[5]

***

"Tidak ada."

Khun mengembalikan pandangannya pada Baam yang sudah di tambahkan shinsu penahan oleh Novick. "Aku datang kemari bukan untuk bernostalgia jika itu yang kau pikirkan, Tuan Viole. Aku berada disini untuk bekerja. Jika kau memang tidak memiliki sesuatu untuk di beritahukan, maka aku akan undur diri."

Cahaya cemerlang di mata emas itu nampak berubah berganti menjadi lebih hambar saat dia tertawa kecil. "Aku mengerti,... lalu apa yang akan putuskan untuk ku?"

"Itu mudah, kau akan di isolasi di markas Wolhaiksong. Aku yakin orang-orang disana akan menyambutmu dengan tangan terbuka." Khun merapikan pakaiannya yang sedikit kusut saat dia berujar acuh. "[Slayer FUG berdamai dengan Raja Menara, Dia setuju untuk melepaskan semua keluhan dan jabatannya dan memilih untuk bergabung dengan Wolhaiksong untuk mewujudkan kehidupan menara yang lebih baik bersama], bagaimana itu, bukan itu akan menjadi judul berita yang menakjubkan?"

"Tidak buruk, Pihak Zahard akan mengambil kesempatan ini untuk mendorong FUG ketepi, dan FUG sendiri bisa memastikan keberadaan ku lewat berita itu dan kemudian mencari cara untuk mendapatkan ku kembali,..."

Baam terdiam sejenak, melihat Khun berjalan menuju pintu. Baru pada saat itulah dia lanjut berbisik pelan. "Jika mungkin, aku tidak ingin kau berada di sana pada waktu itu."

Langkah Khun terhenti sejenak saat dia melirk Baam dari balik bahunya. Mata kobalt itu jelas berkilau heran dan bingung bercampur rasa terkejut.

"Kau bisa yakin aku menganggapmu sebagai musuh sekarang, Khun. Kau adalah pengkhianat licik yang menjijikkan yang menyebabkan kematian dua guru ku. Aku tidak akan memaafkan mu seumur hidupku." Baam berucap dengan nada lembut yang mana sama sekali tidak cocok dengan kata-kata yang dia lontarkan. "Karena itu jangan biarkan aku melihat mu, oke?"

"... Oke."

Khun menjawab dengan suara yang relatif bernada lembut, tidak seperti nada yang sebelumnya dia gunakan. Pemuda biru itu berbalik menatap Baam, membuka mulut hendak berbicara tapi kemudian mulut itu kembali tertutup dan memilih tidak mengatakan. Dia berbalik pergi di ikuti oleh Novick.

"... dia ternyata masih naif seperti dulu." Desah Khun lelah setelah pintu ruang medis tertutup rapat.

Berjalan melewati koridor sepi yang dilengkapi dengan sistem keamanan yang mumpuni. Novick membantu nya melepas mantel bernoda darah saat berkomentar. "Menurutku dia bodoh karena tidak bisa mengambil keputusan. Antara harus terus mempercayai mu atau berhenti percaya pada mu."

Khun berguman sebagai tanggapan. Dia dengan jelas melihat bagaimana Baam masih memiliki harapan padanya. Namun di sisi lain Baam juga sudah membencinya begitu besar. Dua perasaan itu bertumbukan membuat tindakan sang Irregular tidak menentu.

"Komandan, apa anda akan tetap pergi?" tanya Novick mengingat jadwal pertemuan Khun sore ini.

"Tentu saja, ada banyak pekerjaan dan tidak baik untuk menunda-nunda."

Novick diam-diam melirik gurat kelelahan di wajah pemuda biru itu saat dia memberi saran, "Tapi itu bukan hal yang salah juga kalau kau mengambil waktu untuk istirahat."

"Aku bisa istirahat di kapal, kau urus saja semua yang ada disini."

Novick mengawasi kepergian kapal yang ditumpangi oleh Khun. Dia sebelumnya sudah berulang kali meminta agar Khun membawa beberapa orang sebagai pengawal, namun selalu di tolak. Alasannya sendiri karena Khun tidak akan bisa benar-benar beristirahat jika dia diawasi bahkan walau itu untuk kebaikannya.

Novick berhenti mengajukan saran itu saat Khun memperlihatkan inventari armor miliknya yang sebelumnya dicuri dari gudang milik Khun Eduan namun kemudian di upgrade oleh Edwardu atas perintah Zahard. Tentu Novick tidak perlu khawatir selama ada benda itu bersama Khun.

Setidaknya itu yang dia pikirkan sampai satu laporan datang membuat gempar Istana Zahard.

Tidak ada yang tahu bagaimana tapi keberadaan Khun bocor dan membuat dirinya yang tanpa ada pengawal lainnya menemani menjadi sasaran empuk FUG. Tentu itu sangat mudah untuk menangkap Khun yang sendiri saat dia dikepung oleh banyak pihak FUG.

Situasi pemerintahan yang sebelumnya selalu berada di bawah pengawasan sang Komandan Muda menjadi tidak terkendali dalam seperkian detik. Kehilangan pemimpin eksekutif hampir membuat mereka lumpuh secara total.

Para komandan dari squadron lain dan para Ranker tertinggi dengan cepat dipanggil membuat kondisi kembali stabil. Namun walau begitu pengaturan yang biasanya di lakukan secara cermat beberapa dilakukan tanpa pengawasan karena ada begitu banyak masalah yang harus diselesaikan secara cepat dan efektif.

Kekacauan yang terjadi di antara para staf tentu tidak lepas dari pengamatan Baam.

"Apa yang terjadi pada Khun? Kau selalu bersama nya, tapi kenapa akhir-akhir ini hanya kau sendiri disini?"

Baam menahan Novick saat sang letnam itu datang mengantar sarapan. Novick selalu berada disisi Khun sejak Khun menjadi seorang Komandan, melihat dia bergerak sendiri tanpa adan Khun membuat Baam merasa ada hal buruk yang mungkin terjadi.

Novick menatap Baam. Baru setelah ada jeda hening selama beberapa saat barulah dia membuka mulutnya untuk menjawab. "Pasukan FUG merebut Komandan. Mereka menuntut pembebasan Slayer FUG, Beast. Kedua belah pihak masih bernegosiasi, kau bisa bersabar."

Suara retakan terdengar menarik perhatian Novick. Mengangkat kepalanya dia terkejut melihat borgol yang menjadi pembatas Baam akan shinsu nya tampak sudah retak dan rusak. Melihat wajah sang irregular dia melihat bagaimana ekspresi di paras itu bercampur aduk. Antara terkejut, kecemasan dan rasa sakit.

Emosi bergolak nampak jelas di mata sang Irregular namun itu hanya sesaat sebelum kemudian menjadi kembali tenang. "Kapan ini terjadi? Dia seorang calon Marshal, apa tidak ada perlindungan di sekitarnya? Dan bagaimana mungkin keberadaannya bisa bocor semudah itu?"

"Dua malam yang lalu. Komandan memiliki pesta di keluarga utama, jadi dia tidak ingin ada banyak pengawal menemaninya. Keberadaannya sendiri adalah rahasia, kami tidak tahu bagaimana para FUG tahu."

Novick mendorong mangkuk makanan kedepan dengan hati-hati, samar-samar dia mendengar Baam berguman tentang 'Emily'.

"Komandan menyerahkan diri, bagaimanapun ada terlalu banyak orang yang mengepung. Kau sendiri tahu dia paling malas untuk bertarung secara aktif jika dia merasa itu tidak terlalu mendesak. Pesan terakhir dari Komandan datang tengah malamnya, memintaku untuk menjagamu. Kondisi mu menentukan keamanan Komandan, jadi silahkan makan dengan benar untuk menyembuhkan cedera anda sesegera mungkin."

"Tapi kau harus tahu tidak semua FUG akan berbelas kasihan padanya..."

Tidak semua. Setidaknya Hwaryuun akan tetap diam tidak melakukan hal-hal buruk. Tapi Rachel dan Karaka, Baam meragukan keduanya.

Novick menghentikan gerakan tangannya saat dia menatap Baam lamat. "Baam! Aku ingin menanyakan sesuatu."

Mengangkat pandangannya memenuhi tatapan Novick, Baam menemukan keseriusan di sana.

"Apa kau sudah menentukan pilihanmu? Kau masih menganggap dia sebagai teman mu, atau kau menganggapnya sebagai musuhmu?"

"...Apa?"

"Kau terlalu plin-plan, aku paling membenci itu. Jika kau memang menganggapnya musuhmu sekarang maka kau tidak usah khawatir dan urus saja urusanmu sendiri. Dan jika kau memang menganggapnya sebagai teman, maka makan dan jaga kesehatanmu."

"..."

Baam menundukkan kepalanya dalam. Tatapannya jatuh pada semangkuk sup, melihat permukaan di sana begitu tenang dan tidak beriak banyak.

Apakah dia masih menganggap Khun sebagai teman atau sekarang dia menganggap nya sebagai musuh? Baam sendiri masih ragu akan hal itu.

Dia jelas marah karena Khun adalah penyebab utama kematian Jinsung Ha dan EvanKhell, sangat marah. Tapi dia sendiri sadar kalau dia tidak akan pernah bisa benar-benar membenci Khun tidak peduli apa yang dilakukan oleh si pemuda biru itu. Baam secara tidak langsung akan selalu bertindak seakan dia tidak peduli.

Berkali-kali dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa tidak ada harapan untuk terus berharap pada Khun. Dia seharusnya membenci Khun dan mulai bersikap selayaknya dia pada musuhnya yang sebenarnya, namun dia tidak pernah bisa. Sama seperti dia bisa membenci Rachel di masa lalu, seharusnya dia juga bisa begitu pada Khun.

Tapi itu tidak pernah bisa. Dia tidak pernah bisa membenci Khun .

Dan itu semua semakin berat saat Khun mengatakan keputusannya untuk mengirim Baam ke Wolhaiksong. Baam entah bagaimana bisa memahami arti dalam keputusan itu.

Rencana mengirim dia ke Wolhaiksong bisa dikatakan bukanlah keputusan paling tepat. Tapi disana adalah tempat terbaik bagi Baam.

Bagaimanapun ada banyak pihak radikal yang pasti menginginkan kematiannya. Jika Baam benar-benar sudah sampai ke Wolhaiksong maka keselamatannya akan aman karena ada Urek dan Yuri yang pasti akan berada di pihak Baam.

Jadi Baam sadar betul pasti akan ada banyak upaya pembunuhan di sepanjang jalan menuju Wolhaiksong. Dan pasti akan ada banyak pula upaya penyelamatan dari pihak FUG sehingga mungkin akan menyebabkan bentrok. Karena itu Baam berharap Khun tidak pernah hadir.

Dia sadar keputusan Khun itu mencoba melindunginya tapi di sisi lain juga mengisolasi Baam dari pertikaian antara FUG dan Zahard. Yang pasti membuat dia tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Khun lagi setelahnya jika dia benar-benar sampai di Wolhaiksong.

Baam sadar. Tidak peduli apa kesalahan yang Khun lakukan, tidak peduli bahkan jika orang lain tidak bisa memaafkan perbuatan itu. Baam sendiri akan menjadi orang yang memaafkannya.

Selama Khun mau bersama dengan nya, Baam tidak akan mempermasalahkan hal lain.

.

.

.

.

Tbc~

9 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top