[1]First Anger

Terkadang, takdir yang selama ini kau anggap indah hanyalah sebuah kegagalan dari takdir yang seharusnya bisa lebih baik kau dapatkan.

***

PRANK

PRANK

Suara benda pecah dan hancur memenuhi ruangan megah tersebut, menarik perhatian semua orang di Istana. Wanita Iblis –Sha Hualing, dan Wanita Tercantik Dunia –Liu Mingyan. Kedua wanita yang tengah berbincang di ruangan sebelahnya saling bertukar pandang sebelum kemudian keluar dan menghampiri pintu ruangan di sebelah mereka.

Suara benda yang di banting masih terdengar dan aura hitam yang perlahan merembes keluar dari celah pintu membuat kedua wanita itu sadar akan amarah suami mereka yang tidak di ketahui sebabnya. Mo Beijun yang datang tidak lama setelahnya juga terdiam sejenak sebelum kemudian memantapkan diri membuka pintu besar itu. Seketika aura iblis menguar kuat menyebabkan beberapa iblis dan kultivator tingkat rendah yang berada di dekat sana memuntahkan darah.

"Yang Mulia,..." Panggil Sha Hualing saat melihat semua keadaan Luo Binghe yang jelas dalam keadaan kacau. Wanita iblis itu hendak menghampiri saat pemuda di seberang ruangan itu mengangkat pedangnya –Xin Mo, menahan agar wanita itu tidak mendekatinya. Xin Mo bergetar di genggaman pemuda itu perlahan tenang saat pemuda itu mencengkram lebih kuat. Mencoba menenangkan dirinya sendiri sebelum kemudian mengalihkan pandangannya kearah Mo Beijun yang masih berdiri tegap menunggu arahannya.

"Ikut aku!" ujar Luo Binghe penuh penekanan. Melangkahkan kakinya melewati dua iblis dan satu kultivator yang masih berdiri di ambang pintu. Dirinya benar-benar mengabaikan keberadaan dua keindahan saat dia dengan langkah cepat menghilang.

Mo Beijun tidak banyak bicara, dirinya hanya diam mengikuti jejak Luo Binghe. Tapi walau begitu pikirannya tidak bisa untuk tidak bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Luo Binghe yang tampak seperti akan membunuh siapapun yang menentangnya. Walau memang hal itu selalu terjadi.

Berada di tengah lapangan istana, Luo Binghe menarik pedang Xin Mo. Membuat sayatan di udara membuka portal berupa gulungan aura pekat. Melewati portal itu, keduanya tiba di hutan bambu yang rimbun.

Bulan bersinar di langit malam, tapi cahaya lembut nan dingin itu tidak bisa menembus dedaunan dari bamboo yang tumbuh. Angin berhembus mengirimkan rasa dingin menusuk hati, membuat suara gemerisik dedaunan. Suasana di sekitar bisa dikatakan sangat mencekam, tapi itu sama sekali tidak melambatkan langkah kedua iblis itu.

Mo Beijun mengenal betul tempat ini, walau dirinya datang tempat ini sudah tandus dan menjadi abu karena terbakar. Butuh waktu bertahun-tahun sampai ekosistem disana kembali pulih dan hutan bamboo dan tumbuhan lainnya kembali menghiasi gunung yang tandus. Perlahan pohon bamboo menjadi lebih jarang saat mereka semakin dekat dengan pusat hutan. Jimat-jimat yang bergantungan terlihat mulai memadati jalanan yang mereka lewati mengantikan kurumunan pohon bamboo. Beberapa jimat terlihat menghitam terkena noda darah dari masa lalu, dan noda itu semakin terlihat banyak saat mencapai satu tubuh mati di tengah lingkaran.

Di dekat jasad yang duduk itu ada rantai berat yang masih memiliki noda darah segar dan juga robekan sutera yang tampak masih basah padahal sudah hampir ratusan tahun berlalu. Jasad itu sendiri masih tampak segar, lupakan keempat anggota gerak yang sudah terpisah dan tidak diketahui dimana letaknya, luka di setiap tempat itu masih tampak segar seakan kedua kaki dan kedua tangannya baru saja di potong belum lama ini.

Tanpa perlu bertanya, Mo Beijun tahu jika Luo Binghe sengaja melakukan semua itu dulu. Walau orang itu sudah mati, tapi Luo Binghe masih saja menyimpan tubuhnya yang sudah tidak lengkap itu. Menempatkan mantra di sekitar sana agar tubuh itu tetap terlihat seperti yang terakhir dia lihat sebelumnya.

Mo Beijun tidak bisa tidak berpikir kalau Luo Binghe masih menyimpan dendam pada orang yang sudah mati itu –Shen Qingqiu –Setelah hampir ratusan tahun berlalu. Apa mungkin Luo Binghe berniat membangkitkannya dengan Array pembangkit di Mausoleum Suci? Hanya untuk di siksa lagi hingga mati untuk meredakan amarah Sang Raja Iblis muda ini? Sebelumnya Luo Binghe menemukan cara untuk mengembalikan bagian tubuh Shen Qingqiu hanya untuk di putus kan lagi dan lagi, apa sekarang kasusnya juga sama?

Luo Binghe, "Bawa dia ke Mausoleum Suci, dan bangkitkan dia."

Perkataan Luo Binghe seakan mengiyakan apa yang di pikirkan oleh Mo Beijun. Walau Mo Beijun tidak terlalu banyak berinteraksi dengan Shen Qingqiu dahulu karena yang terakhir sudah terlebih dahulu menjadi korban kekejaman Luo Binghe, Mo Beijun masih bisa mengingat dengan jelas aura arogan yang selalu di keluarkan Shen Qingqiu walau dirinya sudah berada dalam keadaan yang menyedihkan.

Mata hitam seperti danau tinta itu menatap lekat wajah halus yang menunduk pada jasad tersebut. Noda darah dan memar bisa dilihat dengan jelas tapi mata itu tertutup damai seakan sama sekali tidak terpengaruh akan kondisi yang di milikinya sebelum kematian menjemput. Pikiran Luo Binghe kembali pada masa lalu saat dirinya menyiksa orang didepannya dengan kejam.

Shen Qingqiu saat itu sama sekali tidak memohon padanya, tatapannya masih saja tajam dan penuh dengan penghinaan saat melihat ke arahnya –Luo Binghe. Setiap luka yang di dapatnya, dia akan berusaha sekeras mungkin untuk hanya menggeram menahan sakit dan berusaha untuk tidak berteriak terlalu sering. Hanya saat rasa sakit itu tidak bisa dibendungnya lah Shen Qingqiu akan mengeluarkan teriakan sakit.

Setiap ejekan yang dilontarkan Luo Binghe padanya akan dibalas kembali dengan ucapan penuh sarkastis –sebelum kemudian lidahnya ditarik keluar- atau tatapan tajam dari Shen Qingqiu. Satu-satunya saat Shen Qingqiu menunjukkan sosok dirinya yang rapuh adalah saat kematian Kepala Sekte Gunung Chang Qiong, Yue Qinyuan. Hanya pada saat itulah Shen Qingqiu tidak menatapnya penuh ejekan, hanya pada saat itulah jeritan dan geraman rasa sakit Shen Qingqiu terdengar begitu jelas.

Saat ke esokkannya Luo Binghe kembali, Shen Qingqiu sudah tidak bernafas lagi. Tidak ada tanda-tanda bunuh diri dan juga tidak ada tanda-tanda peledakan jiwa. Penyebab kematiannya jelas karena darahnya yang terus mengalir. Apa yang membuat Luo Binghe saat itu tidak mengerti adalah wajah damai Shen Qingqiu, seakan orang itu sudah menduga sejak lama apa yang akan terjadi pada akhir hayatnya.

Pada saat ini, Mo Beijun sudah pergi terlebih dahulu ke Mausoleum Suci. Meninggalkan Luo Binghe di tanah lapang di tengah hutan bamboo. Menyapu pandangannya memandangi hamparan tanah di sekitarannya.

Di dunia yang lain,di atas tanah ini berdiri satu rumah bamboo. Di dunia yang lain, di atas tanah ini 'Dirinya yang lain' di terima dengan baik tanpa ada hinaan dari Sang Guru. Di dunia yang lain, dirinya yang lain di mendapat perhatian besar dari Sang Guru. Di dunia yang lain, di atas tanah ini semua orang yang seharusnya mati masih hidup dengan damai dan berkunjung sebagai tamu yang di sambut hangat.

Tapi,...

Di dunia yang ini, tanah ini menjadi saksi segala kekejaman yang dideritanya sedari muda. Di dunia yang ini, tanah ini menjadi saksi kematian orang-orang penting. Di dunia yang ini, tanah ini menjadi saksi atas rubuhnya rumah bamboo. Di dunia yang ini, tanah ini menjadi tempat bagi peyiksaan si pemilik tanah. Menjadi tempat si pemilik menghembuskan nafasnya.

Pedang Xin Mo bergetar merasakan emosi Luo Binghe yang kurang stabil tapi perlahan berhenti saat Luo Binghe mengenggam erat. Di hembuskannya nafas dalam sebelum kemudian kembali membuka portal, kali ini langsung memasuki Mausoleum Suci. Alis pemuda itu bertaut saat melihat tubuh di tengah array masih tak bernyawa. Di alihkannya pandangannya pada Mo Beijun yang berdiri di pinggiran susunan array.

"Tidak ada jawaban dari jiwa-nya," Mo Beijun berkata sembari menatap lekat tubuh berlumuran darah itu, benar-benar tidak bisa berpikir entah Shen Qingqiu beruntung atau sial. "Jiwanya tidak hancur saat terakhir kali, jadi seharusnya bisa bangkit kembali walau dengan tubuh tak lengkap. Bahkan jika dia terlahir kembali, jiwanya akan di paksa kembali ke sini. Satu-satunya kemungkinan alasan kenapa jiwanya tidak menjawab adalah,..."

"Dia sudah terlahir kembali dengan kemampuan yang lebih tinggi dari tubuhnya yang sekarang?" potong Luo Binghe menatap geram tubuh Shen Qingqiu. Dirinya semakin geram saat melihat anggukan mantap Mo Beijun. Luo Binghe tidak memberi arahan lebih lanjut untuk mencari renkarnasi Shen Qingqiu segera, siapa yang tahu sebagai siapa orang yang penuh rasa cemburu itu terlahir sehingga Luo Binghe hanya memerintahkan agar Mo Beijun pergi.

Perlahan mengambil langkah mendekati jasad itu, Luo Binghe berjongkok di depat jasad Shen Qingqiu. Sedikit ragu, tangannya terulur mengapit dagu dingin Shen Qingqiu. Mengangkatnya agar wajah halus itu bisa lebih bisa di lihatnya.

"Sepertinya aku mulai paham kenapa kau selalu memanggilku 'Idiot' dimasa lalu. Jika kau yang di 'Dimensi lain' bisa memikirkan rencana untuk terlahir kembali di tubuh yang lain, kenapa kau sendiri tidak bisa?" Luo Binghe terkekeh pelan menertawakan kebodohannya.

Di dimensi lain, dirinya mengetahui kalau 'Shen Qingqiu' yang lain sengaja meledakkan jiwanya untuk membuat kematian palsu di depan ratusan kultivator dan didepan 'Dirinya yang lain'. Terlahir kembali dari akar tanaman spiritual Sun and Moon Dew Flower setelah terkubur selama lima tahun. Dirinya mulai berpikir jika Shen Qingqiu ini juga melakukan hal yang serupa, tapi saat dirinya dulu mengumpulkan informasi perihal Shen Qingqiu.

Shen Qingqiu yang ini jelas sama sekali tidak membuat kontak dengan Lord Puncak lain selain kekacauan dan tidak pernah tertarik untuk merawat tumbuhan spiritual sebelumnya. Shen Qingqiu yang ini hanya menikmati harinya dengan teh herbal ataupun pergi ke tempat-tempat dimana ada kecantikan. Benar-benar memanjakan dirinya sendiri.

"Jadi bagaimana cara kau terlahir kembali?" Luo Binghe menatap lekat wajah halus Shen Qingqiu, berharap mata itu terbuka dan kembali menatapnya tajam, walaupun tatapan lembut akan lebih baik. Tatapannya perlahan jatuh pada pedang Xin Mo di pinggangnya saat dirinya memikirkan cara ekstrem untuk mencari tahu.

"Karena kau terlahir kembali itu artinya kau sama sekali tidak memerlukan tubuh ini bukan?" Luo Binghe berkata pelan, walau dirinya tahu tidak akan ada yang menjawab selain kesunyian. "Karena itu, biarkan akan membelahmu dan melihat rahasia masa lalu mu,..."

Pedang Xin Mo terangkat di udara, sedikit ragu Luo Binghe mengambil jarak. Bersiap mengayunkan pedangnya untuk membelah tubuh yang sudah tak lengkap itu.

"...Shizun"

SRAT
.
.
.
.
.
.

Tbc~

12 Juni 2019

Yah! Ini chapter awalnya! Aku sumpah merinding ketika mau mereviewnya kembali. Aku langsung sadar betapa besarnya perbedaan tulisanku ini dengan tulisan orang-orang ynag udah pro dalam buat fanfik, seketika aku minder. Tapi semoga kalian suka karya amatiran ku ini, hahaha

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top