[13] Time Limit
***
Shibisu, Hatz, Endorsi, Wangnan, Ehwa, Yuri, Urek, Lauroe dan dua guide Hwaryuun dan Evan dan juga tamu tambahan Dann dan Novick yang baru saja sampai hendak menonton Battle of Train tapi malah dipanggil kemari begitu keduanya sampai. Tepat waktu katanya. Mereka semua berkumpul di ruang tamu mendengarkan apa yang terjadi dari Baam dan Rak,
"Maksudmu, prop milik Rak yang kemarin itu entah bagaimana memanggil Khun beberapa dekade yang lalu?" simpul Shibisu saat matanya bergeser ke pintu kamar Baam dan Rak.
"Lebih tepatnya dari waktu saat kita menyelesaikan pertarungan WorkShop, tepat sehari setelah kau pergi dengan tim mu dulu." Ujar Baam mengatakan waktu spesifiknya. "Khun sepertinya terkejut saat melihat tempat yang masih asing menurutnya ini."
"Ya! Dia bahkan tidak mengenali Kura-kura Hitam dan hampir membunuhnya dengan belati putih itu!" seru Rak membuat Baam meliriknya tidak senang karena bagian itu di ceritakan. Lauroe menguap malas, "Wajar dia begitu, tidak mungkin dia bisa langsung mengenali Baam yang sudah tumbuh begitu banyak, bahkan suara Baam sudah berubah kan. Dia perlu waktu untuk mengenali kita dan membiarkan otak geniusnya itu menganalisis apa yang terjadi."
"Aku ingin tahu apa yang terjadi pada Tn.Blueberry yang berada di pulau utama sekarang." guman Hwaryuun sembari menopang dagunya. Urek mengukir seringai saat dia menepuk punggung Baam, "Ini cukup bagus! Karena dia sekarang adalah regular, tapi identitas Pangeran masih ada di belakangnya, ini saat yang tepat bagimu untuk menanyakan hal itu."
"Kalau begitu maaf aku tidak berniat menjawab pertanyaan sehubungan identitas Pangeran ku." Sela sebuah suara yang langsung membuat semua orang menoleh mendapati Khun baru saja keluar dari kamar. Dia memang tampak lebih muda dari yang mereka ingat. Rambut biru keperakannya masih sependek bahu dan tingginya sekarang bahkan tidak mencapai bahu Baam.
Bukankah itu pakaiannya Baam?, batin semua orang disana saat melihat Khun mengenakan kaus putih longgar yang jelas kebesaran.
"Baam, apa kau punya pakaian yang lebih kecil? Sialan, apa yang dilakukan FUG padamu sampai kau sebesar ini?!" gerutuu Khun sembari membenarkan kaus yang melorot menampilkan bahu miliknya.
Baam menatap Khun dengan wajah polos dan senyum murni, "Maaf Khun, semua ukuran pakaianku sama seperti itu."
Khun melihat Baam yang sepertinya tidak berubah seperti yang di ingatnya kemarin (karena Khun yang ini datang dari masa lalu dimana di waktu nya itu kemarin dia baru saja berbicara dengan Baam) percaya sepenuhnya, "Pakaian lama mu kalau begitu?"
Alis tipis milik Baam sedikit bertaut menunjukkan rasa bersalahnya, "Maaf, aku sudah tidak memilikinya."
Wangnan dan Ehwa serentak menoleh menatap Baam seakan menatap orang asing. karena mereka sudah bersama dalam sebuah tim selama ini, mereka tahu benar Baam selalu menyimpan pakaian lama miliknya yang masih baik. Yang dibuang paling-paling adalah pakaian yang benar-benar sudah rusak karena pertarungan.
"Uhm, kalau begitu apa yang lain,..."
"Tidak mereka juga tidak." Potong Baam –mengundang tatapan aneh dari Shibisu dan Hatz- sembari bangkit menghampiri Khun yang tampak sibuk mengatur agar kaus putih itu tidak melorot terus. "Aku memiliki beberapa mantel tipis, kau bisa memakainya untuk atasan kaus itu."
Khun mengangguk pelan sembari kembali masuk kedalam kamar di ikuti Baam yang tampak memanggil kantong miliknya mencari pakaian yang di maksud. Saat pintu kamar itu tertutup, mata semua orang masih belum pindah dari sana.
"Aku selalu berharap Baam dapat berlaku seperti dulu lagi, tapi apakah yang tadi itu masuk hitungangan?" tanya Endorsi tanpa mengalihkan pandangannya dari pintu yang masih tertutup. Hwaryuun menjawab, "Wajah polos itu jelas masuk hitungan."
"Kau yakin itu masuk hitungan? Aku akhirnya melihat sikap licik seorang Baam disini." Ujar Urek terpana, "Aku bertanya-tanya apakah keturunan Khun itu menyadarinya."
Shibisu menjawab tanpa ragu, "Tidak, Khun selalu percaya Baam adalah irregular naif yang bahkan tidak bisa berbohong dengan baik. Di kasus tangan Arlene dahulu bahkan Khun langsung mengenali kebohongan Baam karena Baam mencoba menjadi peran jahat. Tapi lain ceritanya kalau Baam memakai wajah polos dan naif itu, Khun selalu percaya secara buta."
"Yah, sebenarnya kalau ini beberapa tahun yang lalu kepercayaan itu memang benar adanya. Tapi Baam yang sekarang jelas bukan irregular yang polos dan manis." Ujar Evan sedikit memutar matanya.
Di dalam kamar, Khun melihat-lihat pakaian atasan yang di keluarkan dari kantong milik Baam. Dirinya tidak henti-hentinya menggerutu sebal akan pertumbuhan Baam yang dia kurang yakin dirinya sendiri bisa kejar. Mengambil satu mantel tipis panjang yang cukup pas, Khun memakainya diatas kaus longgar. "Jadi, kalian sudah tahu identitasku sebagai Pangeran Zahard sejak beberapa bulan yang lalu?"
Baam mendudukkan dirinya di tepi ranjang sembari mengamati Khun yang merapikan diri, "Ya, Hachuling dari Wolhaikshong tidak sengaja menemukannya. Aku sangat terkejut ketika melihatmu dari layar opera saat itu, aku sangat senang."
Khun mengerutkan alis tidak mengerti, "Dilihat dari tidak adanya lighthouse milikku disini, apa itu berarti kita sudah tidak satu tim lagi sejak kau mengetahui kalau aku ini Pangeran?"
Senyum di wajah Baam luntur, wajah tampan irregular itu muram seakan mengingat sesuatu yang tidak ingin dia ingat. "Kita sudah tidak satu tim lagi sejak lebih dari 5th yang lalu." Ujarnya sembari melirik kearah lain, "Ada masalah di ujian lantai yang kita lalui, aku kehilangan kendali atas duri dan kau datang."
Berbalik menatap Baam yang menundukkan kepalanya, Khun tahu apa yang terjadi tanpa harus di teruskan. Baam mengambil nafas dalam mencoba menekan sesak di dadanya, "Kau menghilang setelah itu dan namamu di daftar regular juga menghilang, sehingga kami mengira kau sudah mati. Tidak lama Ran juga menghilang setelahnya beberapa tahun terlewat dan kami mengetahui tentang Pangeran Zahard."
Baam mengangkat kepalanya balas menatap Khun dengan mata sedikit basah, "Saat itu aku menemukanmu. Aku sangat senang, kau masih hidup."
Khun menghampiri Baam yang masih duduk, tangannya terulur hendak menghapus air mata di sudut mata Irregular tapi terhenti di udara seakan ragu akan sesuatu. Dirinya baru saja ingin menurunkan tangannya saat Baam menangkap tangan itu, mengenggamnya erat. "Sebenarnya ini adalah pertama kalinya kau berada di jarak sedekat ini dengan ku setelah bertahun-tahun." ucap Baam membuat Khun yang sebelumnya hendak menarik tangannya membatalkan niatnya.
"Khun, aku boleh memelukmu kan?" tanya Baam mengejutkan Khun. Sejak awal mereka bertemu mereka tidak pernah mengadakan kontak langsung lebih dari jabat tangan. Tidak pernah sekalipun. Bahkan kalau di ingat kembali, mereka bahkan tidak pernah saling merangkul bahu.
Baam dulu tidak terlalu memperhatikan, terlebih dulu dia tidak pernah mencoba membuat kontak fisik dengan Khun ataupun dengan siapapun. Tapi sekarang Baam karena Baam ingin dia memperhatikan, Khun selalu menarik garis batas antara dirinya sendiri dan orang lain bahkan termasuk Baam. Melihat keraguan di mata kobalt itu, Baam memohon. "Aku tahu kau benci kontak fisik, tapi bisakah sebentar saja. Kumohon."
Khun melirik kearah lain secara gelisah, bibirnya di gigit menunjukkan keraguannya. Nafasnya tercekat saat merasakan tarikan kecil di tangannya saat Baam mencoba menarik kembali perhatiannya. "Hanya sebentar saja, oke?" bujuk Baam.
Berkedip beberapa kali, dia mengambil nafas dalam-dalam saat dia mengangguk. "Hn, oke."
Baam mengukir senyum cerah saat dia langsung menarik Khun agar lebih mendekat. Melingkar lengannya di sekeliling pinggang pemuda biru itu, Baam membiarkan wajahnya tenggelam di dada Khun. Menyesap aroma disana menemukan aroma harum bunga samar dan es bercampur dengan aroma miliknya sendiri yang berasal dari pakaiannya yang dipakai oleh Khun.
Ah, ini bagus. Aroma Khun dan miliknya bercampur satu. Ini bagus sekali.
Mempererat pelukannya, Baam bisa merasakan tubuh Khun sedikit bergetar. Mendongak melihat Khun menutup mata erat dengan wajah memerah dan sedikit keringat mengalir di pelipis pemuda itu. "Khun?" panggil Baam.
"Ya?" Khun membuka matanya menjawab panggilan, tubuh pemuda biru itu sedikit tersentak terkejut saat membuka mata langsung bersitatap dengan manic emas milik Baam. Baam menatap mata kobalt itu lamat sembari mengukir senyum teduh perlahan membuat Khun menjadi lebih tenang. Sebelah tangan Baam terangkat hendak menggapai wajah pemuda biru, seperti hendak menyentuh kucing, Baam memperhatikan saat Khun merasa mulai nyaman dengannya sebelum kemudian benar-benar menyentuhnya.
Mengusap keringat di dahi dan pelipis sebelum berlama-lama di pipi. Mata kobalt milik Khun melirik tangan yang menangkup sebelah wajahnya sebelum kemudian tatapannya kembali pada Baam. Baam menarik Khun lebih dekat dan mempererat pelukannya saat dia menempatkan satu telinganya di dada sebelah kiri tempat jantung berdetak. "Kau benar-benar masih hidup." Bisik Baam.
Khun tidak menjawab, kedua tangannya masih di udara tidak tahu kemana harus ditempatkan. Dia ragu-ragu hendak menyentuh bahu Baam saat indra pendengarannya mendengar ucapan Baam.
"Aku benar-benar merindukanmu."
Khun secara tidak sengaja mengingat kalau dirinya sendiri baru bertemu dengan Baam di pertarungan WorkShop setelah sekian lama. Mengingat tahun-tahun sebelumnya di lalui dengan menaiki menara membawa si jalang kuning itu, menyimpan dendam dan kemudian semuanya terangkat saat mengetahui Baam ternyata masih hidup. Dia sangat senang.
Reuni mereka sangat sederhana, hanya ada tatapan yang saling bicara tentang betapa dia merindukan irregular itu, tidak ada tindakan lebih dari perayaan dimana semua orang saling menyibukkan diri dengan makanan masing-masing. Tidak pernah ada tindakan yang begitu langsung seperti ini.
Baam mendengarkan irama detak jantung milik Khun, dia sama sekali tidak mengharapkan adanya balasan dari ucapannya tadi. Dia benar-benar hanya ingin melampiaskan apa yang ingin dia katakan sejak dia pendam begitu lama. Dia tidak pernah mengharapkan balasan seperti bagaimana dia dulu menolong orang lain tanpa mengharapkan balasan. Karena itulah dia sedikit terkejut ketika Khun balas mendekap nya dan mengusap lembut surai hitamnya yang panjang.
"Hm, aku juga merindukan mu, Baam." Bisik Khun, dan tanpa diberitahupun Baam tahu yang dimaksud Khun adalah Baam di masa lalu dimana mereka akhirnya bertemu kembali setelah sekian lama setelah pertempuran WorkShop usai. "Dan Baam, aku yakin diriku yang di masa ini juga merindukanmu."
"Aku merindukan mu disisi ku."
***
Item yang menyerupai bola hitam itu sekarang di letakkan di atas meja dimana semua orang tengah mengelilingi meja itu dan menatap item tersebut dengan berbagai macam tatapan.
"Hei buaya, kau sudah mencoba menghidupkan benda itu? kau hanya perlu menyentuh bagian lambangnya saja kan?" tanya Endorsi pada Rak yang sama sekali tidak peduli akan item miliknya yang menurutnya tidak berguna itu. Sembari mengupas pisang favoritnya Rak menjawab ketus, "Tentu saja, kura-kura hitam semalam menyuruhku melakukannya dan sama sekali tidak ada respon apapun!"
"Apa mungkin alat ini masih bekerja dan untuk sementara tidak bisa digunakan?" guman Shibisu.
Evan mengusap dagunya saat matanya penuh perhitungan, "Jika benar benda ini bisa membawa sesuatu dari masa lalu ke masa depan, ini akan sangat berguna terlebih saat kita tahu bagaimana cara penggunaannya."
"Masalahnya," lanjut Hwaryuun, "Semua item dan prop yang di dapat di acara ini sangat jauh berbeda dengan item dan prop yang selama ini kita kenal, tidak hanya itu, cara penggunaan dan peraturan yang melingkupi juga lebih rumit."
Semua orang yang mengikuti acara mengangguk setuju saat mengingat item yang mereka dapatkan. Kekuatan dan fungsi dari semua alat itu sangat bagus dan bahkan mengerikan, tapi ada terlalu banyak aturan dan bagaimana cara penggunaannya tidak di beritahukan oleh menara. Pemberitahuan yang didapat saat item pertama kali di dapat hanya lah nama dan tingkat item dan juga apa aturan dan kegunaannya. Cara penggunaan tidak di katakan secara jelas yang mana hal ini juga membuat banyak orang tersingkir dari acara babak ke tiga sebelumnya.
"Ada apa dengan wajah jelek kalian itu?" sahut Khun menghampiri, di belakangnya nampak Baam yang juga menatap dengan tatapan bertanya. Mata kobalt Khun mendarat di alat di atas meja, "Ah! Bukankah itu mainan milik kakak Haoqin? Aku tak menyangka dia menjadikannya hadiah di acara ini."
Semua orang tidak bisa untuk tidak bertanya, "Mainan milik White?"
Khun berguman acuh sembari mengambil item itu dan melemparkannya ke atas dan kebawah, "Lebih tepatnya ini mainan Kakak Haoqin di kehidupan sebelumnya. Dia sangat menyukai mainan ini untuk memanggil Ayah dan Papa dari masa muda mereka. Dia sangat menyukai mainan ini sampai-sampai dia tidak mau meminjamkannya pada ku, mengejutkan dia mau memberikannya untuk dijadikan hadiah suatu acara."
Wangnan maupun Shibisu sedikit menyusutkan lehernya merasa tak nyaman mendengar bagaimana Khun memanggil Haoqin dengan sebutan yang begitu intim seperti 'kakak'. Itu tidak lama sebelum kemudian mereka tersadar akan sesuatu.
Khun yang sekarang adalah Khun dari setelah usainya pertarungan Bengkel/WorkShop, yang mana pada saat itu masih jauh dari saat mereka menaiki kereta Neraka dan bertemu dengan White. Jadi seharusnya Khun tidak tahu menahu tentang Haoqin terlebih karena dikatakan nama masing-masing pangeran di masa lalu sangat jauh berbeda dengan nama mereka di kehidupan ini.
Tapi karena Khun memanggilnya begitu, maka itu berarti entah bagaimana caranya White yang terkurung di Kereta Neraka sebelum kedatangan mereka di sana bisa berhubungan dengan Khun. Tapi bagaimana? Apa benar komunikasi mereka bisa lewat nyanyian? Tapi Khun tidak pernah menyanyi.
"Kau sepertinya mengenal White padahal jika dilihat dari timeline nya kau seharusnya belum bertemu dengannya." Ujar Hwaryuun santai mengemukakan pertanyaan di benak semua orang.
Khun mengangkat bahu acuh, "Itu karena yang dikurung adalah White, bukan kakak Haoqin. White adalah individu yang tercipta dari pengabungan lima individu dengan kakak Haoqin sebagai pusatnya. Jadi saat mereka di pisahkan, Kakak Haoqin bisa dengan bebas keluar walau tubuh fisiknya akan seperti anak kecil. Dan juga, selama kakak Haoqin tidak bergabung dengan lima saudaranya itu, melainkan memakan mereka, dia akan tetap menjadi Haoqin dan dia juga bisa keluar."
"Me-memakan mereka?" guman Wangnan dan Ehwa bersamaan mengingat seorang bocah Arie yang selalu membawa buku tebal kemana-mana.
Mengabaikan wajah ketakutan beberapa orang, Khun menghempaskan dirinya untuk duduk di sofa tunggal dimana Rak tengah berada dan tanpa-sengaja–padahal-sengaja menghimpit tubuh kecil buaya itu. "KURA-KURA BIRU! HORMATI PEMIMPIN MU!"
Mengukir seringai khasnya, Khun menatap Rak dengan pandangan berarti. "Aku benar-benar terkejut kau memanggilku Buaya, apakah segitunya kau merindukan ku?" goda Khun sembari memainkan bola hitam di tangannya.
"Hah?! apa maksudmu kura-kura biru?! Siapa juga yang merindukan bajingan seperti mu!!" seru Rak keras yang hanya di tanggapi dengan anggukan dan seringaian main-main seorang Khun. "Kau berkata begitu lalu bagaimana kau menjelaskan keberadaan ku sekarang di tempat ini? mengingat kau pasti belum mengerti cara penggunaannya, maka jelas kau menggunakan benda ini secara insting." Analisa Khun sembari mengetuk alat itu dengan jemarinya.
"Khun, kau tahu bagaimana cara menggunakannya?" tanya Baam dari belakang sofa membuat Khun harus menoleh kebalakang untuk melihat pemuda irregular itu. "Tentu aku tahu, bagaimanapun kakak Haoqin selalu memamerkan benda ini saat memanggil Ayah dan Papa versi muda di hadapanku." Ujar Khun dengan wajah sedikit kesal saat mengingat masa lalu.
"Benda ini di sebut Past Traveler, seperti namanya benda ini bisa memanggil sesuatu dari masa lalu ke masa kini. Cara penggunaannya relatif sangat sederhana, bagaimanapun ini awalnya dibuat hanya untuk mainan anak berusia 8th." Kata Khun mulai menjelaskan, "Masukkan saja tanggal dan waktu di masa lalu itu dan masukkan juga time limit berapa lama 'hal' itu akan tetap di masa kini bertahan. Kau bisa memanggil apapun selama kau mengetahui secara pasti apa yang hendak kau panggil itu."
"Dalam kasus Buaya, karena dia tidak tahu apa fungsi benda ini. Maka pasti ada yang mengarahkan. Baam, aku yakin kau yang menyuruh Buaya mencobanya." Jelas Khun sembari mengukir seringai jahil menatap Baam di belakangnya. "Tapi karena kau juga tidak tahu, kau pasti hanya meminta Buaya untuk memasukkan angka secara acak saja. Tapi sepertinya Buaya tidak berpikir begitu."
"Karena kalian hanya tahu fungsi benda ini secara kasar adalah berhubungan dengan waktu, Buaya pasti memasukkan tanggal secara pasti dan secara tanpa sadar mengingat apa yang terjadi pada hari itu dan mengingatku. Hal inilah yang menyebabkan aku datang. Tidak menduga Buaya sangat mengenang reuni kita hari itu bahkan merindukan hari itu begitu besar~" kata Khun sembari menatap Rak jahil yang langsung di hadiahi jitakan keras di kepala.
"Ouch! Hei buaya itu sakit!" adu Khun sembari mengusap kepalanya, dia baru saja akan membalas saat tatapannya melihat mata kecil Rak yang tampak berkilau karena air mata yang mengenang.
"Kau benar-benar seorang bajingan!" ketus Rak hendak memberi pukulan lainnya tapi di tahan oleh Lauroe. "Lepaskan aku! Biarkan aku memukul bajingan satu ini sekali lagi!!" teriak Rak dengan sikap penuh tantrum yang dimilikinya. Lauroe menghela nafas kesal membuat bang dan hendak menggunakannya untuk mendiamkan buaya yang tengah dilanda tantrumnya ini.
"Biarkan saja, Lauroe. Lagipula itu juga salahku karena sudah berbuat berlebihan." Ucap Khun menghentikan niatan Lauroe.
Untuk sejenak ruangan itu diisi dengan keheningan yang canggung. Buaya masih menatap Khun marah dan Khun walau dia mengakui kesalahan dia sama sekali tidak berniat untuk meminta maaf dan lebih fokus melihat mainan di tangannya. Baam relatif tenang dan terfokus pada penjelasan Khun yang semula tadi, dia takut dengan kesimpulannya sendiri dan memutuskan untuk diam daripada bertanya untuk memastikan.
"Ngomong-ngomong," ujar Evan memecah keheningan, "Apa yang terjadi ada dirimu yang dimasa kini? Apa dia akan tahu akan keberadaanmu?"
"Ah, aku lupa menjelaskan bagian yang itu." guman Khun, "Saat 'sesuatu' dari masa lalu di panggil sementara 'sesuatu' itu juga ada dimasa kini maka secara otomatis yang di ada di masa kini akan menghilang."
"Apa? Apa maksudmu, Khun?" Baam langsung bertanya dengan panic.
"Tenang Baam, menghilang yang aku maksud disini bukan menghilang secara permanen." Ujar Khun mengukir senyum kecil, "Tidak boleh ada dua orang yang sama dalam satu waktu, itu adalah aturan kehidupan. Jadi saat ada dua orang yang sama maka Menara akan menjalankan aturan itu dan membuat mereka menjadi satu."
"Karena aturan inilah alat milik Buaya sebenarnya tidak benar-benar bisa memanggil sesuatu dari masa lalu di saat sesuatu itu masih ada di masa depan. Alat ini lebih seperti memanggil sesuatu yang dimasa kini ketempat pemanggil dan memundurkan waktu milik yang di panggil sesuai dengan yang dimasukkan kedalamnya." Jelas Khun sembari meletakkan kembali benda itu ke atas meja.
Alis tipis milik Hwaryuun saling bertautan saat dia memahami apa di katakan, "Jadi bisa dikatakan kalau kau adalah Khun yang seharusnya sekarang ini berada di Pulau Apung Utama tapi karena alat ini waktu milikmu di mundurkan dan kau kembali kepada dirimu saat masih regular."
"Kalau begitu bukankah itu bagus! Kau bisa menaiki menara bersama kami lagi karena identitasmu yang sekarang masih seorang regular!" seru Wangnan yang diangguki dengan antusias oleh Ehwa. Novick juga menambahkan, "Itu juga bukan ide yang buruk, terlepas dari Ran yang sekarang memiliki identitas sebagai Pangeran Zahard, tapi anggota tim kita yang lama masih ada."
Dann menggeleng tidak setuju. "Tidak semudah itu, bahkan walau Aguero Agnes sudah kembali menjadi seorang regular, waktu miliknya di mundurkan dan teknik bertarung miliknya saat ini pasti jauh tertinggal di bawah kita. Terlebih saat ini keberadaan tentang pangeran Zahard sudah tersebar luas dan kita tidak tahu pihak mana saja yang mengincar mereka. Sejujurnya jika kalian bertanya padaku, akan lebih aman bagi Aguero Agnes untuk berada bersama Zahard dan Pangeran lainnya dibandingkan dengan kita."
"Itupun kalau Khun yang ini akan tetap berada bersama kita di waktu ini." ujar Evan menyentak pikiran Wangnan dan yang lain. Hwaryuun melirik Baam yang bermuka murung, "Takdir di dalam menara memang sangat kejam, tapi terlepas dari itu semua aturan yang mengelilingi menara sebenarnya sangat adil untuk semua orang. Item ini pada dasarnya mengambil waktu masa depan seseorang, dan jelas sangat tidak adil bagi yang di panggil. Time limit, itu yang kau katakan tadi bukan? Tuan Blueberry."
Khun memutar mata malas saat mendengar panggilan di alamatkan padanya, dia dengan acuh menempatkan siku di sandaran sisi sofa dan menopang dagu. "Begitulah, aku akan kembali ke diriku yang semula sesuai batas waktu yang di masukkan oleh Buaya. Segera setelah batas waktu habis, aku akan kembali dan secara otomatis akan di teleportasikan kembali ke tempat di mana aku menghilang."
"Kau akan pergi lagi?! kau baru saja kembali dan kau akan pergi?!" teriak Rak lagi dengan wajah marah, tapi dia tidak bisa menahan air matanya. "Kau baru saja kembali! Seharusnya kau tetap bersama kami dan menaiki menara bersama lagi!"
Khun menautkan alisnya merasa tidak tahu harus berbuat apa selain menjelaskan, "Waktu yang dimundurkan dari diriku tidak hanya fisik dan kekuatan, tapi juga mental dan ingatan. Karena itulah yang aku ingat adalah kita malam kemarin baru saja mengadakan pesta atas kembalinya Baam, apa yang terjadi dari saat itu hingga sekarang aku tidak tahu. Di pihak ku sendiri, yang baru saja kembali bersama kita bukanlah aku, tapi Baam."
"Apa perlunya itu?! kau bisa bertanya pada kami untuk semua hal yang terjadi! Kau bisa menyimpulkan semuanya dengan mudah dengan hal itu bukan!!" seru Rak kesal, "Kau juga Kura-kura hitam! Katakan sesuatu!"
Baam tidak bersuara sejak tadi, dan membuat semua orang akhirnya mengingatnya dan memandang ke arahnya. Pemuda irregular itu menundukkan kepalanya hingga rambutnya menutupi wajahnya sehingga tidak ada yang tahu ekspresi apa yang sekarang tengah dipakai oleh pemuda itu.
Baam tenggelam dalam renungan. Sejak awal dia mendengar kata-kata 'time limit', dia sudah merasa tidak enak. Dia tidak ingin memastikan dan memilih diam. Sekarang semua sudah jelas, Khun hanya berada bersama mereka untuk sementara sebelum batas waktu habis dan Khun kemudian akan pergi kembali ketempat di mana dia seharusnya berada pada awalnya. Baam marah. Dia ingin Khun tetap bersamanya bahkan walau dia tahu itu tidak adil bagi Si Biru karena dia(Khun) sama sekali tidak memiliki ingatan tentang apa yang terjadi.
Irregular dikatakan bisa mematahkan takdir menara. Jadi, apakah dia bisa mematahkan takdir yang satu ini? mematahkan aturan itu dan membuat Khun yang satu ini tetap bersamanya? Tapi lalu apa? Ini tidak seperti hanya Baam seorang yang merupakan Irregular di menara.
Pemimpin 10 keluarga Agung dan juga Zahard. Mereka juga adalah Irregular terlebih Zahard yang bisa melihat dan memilih takdir. Apakah dia bisa tetap bersama dengan Khun saat orang-orang itu datang hendak mengambil kembali apa yang memang adalah milik mereka? Baam tidak yakin. Dia tahu kemampuannya sendiri. Walaupun harus dia akui sendiri kalau dia memang sudah banyak berkembang, dia masih dari jauh untuk bisa mengalahkan Zahard dan orang-orangnya.
Lagipula kalaupun dia bisa, tidak mungkin dia akan melukai orang-orang itu mengingat mereka adalah keluarga Khun yang sebenarnya dan Khun juga menyayangi mereka. Jika pun dia melakukannya, Khun hanya akan membencinya. Yang mana hal itu adalah sesuatu yang Baam harapkan tidak pernah terjadi. Dia tidak ingin dibenci lagi oleh orang yang dianggapnya sebagai cahaya hidupnya.
Cukup saja cahaya miliknya yang pertama, Rachel, yang membenci dirinya. Baam tidak butuh yang kedua.
Karena itu, dengan berat Baam lebih memilih untuk mengikuti rasionalitas dan logikanya. Lebih baik manfaatkan batas waktu yang ada daripada memikirkan hal yang jelas akan sia-sia. Menghirup nafas dalam, Baam menatap Rak dengan mata yang jelas menahan air mata. "Tn. Rak, berapa lama batas waktu yang kau masukkan?"
Rak mengeratkan rahangnya. Melihat kearah mata Irregular itu, Rak sendiri tahu akan fakta yang coba dia abaikan. Dia ingin terus menolak tapi tatapan Baam menusuknya untuk tidak membuang lebih banyak waktu yang ada. "AKH! Aku tidak tahu apa guna tempat kolom ke empat, jadi aku hanya memasukkan angka dua disana!!"
"Dua, kalau begitu aku akan berada disini selama dua hari." Guman Khun pelan tapi cukup untuk didengar oleh semua orang yang tenggelam dalam renungan disana. Bangkit berdiri Khun mengukir seringai khas miliknya terlihat bersemangat tidak seperti yang lainnya, "Kalau begitu apa yang kita tunggu, ayo ajak aku berkeliling dan cari informasi! Selama aku disini akan ku coba untuk membantu kalian meningkatkan diri untuk bisa menang."
"......"
Tidak ada yang menjawab. Secara rasional memang lebih baik bagi mereka untuk memanfaat keberadaan Khun sekarang untuk membuat rencana menuju kemenangan, tapi di bandingkan itu semua mereka lebih suka mengabaikan hal itu dan memakai waktu ini untuk bersama si Biru sebelum kemudian mereka akan berpisah lagi. Siapa yang tahu kapan mereka akan bicara dan bergaul dengan si Biru seperti sekarang ini?
"Baam, Buaya! Apa yang kalian tunggu? Aku tidak memiliki lighthouse untuk memanduku dan aku juga tidak tahu detail tempat ini!!" seru Khun yang sudah berada di ambang pintu apartemen memanggil. Kemampuan mereka sudah banyak meningkat sehinga semua indra mereka mejadi begitu peka, secara samar mereka bisa mendengar Khun berbicara. "Apa aku harus menghubungi Ran dan Kakak Haoqin? Aku ingin tahu rupa mereka di masa depan ini."
Tepat begitu ucapan itu hendak selesai, Baam langsung menghampiri Khun cepat dan di ikuti oleh Rak. "Ayo ayo, Khun. Kita bisa mendapatkan semua informasi di restoran tanpa nama." Ajak Baam dengan senyum cerah di wajahnya.
"Benar! Terlepas dari harganya makanan disana cukup enak!" seru Rak sembari mendorong Khun untuk mengikuti Baam.
Dann dan Novick saling menatap sebelum kemudian mengikuti begitupun Shibisu dan dua anggota tim nya. Meninggalkan Yuri dan Urek dengan dua guide.
"Mereka langsung bergerak begitu mendengar nama Ran dan Haoqin." Komentar Urek menatap kearah menghilangnya para regular itu. Yuri menyandarkan diri ke sandaran sofa, "Itu wajar, jika si pria biru itu benar-benar memanggil Ran ataupun Haoqin. Mereka tanpa diragukan akan membawa pria biru bersama mereka hingga batas waktu habis."
Evan mengangguk mengiyakan, "Benar, terlebih adalah fakta kalau Khun yang berstatus regular memiliki kondisi yang cukup rentan. Terlepas dari kemampuannya yang luar biasa, dia di ikat dengan aturan menara dan tidak bisa menggunakan kemampuan bertarungnya secara menyeluruh. Ini hanya akan menjadi kesempatan besar bagi pihak-pihak yang mencoba membunuhnya."
"Ya, para petinggi FUG atau siapapun yang menginginkan terjadinya perang akan datang untuk membakar sumbu penyulut perang ini. Adalah wajar bagi pihak Zahard dan Para pemimpin 10 Keluarga Agung untuk mengambil Tn, Blueberyy." Ujar Hwaryuun sebelum menambahkan, "Tapi, Fakta bahwa setiap Pangeran Zahard yang terlahir kembali bukannya di sembunyikan di tempat yang lebih aman tapi malah di biarkan untuk menjadi regular menara sepertinya itu terkait erat dengan kemampuan mereka."
"Jika apa yang dikatakan oleh legenda dan kisah-kisah lama itu benar, kemampuan para Pangeran sebenarnya sangat kuat bahkan jauh lebih kuat dari pada Zahard si Raja Menara. Tapi tubuh mereka terbilang lemah untuk kekuatan yang luar biasa itu." ucap Urek mengingat kembali perkataan Hachuling. "Terlebih tubuh mereka di kelahiran yang sekarang dikatakan jauh lebih lemah sehingga perlu waktu untuk para Pangeran yang terlahir kembali untuk menyesuaikan diri. Dan jalan terbaik adalah belajar dari awal yaitu dengan cara menaiki menara sebagai seorang regular."
"Dan satu Pangeran yang tengah dalam tahap penyesuaian itu ada bersama kita. Terlebih dia adalah Pewaris Takhta, Zahard tidak akan diragukan lagi akan memburu dan membunuh kita kalau terjadi sesuatu pada anak lelaki kesayangannya." Kata HwaRyuun menambahkan.
.
.
.
Tbc~
26 Maret 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top