yang serba hitam dihiasi lumuran darah yang banyak benar-benar membangunkan kesan iblis yang nyata. Wangnan terkejut dia masih sadar saat ini bukannya pingsan.
Baam membersihkan dirinya dengan cermat, dalam hati mengingat catatan mentalnya mengenai Khun yang berhidung tajam. Memakai banyak sabun daripada biasanya hingga dia sendiri benar-benar yakin aroma darah sudah menghilang. Dia kemudian membereskan kekacauan darah di lantai sebelum kembali kekamar.
Melihat Rak dan Khun tertidur di lantai dengan tikar lebar sebagai kasur. Khun terbangun saat Baam menutup pintu, dia menatap pemuda regular itu dari bawah bulu matanya yang panjang saat matanya masih terasa berat. "Buaya bersikeras agar kita tidur di lantai bersama."
"Dia mungkin tidak ingin di lupakan seperti malam sebelumnya." Baam tertawa pelan, mengambil selimut ekstra sebelum kemudian ikut bergabung dengan kedua temannya. Dia dengan bijak mengambil tempat di tengah keduanya karena saat tidur bersama seperti ini Rak dan juga Khun tidak bisa terlalu dekat.
Rak terlalu heboh dalam tidurnya dan pasti akan menganggu tidur Khun yang ringan, terlebih Rak selalu bergerak dan sering kali meletakkan anggota tubuhnya di atas tubuh orang lain. Baam sebagai korban yang sering mendapatkan hal itu tentu bisa dengan akurat membayangkan kemarahan Khun jika Khun adalah orang yang menderita tersebut. Khun dan Rak pasti bertengkar dan tidak akan ada waktu untuk beristirahat.
"Kau tidak tampak seperti ingin tidur." Komentar Khun pelan, memperhatikan bagaimana sang Irregular hanya berbaring miring memperhatikannya lekat.
Baam berkedip sekali sebelum mengukir senyum tipis, "Jika aku tidur, aku akan terlalu takut untuk bangun nantinya."
Mata kobalt yang setengah mengantuk itu tertegun menyadari implikasi dari ucapan Baam. Tapi walau begitu dia tetap acuh saat senyum kecil terukir di wajahnya. "Tidurlah, kau harus merawat dirimu. Jangan jadikan aku penghalang jalanmu untuk terus maju."
"Lalu, apa gunanya aku mencapai jalan itu jika kau tidak menemaniku?"
"Kau akan baik-baik saja Baam, bahkan tanpa aku kau akan baik-baik saja."
"Tidak, aku tidak." Bantah Baam tegas, mengejutkan sang Lightbearer hingga kantuknya menghilang. "Khun, kenapa dulu kau mengejarku begitu keras tapi saat aku mengejarmu aku tidak di izinkan?"
"Bukannya aku mengatakan tidak boleh, hanya saja sejak awal aku bertemu denganmu di lantai ujian. Aku sudah merasakannya, kau akan meninggalkanku suatu hari jika aku tidak bisa mengikuti perkembanganmu." Ujar Khun.
"Khun,..."
"Baam, jujur saat itu aku benar-benar tidak tahu siapa dirimu. Aku hanya berpikir kau adalah orang yang menarik karena memilik Black March dan bisa berguna untukku, tidak menyangka kita akan berteman baik setelahnya. Tapi saat itu aku juga sudah memiliki perasaan, selama aku berstatus regular, kita akan selalu di takdirkan untuk berpisah. Kau adalah hiu dan aku hanya ikan kecil yang mengikutimu." Potong Khun cepat. "Dan ketika aku berstatus sebagai Pangeran, aku bahkan ragu kita bisa tetap berteman seperti sekarang. Kita sama-sama Hiu sekarang, tapi kita berada di perairan yang berbeda."
"Kenapa kau berpikir begitu? Apa karena sekarang kau tahu aku putra Arlene?" Baam mengingat apa yang di teriakkan oleh Elliot di taman sebelumnya. Baam ingat Khun yang dari masa setelah pertarungan workshop seharusnya belum tahu, tapi perdebatan tadi siang dengan dua gurunya cukup heboh dan Khun harus bisa mendengarnya.
"Ya ucapkan terima kasih pada perdebatan kalian yang begitu keras." Khun tertawa kecil, tidak membantah dan bahkan menyetujui hal itu. "Dan ya itu alasannya, karena kau adalah Putra Arlene. Dan seluruh pemimpin 10 Keluarga Agung dan Raja Zahard tidak akan mengizinkan aku untuk terus berteman denganmu."
Sakit. Bahkan walau Baam sudah memperkirakan hal itu dia tetap merasa sakit saat langsung mendengar kepastian langsung dari Khun. Menarik nafas dalam, Baam beringsut mendekati Khun, membawa si biru dalam dekapannya. Khun sedikit memberontak hendak menolak, tapi pemuda biru itu tidak benar-benar menolak. "Baam?"
"Khun, kau yang bilang apa yang ada di masa depan tidak pasti bukan? Sama seperti kau yang tidak menduga kita bisa berteman baik pada awalnya. Lalu, bukankah itu juga berarti tidak pasti kalau kita tidak bisa bersama di masa depan? Percayalah, aku akan membuat kau tetap bersama kami. Kau dan aku, dan juga Rak dan yang lain, akan tetap bersama." Ujar Baam menatap langsung pada mata kobalt pemuda di dekapannya, "Bahkan walau itu perlu waktu lama untuk melakukannya, aku akan terus berusaha untuk itu."
"Apa kau tidak ingin pergi ke puncak menara?"
"Tidak, kau sendiri tahu aku tidak pernah benar-benar ingin menaiki menara." Baam mengusap lembut surai biru sedingin es di tangannya. "Aku selama ini naik hanya untuk mengikuti arus saja, tujuanku mempelajari semua teknik bertarung hanya agar aku menjadi lebih kuat untuk melindungi semua orang yang berharga bagi ku. Dan sekarang, akhirnya aku menemukan tujuanku untuk menaiki menara."
Khun sedikit menelengkan kepalanya, mencoba menghindari tangan Baam yang bermain dengan rambutnya walau itu sia-sia. "Apa itu?"
"Kau," ucap Baam tulus saat dia menempelkan dahinya kedahi Khun, membiarkan mata emasnya menatap mendominasi mata kobalt itu. "Aku menaiki menara untuk mengejarmu, dirimu yang berada di atas tahta sang pangeran. Aku menginginkan mu, Khun Aguero Agnes Zahard, aku menginginkan mu."
Baam bisa merasakan tubuh pemuda di dekapannya bergetar sedikit dan Khun menghela nafas pelan sebelum menenangkan diri. Mata kobalt itu nampak sedikit sayu saat menatap Baam, "Kau benar-benar tidak adil, kau tahu aku tidak pernah bisa benar-benar menolakmu."
"Tapi walau begitu kau akan tetap meninggalkan ku ketika fajar datang."
"Baam, sudah kukatakan. Aku tidak pernah meninggalkan sisi-mu, dimasa lalu, sekarang atau di masa depan aku selalu di dekatmu."
Baam menautkan alis bingung. Mendengar Khun berkata seperti itu terlalu sering, Baam mulai berpikir ada sesuatu yang disembunyikan di sana. Tapi apa itu?
Baam hendak menanyakan nya langsung, tapi dengkuran halus terdengar dari si pemuda biru. Jelas dia tertidur selama Baam mencoba memecahkan arti perkataannya. Walau merasa sedikit kecewa karenanya, Baam tidak berniat untuk menganggu tidur si biru.
Dia tetap terjaga, mengawasi pria biru dalam pelukannya. Berpikir bagaimana dia harus bertindak saat pagi datang menjelang nantinya karena Khun pasti sudah akan pergi saat itu terjadi. Dan semua rekannya yang lain pasti akan mengamati Baam dengan khawatir seperti hari-hari saat Khun tidak ada. Baam benar-benar tidak ingin membuat semua temannya yang lain khawatir lagi, tapi itu memang benar dia mungkin akan murung saat Khun pergi dan yang lain akan wajar menjadi khawatir karenanya.
Ingin Baam membekukan waktu sekarang. Menahan Khun tetap bersamanya lebih lama. Jika bisa dia ingin selamanya. Baam tidak masalah terjebak dalam kesendirian waktu yang beku selama Khun ada disana menemaninya.
Tangan Baam menemukan jalannya mengelus sisi wajah Khun. Merasakan betapa lembutnya kulit putih salju itu di telapak tangannya. Jemari panjang Baam kemudian dengan nakal menjentik lembut bulu mata biru muda yang panjang dan lebat itu, membuat Khun berguman tak senang dalam tidurnya. Baam menggagumi sepasang bulu mata yang indah seperti kipas itu sejenak sebelum kemudian jemarinya kembali bergerak. Menyelusuri setiap pahatan wajah Khun, mencoba memetakannya lebih dalam kedalam ingatannya.
Jemari Baam berhenti saat hampir menyentuh bibir Khun. Mata emas itu menatap bagaimana bibir tipis itu berwarna merah muda transparan nan terlihat sedikit basah dan bagaimana Khun dalam tidurnya tidak benar-benar merapatkan bibirnya seperti yang selalu dia miliki saat dia terjaga.
Ragu sebentar, Baam pada akhirnya tetap membiarkan jemarinya menyapa bibir itu. Awalnya menyapunya ringan dengan ujung jari, mengagumi bagaimana lembutnya itu terasa walau itu hanya sekilas. Kedua kalinya Baam mengusap jemarinya lebih lambat, menyadari itu bahkan lebih lembut dari sutra yang berkualitas tinggi yang pernah di perlihatkan oleh Jinsung Ha padanya. Ketiga kalinya, Baam menekan jemarinya pelan, dan semakin dibuat kagum bagaimana bibir itu terasa kenyal di jemarinya.
Bagaimana kira-kira rasanya? Apa itu sebagus saat di sentuh?
Baam penasaran. Kepalanya terasa seakan terpecah karena pergolakan batin. Satu pendapat menyuruhnya untuk mencoba langsung untuk memastikan, lagipula ini tidak seperti Khun akan terbangun hanya dengan sedikit ciuman. Satu pendapat melarangnya takut Khun terbangun dan malah membenci nya setelah itu, mengingatkannya untuk menghormati privasi orang lain. Terlebih Rak bisa bangun kapan saja.
Apa yang aku pikirkan?, batin Baam mengutuk dirinya sendiri. Sepertinya benar kata orang-orang, dia semakin lama semakin berubah menjadi monster yang mengerikan.
Mencoba mengalihkan pikirannya pada hal yang lain, Baam memilih untuk mengingat-ngingat kembali cerita yang dulu pernah di ceritakan oleh Putri Zahard di Lantai Kematian. Garam Zahard. Tentang asal-asul nya dan bagaimana dia bisa ada.
Tapi semakin Baam menelusuri kembali ingatan itu semakin dia kurang yakin, apakah dia benar-benar Putra Arlene atau dia adalah Sesuatu yang tidak diketahui yang merasuki tubuh ini?
"Apakah kau bisa benar-benar memanggilnya Ibu? Aku tidak yakin akan hal itu."
Perkataan Putri Garam sebelum menceritakan tentang pocket Arlene menyentak kesadaran Baam. Mengingat kembali detailnya saat itu Putri Garam dengan jelas menegaskan bahwa Arlene yang dalam pelarian dari kejaran Zahard tengah hamil akan tetapi Anak itu sudah dibunuh oleh Zahard.
Ada beberapa hal aneh di sini. Saat Zahard hendak melamar Arlene seharusnya Sang Raja Menara itu pasti sudah tahu kalau Arlene sudah bertunangan dengan V. Dengan melihat betapa langsungnya kepribadian Zahard nan tegas seperti yang tercermin di lantai Tersembunyi, aneh rasanya jika Zahard akan menundukkan kepalanya saat jelas dia akan di tolak. Maka itu bukankah itu berarti pertunangan Arlene dan V di rahasiakan dari 10 Pemimpin dan Zahard?
Dan juga kenapa Zahard tidak di katakan melakukan apapun saat Arlene menolak lamarannya. Putri Garam mengatakan kalau Zahard memulai pengejaran atas V dan Arlene setelah keduanya kabur dan entah karena alasan apa 10 pemimpin berpihak pada Zahard. Dan kenapa juga Zahard harus membunuh putra Arlene yang baru lahir di depan Arlene? Apa memang itu hanya karena cintanya yang tidak berbalas?
Maka itu bahkan lebih aneh, jika Zahard membunuh putra Arlene tepat setelah dilahirkan maka seharusnya V ada disana dan mencoba menghentikan Zahard. Penjelasan yang terlalu mengambang membuat V yang diceritakan terkesan membiarkan saja apa yang terjadi pada Arlene dan Putranya. Terlebih dengan kematian V. Zahard, 10 pemimpin dan juga Arlene dan V seharusnya menjadi abadi, tapi V entah bagaimana bisa mati dengan bunuh diri. Surat terakhir V juga terkesan aneh untuk seseorang yang kehidupan rumah tangga nya hancur.
'Lupakanlah semuanya dan kembali kepada teman-temanmu.'
Bukankah aneh untuk membuat wasiat seperti itu? menyuruh istrimu yang setengah gila untuk kembali bersama dengan pembunuh anaknya? Itu terlalu aneh dan bahkan tidak wajar!
Dan lagi keadaan Arlene sudah setengah gila saat itu, kenapa V malah memilih membunuh dirinya untuk meninggalkan Arlene yang butuh sandaran? Itu sangat tidak logis untuk pasangan yang di ceritakan saling mencintai.
Memikirkan kembali pada cerita Putri Repelista sebelumnya, tentang kematian para Pangeran Zahard di masa lalu. Baam mulai merasa ada hubungan erat antara apa yang menimpa Arlene dengan kematian para Pangeran. Dan jika dugaannya terbukti benar,...
Maka penentangan dari pihak Zahard tentang hubungan Khun bersamanya akan lebih keras dibandingkan dengan apa yang dia pikirkan sebelumnya. Tapi kemudian Baam ingat salah satu pemimpin yang membantu Garam untuk bersembunyi di Lantai Tersembunyi. Poe Bi Dau Gustang. Orang yang juga merupakan pencetus ide adanya Putri Zahard pasti tahu lebih banyak dari pada Garam Zahard.
Tenggelam dengan rencana nya untuk kembali ke Lantai Kematian segera setelah acara ini. Waktu mengalir lebih cepat dari yang Baam kira. Lamunannya buyar saat tubuh di pelukannya terasa dingin secara bertahap.
Menatap ke bawah pada Khun yang masih terlelap. Baam terkejut mendapati tubuh si pemuda biru tampak lebih cerah dari sebelumnya. Seakan bercahaya. Tidak. Tubuh Khun benar-benar bercahaya dan semakin lama itu semakin cerah seiring aura dingin yang bertambah.
"Kura-kura Biru akan segera pergi?"
Baam menoleh terkejut pada Rak yang entah sejak kapan bangun. "Rak? Bagaimana ini?"
Rak menatap Khun yang masih tidur lelap, tampak tidak terganggu dengan kebisingan yang ada sementara Baam mengencangkan pelukannya walau itu terasa sia-sia karena Baam sendiri merasa dia tengah menyentuh kapas. Itu terasa terlalu mengambang dan aneh. Rak sendiri memang sengaja bangun lebih awal, bagaimanapun dia tidak ingin terbangun dan si biru sudah menghilang begitu saja. Dia ingin ikut melihat bagaimana si biru itu pergi, karena dia juga khawatir bagaimana reaksi Baam nantinya jika hanya si Irregular itu sendiri yang melihatnya.
"Waktu nya sudah habis, Kura-kura Hitam, lebih baik melihat apa yang bisa kita lakukan di masa depan."
"Tapi,..." mata emas itu tampak sedikit basah dan bobot dalam pelukannya terasa menghilang perlahan.
"Khun."
***
Kelopak mata itu perlahan terbuka, menampilkan manic kobalt elektrik yang tampak sedikit bersinar saat mencari fokusnya. Melirik ke jendela di samping, melihat bahwa langit fajar perlahan memudar digantikan sinar matahari pagi.
"Oh, kau kembali tepat waktu. Slayer kecil itu tidak berbohong ternyata." Komentar Haoqin, berdiri di ambang pintu ruangan.
"Hm." Khun masih betah menatap langit pagi dari jendela, sama sekali tidak menoleh sejak awal Haoqin datang. "Apa kau mengatakan sesuatu pada Baam sehari sebelumnya? Dia bertingkah aneh."
"Ah benarkah? Aku hanya menanyakan kapan kau akan kembali saja. Selain memperingatinya tentang Ran yang mungkin mengamuk, aku tidak mengatakan hal lainnya." Haoqin mengangkat bahu acuh saat dia menjawab seadanya. "Memangnya apa yang dia lakukan?"
Khun tidak langsung menjawab. Dia mengusap gelang biru yang melingkari pergelangan tangannya saat pikirannya melayang. "Yah, dia menjadi begitu emosional."
"Haha, bukankah sejak awal dia memang orang yang seperti itu." Haoqin tertawa pelan.
Mata kobalt itu masih memandang langit yang perlahan menjadi lebih cerah, melirik ke arah bangunan tertentu, Khun bisa dengan jelas melihat bagaimana shinsu di sana sedikit bergelombang kasar sebelum perlahan tenang. Menghela nafas pelan Khun bangkit dari kursi besarnya, "Aku akan kembali kekamarku."
.
.
.
Tbc~
Huwaa episode 6 minggu ini menyentuh banget sih, dimulai dari bagaimana Khun yang mau berbohong agar Baam ngk mengalami hal yang sama dengan apa yang terjadi ama dia. Sampai ke masa lalu Anaak yang mengena banget. Huhu aku sedih untuk dua karakter ini TvT
Memang ada perbedaan besar dari bagaimana interaksi Khun ama Rachel kerasa banget. Kalau di Webtoonnya kan, Khun tetap bersikap ramah karena Rachel adalah orang terpenting bagi Baam, dan Rachel sendiri juga bersikap santai saat dia bercerita. Ngak ada rasa-rasa kaku gitu saat interaksi mereka pertama kali.
Tapi di animenya Khun judes ama rachel, ngk repot-repot bersikap ramah yang sebenarnya aku yakin banyak fans ToG diluar sana ngak akan mempermasalahkan dan malah akan senang melihatnya. Karena bagaimanapun pasti keselkan kalau liat bias kita deket ama yang kita benci walau kita tau itu cuma akting?
Jadi aku benar-benar senang banget apalagi diwaktu Khun dengan lancarnya berbohong pada Baam. Dia berbohong pake wajah cantik lagi, aku kan ngk tahan ama yang Bishounen kayak gitu. Hampir aja teriak tengah malam.
Btw reaksi Khun saat Baam baru saja bangun sumpah kayak istri yang berdedikasi kali buat ngejaga suami yak. Baam juga baru bangun malah Khun dulu yang dipanggil padahal dia udh liat Rak duluan. Kau anggap apa si Buaya nak?
Apalagi Khun pengertian banget sampai dia membeli baju baru demi Baam, aah episode kali ini ternyata ada gulanya juga!
Btw Khun, darimana kamu tahu ukuran tubuhnya Baam??😂😂
Sayang Baam ngk bakal sadar secepatnya, perjalanan masih jauh hingga penghujung season 2, setelahnya baru deh Baam mulai overprotektif ama Khun. Hiks, masih lama yak.
Adegan ini sumpah keren banget!! Ngk sabar nunggu adegan baku hantam jadi nya kan💕💕💕
Dan aku ngakak saat Hatz bilang kalau Khun itu 'Dasai mimi kazari' , disini translate indonya agak beda. Aku mau benerin kalau itu artinya ; 'Anting Jelek' bukan 'Anting Cupu'
Yah sebenarnya ngk jauh beda amat artinya, yang jauh itu bagian yang di ucapkan ama Khun, beda banget artinya.
Khun ; 'Dasai?! Ore no ichiban niwanai kotaba darou?! naa Yoruu?'
Di sub indonya di translate jadi ; 'Cu-cupu? Setidaknya cari ejekan lain selain itu dong. Bukan begitu Yoru?'
Padahal yak kalau di artikan dengan benar akan mejadi seperti ini ; 'Je-jelek?! Itu kata yang paling tidak cocok denganku, kan?! bukan begitu Yoruu?'
...
Khun sadar diri banget kalau dia cantik ya geng. Sumpah narsis banget sih, tapi itu fakta. Kita ngk bisa menyalahkan.
Dan disini kita melihat dengan jelas sekali perbedaan reaksi Baam. Saat Khun yang Deket dia mah fine fine aja, giliran Shibisu, Baam malah protes gegara ada janggutnya(sumpah aku baru tahu kalau Shibisu ada janggutnya, ngk jelas sih tapi ngk mengejutkan juga) jadi Baam nerima aja Khun yang lengket Ama dia karena Khun lebih mulus gitu? Ya emang Khun mulus sih, diantara semua Chara ToG Khun paling mulus😂
Si Bintik jangan ditanya, udh burik tuh😑
Dan btw aku mau ngebahas tentang mimpi Rachel. Disini kita bisa lihat ada satu siluet yang mirip banget dengan Hoh, yang ikut bersama dengan Baam dan yang lain.
Gara-gara ini aku punya satu teori nih. Jika saja Hoh ngk termakan sama hasutan Hwaryun, dan dia tetap menjalani ujiannya dengan baik dan berteman dengan Baam. Maka Hoh pasti akan menjadi bagian dari gengnya Baam dan Shibisu dalam menaiki menara, dan orang yang tertinggal adalah Rachel sendiri.
Tapi karena ada campur tangan pihak FUG dan juga hasutan dari Hwaryun dan akting sempurna si Bintik, jadinya Hoh malah mulai iri dan membuat semua masalah. Disini aku mikir kalau Hwaryun membantu Rachel untuk mengambil takdir Hoh dalam menaiki menara, karena kan Headon bilang sebelumnya kalau Rachel bukanlah orang yang ditakdirkan menaiki menara.
//Lagian mereka berdua memiliki beberapa kesamaan sih. Hoh dan Rachel sama-sama pirang, dan mereka juga sama-sama iri pada Baam//
Jadi mungkin aja karena itu takdir mereka bisa tukar(?)
Oke, ini hanya teoriku pribadi kalian ngk usah nganggap serius juga ngk apa kok. Mari kita menunggu episode 7 untuk minggu depan bersama. Dan aku berpikir mungkin episode minggu depan adalah waktu gembira bagi para shiper Baam ama Endorsi.
Huh, aku mah nunggu Khun beraksi menjelaskan trik licik dia yang bisa Baam gunakan untuk memaksa Endorsi
Heleh, pada akhirnya malah dia yg jatuh hati ama Baam. Tapi sayang dia kalah dari si Bintik😂
07 Mei 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top