6. Dunia Lain

Keberadaan macam apa <Oldest Dream> itu? Apakah sejenis dewa? Atau hanya makhluk dunia ini yang memiliki kemampuan hebat?

Yoo Joonghyuk berpikir keras, kemudian menyadari sesuatu. Ada seseorang yang tiba-tiba berbicara di dekatnya tanpa ia sadari. Begitu menoleh, tampaklah <Abyssal Black Flame Dragon> dalam wujud remaja manusia―yang entah sejak kapan―duduk di sampingnya.

<Abyssal Black Flame Dragon> duduk dengan kedua tangannya menopang pipi. Melihat Yoo Joonghyuk yang akhirnya menyadari kehadirannya, naga berwujud manusia itu menyeringai nakal dengan satu tangan melambai. [Selamat siang~]

Alih-alih membalas sapaannya, Yoo Joonghyuk segera mengambil jarak sejauh-jauhnya dari kadal besar jadi-jadian itu.

[Jangan begitu. Aku datang hanya untuk menyapamu saja.] <Abyssal Black Flame Dragon> menunjukkan ekspresi sedih yang berlebihan, tentu saja tidak digubris oleh lawan bicaranya.

[Hei, hei, namamu Yoo Joonghyuk, 'kan? Apa kau tertarik dengan <Oldest Dream>?] Kalimat naga hitam itu berhasil menarik perhatian Yoo Joonghyuk.

Menurut kata Dokkaebi yang mengantarnya ke kamar, umur naga di depannya lebih dari lima ribu tahun. Seharusnya, naga ini mengetahui sesuatu yang tidak tertulis dalam buku sejarah.

Misalnya, tentang <Oldest Dream> ini.

"Apa yang kau ketahui tentang orang ini?" tanyanya tanpa ragu. Jika ia bisa menggali informasi dari makhluk tertua di dunia ini, mungkin ia akan dapat mempelajari sesuatu yang berguna; baik itu cara menjadi lebih kuat di dunia ini maupun cara agar bisa kembali ke bumi.

<Abyssal Black Flame Dragon> tertawa mendengar pertanyaannya. [Kau sangat kasar, ya? Langsung saja menyebutnya sebagai 'orang ini'.] Samar-samar, mata merah dibalik rambutnya yang panjang terlihat menyeramkan, menatap Yoo Joonghyuk seakan melihat semut rendahan. [Asal kau tahu, keberadaannya sangat istimewa di dunia ini. Tidak banyak dari mereka yang bahkan berani menyebut namanya.]

Yoo Joonghyuk menahan rasa gentar di hatinya di bawah tatapan naga yang menindas. Dengan nada tenang, ia membalas, "Apa hubungannya denganku yang bukan dari dunia ini?"

[ … Hahaha!] Naga hitam berwujud manusia tertawa terbahak-bahak mendengarnya. [Menarik, kau sangat menarik, Manusia!]

Setelah tawa yang berlangsung beberapa menit akhirnya berhenti, <Abyssal Black Flame Dragon> melanjutkan, [Memang benar kau bukan dari dunia ini, tapi tidakkah kau merasakan rasa takjub yang luar biasa pada <Oldest Dream>?]

"Tidak." Yoo Joonghyuk bersungguh-sungguh ketika menjawabnya. Ia benar-benar tidak merasakan apapun terhadap nama ini ataupun sosoknya yang sama sekali tidak pernah ia lihat.

<Abyssal Black Flame Dragon> mendengkus kasar melalui lubang hidungnya. [Dasar manusia. Manusia tetaplah manusia.]

Maka tidak perlu mengulanginya lagi, hasilnya terdengar aneh. Yoo Joonghyuk bergumam dalam hati, membiarkan naga hitam di depannya terus mengoceh tentang manusia ini dan manusia itu.

[<Oldest Dream> … Aku tidak pernah melihatnya lagi setelah tiga ratus tahun terakhir.] Pada akhirnya, kadal besar jadi-jadian itu mengatakan sesuatu yang cukup berguna. [Terakhir kali sebelum dia menghilang, tangannya yang kecil menepuk kepalaku … Ah, aku jadi merindukannya~]

Tiga ratus tahun yang lalu? Apakah itu waktu yang sama dengan menghilangnya Tiga Pahlawan Suci?

"Ada cerita yang mengatakan kalau orang ini mengabulkan keinginan Tiga Pahlawan Suci untuk kembali ke dunia asal … Apakah ini benar?" Yoo Joonghyuk ingin mengonfirmasi kebenarannya. Saat ini, ia belum menemukan cara lain untuk kembali ke bumi selain dengan keberadaan <Oldest Dream> yang hanya kabar burung saja.

[Hah? Mengabulkan keinginan?] Di luar harapan, <Abyssal Black Flame Dragon> justru terkejut mendengar hal ini. [Sejak kapan <Oldest Dream> bisa mengabulkan keinginan? Apa yang dipikirkan manusia sialan selama aku tidur di Jurang Terdalam? Beraninya mereka mencemarkan nama baik <Oldest Dream> Yang Agung!]

… Apa? Jadi, cerita itu palsu?

Walau Yoo Joonghyuk tahu rumor semacam ini tidak bisa dipercaya, tapi tetap saja muncul rasa kecewa di hatinya. Apakah itu artinya tidak ada cara untuk kembali ke bumi?

Tiba-tiba kalimat selanjutnya dari <Abyssal Black Flame Dragon> seolah membuat Yoo Joonghyuk yang merasa jatuh ke tanah kembali terbang ke langit.

[Aku tidak tahu tentang 'mengabulkan keinginan', tapi aku tahu dia bisa menciptakan sesuatu.] Naga hitam mengembuskan napasnya dengan kasar hingga keluar semburan api hitam kecil dari hidungnya. [Mungkin cara <Oldest Dream> menciptakan sesuatu terlihat seperti dia mengabulkan keinginan, itu sebabnya ada rumor seperti itu.]

Menciptakan sesuatu … Mungkin <Oldest Dream> menciptakan alat yang digunakan Tiga Pahlawan Suci untuk kembali ke dunia asal mereka? Itu layak untuk direnungkan.

Tapi sekarang pertanyaannya … .

"Mengapa kau memberitahuku hal ini?" Benar, apa alasan naga hitam di depannya memberitahu informasi penting seperti ini? Terutama tentang kekuatan <Oldest Dream> yang tidak banyak orang ketahui. Yoo Joonghyuk hanya manusia biasa, tidak ada gunanya memberikan informasi seperti itu padanya.

Seringai licik tersungging di bibir <Abyssal Black Flame Dragon>. [Karena kau mirip seseorang yang kukenal.]

… Siapa? Yoo Joonghyuk hampir menanyakannya jika ia tidak mendengar suara Han Sooyoung yang memanggil namanya dari kejauhan.

Yoo Joonghyuk berbalik dan menatap ke asal suara yang berada di sisi lain dari rak buku, namun dikejutkan oleh kata-kata naga hitam.

[Yoo Joonghyuk.] <Abyssal Black Flame Dragon> tersenyum padanya dengan makna tersembunyi. [Cari aku jika kau butuh sesuatu.]

"Yoo Joonghyuk? Hei, kau di sini rupanya! Astaga, aku mencarimu ke mana-mana di labirin besar ini!" Han Sooyoung muncul dari balik rak buku, bersama Yoo Sangah di sampingnya.

Yoo Joonghyuk menatap kedatangan mereka berdua, lalu menoleh ke belakang. Tempat di mana berdirinya naga berwujud manusia telah kosong, tidak ada jejak yang membuktikan keberadaannya ada di sana sebelumnya.

"Aku sempat mendengarmu berbicara dengan seseorang, tapi kulihat kau hanya sendirian di sini." Han Sooyoung menatap rak buku di sekitarnya, lalu pandangannya jatuh pada buku yang dipegang pria di depannya. Dengan ekspresi heran, ia bertanya, "Kau membaca buku? Apa kau dirasuki hantu orang itu?"

Keduanya sangat jelas siapa yang dimaksud 'orang itu'.

Alis Yoo Joonghyuk berkerut. Ia tidak suka terus diingatkan tentang kematian seseorang. "Jangan bicara omong kosong."

"Aku bersungguh-sungguh! Kau benar-benar berbeda dari Yoo Joonghyuk yang kukenal!" Entah mengapa, Han Sooyoung merasa marah melihat seseorang yang dulu ia kenal dengan baik ini menjadi berubah. Apa yang sudah pria ini alami selama tiga belas tahun? "Menulis tanda tangan? Memberi saran? Terlalu banyak berpikir? Membaca buku? Kau bersikap seolah-olah kau adalah dia!"

Dada Yoo Joonghyuk berdenyut sakit. Tangannya tanpa sadar memegang buku dengan erat dan ia menggigit bibir bawahnya dengan kesal. "Itu bukan urusanmu."

Ia memalingkan muka, tepat untuk melihat buku mantra dan sihir di sampingnya. Dengan cepat mengambil buku itu dan membawanya pergi, mengabaikan Han Sooyoung yang terus mengejarnya.

"Hei, Yoo Joonghyuk!" serunya dengan keras pada pria yang berjalan semakin menjauh darinya.

"Ah, Han Sooyoung-ssi, di sini perpustakaan. Bisakah kau merendahkan suaramu sedikit?" Yoo Sangah di sisi lain berusaha menenangkan amarah Han Sooyoung yang entah mengapa muncul. Dengan perlahan, ia menepuk punggung wanita di sampingnya dan berkata lembut, "Aku tidak paham masalah kalian berdua, tapi kurasa pria itu butuh waktu untuk sendirian."

"Di situlah yang aku takutkan, Yoo Sangah." Han Sooyoung mengusap kasar wajahnya. Ia menatap arah menghilangnya Yoo Joonghyuk dengan tatapan tak berdaya. "Yoo Joonghyuk, dia … terlihat kuat di luar, namun lemah di dalam. Melihatnya seperti ini, aku yakin dia masih menyimpan rasa bersalah di dalam hatinya. Padahal sudah jelas itu bukan kesalahannya."

Yoo Sangah tahu ini bukanlah sesuatu yang harus ia ikut campur, tapi tampaknya teman barunya ini butuh seseorang untuk mendengarkan curahan hatinya. "Jika kau berkenan … Apa yang sebenarnya telah terjadi pada kalian?"

Han Sooyoung jatuh bersandar pada rak buku, dengan kosong menatap ke langit; mengingat kembali kenangan masa lalu. Itu masih segar dalam ingatannya, seolah-olah baru saja terjadi kemarin, padahal sudah jelas tiga belas tahun terlewati.

"Kami memiliki seorang sahabat sejak masih kecil; bertemu pertama kali saat taman kanak-kanak. Aku tidak tahu bagaimana Yoo Joonghyuk bisa tertarik padanya … Tapi dalam situasiku, itu karena ibunya dan ibuku berteman baik." Han Sooyoung tersenyum tipis begitu wajah anak laki-laki itu muncul di benaknya. "Dia sangat suka melakukan hal bodoh, seperti memungut kucing liar. Hobinya membaca buku, bahkan dia menulis cita-citanya saat masih SD dengan 'menjadi seorang pembaca' yang terdengar sangat konyol."

Yoo Sangah dengan diam mendengarkan di sampingnya, berusaha menjadi pendengar yang baik.

"Dia punya banyak ide aneh di otak kecilnya. Ide-ide itu sering membuatnya dalam bahaya, namun pada akhirnya ide itu terencana dengan sangat baik. Aku sampai heran apa hobinya itu sebenarnya membaca buku atau bunuh diri." Di detik ini, senyum Han Sooyoung hilang sepenuhnya. "Dia terlihat ceria, tapi kehidupannya sangat rumit. Ayahnya melakukan kekerasan dalam rumah tangga, ibunya membunuh ayahnya dan masuk penjara, akhirnya dia dijuluki sebagai 'anak pembunuh'." Ia menyisir rambutnya ke belakang sebagai pelampiasan kekesalannya. "Kau bisa bayangkan apa yang terjadi padanya kemudian. Rundung, caci maki, hinaan, semua hal buruk jatuh padanya; seorang anak yang tidak bersalah."

Mendengar ini, Yoo Sangah mengerutkan keningnya. Ia juga tidak setuju dengan tindakan kasar yang masyarakat lakukan pada anak itu.

"Aku dan Yoo Joonghyuk berusaha melindunginya, tapi percuma saja. Kami tidak bisa di sisinya dua puluh empat jam. Di tempat-tempat yang tidak kami ketahui, dia mendapat perlakuan yang lebih kejam." Tangan Han Sooyoung mengepal erat, seakan ia ingin memukuli bajingan terak yang berani melakukan itu pada sahabatnya. Seandainya ia bisa kembali ke masa lalu saat ini, ia pastikan menghajar wajah mereka sampai jadi bubur.

"Puncak masalahnya terjadi. Malam itu, di mana semuanya bermula … " Mata Han Sooyoung terpejam, ia tidak ingin mengingat kejadian itu lagi. Kejadian yang membuatnya menangis setiap malam. Kejadian yang membuatnya tidak bisa tidur. Kejadian yang membuatnya trauma hingga harus pergi ke psikolog.

Pada saat ini, Han Sooyoung tersenyum sarkastik pada dirinya sendiri. Faktanya, bukan hanya Yoo Joonghyuk, dirinya juga masih diliputi rasa bersalah.

Rasa bersalah karena masih hidup sampai sekarang. Rasa bersalah karena terlalu lemah. Dan rasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkannya.

"Malam itu―menjelang kelulusan SMP―kami berencana berkumpul di atap sekolah, melihat bintang-bintang dan membuat janji satu sama lain untuk masa depan yang akan datang." Tangannya menopang kepalanya―yang entah mengapa―terasa berat. "Aku dan Yoo Joonghyuk menunggu di atap, tapi dia tidak kunjung muncul. Kemudian … ."

Napas Han Sooyoung terasa sesak. Air mata berkumpul di pelupuk mata, membuat pandangannya kabur, tapi ia berusaha keras untuk tidak menangis. "Tiba-tiba, seorang pria aneh muncul dan menyerang Yoo Joonghyuk. Saat terpojok inilah, dia datang seperti penyelamat. Dia melindungiku dan menyelamatkan Yoo Joonghyuk, tapi sebagai gantinya … ."

Han Sooyoung tidak bisa melanjutkan kata-kata berikutnya. Rasanya seperti ada lahar panas yang membakar tenggorokannya, membuatnya tidak bisa mengeluarkan suara.

Yoo Sangah dengan cepat berusaha menenangkan emosinya. "Tidak perlu dipaksakan bercerita jika kau tidak sanggup lagi."

Dengan pikiran yang kacau, Han Sooyoung mengenang kembali apa yang terjadi di malam itu. Saat di mana tubuhnya yang kecil di dorong jatuh bersama dengan Yoo Joonghyuk yang terluka, anak itu muncul seperti seorang pahlawan dalam cerita fiksi. Ia menggunakan ide aneh dan liciknya untuk mengelabui pria itu, kemudian menyelamatkan mereka berdua yang hampir jatuh dari ketinggian lima lantai. Tapi sayangnya, pria itu datang dan mendorong anak itu jatuh bersama. Ketika dirinya dan Yoo Joonghyuk yang masih remaja berusaha mengulurkan tangan … hanya ada genangan darah merah dan dua tubuh tak bernyawa di bawah sana.

Pria aneh misterius itu―menurut hasil penyelidikan polisi―berada di bawah pengaruh narkoba dan secara tidak sengaja berlari ke atap sekolah. Ini membuat mereka berdua sangat marah, bertanya-tanya mengapa semua ini bisa disebut sebagai 'tidak sengaja'. Tapi, tidak ada yang bisa mendengar protes kecil mereka.

Bagi mereka berdua, anak itu sangatlah berharga. Bukan karena anak itu menyelamatkan hidup mereka, tapi jauh sebelum itu, keberadaan anak itu sudah seperti bintang yang menerangi suramnya kegelapan.

Han Sooyoung memiliki masalahnya tersendiri. Ia tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain. Setiap orang yang ia ajak bicara akan menjauh darinya. Namun, ketika ibunya mengajaknya untuk berkenalan dengan anak itu … saat itulah Han Sooyoung merasa dirinya benar-benar 'hidup', seolah-olah apa yang ia lalui sebelumnya seperti 'mayat berjalan'.

Dan sejak kepergian anak itu, hidup Han Sooyoung berubah kembali menjadi hampa.

Ia tidak tahu masalah apa yang dihadapi Yoo Joonghyuk di masa lalu karena orang itu selalu tertutup, tapi Han Sooyoung yakin Yoo Joonghyuk merasakan hal yang sama dengannya.

Perasaan kehilangan harta berharga.

***

" … Ugh!"

Ini sudah kesekian kalinya Yoo Joonghyuk menggerutu. Berapa kali pun ia berusaha fokus membaca buku di tangannya, kata-kata Han Sooyoung akan terus terngiang di kepalanya.

"Kau bersikap seolah-olah kau adalah dia!"

"Aku? Menjadi Kim Dokja?" Alis Yoo Joonghyuk berkerut kesal, tidak terima dirinya disamakan dengan orang yang sudah mati. "Itu bukan aku. Itu salahnya yang membuatku seperti ini."

Benar, itu semua salah anak itu. Kenapa harus datang terlambat? Kenapa harus menyelamatkan mereka? Kenapa anak itu … harus mati di depannya?

Jika saja anak itu tidak datang ke atap … Jika saja tidak menyelamatkan mereka … Kim Dokja tidak akan mati.

【Joonghyuk.】

Tiba-tiba, suara anak itu terdengar di telinganya. Tanpa sadar Yoo Joonghyuk mengikuti asal suara itu dan melihat sosok yang selama ini menghantuinya, kini duduk di depannya. Anak itu kurus karena kurang gizi, padahal ia dan Han Sooyoung telah rajin memberikannya makanan yang sehat. Ada beberapa bekas luka dan lebam di wajah dan tangannya karena ulah para perundung. Senyuman hangat yang secerah bintang di langit malam masih tersungging di bibirnya, persis seperti yang sering anak itu perlihatkan pada semua orang.

【Joonghyuk-ah, kau terlihat murung lagi. Apa yang dipikirkan mola-mola kita kali ini?】

Anak itu berkata dengan nada jahil seperti biasanya. Ia menopang pipinya dengan kedua tangan, menatap Yoo Joonghyuk dengan wajah cemberut.

【Sudah kubilang, jangan seperti ini. Jika kau ada masalah, ceritakan padaku. Kau tahu 'kan, aku ini Kim Dokja!】

Ia menepuk dadanya dengan bangga, seolah-olah apa yang dikatakannya adalah sebuah penghargaan yang tidak bisa dimiliki oleh siapapun.

Melihatnya seperti ini, Yoo Joonghyuk menghela napas panjang. Tatapannya jatuh pada buku mantra dan sihir di tangannya yang bahkan masih memiliki halaman tetap di bab pertama.

"Apa yang akan terjadi … jika saja kau masih hidup?"

•••

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top