20 - Rattenkönig
County Easthorn,
Perbatasan Wilayah Timur Kerajaan Oliver
Setelah tiga jam penerbangan, Gustav, Claudius, dan Angella akhirnya tiba di wilayah yang ingin mereka tuju dengan selamat. Mengejutkan. Melihat Ckaudius menahan muntahnya karena mabuk dari tadi.
"Kamu benar-benar pria yang tidak terduga, Sir Gus," ungkap Angella setelah mengambil alih kemudi kuda, sementara sang adik Claudius memeluknya dari belakang untuk menghilangkan rasa mabuk.
"Anda pun juga sama mengejutkannya, Tuan Putri," balas Gustav dengan senyum ramah.
"Saya memimpin jalan. Kita akan pergi ke wilayah paling padat di sini," ujar Angella. Ia kemudian menaiki kudanya di depan sementara Gustav menjaga mereka dari belakang.
Mereka pergi ke area pasar lewat berbagai jalan pintas yang agak mengejutkan bagi Gustav, dia pikir Angella tidak akan tahu denah wilayah pinggiran karena terus tinggal di dalam istana.
Hal itu membuat Gustav berpikir: apa ada sesuatu, hal lain yang tidak diketahui publik mengenai dua saudara kandungnya ini? Selain fakta kalau kakak tertuanya merasa dan mengaku sebagai puan.
"Kami sering pergi keluar diam-diam," ungkap Angella dengan tiba-tiba, seolah bisa membaca pertanyaan-pertanyaan di kepala Gustav.
"Selama itu yang mengurus internal istana adalah Lady Vesia dan beberapa bangsawan yang bisa kami percaya," lanjutnya, "Lalu sebenarnya yang menemukan jalan pintas ini adalah Claudius. Meski dia tidak sopan, dia punya bakat tersendiri soal navigasi."
Perkataan Angella pun membuat Gustav berpikir, apa dia sedang berusaha supaya aku tidak terlalu bersitegang dengan Claudius saat ini?
"Itu bakat yang akan mengagumkan bila dipakai untuk bertahan hidup," dehem Gustav.
"Ya, kan? Aku keren kan? Tidak hanya kau saja yang terlihat keren, aku juga bisa menjadi keren!" Claudius memasang ekspresi menyebalkannya itu lagi. Tetapi ekspresi itu langsung berubah saat mereka sampai di jalan utama.
Tidak ada satupun orang yang fokus dengan seragam ksatria istana yang terang-terangan dikenakan Claudius. Para pedagang, turis, maupun pelanggan, semuanya fokus dengan segerombol orang yang tampak mengelilingi seorang wanita. Wanita itu tengah berdiri di atas podium yang dibuatnya dari kotak-kotak kayu.
"Aku akan memeriksanya. Lalu kau, Gus, jaga kakak sampai aku kembali," ucap Claudius. Ia melompat turun dari kuda dan mendekati sekelompok orang itu tanpa memedulikan isyarat dari Angella untuk berhenti.
Claudius melihat sekelilingnya selama ia berjalan mendekat, memastikan marabahaya. Namun, saat sedang menilik, matanya tiba-tiba saja terfokus pada tiga tikus yang keluar dari selokan.
Claudius meneguk ludah dengan gugup. Terlihat ekor ketiga tikus itu terlilit satu sama lain dengan rapat, dan mereka tampak putus asa karena saling berdekatan membuat mereka gerah.
Itu adalah fenomena rattenkönig, atau rat king. Peristiwa ketika dua atau lebih tikus tanpa sengaja saling melilitkan ekor-ekor mereka sehingga 'terjebak' dalam formasi. Banyak orang memercayai hal itu sebagai pembawa kabar buruk, kesialan, bahkan wabah.
Bagi Claudius yang sudah sering mendengar dan meremehkan cerita tentang rat king, baru kali ini dia merasa merinding saat melihat langsung. Jantungnya mulai berdegup kencang.
"Claudius Oliver."
Terdengar suara lembut wanita memanggil namanya, membuat Claudius seketika menoleh. Itu adalah dari wanita yang sedari tadi dikerumuni oleh orang-orang.
Wanita itu memiliki rambut lavender yang mengkilap terang. Telinganya agak meruncing dan bibirnya ungu terang. Kulitnya sendiri berwarna coklat dan kuku-kuku jarinya putih runcing.
Wanita itu memakai pakaian bernuansa ungu seperti orang wilayah timur dengan perut terbuka. Matanya ditutupi oleh kain ungu gelap dengan motif semacam sigil.
Tidak salah lagi... wanita ini adalah iblis. Namun, kenapa gelagatnya ini membuat dia terlihat seperti malaikat?
Wanita itu tersenyum ke arah Claudius, membuat sang lelaki muda terpana. Akan tetapi rasa kagum Claudius yang sesaat itu seketika berhenti tatkala ia melihat ke arah tangan wanita itu.
Dia memegang seekor tikus hidup dengan lembut... dan dua tikus lain tampak bergelantung tak bernyawa di ekor satu tikus yang masih hidup itu. Ekor mereka saling terlilit, persis seperti formasi rat king yang dilihat oleh Claudius sebelumnya.
Menakutkan.
"Kau punya dua saudara, apa aku benar?" tanya wanita itu. Dengan singkat Claudius menjawab tidak.
"Aku Seere Beleath, malaikat pembaca yang agung, aku tidak mungkin salah membaca masa depan, masa lalu, dan isi hatimu," klaim wanita iblis itu. Dia lalu menggerakkan tangannya dengan aneh, dan sontak orang-orang yang ada di sekitarnya bersorak.
"Nona Beleath akan membuat berkat!"
"Giliranku! Tolong berkati aku Nona Beleath!"
Dan lain sebagainya, membuat Claudius jadi merasa sangat tidak nyaman.
Seere kemudian membuat 'mukjizat', dia menghidupkan mayat bayi yang dibawa oleh seorang wanita kepadanya. Setelah itu keramaian menjadi semakin ribut. Gila, pikir Claudius.
"Lihatlah, aku membuat mukjizat, bukankah itu cukup menjadi bukti kalau aku adalah malaikat agung?" Seere kembali tersenyum ke arah Claudius, sementara sang Pangeran bersiap-siap dengan tangan yang sudah berada di sarung pedang.
"Tidakkah kau tertarik untuk menerima ramalan dan berkat dariku?"
Claudius menggeleng. Sebutir keringat tampak membasahi keningnya. "Tidak."
Seere lalu tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke Claudius, dia berbisik, "Hatimu bilang kau ingin tahu, Yang Mulia."
***
"Tuan Putri, tidakkah Anda merasa kalau Yang Mulia Pangeran Claudius sudah pergi agak lama? Bagaimana kalau kita susul dia?" saran Gustav. Dia khawatir.
"Kamu benar, ayo jalan ke arah dia pergi."
Mereka berdua lalu pergi menyusul Claudius. Mereka terkejut saat sampai di sana karena Claudius tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Yang terlihat hanya wanita sinting yang mengaku-ngaku sebagai malaikat agung. Ia dikerumuni oleh histeria orang ramai, dan tangannya memegang formasi rat king.
"Claudius tidak ada di sini," kata Angella, "Kita akan mencari di tempat lain."
Namun, langkahnya dihentikan oleh Gustav yang curiga. "Jangan pergi dulu, Yang Mulia. Saya merasakan hal yang janggal."
Gustav turun dari kudanya. Akan tetapi berbeda dengan Claudius yang masuk ke dalam kerumunan tanpa basa-basi, saat ini Gustav meninggikan suaranya.
"Perhatian, seluruh rakyat kerajaan yang diberkati oleh Dewi. Jika boleh saya tahu, keributan apa yang sedang terjadi di sini?"
Seketika orang-orang teralihkan fokusnya kepada pria muda tampan itu. Seere yang merasakan perhatian orang-orang menghilang darinya pun jadi tersentak. Kemarahan dan kecemburuan tanpa dasar meluap di dalam dadanya.
Lalu bagaimana bisa orang itu menetralkan sihir pemikatnya?
"Hey, aku rasa aku pernah melihat dia. Bukankah dia prajurit bayaran prodigi yang terkenal itu? Gus?"
"Dia dulu yang pernah membantu dalam misi pengamanan imigran buksn? Pamanku bercerita banyak tentang dia."
"Adikku masuk gilda prajurit bayaran, dan ada rumor yang bilang kalau sekarang dia dilirik oleh istana untuk dijadikan ksatria! Melihat di belakangnya ada seorang lady cantik, aku rasa rumor itu memang benar!"
Banyak bisikan-bisikan yang mengarah ke Gustav saat dia mengekspos dirinya. Sekarang Seere benar-benar kesal.
"Hoi! Pria bangsat! Berani-beraninya kau lebih populer dari malaikat!" seru Seere sambil menunjuk Gustav. Terlihat urat-urat mulai keluar dari muka dan tangannya. Iblis yang otaknya agak miring itu sedang murka.
Gustav melihat wanita itu lekat-lekat, manik biru cemerlangnya menatap dengan tajam. Dia menarik pedangnya saat ini juga. Sementara warga mulai berkumpul untuk menonton, seolah menantikan sebuah pertunjukkan yang seru.
Sayangnya semua hype itu hilang tatkala Seere menjatuhkan dirinya, di podium tempatnya berdiri. Rasa amarah dalam dirinya seketika menjadi rasa enggan saat dia mencoba untuk membaca Gustav.
"Gustav Oliver... Gustav Oliver.... Tidak, tidak! Kau tidak mungkin ada di sini sekarang, tidak!" histerisnya.
Seere lalu merangkak kayang dengan cepat. Membuat Gustav terperanjat; wanita itu terlihat sangat manusia, tetapi gerak-geriknya sangat tidak manusiawi.
Tetapi ada yang aneh, dia merasakan tubuhnya menjadi kaku setelah Seere menyebutkan nama asli Gustav kembali.
Merinding.
Seere lalu dengan cepat berdiri dan berdesis di dekat telinganya, seperti orang mabuk yang tengah meracau dalam panik.
"Jika kau bertindak lebih jauh, kuperingatkan kau, kau pasti akan mati! Tolong dengarkan malaikat ini! Kau akan mati!"
***
Demikian, dalam sekejap kedipan mata, Gustav menghilang dari pandangan Angella. Bahkan para warga yang tadi tampak antusias, sekarang seolah terhipnotis kembali untuk melanjutkan kegiatan sehari-hari mereka di pasar.
Sementara sang iblis wanita berdiri tegap di tengah jalan. Ketiga tikus yang sebelumnya ada di tangan kini telah jatuh ke tanah. Terlihat satu-satunya tikus yang hidup berusaha untuk menarik kedua bangkai saudaranya yang sudah mati menjauh dari wanita gila.
"Angellio Oliver," panggil wanita itu. Dia tersenyum.
"Apa kau ingin kubaca? Apa kau ingin menerima mukjizat? Apa kau ingin tahu keberadaan kedua saudaramu?" tanya Seere sambil sedikit mentelengkan kepalanya, seolah kengerian tadi tidak pernah terjadi setelah Gustav menghilang dari hadapannya.
"Sinting," gumam Angella. Dia lalu mengeluarkan belati yang dia simpan di saku roknya. Dia sudah menduga perjalanan untuk mengatasi masalah iblis pengajar sesat ini tidak akan berjalan lancar.
"Kembalikan Gus dan Claudius, iblis gila." Sang Putri menodongkan belatinya.
Seere tidak terlihat takut sama sekali, dia malah mendekatkan kepalanya ke leher Angella. Katanya, "Aku bisa mengabulkan keinginanmu untuk jadi wanita sesungguhnya."
***
2 Tahun yang Lalu
"Angellio."
Nama laki-laki yang berarti malaikat. Nama pertama dari seorang pangeran yang punya penampilan maskulin, yang bertanggung jawab di masa mudanya untuk memimpin sebuah kerajaan besar.
Tidak suka.
Meski begitu, berbeda dengan harapan dan ekspektasi orang-orang di sekitarnya, sedari awal pangeran itu tidak menyukai dirinya sendiri.
Ada yang salah.
Dia mengamati wajahnya di cermin. Pantulan mukanya itu menunjukkan seorang pria yang tampan, namun juga terlihat cantik. Netranya berwarna biru terang dan rambutnya pirang. Dia berpikir, kalau dia seorang gadis, dia pasti akan terlihat sangat cantik dengan penampilan seperti ini.
Aku yang salah.
Angellio lalu mengeluarkan untaian-untaian cahaya kekuatan suci dari ujung jari tangannya. Sambil terus mengamati cermin. Membayangkan betapa cantiknya dia kalau dia memakai gaun sambil terus mengeluarkan kekuatan suci penyembuhan.
Kalau aku seorang gadis, aku akan jadi gadis keturunan Cleric yang sempurna.
Namun, khayalannya itu harus pupus ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya. Tunangannya sudah tiba. Menepati janji yang mereka buat seminggu yang lalu.
Kini, kedua remaja muda itu duduk berhadapan di kursi taman, bersama dengan seorang lelaki lain yang ada di samping tunangannya Angellio.
"Saya ingin membatalkan pertunangan kita," kata gadis bersurai merah itu. Dia sedikit menunduk dengan sedih. Angellio mengangguk.
"Mohon maafkan saya, saya sudah punya orang yang saya sayangi," lanjutnya.
"Saya tidak masalah. Senang bisa mengenalmu, Genoveva. Saya justru harus berterima kasih karena selama ini Anda sudah menjadi sahabat yang bisa saya andalkan. Anda tidak perlu merasa bersalah karena tidak bisa memaksakan perasaan Anda untuk saya."
Genoveva lalu mengangkat kepalanya, dia menatap Angellio dengan berbinar. "Terima kasih," balasnya gadis berambut pendek sebahu itu.
Dia lalu berdiri dan tak bisa menahan dirinya untuk memeluk Angellio, sementara lelaki yang adalah kekasih barunya hanya tersenyum.
"Semoga kehidupanmu selanjutnya membahagiakan, Lady Barnett."
"Tidak, tolong tetap panggil aku Genoveva, kita kan tetap berteman!" sanggahnya dengan semangat. Dia lalu melepaskan pelukannya dari Angellio, ia tersenyum ramah padanya, "Kamu juga harus bahagia kedepannya, Angellio."
Angellio tidak langsung menjawab. Dia menilik pasangan baru di depannya dengan dalam. Ia melihat tangan Genoveva yang sudah melingkar di pergelangan tangan kekasih barunya yang terlihat kekar.
Andai aku adalah pasangannya.
"Saya akan menemukan kebahagiaan saya. Setelahnya saya tidak akan lupa untuk mengundang Anda."
Dengan begitu mereka melakukan salam perpisahan dan akhirnya berpisah jalan dengan Angellio. Namun, mereka tidak sadar kalau Angellio masih mengamati mereka dari kejauhan.
Kekasih barunya Genoveva itu tidak kalah tampan. Selama perjalanan keluar dari taman istana dia bersikap sangat gentlemen kepada Genoveva. Mereka tertawa dengan harmonis. Rambut merah Genoveva dibelainya dengan lembut. Lalu Genoveva menyandarkan kepalanya di bahu kokoh sang lelaki.
Andai aku adalah Genoveva.
***
"Bangsat! Bedebah! Bajingan!" Semua kata makian keluar dari mulut Seere tatkala ia meratapi tangannya yang terputus akibat tebasan belati Angella.
Iblis gila itu kemudian membalas dengan cakaran yang mengenai wajah Angella. Mereka berdua lalu saling mundur selangkah. Seere terlihat frustasi.
"Bagaimana bisa!? Aku sudah menyebut nama dan kau telah menerima tawaranku di dalam hatimu! Mengapa kau tidak masuk ke dalam dimensi bawah sadarku!?" Seere menggertakkan gigi.
"Kau sepertinya buta, iblis," Angellio lalu melangkah cepat. Ia menerjang Seere yang dilanda kebingungan. Dengan cepat ia menabrakkan diri, menjatuhkan Seere dan mengarahkan belati ke jantungnya.
"Angellio bukan namaku lagi, nama itu sebentar lagi akan mati," tangkasnya.
"Omong kosong! Bagaimana bisa kau-"
"Aku yang memutuskan namaku sendiri, aku yang memutuskan jalanku sendiri," tegasnya. Dia semakin mempertajam tusukan ujung belati di dada Seere.
"Kembalikan Gus dan Claudius, sekarang juga."
o==[]::::::::::::::::> TBC
A/N:
Seere got cancelled.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top