[11]

***

Pesta berjalan sebagaimana dengan mestinya. Akan tetapi orang yang seharusnya menjadi fokus utama bukanlah penyelenggara akan tetapi Marshal muda yang baru saja datang.

Khun duduk di kursinya dengan tenang, memutar gelas wine di tangannya pelan. Dia hanya meladeni sekelompok penjilat itu sebentar saja sebelum dia kemudian mengabaikan mereka. Tentu sekelompok penjilat itu tidak akan menyerah dengan mudah, tapi dengan keberadaan Ran dan juga Novick yang jelas mengintimidasi, mereka memilih mundur dengan enggan.

Tujuan kedatangan Khun sekarang ini adalah untuk membangun hubungan bisnis dengan salah satu pengusaha yang hadir. Walau sekarang dia sudah mendapatkan posisi Marshal dan kedudukannya di menara sudah sangat kuat, hanya satu tingkat di bawah 10 Pemimpin. Khun tidak puas dengan gaji yang dia dapatkan.

Bukan berarti gaji nya kecil. Sangat tinggi malahan. Akan tetapi dia tidak bisa tenang jika dia hanya memiliki satu sumber pengeluaran saja. Bagaimana jika suatu hari dia dilucuti dari jabatannya dan kehilangan pekerjaan? Dia bisa jatuh miskin dengan cepat!

Karena itulah dia ingin setidaknya membuat satu atau dua penghasilan sampingan. Selain itu ini juga melempar satu batu menjatuhkan dua burung. Selain untuk membangun hubungan bisnis untuk diri pribadi, Khun berniat untuk membangun lebih luas relasi yang ada untuk kepentingan Zahard. Mereka tidak bisa ketinggalan dari FUG!

Disisi lain ruangan, Endorsi menyesap wine nya dengan sikap sombong. Kejengkelannya semakin bertambah tiap waktu dia melihat si Biru di seberang sana yang terlihat sama sekali tidak memiliki niatan untuk datang menyapa.

Hei sialan!

Apa hanya seringaian tadi yang merupakan sapaan?! Tidak berniat untuk datang dan berbicara tentang masa lalu?! Setidaknya kau harus datang kemari sehingga aku bisa memberi mu pukulan yang bagus!!

Menghentakkan gelasnya kasar, Endorsi melototi para gadis yang diam-diam mencoba mendekati Hatz –lagi. Mata sewarna batu amethis itu kemudian menyapu sekitarnya, dan kejengkelannya sekali lagi melonjak. "Dimana Baam?"

Shibisu memakan makanan nya dengan khidmat saat dia menjawab acuh, "Dia pergi, mungkin melakukan urusannya. Ingat, dia anggota FUG sekarang."

"Tch!" Endorsi mengambil gelas wine baru.

Khun melihat waktu di jam tangannya, dia bangkit lalu menuju balkon yang bersifat pribadi. Dimana hanya mereka yang memiliki status tinggi yang bisa masuk kesana. Ran dan Novick tidak mengikuti, hanya mengambil tempat untuk berdiri dengan jarak aman dimana mereka bisa merasakan jika ada anomali shinsu ataupun hal-hal aneh lainnya.

Bersandar ke pagar balkon, Khun menghirup nafas dalam saat dia menatap pemandangan malam kota di bawah.

Indahnya pemandangan malam dengan gedung-gedung dan sinar lampu yang ada tampak begitu mewah dan indah. Mereka yang memiliki pengetahuan rendah tidak akan tahu bahwa kota yang tampak indah dan damai ini menyembunyikan dosa tergelap para penduduk menara.

Dibawah sana disetiap pelosok dan sudut tempatnya, mudah sekali bagi seseorang untuk menemukan rumah judi dan juga rumah pelacuran. Entah itu legal atau illegal semuanya bercampur begitu saja tanpa ada yang menjaganya. Di kota ini adalah tempat dimana seseorang bisa menjadi milyader dalam semalam namun juga bisa menjadi budak sedetik kemudian.

Inilah adalah tempat di Menara dimana para penghuni menara bisa menunjukkan nafsu tergelap mereka dengan bebasnya.

"Ah, selamat malam Marshal. Kulihat kau sangat menyukai pemandangannya."

Khun sama sekali tidak berbalik saat dia mendengar suara itu. Mata kobaltnya hanya melirik sedikit kebelakang. "Anda terlambat 5 menit dari waktu yang dijanjikan."

Pria yang memiliki perawakan seperti pria paruh baya itu memiliki kumis tipis. Wajahnya khas para tiran kota lainnya dengan tubuh gemuk dan perut guci. Khas sekali dengan para pengusaha licik yang lain. Walau begitu pria ini lebih terkenal di kalangan pengusaha yang ada di kota di lantai ini.

Dia memiliki rumah judi yang paling terkenal di kota dan memiliki banyak cabang. Tidak hanya itu dia juga memiliki beberapa toko senjata di lantai lain. Dan juga adalah pengetahuan umum bahwa pria ini juga menjalan kan bisnis rumah pelacuran. Dan tidak sembarangan rumah pelacuran, rumah pelacuran yang dia jalankan adalah untuk mereka yang memiliki fetish aneh dan juga kebiasaan sadist.

Mereka yang menjadi pelacur di sana jarang yang bisa hidup lebih dari satu tahun setelah mereka dipekerjakan. Jikapun beruntung mereka pastilah akan menjadi cacat.

Ini sebenarnya bukanlah masalah besar karena hal-hal seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah di Menara yang kejam ini. apa yang menjadi pokok permasalahan adalah, pria ini sangat cabul. Tidak peduli itu wanita atau pria, selama mereka cantik dan menarik perhatiannya, dia akan dengan rajin terus mencoba melecehkan mereka.

Bahkan walau itu adalah Putri Zahard sekalipun, pria ini sama sekali tidak akan ragu untuk beraksi.

Pernah ada satu putri zahard yang tidak beruntung. Dia dilecehkan hingga kehormatannya hilang, mengakibatkan dirinya harus lengser dari posisi Putri. Walau begitu pria ini tidak dihukum berat, hal ini dikarena dia memiliki terlalu banyak koneksi sehingga dia bisa berbuat sesuka hati.

Alis Khun bertaut saat dia merasa firasat tidak enak, berbalik dia melihat tatapan pria itu pada dirinya sedikit aneh. Khun langsung mengutuk di dalam hati. Tentu dia tahu dirinya sendiri sebagai orang yang cantik, bukannya dia tidak sadar dengan semua tatapan terpesona banyak orang padanya.

Tapi mereka biasanya akan langsung mundur saat mengetahui sifat Khun yang sebenarnya, dan lagi karena Khun sering bersikap dingin, banyak yang enggan menunjukkan ketertarikan mereka secara langsung.

Posisi ku sebagai Marshal seharusnya membuat pria tua ini menahan diri, atau kalau tidak,...

"Tuan, kita langsung saja ke bisnis." Khun melirik jam tangannya, dia masih memiliki tumpukan pekerjaan yang dia simpan di lighthouse nya.

Pria itu tersenyum lebar dari sudut ke sudut. Mengangguk saat dia mengusap kedua telapak tangannya yang berminyak dengan bersemangat. "Tentu tentu, keberatan jika kita minum sembari berdiskusi."

***

Baam mengikuti Hwaryun melewati koridor-koridor luas dan mewah. Dia selesai dengan negosiasi yang ada dan mereka hanya perlu kembali ke kapal untuk kembali ke markas.

Mungkin Hwaryun melihat takdir yang lain sehingga dia tidak memimpin melewati jalan yang sama mereka lewati, melainkan jalan memutar yang menjauh dari pesta.

Jika ini terjadi di masa lalu, Baam hanya akan diam dan tetap mengikuti dengan buta. Hanya saja setelah pengkhianatan yang dilakukan oleh Khun, Baam tidak bisa lagi mempercayai orang lain secara penuh. Walau dia yakin Hwaryun tidak akan mengambil jalan yang membahayakannya, Baam tetap akan ragu.

***

"Jadi, kita setuju kalau begitu."

"Tentu saja Marshal, rancangan anda sangat brilian dan menguntungkan kedua belah pihak." Pria itu tertawa, menuangkan lagi anggur merah untuk Khun.

Khun masih memiliki banyak kesadaran, dia tidak akan mabuk dengan mudah. Bagaimanapun dia adalah keturunan Khun Eduan yang gila dengan arak. Jumlah yang dia minum ini jelas hal kecil baginya.

Mata kuaci pria itu melihat dengan lamat Khun yang tengah menysap minumannya, matanya membawa senyum yang terencana. "Omong-omong, Marshal, aku sebenarnya ingin meminta biaya tambahan untuk kesepakatan kali ini."

Khun mengangkat satu alis, "Apa?"

Bangkit berdiri, pria dengan perut guci itu berjalan kearah pintu balkon. "Ini adalah hal yang sangat murah, aku yakin anda bisa membayarkannya."

Suara klik pertanda bahwa pintu itu dikunci membuat Khun langsung menatap dingin pria itu. Dia baru saja hendak bangkit saat dia merasa hal yang aneh, memegang meja sebagai sandaran saat dia terhuyung hampir jatuh.

"Seperti yang diharapkan dari Keturunan 10 Keluarga, obat itu baru mulai berpengaruh setelah waktu yang cukup lama." Pria itu tersenyum lebar saat dia mendekati Khun, "Padahal zigena yang besar saja akan langsung tumbang setelah beberapa detik, namun itu perlu beberapa menit lebih lama saat diperlakukan untuk anda."

"Kau, apa kau tidak takut dengan konsekuensi nya?" Khun dengan geram, mencoba mengingatkan yang lain bahwa posisi Khun berada di atas Putri Zahard lainnya.

Senyum di wajah pria itu digantikan dengan seringai memuakkan. "Kenapa harus? Aku yakin bisa lepas bagaimanapun juga. Lagipula anda sendiri pasti akan puas dengan layanan saya."

Meja itu terbalik menghancurkan makanan di atasnya. Gelas berisi anggur merah tumpah saat di sinari cahaya malam. Merahnya tampak berkilau dalam cahay yang gemerlap, tampak seperti batuan ruby yang indah.

***

Baam menghentikan langkahnya. Matanya dengan awas melihat kearah tempat pesta berlangsung, yang berada di sisi sebaliknya dari jalan yang pandu oleh Hwaryun.

Menjadi seorang Slayer selama bertahun-tahun membuat Baam menjadi lebih peka terhadap semua yang ada. Pembunuhan dan darah adalah apa yang hampir menjadi kesehariannya sehingga dia lebih peka dibandingkan orang biasa lainnya. Dan kali ini dia jelas merasakan satu hal.

Ada yang mati,...

Baam tentu yakin dengan kemampuan teman-temannya, namun walau begitu dia tetap saja khawatir. Mengabaikan panggilan Hwaryun, sang Slayer itu menuju ke tempat pesta diadakan. Memilih mengambil jalan pintas dengan terbang melewati balkon yang ada.

Dia baru saja mendarat di satu balkon saat mata nya menangkap kilau sesuatu. Melihat itu berasal dari balkon di sampingnya. Mata emasnya membola terkejut. Bukan karena penemuan mayat tapi karena barang yang sebelumnya memancarkan kilau tadi.

Itu adalah sebuah belati yang ramping dan elegan dengan hiasan berupa ukiran kuno di sekitar gangang nya. Bilahnya putih seperti salju tapi ternoda oleh darah gelap. Mengambil pisau yang berlumuran darah, tanpa mempedulikan akan tangannya yang juga akan ternoda. Baam kemudian memperhatikan mayat yang ada.

Itu adalah mayat salah satu pengusaha yang sempat dimasukkan kedalam daftar yang harus dibunuh oleh Hwaryun. Mayatnya berantakan dengan tusukan dan sayatan yang menghiasi tiap sendi dan perpotongan tubuh. Luka-luka seperti itu bukanlah luka fatal yang mengakibatkan kematian, namun tempat luka itu dibuat sangat tepat dimana rasa sakit akan terasa sangat menyiksa.

Jelas orang ini disiksa habis-habisan terlebih dahulu sebelum kemudian di bunuh dengan luka mematikan berupa tusukan langsung yang menembus jantungnya.

Baam baru saja mendekat untuk melihat lebih jelas saat pintu balkon terbuka dan seorang pelayan masuk kesana. "Maaf menganggu Tuan, namun rombongan Marshal henda-..."

"KYAAA~!"

.

.

.

Tbc~

21 Mei 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top