[17] Don't Leave Me

***

"Tidak Baam! Kau tidak akan ku biarkan kabur kali ini! kau harus kencan dengan ku seharian ini!!"

"Tapi Endorsi, aku harus berlatih. Kau juga harus." Bujuk Baam halus.

"Tidak! Aku bilang tidak! Jangan buat aku mencuri nama mu dan membuatmu jadi budakku!" tukas Endorsi kukuh. Keduanya saat ini tengah berada di salah satu taman di Stasiun NameHunt. Spot yang memang sangat bagus untuk berkencan selama kau memiliki keyakinan kalau namamu tidak akan di curi.

Ini adalah hari terakhir Khun bersama dengan mereka, Baam ingin menghabiskan hari dengan si Lightbearer. Tapi Khun menolak dan memilih terbenam dengan semua rancangan rencana yang dia bahas dengan Evan, Hwaryun, Shibisu dan Wangnan yang memang dulu pernah Khun katakan sangat berguna karena Wangnan selalu bisa memperkirakan apa yang akan dilakukan oleh orang-orang kurang elit seperti dirinya dulu bertindak.

Kata-kata Khun dulu cukup membuat Wangnan terdiam, karena kata-kata itu mengingatkan dengan sangat jelas kalau Wangnan tidak akan bisa mencapai posisinya sebagai salah satu regular terkenal kalau bukan karena dia bergabung dengan Baam beserta tim yang dibentuk oleh Khun.

Baam mau saja mengikuti keinginan Khun yang menyuruhnya untuk beristirahat, namun dengan si biru tidak menemaninya, Baam lebih memilih untuk berlatih. Namun sebelum niatnya dilakukan dia sudah lebih dulu diseret oleh Endorsi untuk kencan sepihak.

"Huh, seharusnya kita membeli es krim ataupun cemilan sebelum kemari." Gerutu Endorsi, mengubah pocket nya menjadi mode terlihat dan memanggil Hatz. "Hei! Bawakan aku cemilan! Aku di taman!"

Sebelum Hatz sempat menjawab, Endorsi sudah lebih dulu memutus panggilan. Merangkul tangan Baam mesra saat dia membiarkan tubuhnya menyandar pada sang Irregular. "Baam, apa kau benar-benar tidur dengan si biru itu? dalam artian lain?"

"Kami hanya tidur, secara harfiah Endorsi." Jawab Baam menetapkan pandangannya ke langit biru di atas mereka. "Aku benar-benar tidak mengerti kenapa kalian seheboh itu hanya karena aku tidur dengan Khun, ini bukan yang pertama kau sendiri tahu kami sering tidur bersama."

"Tapi sebelumnya ada Rak! Dan selain itu kau memeluknya!" Endorsi menegakkan tubuhnya saat dia menyanggah dengan wajah marah. Baam sama sekali tidak mengubah ekspresi wajahnya yang tenang saat menjawab, "Ya aku memang memeluknya, tapi apa yang salah dari itu? aku tidak melihat ada salah terlebih Khun tidak mempermasalahkannya."

"Oh tentu di biru itu tidak mempermasalahkan! Dia selalu mengikuti semua kemauan mu!" dan aku yakin si Biru itu sama sekali tidak menyadari apa yang kau inginkan! , kalimat terakhir diucapkan Endorsi di dalam hatinya. Tidak mengutarakan secara langsung karena dia sendiri tahu Baam menyadari hal itu.

Khun selalu melihat Baam sebagai orang yang baik dan jujur. Baam yang memeluknya di tengah malam mungkin hanya akan dianggap oleh si Biru sebagai kebiasaan baru yang tercipta setelah waktu berlalu dan banyak hal yang terjadi. Khun tidak akan pernah mengaitkan hal itu dengan dirinya sendiri. Dia tidak akan pernah membuat pikiran Baam melakukan hal itu sengaja karena dirinya.

Bahkan ketika dirinya koma karena perbuatan Rachel yang mana berujung pada Baam yang marah dan berniat membunuh Rachel setelahnya. Saat Khun mendengar hal itu dari Shibisu, pemuda biru itu nampak skeptis dan tidak percaya. Dia nampaknya lebih percaya kalau Baam melakukan hal itu karena mengetahui kematian Akraptor di tangan Rachel dan juga penyebab dimakannya Prince oleh White karena perintah Rachel.

Padahal pada waktu itu, Baam sama sekali tidak mengetahui bahwa dua temannya sudah meninggal. Baam baru mengetahuinya sekembalinya dia setelah mengamuk pada Rachel. Dan saat Baam mendengar apa yang terjadi pada keduanya dari Wangnan, reaksi Baam tidak sebesar saat dia mengetahui apa yang menimpa Khun.

Endorsi tidak bodoh. Dia sadar Baam sangat melekat pada Khun. Bahkan sejak awal mereka bertemu di lantai ujian, Endorsi sadar akan hal itu. Terlepas dari bagaimana Baam begitu terobsesi mengejar Rachel, Endorsi dapat dengan jelas bahwa Baam sudah mulai melenceng dari tujuannya itu saat bersama dengan Khun.

Yang tentu saja Khun tidak akan pernah menyadari itu. Selalu di pandang buruk dan licik oleh orang lain membuat pemuda biru itu menjadi pesimis akan bagaimana orang lain menilainya.

"Kau memeluk saudara ku saat tidur? Kalau begitu sebaiknya kau tidak membiarkan Ran mendengar hal itu, dia akan langsung membunuhmu jika dia tahu." Ujar seseorang yang entah sejak kapan sudah berada di belakang mereka.

Baik itu Baam ataupun Endorsi sontak bangkit berdiri, memasang posisi waspada saat melihat siapa tamu tak diundang ini. Terkejut saat melihat bahwa itu adalah Haoqin dengan pedang putih besar di belakang punggungnya. Endorsi melirik ke samping saat menyadari keberadaan satu orang lagi, mengenali orang itu sebagai Pengurus Lantai 44, Khun Royale Elliot yang dilawan Hatz sebelumnya.

Mengutuk saat dia mengingat kalau Elliot adalah salah satu peserta Pertarungan Kereta yang tentu berada di kantin saat makan siang sehari sebelumnya. Tentu dia pasti melihat Khun Aguero sebelum kemudian melaporkannya pada Haoqin. Selain itu Hoaqin, dia adalah pemilik asli item yang dimiliki oleh Rak. Tentu dia akan menyadari apa yang terjadi saat Khun tiba-tiba menghilang.

Haoqin memiliki senyum tipis di wajahnya saat dia menegakkan tubuhnya, mengelus ganggang pedangnya. "Aku melihatnya, sepertinya jiwa-jiwa sialan itu ada bersama mu. Bagaimana rasanya? Saat semua jiwa tak tahu malu itu meneriakkan keinginan untuk pembalasan dendam?"

Baam menipiskan bibir, dia sejujurnya sangat jijik dengan keberadaan jiwa itu. Dia hanya bisa tahan dengan semua kebisingan mereka selama beberapa hari setelah kemudian menyusuri setiap memori yang ada. Dan semakin dia melihat memori jiwa-jiwa itu, semakin dia merasa jijik. Pada akhirnya dia membiarkan monster dalam dirinya melahap habis semua jiwa yang ada hingga tak tersisa, mengubahnya menjadi kekuatan baru.

Tidak ingin munafik, Baam dengan ringan menjawab. "Membuatku mual sehingga tidak bisa tidur, setidaknya mereka cukup berguna untuk kekuatan baru."

Endorsi merinding mendengar Baam berkata begitu, Baam tidak pernah secara terbuka memperlihatkan sisi kelamnya pada yang lain sebelumnya. Walau mereka tahu kalau mereka hanya harus bertanya untuk mengetahui itu, semua teman Baam tidak ingin. Mereka tidak ingin dibangunkan dari mimpi tentang bagaimana Baam yang bukanlah seorang anak kecil yang polos.

"Kau jujur seperti sebelumnya, harus aku akui aku sangat menyukai sisimu yang satu itu." Haoqin tertawa pelan sebelum kemudian berhenti, menatap kedua orang didepannya serius. "Berapa lama waktu yang kau masukkan dalam alat itu?"

"2 hari, menurut Khun dia akan kembali sebelum subuh menjelang." Jawab Baam, dia tidak ingin berbohong karena dia tidak mau orang yang menghalangi dia bertemu dengan Khun semakin bertambah.

Haoqin tampak merenung sejenak sebelum mengangguk paham, "Baiklah, kurasa aku akan mempercayai saudaraku padamu."

"Tapi Yang Mulia, orang ini Slayer FUG! Dan lagi dia putra Arlene!" protes Elliot tidak senang.

"Aku juga seorang Slayer FUG sebelumnya." Ujar Haoqin ringan saat dia menatap Baam lekat, "Lagipula, aku cukup yakin dengan anak ini. Dia berbeda dengan jalang itu."

Sudut mata Baam sedikit berkedut, dia tidak senang Haoqin menjelekkan orang yang dia ketahui sebagai ibunya. Tapi dia juga tidak memprotes secara keras, bagaimanapun Baam yakin pasti ada alasan yang kuat di balik itu.

"Kau benar-benar beruntung adalah aku yang tahu, jika itu Ran ataupun Yuexin, aku ragu kau masih bisa bernafas dengan baik sekarang." Haoqin berbalik pergi dengan acuh yang kebetulan Hatz datang dengan sekotak makanan di tangannya.

Pemuda dengan hakama itu terkejut dan spontan hendak mengambil pedangnya saat Haoqin dan Elliot sudah melewatinya cepat. Haoqn melirik Hatz dengan cibiran di matanya, "Peganganmu pada pedang mu masih saja ceroboh dan buruk. Tidak ada peningkatan bahkan setelah tahun-tahun berlalu."

Hembusan angin membawa terbang dedaunan pohon saat keheningan menyelimuti taman. Tidak sampai Haoqin dan Elliot benar-benar menghilang dari pandangan sampai kemudian Endorsi terduduk keras di tanah. Dia untuk pertama kalinya merasa sangat tertekan, diam-diam memuji dirinya di masa lalu dimana dia meneriaki White sebagai monster menjijikkan. Endorsi hendak meminta Baam untuk membantunya bangun kembali saat dia menyadari Baam entah sejak kapan sudah pergi.

Dan tidak perlu kekuatan cenayang untuk mengetahui kemana sang Irregular pergi, memikirkan hal itu membuat Endorsi kecewa. Berdiri sendiri, dia melihat kotak yang berisi beberapa minuman dan cemilan sudah jatuh ketanah dengan berantakan. Jika itu dirinya yang biasa maka Endorsi pasti sudah berteriak marah, tapi saat ini dia tidak berniat untuk itu. Menepuk bahu Hatz keras agar si penggila pedang itu kembali dari renungannya, "Cepat bereskan itu, kita harus kembali."

Baam disisi lain sudah terbang dengan shinsu nya, dengan tergesa-gesa memasuki apartemen mereka. Dia bertanya pada orang yang pertama dia temui. "Dimana Khun?"

"Di ruang tengah, berdiskusi dengan-" bahkan sebelum Ehwa bisa menyelesaikan ucapannya, Baam sudah berlari pergi.

Pada saat ini kebetulan sekali Yuri hendak keluar dengan wajah serius, dia menyapa Baam dengan wajah yang langsung cerah. "Ah Baam! Kau cepat sekali kem-"

Melewati Yuri begitu saja, Baam dengan cepat memindai ruang tamu, mendapati Khun baru saja bangkit dari sofa. Menatapnya khawatir, "Baam, kenapa kau tampak kacau?"

Baam tidak menjawab saat dia langsung menerjang Khun dalam pelukan, membuat mereka jatuh ke sofa. Sangat bagus sofa di stasiun NameHunt sangat bagus dan empuk. Jadi Khun yang di tabrak kuat hingga jatuh tidak merasa sakit. "Baam?! Ada apa denganmu?"

Yuri terkejut, dia langsung menoleh pada Endorsi yang baru saja kembali bersama Hatz. Dia bertanya melalui tatapannya pada keduanya. Endorsi tidak memberi tanggapan yang di inginkan oleh Yuri, dia hanya diam menatap bagaimana Baam memeluk Khun begitu erat. Jelas takut untuk dipisahkan bahkan walau dia tahu mereka harus berpisah sebelum subuh mendatang.

Hatz berbisik pelan pada Yuri, menghindari agar Yuri tidak mengamuk karena di abaikan oleh Saudarinya. "Mereka bertemu White di taman."

Evan yang sudah mengungsi dari tempat duduknya saat Baam menyerang Khun ikut mendengar bisikan Hatz. Dia melirik dua orang yang tengah berpelukan di sofa sebentar sebelum kemudian membuat isyarat pada yang lain untuk pergi. Lebih baik meninggalkan mereka sendiri untuk saat ini.

Hwaryuun menyesap tehnya sampai habis sebelum kemudian melirik Baam yang masih diam, tidak menjawab pertanyaan pemuda biru yang tengah di peluknya erat. Bangkit berdiri, dia keluar mengikuti yang lain setelah memberi lirikan terakhir. Mereka memang perlu ruang yang lebih pribadi.

"Baam, ada apa?" tanya Khun lagi, memilih berhenti untuk terus menolak pelukan paksa yang di berikan oleh Baam. "Yang lain sudah pergi, kau bisa menceritakannya sekarang."

Baam masih diam tidak menjawab, pemuda irregular itu memilih menfokuskan dirinya akan kehadiran Khun saat ini. Memeluk dan menyesap aroma milik sang Lightbearer, menyakinkan dirinya bahwa sang Lightbearer belum pergi.

Khun disisi lain bingung. Dia tidak pernah melihat Baam bertindak seperti ini. Dia sebelumnya sudah bertanya pada Shibisu dan Hwaryuun apa yang mungkin terjadi pada Baam. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau menjawabnya, bahkan Rak hanya menatapnya intens sebelum pergi sambil berteriak tentang kura-kura bodoh. Dia bertanya pada Dann dan novick, tapi karena mereka tidak satu Tim dengan Baam, mereka sendiri juga tidak tahu pasti. Ehwa dan Wangnan memberi tanggapan, tapi Khun malah menjadi semakin tidak mengerti.

Mereka berkata Baam menjadi lebih anti-sosial yang mana bukan sifat Baam sama sekali. Itu dimulai sejak FUG mulai melihat potensi asli Baam sebagai orang yang bisa menarik Zahard dari tahta. Mereka mulai dengan serius melatih Baam dan sejak saat itu Baam mulai berubah banyak. Walau secara umum sikap Baam pada rekan-rekan yang lain tidak banyak berubah. Dan pada saat itu, Khun sudah tidak ada bersama dengan mereka.

Seperti nya ada detail lainnya yang baik Ehwa dan Wangnan tidak ingin ceritakan pada Khun. Yah itu logis juga, bagaimanapun dia akan kembali seperti semula saat subuh menjelang. Dia tidak memerlukan semua itu ketika dia yakin dirinya yang dimasa kini akan tahu hal tersebut.

Tapi sekarang, Khun menyesali keputusannya untuk tidak memaksa Wangnan dan Ehwa untuk terus bercerita. Dia benar-benar tidak tahu harus memberi respon apa atas tindakan Baam saat ini. Khun ditarik kembali dari roda pikirannya saat dia merasakan hangat basah di bahunya, melirik Baam yang membenamkan wajahnya disana Khun semakin khawatir. Apa yang terjadi pada Baam sampai dia menjadi begitu emosional begini?

"Baam?"

"Khun, kumohon jangan pergi lagi." guman Baam memotong apa yang hendak di ucapkan Khun, "Tetap bersama kami, tetap bersama ku."

"......."

Mendapat reaksi bisu dari sahabatnya, Baam semakin takut. Mengangkat wajahnya yang basah karena air mata, dia menatap langsung pada mata elektrik sang Lightbearer. "Tetap disisi ku, jangan pergi lagi. Kita bisa kembali menaiki menara bersama, bahkan jika kau tidak bisa mengikuti tes, kau bisa tetap bersama kami. Tetap bersama ku."

Khun melihat air mata yang terus mengalir dari mata emas yang selalu mengingatkan nya akan kilau emas matahari di awal hari, cahaya bulan di saat bulan sempurna. Hatinya terasa sakit saat melihat air mata itu, dan tidak bisa percaya kalau air mata itu ada karena dia. Karena dia akan pergi, Baam menangis.

"Aku tidak pernah meninggalkan mu, Baam. Aku tidak." Khun mengusap air mata itu lembut sebelum kemudian tangannya di genggam oleh Baam. Sang Irregular itu membiarkan telapak tangan Khun yang sejuk menempel di wajahnya saat dia menatap Khun dengan mata menyalahkan. "Kau bohong, kau juga berkata begitu sebelumnya tapi kau pergi. Meninggalkan kami, meninggalkan ku."

"Ssst, jangan menangis lagi." bujuk Khun saat dia menggunakan tangan yang bebas untuk mengusap air mata yang semakin bocor dari mata emas itu. "Baam, kau temanku yang paling berharga. Aku tidak akan meninggalkanmu begitu saja, bahkan jika aku pergi aku pasti akan kembali entah bagaimana caranya. Kau hanya harus percaya aku akan kembali."

"Tapi aku tidak mau lagi kau pergi, Khun, aku ingin menghancurkan takdir. Aku ingin kau tetap disini bahkan setelah fajar datang. Tidak meninggalkan ku."

Khun terkejut, dia tentu merasa Baam ingin mengatakan suatu protes sama seperti Buaya saat dia mengatakan ada time limit akan item yang memanggilnya. Dia hanya tidak menduga bahwa Baam berpikir untuk memecah aturan itu untuk membuatnya tetap disini. Hanya saja,...

Aturan itu mutlak. Ini bukan lagi aturan menara yang bisa di ganggu oleh Irregular, namun ini adalah aturan kehidupan yang di atur oleh Dewa. Kau tidak bisa menghancurkannya begitu saja.

"Baiklah, aku bersama mu sekarang. Kau hanya perlu yakin akan hal ini." Khun membiarkan Baam semakin erat memeluknya di saat yang sama mengelus surai coklat Baam yang panjang. "Apa yang terjadi di masa depan, jangan pikirkan untuk sekarang. Hanya yakinlah aku ada disini bersamamu."

"Tapi kau akan pergi nanti,..." Baam berguman pelan, jelas tidak puas.

"Aku akan kembali, itu pasti."

Baam ingin percaya itu. Tapi Khun berada disisi Zahard. Dan ada banyak orang disisi Zahard yang menentang kedekatan mereka. Bahkan FUG juga sama. Jinsung mungkin tidak mengatakannya, tapi Baam tahu ada beberapa petinggi yang ingin agar Baam memanfaatkan kedekatannya dengan Khun untuk misi pembunuhan. Baam bukan lagi pemuda naif yang perlu di beritahu secara langsung akan semua itu. Dia bisa mendapatkan semua informasi selama dia ingin.

Ada terlalu banyak yang menghalangi, semua orang itu dan semua jenis halangan berupa emosi lainnya. Baam muak, dia ingin mengabaikan semua itu dan melakukan apa yang dia inginkan sebebasnya.

Apa dia harus menjadi Dewa yang sebenarnya sehingga dia bisa bebas?

Baam melonggarkan pelukannya. Balas menatap mata kobalt yang terasa seakan menghujam jiwanya, seakan mata itu bisa melihat apa yang dia pikirkan. Khun membelai sisi wajah Baam lembut saat dia berkata dengan sendu, "Apapun yang kau pikirkan, hentikan itu. Aku selalu bersamamu. Entah itu dimasa lalu, sekarang atau dimasa depan."

"Masa lalu?"

Khun tersenyum kecil tidak berbicara lebih banyak. Dia hanya diam berbaring di sofa, membiarkan Baam terus memeluknya. Lagipula ini tidak seperti dia memiliki kekuatan untuk mendorong Baam pergi, dan ini tidak seperti dia cukup kejam untuk mendorong Baam. Lagipula semua orang benar adanya, dia tidak pernah menolak apapun keinginan Baam.

Jinsung baru saja datang dengan EvanKhell. Mereka melihat semua orang berkumpul di ruang tamu dengan pandangan kosong, membuat rasa ingin tahu kedua ranker itu terusik namun diabaikan. Keduanya tidak menemukan Baam di antara kelompok mati tersebut, jadi mereka mencari keruang tengah. Rak adalah satu-satunya orang yang sepenuhnya sadar dan menyibukkan diri dengan memakan pisangnya. Buaya itu melihat dua ranker itu namun tidak dia acuhkan pada awalnya. Tapi begitu melihat kemana kedua ranker itu menuju, Rak langsung bangun.

"Tunggu, kura-kura sedang..."

Peringatan Rak terlambat. Jinsung sudah lebih dulu membuka pintu ruang tengah dan dengan cepat melihat anak asuhnya. EvanKhell juga sama, dia langsung masuk dan hendak menyapa sebelum menyadari kalau Baam tidak sendiri. Keduanya membeku di tempat saat melihat anak didik mereka tengah menekan -memeluk- versi muda dari seseorang yang mereka ketahui sebagai Pangeran Zahard di sofa.

Lebih tepatnya, Putra Mahkota.

Mata kobalt Khun melirik dua orang ranker yang terdiam itu, menatap mereka dengan tatapan menilai saat dia menepuk bahu Baam yang tampak memilih untuk mengabaikan keberadaan dua orang tamu. "Baam, apa mereka guru mu?"

Terdengar gumanan lembut sebagai tanggapan sebelum kemudian kepala coklat itu sedikit bergeser, melirik dua orang gurunya malas. "Ya, aku tidak ingat punya janji untuk bertemu sih." Jawab Baam ringan, tidak berniat untuk merubah posisi.

"Baiklah, kalau begitu cepat lepaskan aku." Khun mendorong Baam menjauh, bagaimanapun Khun tidak ingin menjadi bahan tontonan yang memalukan. Baam dengan enggan melepaskan pelukannya, membiarkan Khun untuk menjauh. "Aku akan kembali ke kamar saja, kau berbicara saja dengan gurumu. Pasti ada sesuatu."

Baam menatap kepergian Khun hingga si biru menghilang dari pandangan. Dan saat dirinya menoleh pada kedua gurunya, dia melihat bagaimana tatapan mereka begitu tajam dan tegas.

"Viole, kau menyembunyikan semua ini dari kami?!" tanya Jinsung tajam, tatapannya dengan jelas menunjukkan kalau dia marah. "Kenapa kau tidak memberitahu kami tentang dia? Dan kenapa dia bisa bersama kalian lagi?"

"Ini tidak seperti itu adalah hal yang penting untuk diberitakan." Baam merapikan sedikit penampilannya, senang dengan keputusannya untuk memanjangkan kembali rambutnya karena dengan begitu bisa menyembunyikan matanya dengan lebih baik. "Dan lagi, aku tidak memiliki kewajiban untuk terus melapor apa saja kegiatanku sejak menjadi Slayer resmi."

Brak

Jinsung Ha mengebrak meja marah, "Apa kau tahu bagaimana kacaunya FUG sekarang ini? semua orang kacau dan kau malah bermain-main dengan pangeran zahard itu?!"

"Aku tahu, tentu aku tahu." Baam melirik pintu kamarnya, berharap Khun tidak mendengar perdebatan mereka. "Lalu, apa itu? kalian ingin aku menjalani misi lagi?"

Jinsung Ha menghirup nafas dalam saat dia berkata dengan tajam, "Ya! Sudah diputuskan kalau kau harus menjalankan misi ini! Kau memang sudah menjadi slayer resmi, tapi posisimu masih rentan karena kau masih berstatus reguler. Tidak semua orang senang dengan jabatan yang kau miliki."

"Betapa merepotkan. Ini tidak seperti aku juga ingin. Kalianlah yang menyeretku masuk secara paksa menjadikan aku Dewa kalian, kenapa kalian juga yang tidak puas."

"VIOLE!"

"Dan bahkan memberi ku nama seakan kalian adalah orang yang menciptakan ku." Gerutu Baam mengabaikan kemarahan Jinsung Ha. Dia memang menghormati Jinsung Ha, dan dia bahkan menganggap Jinsung Ha sebagai ayahnya. Tapi dia juga tidak bisa terus munafik, bahwa Jinsung Ha tidak jauh berbeda dengan FUG yang lainnya.

"Viole! Itu nama asli mu!" bentak EvanKhell juga ikut emosi.

"Itu tidak, Arlene tidak pernah memberi bayi nya nama. Dia hanya meninggalkan mayat bayi nya di gua tanpa memberinya nama. Itu kalian para orang FUG yang seenaknya memberiku nama." Sanggah Baam acuh. Dia mungkin sudah menerima nama Jue Viole Grace sebagai miliknya, tapi dia tidak pernah menganggap itu adalah pemberian orang tuanya. "Tentang misi itu, aku menolak."

"Viole, kau...!"

"Seorang Slayer terdiri dari 11 orang untuk memudahkan membagi mangsa. Satu slayer selalu menargetkan satu kepala dari salah satu pemimpin 10 Keluarga. Kalian menempatkan ku untuk membunuh Raja Zahard, maka itulah dia." Ujar Baam acuh mengingat kembali pembelajaran yang dia terima sejak di lantai satu. "Targetku adalah Raja Zahard, bukan Pangeran Zahard."

EvanKhell menyipitkan matanya, "Bagaimana kau tahu?"

"Lihatlah guru, aku bukan bocah kemarin sore." Baam mengangkat bahu acuh, "Dan lagi, jika aku ingat dengan benar. Pangeran Zahard tidak pernah ada berada dalam daftar, kenapa repot-repot untuk membunuh mereka?"

"Viole, kau terlalu terikat pada perasaan pribadi! Mereka di kategorikan sama dengan para komandan Zahard bahkan lebih!" tukas Jingsung.

"Aku mungkin terikat pada perasaan pribadi, tapi bukan itu alasan utamanya." Baam balas lebih tegas. "Mereka para pangeran Zahard sudah mati sekali, dan aku belajar dari pangalaman, tidak ada yang lebih menakutkan dari mereka yang bangkit dari kematian. Bahkan walau mereka lebih lemah sekarang, apa kalian berpikir bisa membunuh mereka dengan mudah? Mereka sejak awal adalah jenius namun bersih dari konspirasi. Tapi kemudian. Mereka sudah melihat dan merasakan semua trik dan percobaan pembunuhan di kehidupan lalu mereka. Apa kalian yakin bisa membunuh mereka? Lagi?"

Baam menekankan kata 'Lagi', mengingatkan kedua ranker itu bahwa kematian para Pangeran di masa lalu memang adalah ulah FUG. Dimasa lalu bahkan perlu waktu berabad-abad hingga perang berakhir dan para Pangeran dibunuh tuntas, apa lagi sekarang saat semua kekuatan tidak lagi sekuat masa lalu.

Karena keberadaan Baam yang digadang-gadang dapat membunuh Raja Zahard menggunakan duri, sehingga mereka melimpahkan semua tugas untuk membunuh para pangeran padanya. Tapi Baam menolak, dan jika Baam menolak maka tidak akan ada yang bisa. "Jika hanya ini yang kalian ingin diskusikan, maka aku permisi dulu."

"Viole! Kau sadar kalau kau adalah Slayer FUG bukan? Maka, apakah kau sadar identitas teman biru mu itu?!" sentak Jinsung menghentikan langkah Baam.

"Tentu, dia adalah Pewaris Tahta Zahard." Melirik Jinsung dari bahu, Baam dengan dingin melanjutkan.

"Dan dia adalah Sahabatku!"

.

.

.

Tbc~

Ya ampun episode 4 minggu ini penuh dengan komedi yak. Apalagi Shibisu yang bertingkah kayak orang tua yang sayang anak. Terlebih saat dia meluk Hatz sambil bilang sesuatu yang aku sendiri langsung ketawa dengarnya, di subtitle nya ngk di artikan secara jelas sih, tapi aku tahu artinya bahkan tanpa liat subtitle nya.

"Sasuga BOYFRIEND, aishiteru~"

Aku yakin pasti pada ngerti dah😂.

Tapi sayang aku ngk ship Shibisu ama Hatz, jadi walau aku ngakak aku ngk menganggapya terlalu serius sih. Aku justru lebih fokus ama Khun mulai bersikap khawatir pada Baam yang ngk bisa ngendaliin BlackMarch.

Ah bagian ini juga ngakak sampai aku ulang terus nontonnya. Lucu banget liat Khun beraksi walau beberapa poin nya dipotong dari webtoon tapi aku tetap suka😆

Dan btw sadar ngk itu si Lero Ro suaranya aku ngakak banget dengernya karena dia sok-sokkan kayak orang manja. Hal yang memulai kengakakan di episode kali ini. Ah nunggu episode 5 minggu besok, Khun akan kembali beraksi.

Eh tapi si Kura-kura Kuning Berbintik juga bakal muncul yak. Tch, aku ngk suka. Apalagi pas aku tahu kalau di masa season 1 ini Baam paling obsesif banget pen ngejar dan nolong Rachel.

Tch, nyebelin banget!

Tapi ngk apa deh, lagian di season 1 ini juga interaksi Baam ama Khun mulai terbangun. Aku maafin deh.

Kemunculan Endorsi? Oh sorry, aku terlalu buta dengan kehadiran Khun sehingga Endorsi ayo abaikan saja. //fans Endorsi tolong jangan marahi aku. Lagian aku cewek kok demen ama cewek sih? Aku lebih demen karakter Bishounen licik tapi perhatian kayak Khun.

Yak sekian bacotan aku minggu ini, harap kalian suka chapter terbaru ini. Dan ayo sama-sama berdoa agar penayangan anime Kami no Touo ; Tower of God ngk di delay kayak anime-anime lainnya karena penyebaran Covid-19.

Pssst, jangan lupa vote dan sedekah komen yak.

23 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top