[19] From Now On, You'll be My Chef

***

Shen Yuan menghela nafas lega. Dirinya tidak tahu bagaimana merawat Shen Qingqiu yang heat selain memperlakukannya selayaknya orang sedang deman tinggi. Beruntung Yasha datang dan membantu nya merawat yang lain. Yasha tampak memberikan satu pil obat dan itu langsung bekerja efektif. Terbukti dari bagaimana suhu tubuh Shen Qingqiu yang perlahan menjadi lebih sejuk.

Yasha pergi setelah memastikan keadaan Shen Qingqiu stabil, meninggalkan satu kantung kecil berisi pil penangkal heat pada Shen Yuan. Bagaimanapun walau Yasha khawatir dengan keadaan Shen Qingqiu, dia juga khawatir dengan para pengunjung penginapan yang saat ini mungkin saja tengah di beri beberapa 'pengarahan' dari Kakak-nya, DaiZhou.

Langit di Dunia Tengah mulai terang saat kelopak mata itu perlahan terbuka. Menampilkan manic mata bagai permata hijau jernih yang menatap langit-langit kamar dengan linglung.

"Xiao Jiu, kau sudah bangun?"

Suara penuh khawatir itu menarik kembali kesadaran Shen Qingqiu. Melirik ke samping tempat tidurnya mendapati wajah khawatir Yue Qingyuan. Pria yang memakai pakaian serba hitam dengan ornament perak itu duduk tepat disamping tempat tidurnya. Di tangannya tampak semangkuk conge yang masih memiliki uap dan menyebarkan aroma harum. Mengundang rasa lapar.

Yue Qingyuan meletakkan mangkuk di nakas samping tempat tidur sebelum membantu Shen Qingqiu untuk duduk dan menyamankan diri. Handuk yang dibasahi air hangat yang sebelumnya berada di dahi yang lain di singkirkan dan rambut yang hampir sewarna dengan perak itu sedikir diatur agar tidak menghalangi wajah.

Mengambil kembali mangkuk tadi, Yue Qingyuan tidak bertanya hal lain saat dia mengangkat sesendok bubur itu ke depan yang lain. "Xiao Jiu, ayo makan dulu."

Sebagai Dewa yang abadi, kebutuhan untuk mengisi perut dengan makanan bahkan untuk tidur ataupun istirahat bisa dibilang sudah tidak diperlukan lagi. Kedua hal itu pada akhirnya bagi mereka kaum immortal hanya menjadi sesuatu hal yang formal dan dilakukan semata-mata hanya untuk memuaskan rasa lapar lidah mereka yang tetap ingin dimanjakan dengan masakan yang enak.

Mengangkat tangannya, Shen Qingqiu merebut sendok yang di pegang oleh Yue Qingyuan saat satu tangannya yang lain menjangkau mangkuk. Dia dengan kejam menatap yang lebih tua sembari berujar kasar, "Aku bukan anak kecil dan aku bisa sendiri!"

Yue Qingyuan tidak marah. Dirinya hanya mengukir senyum tulus mengamati yang lebih muda menyantap makanannya dengan lahap.

Liu Qingge baru saja memasuki ruangan bersama dengan Shen Yuan. Melihat bahwa yang lain sudah sadar, keduanya menghela nafas lega secara diam-diam.

"Kau akhirnya bangun, ku kira kau akan terus tertidur hingga penutupan Festival." Ujar Liu Qingge sembari melangkah mendekat. Dia mengangguk untuk menyapa Yue Qingyuan sebelum kembali pada Shen Qingqiu yang hanya memberi dengusan dingin sebagai tanggapan. Pria dengan telinga rubah itu memasang wajah dingin bercampur jengkel saat dia melanjutkan makannya.

Sementara Liu Qingge dan Yue Qingyuan bercakap-cakap dan Shen Qingqiu sibuk dengan bubur nya. Shen Yuan memilih untuk pergi kedapur hendak membuat teh tapi mendapati stok teh yang selalu di tempatkan di sana sudah habis karena dirinya saat menjaga Shen Qingqiu sebelumnya selalu saja menyeduh teh tidak melihat waktu. Melihat bagaimana guci berukuran sedang itu kosong, Shen Yuan benar-benar merasa malu. Di Dunia Cermin, jangan satu guci, setengah guci daun teh saja akan bertahan sampai dua bulan.

Tapi sekarang dia hanya memerlukan waktu beberapa hari untuk menghabiskan satu guci berukuran sedang! Yah, siapa yang bisa dia salahkan? Bagaimanapun memang teh di sana sungguh berkualitas dan membuat dirinya menjadi lebih segar tiap kali meminumnya.

Mengambil guci daun teh, Shen Yuan berjalan keluar dari ruangan. Memilih untuk langsung saja pergi kedapur penginapan untuk mengisi kembali. Dirinya bisa saja memanggil layanan kamar, tapi dia juga ingin berjalan-jalan. Lagipula dengan segel perlindungan yang diberikan DaiZhou sebelumnya, dia tidak perlu khawatir lagi akan diterkam.

Selesai dengan daun teh, Shen Yuan hendak kembali saat matanya melihat kehadiran dua pria yang dilihatnya beberapa hari lalu. Tidak menyangka mereka masih berada di penginapan ini mengingat bahwa pengunjung di penginapan ini hanya akan memakai ruangan mereka selama satu malam sebelum kemudian pergi untuk mencoba penginapan lain. Lagipula penginapan ini cukup mahal!

Untuk Shen Qingqiu, Shen Yuan baru beberapa waktu lalu mengetahui kalau ternyata penginapan ini adalah salah satu miliknya(SQQ) yang menjadikan dia bebas memesan di sini. Pantas saja dia(SY) tidak melihat dia(SQQ) mengeluarkan alat pembayaran saat memesan kamar.

Menghampiri dua pemuda itu, Shen Yuan sedikit gugup entah kenapa. Dia memeluk guci teh saat dia mengukir senyum tipis. "Permisi, dua Tuan."

Luo Binghe hanya melirik sekilas sebelum mengangguk acuh, kembali pada gulungan yang banyak bertuliskan bahan-bahan dapur. Melihat ini Shen Yuan berpikir kalau orang lain yang memakai topeng misterius ini mungkin adalah pecinta kuliner yang hobi memasak. Luo FengMing mengangkat pandangannya, wajahnya yang tersembumyi sepenuhnya di balik topeng sedikit menegang sebelum kemudian mengangguk hormat.

Shen Yuan sedikit membungkuk hormat dengan wajah sedikit bersalah, "Saya benar-benar berterima kasih untuk beberapa malam yang lalu, dan saya juga minta maaf karena sudah bertindak kasar. Saya hanya khawatir dengan saudara saya, jadi mohon maafkan atas sikap kasar saya."

Shen Yuan sebenarnya hanya ingin meminta maaf dan berterima kasih selalu nya saja. Tapi mengingat dimana dia berada dan nasihat Shen Qingqiu untuk jangan bersikap impulsif secara sembarangan, Shen Yuan pada akhirnya merasakan hatinya tertekan. Bagaimana pun ini adalah Dunia dimana para Dewa dan Makhluk Surgawi lainnya berkeliaran. Dia tidak mau menyinggung mereka dan malah mengundang masalah di masa depan.

Luo Binghe hanya mengangguk sembari berguman sebagai balasan. Dan Luo FengMing berkata ramah, "Tidak, kami juga salah karena menarik Saudara anda begitu kasar. Wajar bila anda marah."

Menggeleng pelan, Shen Yuan mengukir senyum dangkal. "Aku juga minta maaf untuk Saudara ku karena sudah merepotkan kalian. Surga tahu kalau dia pasti berlaku kasar pada kalian,..."

Kedua nya berbincang untuk berbasa-basi sebentar sebelum kemudian Shen Yuan mengambil cuti nya. Kembali ke kamarnya dan meninggalkan Ayah-Anak di tempat mereka sendiri. Luo FengMing melihat sampai Shen Yuan menghilang di ujung koridor sebelum kembali pada Ayahnya yang masih sibuk menyusun resep masakan baru.

"Ayahanda, bukan kah Ayahanda harus bersikap lebih sopan? Ayahanda selalu menasehati kami begitu saat mencari pendamping." Bisik Luo FengMing sepelan mungkin.

"Hmm, itu kalau mereka perempuan dan normal." Kata Luo Binghe acuh sembari meggerakkan kuas di tangannya halus. "Siapkan saja mental mu FengMing, Rubah ini sangat kejam sehingga kau mungkin saja akan menjadi korban siraman teh ataupun sup panas nya."

Mengingat apa yang terjadi beberapa hari yang lalu dimana Shen Qingqiu menyiram Shu Yong dengan Sup panas, hati Luo FengMing menjadi dingin. Tapi ketika dia meyadari ada kata 'teh' di ucapan Luo Binghe, Luo FengMing menduga-duga.

"Apa Ayahanda yang menjadi korban siraman teh panas itu?" tanya Luo FengMing tanpa sadar. Dia mengutuk dirinya sendiri karena keceplosan mengutarakan pertanyaan batinnya yang mana mengundang tatapan tajam dari Luo Binghe.

Luo Binghe mengukir senyum penuh arti saat matanya melengkung hingga membentuk bulan sabit, "Hm? Menurutmu? Apa kau ingin mencoba nya juga?"

Yang lebih muda menggeleng keras. Wajah di balik topengnya memaksakan senyum yang bukan senyum saat dia bangkit berdiri mencoba lari dari tatapan tajam Sang Ayah yang mana satu tangannya sudah mengangkat cangkir berisi teh panas. "Aku akan pergi berjalan-jalan sebentar!"

Mata merah darah milik Luo Binghe mengikuti arah perginya Luo FengMing. Mendengus kasar saat dia mencoba mengenyahkan ingatan lama yang terpancing karena kata-kata anaknya sendiri. Suasana ruang makan di restoran itu sepi dan hanya berisikan Luo Binghe dan Luo FengMing saja sebelumnya, sehingga saat Luo Binghe meletakkan kembali cangkir tehnya, itu menghasilkan suara yang menyentak.

Menyimpan gulungan dan kuasnya. Luo Binghe dengan perasaan marah memilih kembali ke kamarnya. Dirinya hanya tinggal melewati satu belokan saat Yue Qingyuan muncul, membuat langkah terhenti sejenak. Yue Qingyuan tidak sendiri, di sebelahnya ada Shen Yuan. Keduanya tampak berbicara tentang pasar yang di dirikan di Pasar Festival dan sebagainya, sepenuhnya tidak memperhatikan Luo Binghe.

Luo Binghe menautkan alisnya di bawah topeng. Memilih untuk mengesampingkan bagaimana caranya Yue Qingyuan bisa menjadi Hantu tingkat tertinggi. Kembali melanjutkan langkahnya hanya untuk terhenti di ujung koridor saat dirinya melihat pemandangan tak menyenangkan matanya.

"Istirahatlah dengan benar! Jangan berkeliaran untuk sekarang!" tegas Liu Qingge sembari memperbaiki jubah luar Shen Qingqiu yang longgar.

Alis tipis Shen Qingqiu bertaut saat bibirnya melengkung turun dengan masam, "Apa maksudmu berkeliaran? Kau kira aku ini apa?"

"Hm? Rubah Liar?"

"Sialan! Pergi sana!!" seru Shen Qingqiu sebal sembari mendorong kasar Liu Qingge untuk berbalik pergi. Liu Qingge berdiri diam di depan pintu yang ditutup kasar hingga menimbulkan angin yang menerbangkan kain pakaiannya. Menatap pintu itu sambil melipat kedua tangan di depan dada. Sudut bibirnya berkedut mencoba menahan senyum saat pintu itu sedikit terbuka. Shen Qingqiu mengintip saat matanya mencerminkan seakan dia sudah di perdaya.

Alis Liu Qingge naik saat dia bertanya acuh, "Apa?"

"...Tanghulu"

"Hm?"

Shen Qingqiu menundukkan kepalanya dalam, mencoba menahan malu dan marah di saat bersamaan. "Aku mau Tanghulu!" seru nya keras, sekali lagi menghempaskan pintu untuk menutupnya. Liu Qingge menipiskan bibirnya saat dia mencoba menahan tawanya yang berpotensi akan meledak. Dia harus menjaga pembawaan dirinya!

Liu Qingge mengunakan satu tangan untuk menutupi senyumnya, masih menahan geli di perutnya. "Aku mengerti, nanti akan aku bawakan."

Shen Qingqiu yang masih bersandar duduk pada pintu menenggelamkan kepalanya di antara lutut, "...."

Luo Binghe mencoba menahan rasa amarahnya saat kembali berjalan sewajarnya. Menahan diri untuk tidak menatap tajam Liu Qingge yang mengambil jalan koridor lain. Kedua tungkainya kembali melangkah dan berhenti di depan pintu kamarnya. Matanya yang merah sewarna darah menatap pintu tetangga lamat sebelum dengan dengusan kasar Luo Binghe memasuki kamarnya dengan amarah yang meluap-luap.

Melempar topeng yang dipakainya dan jubah luar nya ke sembarang tempat. Luo Binghe langsung memasuki dapur. Mengambil bahan-bahan yang tersedia di lemari dapur dan memotong sayuran dengan ganas.

Normalnya saat suasana hatinya buruk, Luo Binghe akan memburu kultivator yang menentangnya dan akan menyiksa mereka habis-habisan hingga amarahnya mereda. Tapi tidak mungkin dia melakukannya di Dunia Tengah. Sehingga sebagai pelampiasan Luo Binghe hanya bisa membayangkan kalau sayur yang tengah dia potong adalah Liu Qingge.

"Sialan! Brengsek itu tidak pernah memperlihatkan tampang tak berdaya seperti itu saat aku menyiksa nya!!" kutuk Luo Binghe sembari memasuki bahan masakan kedalam panci. Dia mengutuk dan menyumpah dengan segala bahasa kasar selama dia memasak. Walau begitu masakan yang dia buat tetap mengeluarkan aroma harum yang menggugah selera.

TAK

"Apa-apaan?! Dia juga tidak pernah berlaku manis didepan ku sebelumnya! Kenapa harus didepan si penggila bertarung itu?!"

Satu mangkuk sup di letakkan di meja dengan hentakan keras saat kutukan dan segala gerutuan dari sang koki mengiringi. Satu demi satu masakan memenuhi meja. Sayuran dan bahan yang tersedia di dapur menipis tapi Luo Binghe masih belum memadamkan api amarahnya. Sama sekali tidak berpikir siapa yang akan menghabiskan semua makanan yang dibuatnya itu.

Saat semua bahan yang didapur habis dan satu masakan terakhir juga matang, Luo Binghe sudah lebih tenang. Walau dia masih menggerutu dan menyumpahi Shen Qingqiu di kepalanya beberapa kali. Langkah dan gerutuannya berhenti di ambang pintu yang membatasi dapur dan ruang tengah tempat dia meletakkan semua masakannya.

Meja bulat nan luas itu dipenuhi dengan makanan yang mengepul dengan aroma yang membuat air liur siapapun menetes. Semua jenis masakan tersedia disana sehingga membuat bingung hendak memakan yang mana terlebih dahulu. Di meja yang sudah penuh itu dimana tidak ada tempat untuk meletakkan satu piring yang masih di pegang oleh sang Koki.

Tapi bukan itu yang membuat Luo Binghe tertegun, melainkan kehadiran siluman rubah yang entah sejak kapan duduk anteng di depan meja penuh makanan itu. Mata bak permata itu berbinar cerah saat sumpit ditangannya bingung hendak mengambil makanan yang mana. Bibir merah muda tipis yang selalunya cemberut tampak mengukir senyum cerah.

Shen Qingqiu dengan acak mendaratkan sumpitnya, mengambil satu suap dan memakannya gembira. "Hebat! Level masakannya satu tingkat lebih tinggi dari Hong-er!" gumannya senang saat mengunyah makanan di mulutnya.

Kesembilan ekor di belakang tubuhnya tampak bergerak semangat saat dia terus menyantap makanannya di hadapannya. Sepenuhnya mengabaikan kehadiran Luo Binghe yang masih mematung di ambang pintu. Kesadarannya kembali saat Shen Qingqiu mengangkat pandangannya. Memaku dua manik berbeda warna untuk saling bertatap.

Luo Binghe, "Uhm, itu... masakan ku..."

"Uh-un, aku tahu! Kau sangat berbakat!" puji Shen Qingqiu sembari lanjut menyuap, telinga rubah di kepalanya bergerak tegak saat dia menikmati makanannya. "Aku benar-benar bersyukur bisa hidup hingga saat ini, ah!"

Luo Binghe berkedip beberapa kali. Dirinya secara tidak sadar mengingat pepatah penatua ; Jika ingin merebut hati seorang laki-laki, maka rebut dulu perutnya!. Seperti nya pepatah itu memang benar adanya. Melangkah mendekat, dia mengalihkan satu piring yang sudah kosong dan meletakkan masakan yang disana sebagai gantinya. Sedikit ragu sebelum kemudian menguatkan tekad untuk duduk di hadapan Shen Qingqiu yang sibuk dengan makanannya.

Matanya menatap lekat sosok di depannya. Mengamati ekor dan telinga rubah dan juga surai perak yang tergerai bebas. Sebelumnya dia hanya melihat dari jauh sehingga saat dia melihatnya dari dekat secara langsung seperti ini akhirnya Luo Binghe mengerti kenapa banyak yang mencoba menaklukkan orang ini.

Siapa yang membuat orang ini begitu indah tapi juga begitu berbahaya? Sang Pencipta pasti tengah menguji makhluk ciptaannya!!

Luo Binghe sama sekali tidak mengenakan topeng mengingat dia sudah melemparnya sembarang arah tadi. Tapi dirinya tidak khawatir. Karena Shen Qingqiu sudah menempatkan mantra siluman yang membuat Shen Qingqiu hanya bisa melihat kabut putih yang menutupi wajah pihak lain. Dan bahkan walau Shen Qingqiu bisa melihat wajah asli nya, Luo Binghe ragu kalau guru nya yang tidak tahu malu ini masih mengingat wajahnya.

Bibir tipis milik orang lain mengkilap karena minyak makanan, tapi si pemilik sama sekali tidak indah dan terus lanjut pada makanan lainnya dengan bersemangat. Benar-benar mengacuhkan keberadaan sang Koki.

Apa aku boleh memakannya? Karena dia memakan makanan ku seenaknya maka aku boleh memakannya sebagai gantinya bukan? Aku kelaparan!!

Batin Luo Binghe berteriak keras saat wajahnya masih tetap terlihat tenang. Sepenuhnya menyembunyikan badai yang bergejolak di kedalaman batinnya.

***

"Terima kasih untuk jalan-jalannya, Qi Ge." Shen Yuan berkata lembut saat wajahnya mengukir senyum tipis. Sikapnya yang tenang menutupi perasaan hatinya yang berbunga karena berkeliling dengan puasnya. Yue Qingyuan mengukir senyum cerah sembari mengantar Shen Yuan hingga didepan penginapan saja.

"Ah-Yuan pasti kelelahan, istirahat dan cukup dan jangan lupa untuk mengawasi Xiao Jiu."

Shen Yuan mengangguk mematuhi. Matanya yang hitam bak danau tinta yang tenang mengikuti kepergian kereta yang membawa Yue Qingyuan hingga kereta itu semakin menjauh. Berbalik untuk memasuki penginapan. Shen Yuan langsung menuju kamar yang ditempati nya dan Shen Qingqiu.

Sebelumnya Liu Qingge sudah memberitahu nya(SY) kalau dia(LQG) tidak bisa menjaga Shen Qingqiu karena dia(LQG) mendapat giliran patroli di surga. Dan secara otomatis Shen Qingqiu sendirian. Memang sejak beberapa hari yang lalu, Penginapan sudah tidak menerima tamu lagi. Hanya tamu yang pada hari itu yang belum check-out yang masih berada disana dan dilayani. Dan jumlah mereka(tamu) tidak seberapa sehingga mereka(SYdkk) tidak perlu khawatir akan terjadi hal buruk pada Shen Qingqiu.

Tapi walau begitu Shen Yuan tetap saja khawatir. Menurut dari ucapan Yasha pada nya tempo lalu, Heat akan terasa sangat tersiksa jika tidak ditangani dengan benar. Terutama pada Omega yang siklus heat nya tidak teratur seperti Shen Qingqiu.

"Qingqiu, apa kau baik-baik sa– "

Perkataan Shen Yuan terhenti saat dia melihat tempat tidur yang kosong. Selimut di atas sana masih tampak berantakan menandakan pemiliknya sudah beranjak. Pergi kedapur, Shen Yuan masih belum menemukan orang lain.

Apa?! Kemana perginya?! Apa dia di culik oleh Alpha yang kelaparan dan di kurung di tempat yang jauh?! Tapi itu tidak mungkin! DaiZhou sudah menempatkan segel khusus di sekeliling kamar sehingga tidak ada pihak luar yang bisa masuk. Apa mungkin Shen Qingqiu keluar sendiri dan pergi berjalan-jalan?! Itu lebih tidak mungkin! Semesta tahu benar kalau Shen Qingqiu adalah individu yang paling malas untuk berjalan-jalan dan lebih suka berdiam di kamarnya sendiri. Individu seperti Shen Qingqiu hanya akan keluar disaat dia benar-benar merasa bosan saja.

Shen Yuan keluar dari kamar, hendak berlari keluar dan mencari pelayan saat dirinya tidak secara sengaja melihat selendang putih didepan pintu tetangga. Saat datang tadi, dirinya terlalu fokus mengkhawatirkan keadaan yang lain sehingga selendang tipis di jalan tidak terlalu menangkap perhatiannya. Lagipula koridor itu sangat luas.

Mengambil selendang, mata milik Shen Yuan sedikit menyipit saat mengetahui kalau itu adalah milik Shen Qingqiu. Ada bordiran teratai dan rubah putih yang di lukis secara ringan hingga hampir terlihat, dan itu merupakan tanda khusus milik Shen Qingqiu.

BAM

BAM

Tanpa berpikir dua kali, Shen Yuan menggedor pintu tetangga dengan kasar. Dia tidak mau berteriak memanggil karena dia tahu benar kalau setiap kamar memiliki dinding yang super kedap suara. Jadi dirinya hanya bisa menggedor pintu hingga tangannya memerah.

Klek

"Ada apa begitu ribut,..."

Shen Yuan sama sekali tidak mengindahkan suara jengkel pemilik kamar saat dia dengan tidak sopannya masuk. Luo Binghe –yang beruntung berhasil mendapatkan kembali topengnya– mengerutkan alisnya tidak senang tapi hanya bisa diam saat dia mengikuti Shen Yuan.

Shen Yuan berjalan dengan langkah menghentak saat wajahnya yang halus menjadi cemberut saat mendapati orang yang dia cari hingga membuat jantungnya terancam jatuh ternyata tengah dengan santai nya menyantap semangkuk mie. Melihat dari jumlah piring kotor yang bertumpuk di atas meja, Shen Yuan tidak lagi khawatir tentang heat tapi lebih cemas pada perut yang lain.

"Qingqiu! Cukup! Kenapa bisa kau berlaku tidak tahu malu dengan makan di rumah orang lain?" Shen Yuan menoleh pada Luo Binghe cepat, "Tuan? Apa dia meminta izin sebelumnya?"

Luo Binghe mengukir senyum tidak berdaya, "Dia tidak."

"Dan kau bahkan tidak meminta izin? Betapa tidak sopan nya!!" seru Shen Yuan. Seakan melupakan tindakan tidak sopannya yang masuk tanpa izin.

Shen Qingqiu menghembuskan nafas puas saat dia meletakkan mangkuk yang sudah kosong, matanya beralih pada Shen Yuan dan berkata acuh. "Ini penginapan ku! Dan aku bebas melakukan apa yang aku mau!"

Bangkit berdiri sembari mengusap bibirnya dengan lengan bajunya yang mana langsung membuat Shen Yuan menghela nafas panjang. Datang menghampiri dan mengeluarkan sapu tangan untuk yang lain.

"Tuan, pihak ini akan meminta pada pelayan untuk mengisi kembali bahan di dapur mu." Kata Shen Qingqiu tenang, membiarkan Shen Yuan memperbaiki rambutnya yang sedikit kusut. "Pihak ini juga akan mengembalikan uang pembayaran penginapan pada anda dan anda bisa dengan bebas berada disini. Tapi sebagai gantinya, saya harap anda bisa menyiapkan makanan untuk saya selama anda berada disini. Tidak masalah bukan?"

Shen Yuan yang mendengarnya ; Shen Qingqiu asli adalah karakter yang paling tidak tahu malu! Terutama jika itu menyangkut makanan!

Tapi Shen Yuan bisa mengerti kenapa. Siapa yang tahan dengan makanan ringan yang hampir hambar menjadi makanan pokok Shen Qingqiu semasa hidup nya di dunia Fana? Airplane-bro benar-benar harus di pukuli.

Luo Binghe sedikit terkejut dan tersenyum cerah, "Tentu saja, ini suatu kehormatan bagi saya untuk bisa melayani Yang Mulia walau hanya beberapa waktu singkat." Lagipula aku juga akan sangat terbantu.

"Bagus sekali! Kalau begitu dua porsi! Saudara ku juga butuh makan!" seru Shen Qingqiu datar acuh tapi matanya yang bersinar cerah jelas menunjukkan semangatnya. Mengayunkan pelan kipas lipat di tangannya, membuka celah dimensi kecil yang hanya bisa di lalui tangan. Shen Qingqiu mengambil satu pita sutra hijau dari sana.

"Tetap pakai ini selama berada di penginapan, dan hak dapur penginapan sepenuhnya berada di tangan mu." Jelas Shen Qingqiu. Menghampiri yang lain saat mata hijaunya mencari tempat untuk menempatkannya saat kemudian terhenti di kedua tanduk yang menghiasi kepala milik pihak lain. "Uhm, sudah lama aku tidak melihat tanduk siluman naga." Bisik Shen Qingqiu pelan.

Dikarenakan tinggi pihak lain, Shen Qingqiu sedikit berjinjit saat memasangkan pita hijau itu di tanduk naga pihak lain. Luo Binghe berniat menunduk sebelumnya, tapi melihat wajah Shen Qingqiu yang tampak sedikit sebal dan gerutuan betapa rendahnya dia dan tinggi nya tubuh orang lain. Luo Binghe memilih tetap berdiri tegap. Menikmati kesusahan yang lain.

Shen Yuan yang sedari tadi menonton hanya diam. matanya sedikit menyipit curiga mengamati Luo Binghe. Entah kenapa dia merasa sangat akrab dengan figure tubuh orang lain. Begitu mirip dengan 'Luo Binghe'-nya!

(A/N : Lah emang itu Luo Binghe, tapi yang Sadist, bukan yang Maso)

Jika saja dirinya tidak melihat tanduk naga di kepala pihak lain. Shen Yuan akan percaya 100% kalau pihak didepannya tak lain tak bukan adalah BingGe!

(A/N : Itu emang dia-,-)

"Yuan, kita kembali." Ajak Shen Qingqiu membuyarkan lamunan Shen Yuan. Shen Yuan mengangguk dan sebelum pergi dia sedikit membungkuk untuk meminta maaf. Setelahnya baru dia pergi menyusul yang lain, meninggalkan Luo Binghe sendiri.

Luo Binghe duduk di kursi yang sebelumnya di tempati Shen Qingqiu, tidak bisa menahan diri untuk mengukir senyum saat keberuntungannya begitu bagus. Sepertinya gelar Anak Dunia yang dia pegang bukan hanya judul kosong.

Luo FengMing baru saja kembali dan hendak menyapa Ayah nya saat melihat tumpukan piring kotor di atas meja di hadapan Ayah nya. "Demi Dewa Iblis di Neraka! Ayahanda! Bagaimana mungkin kau menghabiskan semua bahan dapur dan memakannya sendiri?!"

.

.

.

.

.

Tbc~

Shen Jiu benar2 mengundang kematian kedepan pintu!

Aku berdoa untuk keselamatan Lho Binghe-- eh Salah! Aku berdoa untuk Shen Jiu

03 November 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top