[7]

***

Saat Khun kembali membuka matanya, dia mendapati bahwa dia sudah di gantung terbalik. Kakinya terasa sakit karena ikatan yang cukup kencang, darah yang mengalir terlalu banyak ke otak membuat Khun hampir ingin muntah.

Melihat kesekeliling. Dia masih berada di selnya, namun aroma yang bersumber dari obor tercium agak aneh dan itu seakan memaksa Khun untuk terus sadar.

"Aku ingin menyembuhkanmu, tapi racun di dalam obor itu sangat menganggu."

Melirik kesamping, Khun mendapati ikan kecil yang selalu mengikutinya. "Kau tidak usah mengobati ku dulu, akan ada lebih banyak masalah jika tiba-tiba aku sembuh."

"Bagaimana mungkin aku mengabaikannya! Jika kau terus berada dalam keadaan seperti ini, kau pasti akan mati!" omel ikan itu sambil berenang di sekitar Khun. Ikan itu mencoba menyembuhkan Khun saat Khun masih tak sadarkan diri. Namun udara yang terkontaminasi dengan racun membuat Ikan itu ragu bagian-bagian mana saja yang harus dia obati.

"Yakinlah, aku akan hidup dan kau bisa mengobatiku nanti. Sekarang kau harus sembunyi, FUG akan sangat berisik jika melihatmu muncul."

Kesunyian panjang menyelimuti saat ikan itu pergi. Khun hanya bisa mendengar suara derak bara dari obor dan suara samar langkah kaki dari orang-orang diatas sana. Dalam kesunyian ini Khun mencoba fokus. Mulai menyusun rencana untuk kabur dengan segera.

Walau dia skeptis dengan berita kematian Baam, tetap saja akan lebih baik kembali ke Istana Zahard untuk memeriksa secara langsung. Dan untuk itu dia harus kabur bagaimanapun juga. Lagipula dia tidak ingin mati di tempat kotor seperti ini.

Dia tenggelam dalam pikiran penuh siasat saat suara keras terdengar dari atas. Mendengar dengan seksama Khun yakin itu bukanlah suara atas karena serangan, namun lebih seperti sorakan gembira.

Apa yang terjadi?

Khun mendesah tidak berdaya. Dia memiliki tebakan tersendiri, tapi itu benar-benar hal terakhir yang dia inginkan. Sebisa mungkin dia ingin kabur segera dan rencana itu mungkin akan lebih berat jika orang itu benar-benar disini.

Suara di atas kemudian mereda dan tidak lama suara langkah kaki di lorong penjara terdengar. Alis Khun berkerut saat dia mengarahkan pandangannya ke pintu sel. Diam-diam berharap tebakannya salah. Namun tebakannya ternyata benar saat pintu sel itu terbuka, menampilkan siluet seorang pemuda tinggi di sana.

Walau pencahayaan yang temaram sekalipun. Khun dengan mudah mengenali siapa pemuda itu.

Sebuah shinsu orb terbentuk menjadi seperti matahari kecil yang menerangkan ruangan yang gelap. Membuat kedua belah pihak melihat dengan lebih baik. Khun sedikit mengernyitkan matanya saat beradaptasi dengan cahaya terang dan segera dia bertemu dengan sepasang mata emas yang tampak terbakar.

Nafas pemuda itu tidak teratur. Dadanya naik turun dengan cepat. Melangkah maju dengan langkah besar tanpa jeda. Baam melepas Khun dari tempat dia gantung. Menahan pemuda biru itu di dekapannya.

"Khun,..."

Khun mengernyit menahan sakit. Organ dalamnya terasa seakan diaduk dan rasa sakit yang dirasanya semakin menjadi. Dirinya ingin mendorong Baam pergi tapi kakinya bahkan tidak bisa menopang untuk berdiri. Membuat tubuhnya hanya bisa dengan lemas bersandar pada Baam. Demamnya sudah lama pergi digantikan dengan suhu tubuhnya yang dingin bahkan lebih dingin dari yang Baam ingat dimiliki oleh Khun.

Mengangkat tubuh Khun dengan mudah, Baam berniat membawanya keruangan yang lebih baik. Jelas ruangan yang penuh racun itu sama sekali tidak bagus untuk ditinggali lebih lama. Wangnan berdiri di luar sel, memberi jalan pada Baam untuk pergi.

Sebelumnya saat Khun pingsan karena demam, Wangnan sudah berniat untuk mengobati si biru itu. Tapi ditolak dengan tegas oleh Rachel dan Rachel malah memberi perintah agar mengantung terbalik si biru ditambah dengan racun yang memaksa si Biru untuk segera bangun dan penambahan rasa sakit yang ada.

Sebagai orang yang posisinya lebih rendah di FUG jika dibandingkan dengan Rachel, tentu Wangnan tidak bisa membantah bahkan walau dia tidak menyukai ide tersebut.

Rasa kantuk kembali menyerang saat dia mendapat udara segar. Kelopak mata pemuda itu semakin berat setelah sebelumnya dia dipaksa bangun untuk merasakan semua sakit di organnya. Kesadarannya perlahan memudar tapi sebelum itu dia samar-samar bisa mendengar suara Rachel memanggil Baam.

Baam menurunkan pandangannya, melihat Khun kembali tidak sadarkan diri. Dia semakin mempercepat langkahnya, memutuskan untuk pergi kekamarnya saja. Mengabaikan panggilan Rachel di belakangnya.

Membaringkan Khun di ranjang, Baam menghela nafas pelan. "Kau bisa menyembuhkan dia sekarang."

Ikan kecil itu muncul dari ruang hampa, berenang di dekat Khun saat dia menatap Baam. Ikan itu tampak mengawasi Baam sebelum bergerak menyebarkan apinya keseluruh tubuh Khun. Asap hitam keunguan muncul menandakan racun yang keluar. Ikan itu langsung menghilang kembali setelah menyelesaikan tugasnya.

Baam melihat Khun yang tidak sadarkan diri, melihat bagaimana warna kulit pemuda biru itu kembali cerah.

"Maaf, aku terlambat."

Dia berhasil melepas borgol penahan shinsunya dan menipu orang-orang di istana Zahard dengan kematian palsu berkat bantuan Novick. Tapi walau begitu dia masih terlambat mengingat memang menuju markas FUG sendiri tidak lah mudah.

Suara ketukan pintu terdengar, dan tanpa bertanya Baam tahu siapa. Dia enggan keluar meninggalkan Khun, tapi dia juga berhutang penjelasan pada rekannya yang lain. Keluar dari kamarnya, Baam mendapati Karaka berdiri dengan tegas menuntut penjelasan. Di belakang nya ada Rachel dan tentu Yura, Wangnan juga ada disana, berjaga-jaga jika terjadi konflik.

"Kau ingin menjelaskan sesuatu, Viole."

***

Itu sudah sangat terlambat saat Khun kembali sadar. Dia berbaring diam di ranjang saat dia mengobservasi tubuhnya sendiri, menyadari dia sudah kembali pulih sepenuhnya. Ikan kecil nya pasti mengobatinya saat mendapat kesempatan. Mendudukkan diri di ranjang, Khun menyapu pandangannya.

Itu adalah kamar yang luas dan relatif sederhana. Hanya ada beberapa perabot disana walau sebenarnya secara struktur kamar itu sebenarnya adalah kamar yang mewah dan akan semakin mewah jika di dekorasi dengan hati-hati. Khun menurunkan pandangannya melihat bahwa tubuhnya sudah bersih dan pakaiannya juga sudah diganti.

Mengangkat pakaian yang melekat pada tubuhnya, Khun mencium aroma yang tidak asing disana. Oh tentu saja itu pakaian Baam.

Turun dari ranjang, Khun langsung melihat keluar jendela. Sedikit terkejut karena ternyata tempat dia ditahan adalah salah satu istana terapung milik FUG. Tapi walau bagitu dia kembali jengkel saat memikirkan hari-harinya di dalam sel yang kotor di bawah tanah. Istana FUG selalu terkenal dengan kemewahan yang buasnya, tapi ternyata penjaranya begitu kotor hingga tidak heran kalau akan menjadi sarang penyakit.

Menjelajahi kamar, Khun menemukan kembali pakaiannya sendiri. Itu kotor dan dia sendiri malas ingin memakai kembali, tapi Khun juga tidak ingin terus mengenakan pakaian orang lain di tubuhnya sendiri.

Memastikan tidak ada kehadiran orang lain ataupun kemungkinan dia sedang di awasi. Khun mengusap lembut anting biru di telinganya, membisikkan satu kata sebelum kemudian lighthouse biru miliknya diam-diam muncul. Bergerak cepat, Khun mengambil pakaian yang mirip dengan pakaiannya yang sebelumnya sementara pakaiannya yang kotor dia lemparkan ke tempat tersudut dari ruang Lighthouse agar tidak mengotori yang lain.

Lighthouse kembali dia sembunyikan. Berganti pakaian dengan cepat, Khun baru saja hendak memakai kemeja putihnya saat pintu kamar terbuka. Menghentikan gerakan si biru saat dia menoleh mendapati Baam masuk dengan nampan berisi makanan.

"Khun, kau tidak nyaman dengan pakaianku?"

Beruntung sekali Khun memilih berganti didekat kamar mandi, jadi Baam hanya mengira Khun mencuci pakaiannya yang kotor dan mengeringkannya dengan cepat dengan bantuan ikan kecil sebelumnya.

Khun tidak menanggapi saat dia lanjut mengenakan pakaiannya. Lagipula jika dia menjawab itu sama saja mengakui bahwa tubuhnya lebih kecil dari pada Baam sekarang. Memang perbedaan tinggi mereka tidak begitu jauh, dan pakaian Baam tidak sampai menelan tubuhnya hingga begitu buruk. Hanya itu tetap saja kebesaran.

Baam masih mengukir senyum, sama sekali tidak mempermasalahkan saat Khun tidak menanggapi pertanyaannya. Matanya naik turun melihat Khun sudah kembali mengenakan pakaian miliknya sendiri, diam-diam kecewa karena dirinya tidak sempat melihat Khun dalam pakaian milik Baam lebih lama.

Meletakkan nampan di meja mundar, Baam menghampiri Khun. Jemari panjang sang Slayer itu menyisir tiap helai rambut biru sedingin es, mengaturnya lebih rapi, mengambil satu kelompok helaian saat dia membawanya ke dekat hidung, mencium aroma disana. "Khun, kau berbau seperti ku."

Khun memutar matanya malas, berbalik menatap Baam dingin. "Oh tentu begitu Tuan Viole, kau jelas membersihkan tubuhku dengan peralatan mandi milikmu."

Mundur satu langkah, melepaskan sentuhan Baam dari rambutnya, Khun melirik makanan di atas meja. "Apa itu untukku? Kau tidak mencampurkan sesuatu kedalamnya kan?"

Baam tertawa pelan, walau dia merasa asing dengan sikap dingin Khun padanya, dia merasa itu tidak salah sama sekali. "Aku tidak mencampur apapun, kau bisa yakin. Ayo, makanlah. Wangnan bilang kau tidak makan beberapa hari ini."

Mendudukkan diri di kursi yang di sediakan, Khun menyuap makanan yang ada sedikit ragu. Walau dia percaya Baam tidak akan meracuninya, keberadaan Rachel di sekitar sang Irregular masih membuat Khun awas. Bagaimanapun itu adalah Rachel yang menyiksanya dengan racun beberapa hari terakhir ini.

"Bagaimana kau bisa kabur?" Khun tidak tahan mengajukan pertanyaan yang menghantui pikirannya baru-baru ini.

"Sedikit bantuan dari teman lama, ayo makan lebih banyak lagi, tubuhmu sangat ringan."

"Kau akan membebaskan ku?"

"..." aku tidak akan.

.

.

.

Tbc~

17 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top