[14] Scent

***

Panas tubuh terus meningkat hingga ketingkat yang bahkan membuat keringat menguap dengan kecepatan yang bisa dilihat mata. Bersamaan dengan rasa sakit yang sungguh terasa menyiksa hingga suara bahkan tidak sanggup di keluarkan. Alis bertaut kusut dan kening berkerut tidak tahan. Tubuh terbaring di lantai gua tidak sanggup berdiri.

Ingin dia menabrakkan kepalanya kedinding untuk mengakhiri siksaan rasa sakit, tapi rasa sakit yang sungguh luar biasa benar-benar membuatnya dia bahkan tidak mampu bangkit berdiri.

Luo Binghe menghirup nafas dingin saat rasa sakit mencapai puncaknya. Jantungnya serasa di cengkram cakar hendak meledak. Geraman rendah dikeluarkan saat dia mencoba mempertahan kan kesadarannya. Dia tahu ada sesuatu yang mencoba mengambil kendali dirinya, dan itu bukanlah pedang Xin Mo. Tapi sesuatu yang lain.

"Sialan!"

Langit gelap menyelimuti daratan benua, bersamaan dengan bintang gemintang yang menghiasi malam hingga tidak terlalu terasa sepi. Luo Binghe mengatur pernafasannya yang kacau saat rasa sakit yang hampir menguasainya lebih dari beberapa hari terakhir akhirnya berhasil ditaklukkannya.

Pertama kali rasa sakit itu menyerang itu adalah saat dia masih dibawah penindasan Shen Qingqiu. Saat itu dia dan murid lain dikirim kebawah gunung untuk berburu dan Ming Fan selaku pemimpin kelompok saat itu menjadikan dirinya umpan untuk memancing musuh.

Ingatannya kabur. Entah siapa musuh yang dicari pada saat itu tapi rasa sakit ini sudah melekat padanya sejak saat itu. Menyiksa dirinya bahkan walau dia sudah membangunkan darah iblisnya dirinya tidak bisa lengah. Ada sesuatu yang mencoba mengambil alih dirinya, dan bukan seperti Xin Mo yang mengendalikan dirinya dengan hasrat terbesarnya.

Sesuatu itu mencoba mengambil semua yang menjadi miliknya! Mengantikannya menjadi sosok yang benar-benar berbeda dari yang seharusnya.

Dia sudah berkonsultasi dengan MengMo dan iblis itu hanya mengatakan kalau ada mahkluk ajaib yang melekat pada dirinya. Makhluk apa itu MenMo sendiri tidak tahu. Yang pasti jika Luo Binghe tidak berhati-hati maka dirinya akan dilahap. Dan sebelum itu terjadi Luo Binghe harus melahap yang lain terlebih dahulu.

Mudah mengatakan tapi sampai sekarang pun Luo Binghe belum menemukan titik cerah dari masalahnya.

Mengambil kembali pedang Xin Mo yang sebelumnya dia lempar ke sudut gua. Luo Binghe memutuskan untuk kembali ke istana miliknya. Tubuhnya terasa lengket dengan semua keringat, bahkan pakaiannya basah dibeberapa tempat. Kedua tungkainya mengayun menuju pemandian pribadi kekamarnya sendiri. Berendam disana setelah sebelum nya melepas semua pakaiannya.

Memejamkan matanya sembari mencoba rileks. Kepalanya malah kembali didera rasa sakit saat ingatan kehidupan seseorang mengalir membayang di kepalanya. Ingatan itu mengalir deras hingga Luo Binghe sendiri hanya bisa melihat kelibat dan bayang-bayang aneh. Mungkin dia harus bermeditasi terlebih dahulu untuk melihatnya di lain waktu.

Splash

Membuka mata perlahan, manik hitamnya bergulir malas melirik sosok lain yang memasuki kolam pemandiannya. "Aku tidak ingat pernah memberi mu izin untuk memasuki ruangan pribadi-ku, Hualing."

Sha Hualing mengukir senyum menggoda. Tubuhnya yang indah tidak terbalut satu benang pun saat dia bergerak perlahan mendekati Luo Binghe. "Tuanku sepertinya sangat kelelahan, saya sudah memanggil sedari tadi tapi Anda bahkan tidak menanggapi."

Luo Binghe mendengus malas. Menyandarkan diri ke batuan pemandian. Sama sekali tidak memberi respon berarti pada Sha Hualing yang duduk di pangkuannya. "Tuanku, apa anda ingin Hualing ini untuk memberi anda pelayanan? Tubuh Tuanku mungkin akan menjadi lebih segar."

Luo Binghe menghela nafas pendek. Dia mendorong pelan Sha Hualing dari pangkuannya saat dirinya sendiri bangkit untuk keluar dari kolam. Mengambil jubah mandinya sendiri saat tiba-tiba dirinya dipeluk dari belakang.

Tubuh halus milik Sha Hualing terasa membelai kulitnya, mencoba membangunkan hasrat yang lain. Suara sang Iblis wanita mengalun menggoda, "Tuanku, sudah hampir satu tahun ini anda tidak menyentuh Hualing. Apa Tuanku sudah bosan dengan hamba?"

Luo Binghe mengertakkan giginya sebal. Bagaimanapun dia adalah laki-laki normal dan ada kecantikan yang menggodanya saat ini. Terlebih sejak awal Luo Binghe tidak pernah menahan diri dari menyentuh kecantikan. Selama kecantikan itu melemparkan dirinya pada Luo Binghe, maka dia akan dengan senang hati menyambutnya.

Sha Hualing tercekat saat Luo Binghe tiba-tiba berbalik dan balas menyentuhnya. Paras cantiknya tidak bisa untuk tidak mengukir senyum cerah. Senang karena akhirnya Luo Binghe kembali menyentuhnya.

Memang benar sudah hampir satu tahun Luo Binghe tidak menyentuhnya. Bukan hanya dirinya, tapi juga harem lain, tidak ada satupun yang disentuh oleh Luo Binghe sejak kejadian Luo Binghe mengamuk beberapa waktu yang lalu.

Banyak yang berspekulasi kalau Luo Binghe mungkin saja menemukan kecantikan di luar dan bermain dengannya. Tapi itu dibantah karena Luo Binghe bahkan tidak pernah meninggalkan Istana. Luo Binghe lebih sering mengurung dirinya di kamar ataupun ruang belajar. Mengurus keadaan Kerajaan yang sekarang merupakan dua alam yang sudah menyatu. Alam manusia dan Alam Iblis.

Kain sprei kusut di genggam oleh Sha Hualing saat hasratnya mencapai puncak. Dia memandang menggoda Luo Binghe, menunggu untuk segera menuju permainan inti.

Luo Binghe sendiri memandang Sha Hualing tajam. Matanya yang tertutup nafsu sama sekali tidak di sembunyikannya. Bagaimanapun dia memang sudah lama tidak menyentuh wanita dan hasratnya benar-benar melonjak. Tapi,...

Ada sesuatu yang salah. Walau dia tahu dia tengah diliputi oleh hasrat untuk bercinta, tapi Luo Binghe merasa salah.

Dia ingin melampiaskan hasratnya segera, tapi dia juga tidak ingin melakukannya dengan wanita dibawahnya.

Dia menginginkan orang lain, dan itu bukanlah Sha Hualing ataupun para Harem nya.

Menggeram jengkel. Luo Binghe bangkit dari tubuh Sha Hualing, mengambil kembali pakaiannya. Sha Hualing yang hasratnya belum terpenuhi bangkit, menatap Luo Binghe sanksi. Suaranya mendayu mencoba merayu, "Tuanku,..."

BLAM

Sha Hualing berkedip cepat, melihat pintu kamar yang ditutup Luo Binghe kencang. Dirinya sama sekali tidak mencari kain untuk menutupi tubuhnya saat dirinya mengejar Luo Binghe. Membuka pintu hanya untuk mendapati kalau Luo Binghe sudah menghilang entah kemana.

Alis wanita cantik itu bertaut tak puas. Dia melihat kanan kiri tapi sama sekali tidak menemukan orang lain.

"Sebenarnya ada apa dengan Tuan ku?" gumannya pelan.

***

BYUR

Deras sungai yang masih membawa bongkahan es yang belum mencair sama sekali tidak membuat Luo Binghe ragu untuk langsung terjun. Merendam dirinya kedalam air yang suhunya mampu membekukan. Menekan hasratnya sejauh mungkin.

Saat dia merasa hasratnya sudah menurun. Dia bangkit untuk keluar dari sungai hanya untuk mendapati bahwa pemandangan di sana cukup familier. Karena penyatuan dua alam dia sempat tidak menyadarinya, tapi setelah dia melihat dengan teliti dia sadar kalau tempat ini adalah bekas pegunungan Maigu. Dan sungai itu adalah Sungai dimana Shen Qingqiu menghanyutkannya dulu.

Sungai Luo.

Menyapu pandangannya kesekitar. Luo Binghe melangkahkan kakinya pelan saat matanya melihat-lihat sekitar. Langkahnya berhenti di sebuah pohon hitam yang sudah mati di tepi sungai. Mengetahui kalau itu adalah pohon dimana Shen Qingqiu dulu duduk diam bermenung sebelum kemudian Su Xiyan datang.

Mata hitamnya bergerak pelan mengikuti ingatan Shen Qingqiu. Menuju ketempat dimana Shen Qingqiu menemukan Su Xiyan. Tempat dimana Shen Qingqiu mengeluarkannya dari tempat gelap memperlihatkan dunia. Tempat dimana Su Xiyan, Ibu nya, menjadi bunga yang indah.

DEG

Mata hitam Luo Binghe melebar beberapa mili. Langkahnya semakin memelan sebelum kemudian secara bertahap berhenti. Tepat didepan sebuah Pohon Wisteria yang masih bermekaran dengan indahnya di tengah padang tandus. Kelopak bunganya yang indah bergoyang lembut dan sebagian jatuh kebawah dengan lembut. Satu kelopak bunganya dihembuskan angin dan Luo Binghe tanpa sadar mengangkat tangannya. Menangkap kelopak bunga itu lembut. Dia melihat kelopak digenggamannya lekat, mengagumi warna indah yang menghiasinya.

"Putra ku?"

Luo Binghe sontak mengangkat kepalanya saat suara lembut seorang wanita tergiang di udara. "Siapa?"

"Kau putra ku?"

Mata tajam Luo Binghe terhenti di Pohon Wisteria, melihat lekat ranting-ranting dan dahan di sana bergerak tidak wajar. Apa mungkin setelah beratus-ratus tahun akhirnya Su Xiyan mendapatkan kuasa untuk menjadi Makhluk Ajaib? "Kau? Su Xiyan? Ibu ku?"

"Putra ku! Kau benar-benar putra-ku! Mata mu benar-benar mirip sekali dengan Ayah-mu."

Alis Luo Binghe mengetat, dia tidak menyukai keadaan ini. Keadaan dimana dia harus dibedakan dengan sosok yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Bahkan dalam ingatan Shen Qingqiu hanya ada wajah kuyu Su Xiyan. Tidak ada wajah ayahnya, Tianlang Jun. Hanya ada banyak perkataan tentang seberapa buruk dan kejinya Tianlang Jun.

"Kau sudah tumbuh begitu besar"

Suara wanita itu kembali terdengar, tapi ada sentuhan kesedihan di sana. Dan tanpa penjelasan pun Luo Binghe tahu apa penyebabnya. Su Xiyan dulu meminta pada Shen Qingqiu untuk menyelamatkannya, dan Shen Qingqiu memberi peringatan tentang keturunan dan Su Xiyan tidak mengacuhkannya. Dan lihatlah, dunia manusia hancur karena bergabung dengan dunia iblis.

"Apa kau kecewa? Karena aku membawa kehancuran ke dunia kultivasi?"

"Tidak juga, lagipula aku merasa kalau itu adalah hukuman yang pantas bagi mereka." suara wanita itu acuh, sama sekali tidak ada simpati. Untuk apa dia bersimpati pada orang-orang yang sudah memisahkannya dengan cinta dan putranya? Itu hanya buang-buang waktu. "Aku hanya kecewa kau datang begitu terlambat, orang itu baru saja pergi."

"Orang itu?" guman Luo Binghe heran sebelum kemudian satu kesadaran menyentaknya.

"Qingqiu selalu datang berkunjung, dan dia baru saja pergi. Kenapa kau begitu lambat? Padahal dulu Ayahmu selalu datang tepat waktu, apa mungkin kau mewarisi kebiasaanku yang selalu terlambat?!" omel Su Xiyan.

Ya. Dia memang selalu terlambat. Dia terlambat mendapatkan kebenaran. Dia terlambat merasakan hangat orang lain. Luo Binghe memang selalu terlambat.

Bahkan sekarang pun dia terlambat.

Terlambat menyadari bahwa aroma harum yang bercampur dengan aroma bunga wisteria adalah aroma khas Shen Qingqiu.

***

Shen Qingqiu terhuyung memasuki kamarnya. Keringat membasahi dahinya deras saat rasa pusing mendera. Suhu tubuhnya meningkat dan telapak tangannya basah membuatnya kesusahan mengambil pegangan. Shen Qingqiu tahu apa yang terjadi pada dirinya, sangat tahu. Bagaimana tidak? Hampir mayoritas dari semua dunia yang dia kunjungi, dia selalu ditakdirkan sebagai seorang terak yang memiliki tubuh lemah dan pesakitan. Mayoritas, tidak semua.

Dia demam! Lagi!

Kehilangan pegangan. Tubuhnya limbung dan terjatuh disamping tempat tidur. Vas di atas nakas terjatuh karena getaran, menyebabkan suara dentuman yang cukum mengejutkan.

Shen Yuan baru saja hendak memasuki kamarnya yang berada di samping kamar Shen Qingqiu saat mendengar suara itu. Mengundang dia untuk melihat keadaan yang lain. Dan saat mendapati kondisi yang lain dimana hampir kehilangan kesadaran di tepi tempat tidur dengan suhu tubuh yang tidak wajar.

Shen Yuan tidak bisa untuk tidak merasa khawatir. Membantu yang lain untuk berbaring dengan benar di kasurnya. Dia berterima kasih dalam hati kepada Mu QingFang yang sudah mengajarinya beberapa pengetahuan tentang medis sehingga dia bisa mempraktekkan nya sekarang. Mengetahui kalau itu hanya demam biasa, Shen Yuan menghela nafas lega.

"Sekarang aku mengerti kenapa Qi Ge selalu bertindak berlebihan ketika aku terluka, ternyata itu semua karena orang asli ini yang begitu rapuh." Gumannya pelan.

Di kamar Raja. Di istana utama. DaiZhou menatap dingin paviliun di tengah danau dari jendela. Mendengus samar karena ketidak sadaran yang lain. Yasha mendesah pelan saat mengalihkan pandangannya dari pavilion milik Shen Qingqiu.

"Saudara, bukankah akan lebih baik kalau kita katakan saja yang sebenarnya pada Lian Hua?"

Daizhou menggeleng tidak setuju, jemarinya mengayun santai membentuk penghalang di sekitar danau. Menghalangi agar feromon miliik seseorang tidak menyebar luas. "Akan lebih baik dia menyadarinya sendiri, dan juga, jika dia tahu akan kebenaran itu sekarang dia hanya akan mengamuk."

Yasha mengerutkan alisnya ragu, "Tapi kalau terus seperti ini,..."

"Yasha, saat pertama kali kau tahu kalau aku adalah Mate mu. Apa tanggapan mu?"

Yasha menegang. Dia tidak tahu kenapa DaiZhou tiba-tiba malah mengubah topic, tapi dia tidak bisa menjawab pertanyaan yang lain. Tidak mungkin dia mengatakan kalau sebenarnya pada saat itu dia merasa sangat putus asa dan hendak bunuh diri karena tidak terima dengan takdirnya. Jika dia mengatakannya maka ucapkan selamat tinggal pada kekuatan kakinya untuk berdiri esok hari.

Dan terlebih beberapa hari lagi adalah pertarungan Colloseum. Dia tidak mau dia malah mempermalukan dirinya sendiri dengan tidak jadi mengikuti Pertarungan dengan alasan lemas di tempat tidur!

"Haha, saudara ini sudah larut. Ayo kita tidur dan beristirahat!"

"Hm, kita akan. Tapi setelah berolahraga sedikit."

"JANGAN COBA-COBA! KAKAK MESUM!!"

.

.

.

.

.

Tbc~

Pendek ya? Pendek kan? Aku tahu kok ini pendek. karena dari awal emang bab ini direncanain untuk BingGe aja😂

Shen Qingqiu ama Shen Yuan adanya cuma dikit. Wajar, tubuh mereka kan mudah sakit-sakitan╮(─▽─)╭

Apalagi yg satu, si Rubah teratai itu //lirik Shen Qingqiu.

Kalau si Kucing Putih ngk separah yg lain, soalnya dia dpt banyak cinta //lirik Shen Yuan.

Btw sebenarnya aku mau up besok stelah baca FF sebelah karya kak Chikakoo_, karena dia maju hari ini, ya aku ngikut dehO(≧∇≦)O

Sumpah Binghe di sebelah bikin ngakak, ke absurd an nya sungguh melampaui para Dewa. Mari berharap BingGe ngk kayak gituヽ(´ー`)┌

//ya udh pasti dia ngk kayak gitu, dia kan sadistnya bin kejam╮(─▽─)╭, apalagi Shen Jiu ngk bisa diajak bikin lelucon kayak gitu. Bisa2 dia ngamuk hancur satu kotaಥ_ಥ

Yah segitu aja, semoga puas ama chap pendek bin dangkal ini ┗(^0^)┓

Jangan lupa Vote ama Comment nya yak(・∀・)

06 September 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top