2. Dunia Lain
Dunia dengan pedang dan sihir sebagai bagian dari kehidupan, <Star Stream>.
Dahulu, ada seorang rasul kuno yang bisa melihat masa depan. Dengan menggunakan seluruh sisa hidupnya, ia melihat waktu yang sangat jauh, mengatakan bahwa dunia ini akan dihancurkan oleh Raja Iblis yang akan terlahir di masa depan. Karena penglihatan masa depan ini, banyak ras yang memusuhi ras Iblis, sehingga perang besar yang mengorbankan banyak nyawa terjadi. Ketika ras Iblis hampir dikalahkan, muncul seseorang dengan kekuatan luar biasa. Demi menghentikan perang yang telah berlangsung sangat lama, ia membelah daratan yang luas dengan seluruh kekuatannya. Kini daratan terbagi dua, disebut sebagai Benua Putih, tempat tinggal kebanyakan ras; dan Benua Hitam, yang mayoritas dikuasai ras Iblis.
Tapi tak cukup sampai di situ, ras Iblis yang kacau―karena pemimpin mereka tewas di medan perang―saling memperebutkan posisi kekuasaan yang kosong. Hal ini membuat Benua Hitam terbagi wilayahnya dan dipimpin oleh masing-masing iblis yang memproklamirkan diri sebagai Raja Iblis.
Dunia menjadi gila sepenuhnya. Tidak ada yang tahu siapa Raja Iblis yang akan menghancurkan dunia, dan tidak ada ras yang mau mengorbankan rekan mereka untuk mengalahkan banyak Raja Iblis.
Lalu, tiga ratus tahun yang lalu, muncul tiga orang yang mengaku berasal dari dunia lain. Tiga orang itu tumbuh pesat menjadi lebih kuat dan mampu memporak-porandakan Benua Hitam. Mereka dipanggil sebagai "Tiga Pahlawan Suci" dan diharapkan menjadi jalan cerah untuk keselamatan dunia. Ketika semua ras berpikir bahwa Tiga Pahlawan Suci akan berhasil mengalahkan Raja Iblis, Tiga Pahlawan Suci itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak, hanya meninggalkan sejarah yang telah mereka ciptakan.
Banyak yang berpikir Tiga Pahlawan Suci kembali ke dunia asal mereka. Jadi, selama tiga ratus tahun ini, Benua Putih mencari cara untuk memanggil mereka kembali ke dunia ini, sampai ditemukannya sihir kuno untuk memanggil seseorang dari dunia lain.
Melalui sihir ini, Benua Putih menyiapkan segalanya untuk ritual pemanggilan dari dunia lain. Dan terpilihlah Raja Dokkaebi―pemimpin dari ras Dokkaebi―yang pernah berhubungan dengan Tiga Pahlawan Suci untuk melakukan sihir pemanggil.
" ... Tapi, saya tidak menyangka akan ada banyak orang yang dipanggil." Raja Dokkaebi tersenyum antara senang bercampur sedih melihat sekelompok orang dari dunia lain. Senang karena berhasil melakukan sihir pemanggil, juga sedih karena ada tidak menyangka jumlahnya melebihi tiga orang yang dimaksud. Malah mungkin saja, tidak ada dari mereka yang merupakan Tiga Pahlawan Suci yang dulu pernah datang ke dunia ini.
Bagaimanapun, tiga ratus tahun telah berlalu. Siapa yang tahu apa yang terjadi pada mereka di dunia asal? Juga, tidak ada yang tahu seberapa jauh perbedaan waktu antara dunia ini dan dunia asal Tiga Pahlawan Suci.
Yoo Joonghyuk dan yang lainnya telah dipindahkan dari altar pemanggilan―setidaknya itulah yang dijelaskan Raja Dokkaebi―dan kini sedang duduk berkumpul mendengarkan penjelasan mengenai alasan mengapa mereka bisa berada di dunia ini.
Itu masih hal yang mustahil untuk dipercaya. Bagaimana pun, hal-hal fantasi seperti ini hanya terjadi di game, film, komik, maupun novel fiksi. Tidak ada yang pernah berpikir bahwa fiksi semacam itu benar-benar nyata.
Tentu saja, kecuali Kim Namwoon― remaja berambut putih―yang dengan cepat menerima situasi yang sedang dihadapinya.
"Lalu, bisakah kami kembali ke bumi?" tanya Yoo Sangah, wanita muda yang sebelumnya berani bertanya pada Raja Dokkaebi. Bahkan sekarang ia masih berani untuk bertanya lagi.
"Bumi? Apakah itu nama dunia tempat Anda tinggal?" Alih-alih menjawab, Raja Dokkaebi fokus pada hal lain.
" … Anda bisa menyebutnya seperti itu. Jadi, bisakah kami kembali ke dunia kami?" Yoo Sangah masih bersikeras pada pertanyaan ini. Tentu saja, pertanyaan ini sangat penting―bukan hanya baginya, semua orang yang berada di sini merasa demikian. Mereka masih memiliki hal yang harus dilakukan di bumi, dan pastinya ada keluarga yang menunggu di rumah.
Yoo Joonghyuk mengkhawatirkan adiknya yang sekarang pasti sedang melapor pada polisi mengenai dirinya yang menghilang tiba-tiba.
Seakan mengerti harapan yang terpancar di mata mereka, Raja Dokkaebi berkata, "Tentu saja Anda sekalian bisa kembali ke dunia asal. Ingat dengan apa yang saya ceritakan? Tiga Pahlawan Suci itu kembali ke dunia mereka, jadi Anda juga pasti bisa kembali."
"Kalau begitu, cepat kirim kami kembali! Aku tidak tertarik untuk bermain peran pahlawan dengan kalian!" Pria pekerja kantoran berseru keras hingga memukul meja, membuat cangkir teh bergetar dan menumpahkan isinya.
Raja Dokkaebi menunjukkan ekspresi penyesalan yang dalam. "Sayangnya, kami tidak bisa melakukan itu. Sihir kuno yang kami temukan hanyalah cara memanggil dan tidak ada catatan bagaimana untuk melakukan sebaliknya."
"Persetan dengan semua ini! Aku harus kembali!"
Yang lain juga menyerukan keinginan mereka untuk kembali ke bumi.
"Raja, bukannya ada cerita 'itu'?" Salah satu Dokkaebi yang berdiri di samping tiba-tiba memasuki percakapan. Semua mata tertuju ke arahnya, termasuk Raja Dokkaebi yang menunjukkan ekspresi terkejut.
"Ah, benar juga. Tapi, Baram, cerita 'itu' masih belum dikonfirmasi kebenarannya."
Dokkaebi Baram dengan hormat membalas, "Setidaknya, masih ada harapan bagi para pahlawan untuk kembali ke dunia asal mereka."
Raja Dokkaebi mengelus dagunya, berpikir apakah menceritakan 'itu' akan baik-baik saja. Melihat mata orang-orang di depannya yang bercahaya, akhirnya Raja Dokkaebi membuat keputusan. "Aku tidak yakin apakah ini akan berhasil, tapi sejarah yang mengatakan bahwa ada seseorang memiliki kemampuan tertentu yang bisa mengabulkan keinginan."
" … Mengabulkan keinginan?"
"Ya. Kelompok yang menolak keberadaan pahlawan menjelaskan alasan dibalik menghilangnya Tiga Pahlawan Suci, bahwa bukannya Tiga Pahlawan Suci tiba-tiba kembali ke dunia asal, melainkan karena mereka bertemu orang yang bisa mengabulkan keinginan ini."
Yoo Sangah mengangguk mengerti. "Jadi, maksud Anda, Tiga Pahlawan Suci membuat keinginan pada orang ini agar dikembalikan ke dunia asal, begitu?"
"Anda sangat cepat memahami, Nona." Raja Dokkaebi tersenyum pada pernyataan Yoo Sangah yang tepat sasaran. "Tapi, tidak ada yang tahu keberadaan orang ini. Tidak ada yang pernah melihatnya juga. Keberadaannya hanya tertulis sebagai bagian dari sejarah masa lalu. Karena itu, saya tidak yakin dengan cara ini."
" … Adakah cara lain?" Yoo Sangah masih tidak patah semangat. Ia yakin pasti ada cara lain untuk membuat mereka kembali ke bumi.
Sayangnya, gelengan kepala dari Raja Dokkaebi memutus keyakinan itu.
Tidak, pasti ada cara lain. Yoo Joonghyuk, yang sedari tadi hanya mendengarkan dari samping, telah memperhatikan setiap gerak-gerik dari Raja Dokkaebi dan para Dokkaebi yang berada di dalam ruangan. Mungkin karena ada banyak orang sehingga mereka tidak menyadari tatapannya, tapi itu juga merupakan kesempatan yang baik bagi Yoo Joonghyuk.
Ia merasa Raja Dokkaebi terlalu mencurigakan. Tampaknya ramah di permukaan, namun Yoo Joonghyuk bisa melihat pria itu menyembunyikan sesuatu.
"Kenapa kau harus memanggil pahlawan dari dunia lain?" tanyanya langsung pada poin kritis yang diabaikan oleh orang lain. Semuanya sibuk memikirkan cara untuk pulang, tapi Yoo Joonghyuk sejak awal lebih ingin tahu alasan mengapa penghuni dunia ini mengandalkan bantuan luar, bukannya diri mereka sendiri. "Kekuatan setiap ras di dunia ini pasti jauh lebih hebat daripada kami yang hanya orang biasa dan tidak tahu menahu pasal pedang dan sihir."
Karena kata-kata Yoo Joonghyuk, semua orang di sana segera menyadari permasalahan yang sebenarnya.
"Benar. Bumi tempat kami tinggal tidak ada sihir, juga tidak ada perang. Pedang hanya jadi hiasan di rumah dan pajangan di museum. Tidak ada ras lain kecuali manusia." Lee Hyunsung―pria letnan satu―dengan cepat menanggapi.
Beberapa orang juga mengungkapkan pendapat mereka.
Raja Dokkaebi tidak panik. Dengan tenang, ia menatap Yoo Joonghyuk dan menjelaskan, "Kami akan bertarung dengan kekuatan kami sendiri seandainya kami bisa."
Alis Yoo Joonghyuk berkerut setelah mendengarnya. Itu artinya, sebenarnya mereka bisa melakukannya sendiri, 'kan?
Seolah-olah memahami pikirannya, Raja Dokkaebi melanjutkan, "Karena ada penghalang yang membatasi dua benua. Ras Iblis tidak bisa menyakiti kami, begitupun sebaliknya. Jadi, hidup kedua benua tampak damai di permukaan, namun sebenarnya ada badai yang siap menerjang."
Raja Dokkaebi mengambil jeda dengan meminum tehnya. Setelah beberapa saat, ia kembali menjelaskan, "Semua ini pecah ketika Tiga Pahlawan Suci muncul dan bisa menyerang siapapun dari kedua benua. Dari situlah, kami memahami sesuatu."
Yoo Joonghyuk telah mengambil maksud dari penjelasan Raja Dokkaebi. Benar saja, kalimat berikutnya seperti yang ia pikirkan.
"Hanya mereka yang bukan dari dunia ini ... yang bisa mengalahkan Raja Iblis."
Keheningan menyelimuti ruangan. Orang-orang tidak menduga jawaban sejenis ini yang akan mereka dapatkan. Ras kedua benua―alias Benua Putih dan Benua Hitam―tidak bisa saling menyerang? Apa kau bercanda?
Yoo Sangah angkat suara. "Bagaimana bisa ada penghalang seperti itu?"
"Ingat cerita tentang seseorang yang menghentikan perang besar antara semua ras dengan ras Iblis?" Bukannya menjawab, Raja Dokkaebi balik bertanya. Tapi, pertanyaan itu sudah mengungkapkan jawaban yang diinginkan Yoo Sangah.
"Orang yang katanya membelah daratan menjadi dua benua?"
"Ya. Entah apa yang orang itu lakukan hingga memasang penghalang semacam ini. Perang memang berhenti, namun bukan berarti bisa menyelesaikan semua masalah. Terutama, ketika masa depan yang hancur itu masih menghantui dunia ini." Raja Dokkaebi menundukkan kepalanya sangat rendah, mengungkapkan hatinya yang bersalah. "Dan untuk menghentikan masa depan itu, kami hanya bisa mengandalkan orang-orang yang bukan berasal dari dunia ini."
Tidak ada yang merespon. Mereka butuh waktu untuk memahami semua yang telah terjadi. Atau lebih tepatnya, mereka terpaksa harus menerima kenyataan ini.
Tiba-tiba di panggil ke dunia lain, memahami penyebab mengapa mereka berakhir di sini, dan cara kembali ke dunia asal adalah mencari keberadaan seseorang yang belum tentu ada, tapi jalan untuk mencapai itu harus menyelamatkan dunia ... Pada dasarnya, otak mereka masih butuh proses untuk mencerna hal-hal fiksi ini menjadi nyata.
Raja Dokkaebi memahami bahwa orang-orang dari bumi belum bisa menyerap semua informasi yang telah ia sampaikan. "Istirahatlah terlebih dahulu. Para Dokkaebi akan mengantar Anda ke kamar yang telah disiapkan."
Yoo Joonghyuk menyaksikannya pergi dari ruangan. Seakan menyadari tatapannya, Raja Dokkaebi sedikit menoleh dan mengangguk sambil tersenyum sebelum menghilang di balik pintu.
Apa artinya itu? Ketika Yoo Joonghyuk sedang memikirkan maksud dari senyuman Raja Dokkaebi, seseorang berjalan mendekat dan memperhatikan wajahnya dengan serius.
"Ah! Itu sebabnya aku merasa kau terlihat akrab! Kau Supreme King, 'kan?" Ucapan pemuda berambut pirang memotong pikirannya dan membuat perhatian semua orang teralihkan ke arah mereka berdua.
Orang di samping bertanya, "Supreme King?"
"Ya, julukan untuk pro-gamer yang selalu menang di setiap pertempuran. Aku penggemarnya!" Pemuda itu menepuk dadanya dengan bangga. Lalu ia membungkuk untuk melihat wajah Yoo Joonghyuk lebih dekat. "Aku hampir tidak mengenalinya karena mata pandanya."
" … " Bahkan Yoo Joonghyuk lupa kalau ia masih memiliki kantong mata di wajahnya, juga ada handuk tersampir di bahunya. Ia benar-benar di panggil ke dunia ini dengan seluruh tubuh dan pakaian rumahannya. Beruntung ia tidak mengenakan piyama, atau Yoo Joonghyuk merasa harga dirinya akan jatuh sekarang.
"Bisakah aku meminta tanda tanganmu?" Pemuda itu masih belum menyerah untuk mendekatinya. Matanya berbinar penuh harap, seperti penggemar kecil yang mengharapkan idolanya untuk melambai ke arahnya.
… Pengandaian macam apa itu?
Yoo Joonghyuk menghela napas, kemudian meminta secarik kertas dan pena pada Dokkaebi di dekatnya. Setelah menerima kedua barang itu, ia menorehkan tanda tangannya.
"Siapa namamu?"
"Ah? Aku Jang Hayoung!"
Menulis nama itu di bawah tanda tangannya, tak lupa pula dengan kata-kata motivasi.
Jang Hayoung menerima kertas itu dengan tangan gemetar, seolah benda di tangannya bukan sekadar selembar kertas, melainkan sebatang emas yang sangat berharga. "Aku pasti akan menjaganya dengan baik!"
Sampai sekarang, Yoo Joonghyuk tidak paham pikiran para penggemar. Apa yang bagus dari tanda tangannya? Itu 'kan hanya coretan biasa yang akan luntur dengan berlalunya waktu.
Tepat setelah Yoo Joonghyuk menyimpan pena ke saku celananya, seorang wanita datang mendekatinya.
"Kau juga butuh tanda tangan?" tanya Yoo Joonghyuk malas dan bersiap untuk meminta selembar kertas lagi.
"Kau sudah berubah, Yoo Joonghyuk."
Mendengar itu, alis panjang Yoo Joonghyuk terangkat heran. Ia menatap wanita di depannya dengan rasa ingin tahu. Wanita itu memiliki rambut hitam bob dengan alis melengkung mengikuti proposional bentuk matanya. Ada titik mol di sudut mata kiri, sementara mulutnya memakan permen lolipop, seakan bosan menunggu tanggapan darinya. Jaket ungu terbalut di tubuhnya yang ramping serta celana hitam training menutupi kakinya yang panjang.
Wanita itu yang terbaring di sampingnya saat pertama kali berada di altar pemanggilan.
"Tiga belas tahun berlalu, kau sudah melupakanku?"
Mata Yoo Joonghyuk terbelalak. Awalnya, ia benar-benar tidak mengenali wanita ini, tapi setelah mendengar kata-kata itu, terutama pada kata 'tiga belas tahun', Yoo Joonghyuk segera menyadari siapa wanita di depannya.
" … Han Sooyoung?"
Adalah gadis kecil di dalam foto yang bingkainya retak, terpajang di atas meja kamarnya.
Han Sooyoung, teman masa kecilnya.
•••
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top