4 - Prajurit Bayaran
Di ruang pemimpin gilda, di saat yang sama kala Gustav dipandu oleh Derrick untuk berkeliling. Wanita itu--Lydia tampak tengah berbicara dengan Gigantos selaku ketua gilda dan ayah kandungnya.
"Ngomong-ngomong, sekalian karena aku ada di sini. Aku ingin menyampaikan laporan patroli hari ini kepada Ayah," ujarnya yang dibalas dengan anggukkan dari sang ayah.
"Prajurit kerajaan yang seharusnya berjaga di sini mendapat perintah untuk kembali ke istana. Setelah itu aku dapat kabar dari 'pengantar pesan', kalau ibukota sedang dalam kondisi gawat."
"Iblis kembali mencari masalah dengan kita. Namun, anehnya kali ini mereka tidak menyerang daerah lain selain ibukota. Mereka sepertinya menyusupkan pasukan secara sembunyi-sembunyi hingga ke sana lewat jalan rahasia yang kita tidak ketahui."
Lydia memberi sedikit jeda sebelum melanjutkan kata-katanya. "Lalu, tidak ada yang aku ketahui soal keberadaan Nyonya Aphy."
Gigantos lanjut bertanya, "Kemudian bagaimana kabar para bangsawan?"
"Mereka semua masih hidup, tapi... katanya mereka jadi agak tidak waras," kata Lydia. Terlihat sedikit kecemasan dari ekspresinya.
Gigantos langsung saja melebarkan matanya. "Jika semua perkataanmu benar, maka perang melawan bangsa iblis bisa jadi akan kembali berkumandang. Kita harus bersiap-siap," ujarnya dengan serius.
"Setan-setan itu... rasanya tiap tahun mereka semakin licik saja. Hah, tampaknya mereka juga melakukan sesuatu kepada para petinggi, ya." Terdengar nada geram dari suaranya. Gigantos lalu menulis sebuah surat perintah saat itu juga.
"Putriku, tolong sampaikan surat ini kepada seluruh anggota dan kepada pemimpin gilda lain." Gigantos kemudian memberikan kertas surat kepada Lydia.
Lydia mengangguk tanda setuju. Ia menyimpan surat itu baik-baik di dalam tas kecilnya.
"Lalu, ayah, ada satu hal yang ingin aku tanyakan lagi."
Ia kemudian mengalihkan topik dengan bertanya perihal anak bernama Gus yang langsung diterima masuk oleh ayahnya itu.
"Sepertinya ayah punya banyak hal yang perlu dijelaskan."
Gigantos mengembuskan napas panjang. Ia kemudian mulai menjelaskan kepada putrinya, perihal hubungan adiknya, Aphy, dengan anak 'misterius' bernama panggilan Gus itu.
"Sepertinya yang kau tahu, gilda ini loyal kepada bangsawan dan kerajaan. Jadi saat bibimu menerima surat perintah waktu itu... dia langsung pergi," jelas Gigantos.
"Maksudmu, enam tahun yang lalu Bibi Aphy pergi bukan untuk misi yang jauh, melainkan untuk menjadi pengasuh seorang anak bangsawan yang bahkan kita tidak pernah tahu nama belakangnya?" tanya Lydia dengan sedikit sinis.
"Lydia, misi tetaplah sebuah misi. Aku minta maaf karena aku menyembunyikannya padamu. Lagipula, itu adalah permintaan dari Aphy sendiri. Termasuk untuk menerima siapapun yang mungkin akan dikirimnya untuk meminta bantuan dari sini," jawab Gigantos.
"Seperti itu, ya..."
"Kemudian, ayah harap kau dapat berteman dekat dengannya. Sekarang dia masih kecil. Dia pasti butuh yang namanya bimbingan dari orang dewasa. Kau bisa melakukan itu kan?"
Lydia tampak memegang lengannya sendiri, tetapi ia mengiyakan permintaan dari ayahnya. "Aku tidak yakin apakah aku bisa dekat dengannya. Tapi... hmmm, kupikir, mungkin aku juga ingin jadi sosok kakak. Uhuk...."
Lydia menjawab dengan malu-malu, sementara ayahnya tampak sedikit salah tingkah.
"Y-ya, maka anggaplah Gus sebagai adikmu sekarang. Kau boleh pergi. Tidak. Cepat pergi saja sana!" Muka Gigantos memerah, sementara Lydia tertawa kecil sebelum melangkah keluar dari ruangan itu.
***
Tahun 1453
Sepuluh tahun kemudian
Sepuluh tahun semenjak surat perintah dikeluarkan. Sepuluh tahun pula tidak terjadi perang besar apapun, tetapi rakyat kerajaan hidup dengan derita.
Pasalnya selain menjajah, iblis-iblis itu juga kerap kali mengambil sebagian besar sumber daya, sehingga membuat masyarakat murka.
Namun, apa yang rakyat dapat lakukan?
Petinggi dan kebanyakan orang terdidik dari pihak manusia sudah dicuci otak. Para ksatria kerajaan dipaksa untuk menuruti perintah iblis karena segel, dan pendeta-pendeta kuil harus hidup bersembunyi atau mereka akan dibunuh.
Satu-satunya hal yang membuat rakyat kerajaan bisa bertahan saat ini adalah karena keberadaan tiga gilda yang dibiarkan beroperasi karena dapat membayar pajak yang sangat mahal. Ketiga gilda resmi tersebut adalah gilda penyihir, gilda pedagang, dan gilda prajurit bayaran.
Maka dari itulah, nama tokoh-tokoh ketiga gilda tersebut naik daun. Termasuk seorang pemuda misterius dari gilda prajurit bayaran yang konon merupakan seorang jenius pedang.
"Kudengar dia sudah jadi anggota resmi saat umurnya 13 tahun! Pamanku saja baru bisa diterima saat umurnya 20 tahun."
"Lalu katanya, dia sangat tampan. Kata kakakku yang pernah bertemu dengannya, dia punya wajah yang halus serta mata biru jernih. Dia berbeda dengan pria macho pada umumnya. Ketimbang mengintimidasi, parasnya akan membuatmu terlena!"
Terdengar bisik-bisik orang tatkala pemuda yang dimaksud itu memasuki sebuah Inn. Namun, agaknya mereka tidak sadar karena sosok itu kini tengah memakai tudung yang menutupi separuh wajahnya.
"Lalu rumor terbaiknya adalah... dia masih single! Sangat aneh bukan? Padahal kata kakakku dia punya tutur kata yang ramah dan gentleman, tetapi dia tampak tidak tertarik untuk menjalin hubungan cinta sama sekali."
"Aku penasaran wanita mana yang dapat merebut hatinya kelak."
Klik....
"Selamat datang kembali, senior Gus!"
Seorang gadis kecil berumur 6 tahun tampak semangat menghampiri Gustav tatkala pemuda itu masuk melalui pintu rahasia.
"Halo juga, Mel." Gustav tersenyum. Ia lalu menggendong anak kecil bersurai coklat dengan mata lavender itu. "Di mana orangtuamu sekarang?" tanyanya sambil berjalan.
"Ibu ada di ruangannya, sementara ayah sedang mengambil misi," katanya dengan muka polos.
"Begitu, ya," jawab Gustav. Ia lalu melangkah ke ruang pemimpin yang dimaksud Mel.
"Iya! Makanya selama Paman Gus tidak ada, aku selalu dititipkan ke kakek. Mereka sangat sibuk!" Gadis itu lalu menggelayut di gendongan Gustav.
"Apa paman mau menemui ibu untuk mengambil misi lagi?" tanya Mel dengan wajah cemberut.
"Mau bagaimana lagi, ini sudah pekerjaan paman."
Ia lalu mengetuk pintu ruang pemimpin tatkala sampai. Kemudian setelah disuruh masuk, dia melangkah ke dalam sambil tetap menggendong gadis kecil itu.
"Saya baru saja menyelesaikan misi kemarin. Apa Anda memanggil saya untuk memberi misi baru lagi?" Gustav mengangkat sebelah alisnya, seolah meminta kode untuk liburan. Sayang harapan itu harus kandas. Kepopuleran Gustav sebagai satu dari banyak prajurit bayaran paling kompeten memang sangat menyusahkannya.
Pemimpin gilda yang berada di depannya saat ini-Lydia, tanpa basa-basi memberikan sebuah gulungan kertas pada Gustav.
"Bukannya aku tidak mau memberimu libur, hanya saja ini adalah undangan langsung dari 'istana'. Mereka memilih 20 dari prajurit bayaran senior kita untuk misi kali ini," kata wanita itu.
"Istana? Bukankah mereka bisa menunjuk ksatria mereka sendiri?" tanya Gustav heran.
"Aku tidak tahu menahu soal itu. Aku sendiri juga curiga dengan maksud asli mereka. Karena seperti yang kita tahu, para petinggi sudah dicuci otak," jawab Lydia.
"Pesan dariku, berhati-hatilah, Gus." Lydia menatapnya dengan dalam lalu setelah itu melirik ke arah Mel yang tampak sedikit takut.
"Mel, sini." Wanita itu lalu membuka tangannya. Mel pun langsung melompat dari gendongan Gustav dan berlari menuju pelukan ibunya.
"Kemudian, Gus. Aku sudah bilang kepada pemilik kandang kuda kalau aku akan menyewa salah satu dari kudanya. Jika kau sudah mau berangkat ke istana, kau bisa menyewa kuda dari sana. Gilda yang akan menanggung biayanya," jelas Lydia.
"Tambahan lagi, 19 orang lainnya sudah kukirim ke istana. Tinggal kau yang belum gara-gara kau baru pulang. Jadi, sebaiknya kau pergi secepatnya. Paling lambat lusa," lanjutnya.
Gustav yang mendengar penjelasan itu langsung saja tertohok. Namun, tentu dia tidak dapat menolak perintah semacam itu. Dia hanya mengangguk lalu keluar dengan perasaan ngambang.
***
Tak lama setelah Gustav keluar untuk pergi ke kandang kuda, seorang pria masuk dengan tiba-tiba ke dalam ruang pemimpin. Saking tiba-tibanya sampai membuat sang pemimpin dan putrinya yang sedang bermain sendirian jadi kaget.
"Suamiku! Kau membuatku kaget saja!" kesal Lydia. Bahkan setelah sepuluh tahun, dia masih tidak terbiasa dengan kemunculan sang pria yang tiba-tiba. Ya, itulah keistimewaan Derrick sampai bisa jadi kepercayaan pemimpin gilda hingga saat ini.
"Ehe, sepertinya aku berhasil membuatmu kaget lagi," kata Derrick sambil nyengir, tetapi setelah itu, raut wajahnya berubah menjadi lebih serius.
"Ngomong-ngomong Lydia, selain informasi mengenai kondisi cabang gilda di daerah lain, aku punya kabar lain yang harus didengar olehmu--dan mertua juga."
Lydia kemudian fokus melihat Derrick, begitu pula dengan Mel. "Kabar apa yang sampai bisa sepenting itu?"
Derrick membuat jeda sebelum menjelaskan informasi yang dia ketahui itu. Katanya, "Nyonya Aphy, beliau masih hidup."
"!?"
Lydia lalu tersenyum lebar, dia seperti terharu.
Sudah kuduga! Karena Bibi Aphy ada satu tingkat di bawah ayah, ilmu bertarung dan bertahannya pasti cukup kuat untuk membuatnya tetap hidup!
Syukurlah! Aku sangat-sangat bersyukur! Bibi Aphy....
"Apa kau tahu di mana lokasi pastinya saat ini?" tanya Lydia. Dia terlihat sedikit tidak sabaran.
"Aku tidak tahu pasti, tapi... aku dapat kabar kalau satu-satunya keluarga bangsawan yang tidak terpengaruh oleh iblis, Duke Percyval--merekalah yang telah menjaga Bibi Aphy selama ini setelah kejadian penyerangan ibukota 10 tahun lalu," tutur Derrick.
"Mereka juga meminta maaf karena baru memberitahu gilda sekarang. Mereka harap kita bisa mengerti kondisinya," lanjutnya.
Lydia mengangguk mengerti. "Lalu, kapan kita bisa bertemu dengan pihak mereka?"
"Akan langsung aku sampaikan begitu aku mendapat kabar dari Tuan Duke," jawab Derrick, "Lalu ada satu hal lagi sebelum aku mulai memberi laporan utama."
"Apa kau bisa menebak alasan kenapa para iblis itu tidak langsung menghancurkan kerajaan kita?" tanya Derrick.
Lydia meneguk ludah. "Apa karena mereka lebih menginginkan kehancuran perlahan-lahan yang tidak menguras jumlah pasukan mereka?"
"Itu salah satu alasan lain, tapi ada hal yang lebih utama," katanya, "Mereka sedang mencari seseorang dari negeri ini. Mereka ingin membunuhnya diam-diam sebelum memulai perang karena orang itu akan jadi penghambat terbesar bagi rencana iblis."
"Dan aku tahu dengan pasti siapa yang saat ini tengah dicari oleh mereka!"
o==[]::::::::::::::::> TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top