19 - Angella
Istana Utama,
Ruang Kerja Pangeran Pertama Angellio
"Aduh, duh! Pelan-pelan!"
Remaja lelaki dengan rambut pirang pendek agak berantakan terlihat tengah merintih dengan cerewet, tatkala kakak laki-lakinya menyembuhkan luka di pipinya dengan kekuatan suci.
"Bahkan setelah dihajar oleh Sir Gus, kamu tidak pernah berpikir untuk bertobat dari kebiasaan burukmu menantang orang, ya?" omel sang kakak setelah dia selesai dengan pengobatannya.
"Syukur aku bisa melakukan sihir suci penyembuhan, kalau tidak kamu pasti akan mempermalukan dirimu dengan luka baru setiap hari, Claudius," sang kakak lanjut mengomel dengan menahan sabar. Sementara Claudius, Pangeran Kedua, adiknya hanya mendengus dengan keras kepala.
"Kalau kau tidak peduli denganku, seharusnya kau berhenti mengobatiku!" tukas remaja bermata juling sebelah itu dengan tidak sopan. Namun, sebelum sang kakak, Pangeran Pertama Angellio, membalas jawaban kurang ajarnya, ia mendengar suara ketukan dari luar pintu.
"Masuklah," kata Angellio. Ia lalu menyuruh Claudius untuk duduk di meja tamu sementara pria dengan perawakan maskulin itu menyambut kedatangan tamu spesial-nya.
"Selamat pagi, salam saya untuk Yang Mulia Pangeran Pertama." Wanita berkulit tan dengan rambut coklat gelap bergelombang itu memberikan salam hormat untuknya diikuti oleh pria di sampingnya, Gustav, yang juga turut menunduk.
"Orang-orang memanggil saya Madame Loran dari Easthern, saya datang untuk memenuhi panggilan Yang Mulia," ujarnya, kemudian Loran dan Gustav dipersilakan untuk masuk ke dalam.
Mereka duduk di meja tamu berhadapan dengan Claudius yang ikut-ikutan urusan kakaknya. Akan tetapi, Angellio tidak begitu memikirkan sikap tidak sopannya khusus kali ini.
Sesuai janji antara Angellio dan Gustav yang mereka buat dua hari lalu. Madame Loran menunjukkan katalog model gaun buatannya kepada kedua pria bersurai pirang yang adalah pangeran itu. Angellio tampak tersenyum tidak jelas, sementara Claudius dengan semangat memberi masukan kepada kakaknya.
Meski Angellio tampak kesal dengan Claudius kemarin sewaktu kejadian di lapangan latihan, sepertinya mereka punya hubungan dekat, batin Gustav sembari ia ikut-ikutan tersenyum.
Namun, setelah dipikir-pikir lagi, Gustav merasa sedikit pahit. Kalau saja tembok penghalang status ini tidak ada, apakah dia bisa bersenang-senang dengan mereka, saudara kandungnya juga?
Terlintas di benaknya untuk berdiri dan bilang kalau dia adalah saudara mereka juga, lebih tepatnya middle child dari pasangan Raja-Ratu, sehingga membuatnya jadi Pangeran Kedua.
Namun, belum saatnya, pikir Gustav. Dia tidak mau kehilangan sisi rasionalnya hanya karena iri. Lagipula, jika itu benar-benar terjadi, situasi akan menjadi sangat canggung.
Aku akan mengungkapkannya ketika sudah lebih dekat atau ketika rencanaku dapat kujalankan.
"Harus saya akui, saya puas dengan katalog desain milik Madame," ujar Angellio sembari tersenyum puas untuk mengakhiri sesi berbelanjanya.
"Kepuasan Yang Mulia adalah kebahagiaan untuk saya," ujar wanita berkulit coklat itu. Dia melanjutkan perkataannya, "Jadi kapan saya bisa bertemu dengan wanita yang menitipkan pesanan gaun kepada Anda ini?"
"Tidak perlu repot-repot, saya sudah mencatat pengukuran tubuhnya untukmu." Angellio memberikannya selembar kertas yang berisi data lengkap mengenai tinggi badan, panjang bahu, dan data lain yang dibutuhkan oleh Madame Loran untuk menyesuaikan gaunnya.
"Sepertinya wanita itu sangat pemalu, ya." Madame tersenyum menggoda. "Anda adalah seorang gentlemen karena menaruh perhatian kepada wanita Anda sampai seperti ini."
Angellio tidak menjawab, perkataan itu malah dibalas oleh Claudius dengan semangat. "Ya, kakak saya memerhatikannya dengan baik!"
"Baguslah kalau begitu, saya titip salam saya padanya bila dia ingin membeli pakaian dari saya lagi," ujar Madame Loran, mengakhiri percakapan mereka.
Keheningan lalu terjadi untuk beberapa saat, sampai Angellio melihat ke arah tatapan Madame Loran dan mulai bertanya padanya, "Sepertinya kamu punya hal lain yang ingin kamu sampaikan langsung padaku."
Madame Loran kemudian bangkit berdiri dan berlutut dengan salah satu kakinya di hadapan kedua pangeran. "Pertama-tama, mohon maafkan kelancangan saya karena saya memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Sir Gus supaya saya dapat bertemu dengan Yang Mulia."
"Saya ingin meminta belas kasih Yang Mulia, supaya Anda memerhatikan wilayah perbatasan Easthorn, daerah asal saya," katanya.
"Baru-baru ini saya mendapat kabar dari surat kerabat saya di sana, ada seorang wanita yang mengaku malaikat datang dengan pakaian aneh sambil mewartakan kitab palsu," jelas Madame Loran, "Dia bahkan menawarkan berkat dan mukjizat bagi siapapun yang mendengarkannya. Dia sudah membuat banyak warga resah, bahkan beberapa dari warga ada yang berpaling untuk menyembah dia!"
"Saya takut jikalau wanita itu adalah iblis. Namun, bangsawan di daerah Easthorn tidak memedulikan keresahan rakyat. Sehingga saya yang kebetulan kenal dengan Sir Gus dan berafiliasi dengan gilda pedagang harus meminta bantuan sendiri." Madame Loran selesai berbicara, ia lalu diminta untuk duduk kembali oleh Angellio.
Masalah bangsawan lagi.
"Terima kasih atas informasi yang Anda berikan, Madame. Dan Gus, saya juga sangat berterima kasih karena kamu sudah jadi perantara kami," ujar Angellio sambil menahan dagunya. Manik birunya jadi serius.
"Sebuah kehormatan bagi saya untuk bisa memajukan kerajaan ini," jawab Gustav dengan santun.
"Madame terima kasih kembali, kamu bisa keluar sekarang," ujar Angellio. Madame Loran memberikan salam hormat perpisahannya lalu beranjak keluar.
"... Claudius, kamu juga keluarlah dan escort Madame Loran sampai dia keluar dengan aman. Ada yang ingin saya bicarakan dengan Sir Gus," lanjut Angellio. Claudius awalnya enggan meninggalkan kakaknya berdua dengan prajurit bayaran itu, tetapi dia tetap menurut.
Akhirnya tinggal kedua pria itu yang ada di dalam ruangan ini.
"Gus, apa benar kamu adalah rakyat jelata?" tanya Angellio langsung pada intinya.
"Pemikiranmu dalam proposal harus kuakui bagus, dan kamu bahkan peka dengan situasi politik dan keamanan saat ini," Angellio melanjutkan kata-katanya, "Katakanlah, Gus, kamu dari keluarga mana?"
Manik biru mereka berdua saling bertemu, dan Gustav menatapnya dengan dalam. "Bila saya berkata kalau saya memang punya hubungan darah dengan bangsawan, apakah Anda dapat menjaga rahasia saya?"
Angellio tersenyum, dia senang dengan tebakannya yang benar. "Apakah kamu tahu? Saya sangat menyukai sifatmu. Terlebih, kemarin saya mendapat kabar bahwa kamu sudah memenggal kepala iblis pengontrol yang jadi konspirasi selama 10 tahun ini. Sampai saya berpikir, mungkin akan bagus bila saya dapat menarikmu ke dalam pasukan ksatria atau sebagai asisten saya."
"Itu adalah penawaran yang sangat menarik, Yang Mulia. Saya akan sangat menerima kesempatan untuk bisa membuat kerajaan ini jadi lebih baik lagi, tetapi saya tidak bisa meninggalkan gilda yang sudah merawat saya begitu saja," Gustav membalas senyumannya, dan lagi-lagi jawaban itu menyenangkan hati Angellio.
Gustav sepertinya sudah belajar cara supaya bermulut manis dari Atristan.
"Besok pagi, ikutlah sebagai pengawal bayaran saya ke daerah Easthorn," pintanya, dan Gustav langsung menyetujui permintaan itu.
"Setelah itu, saya harap kamu dapat lebih terbuka dengan saya, terutama soal latar belakangmu yang menarik itu."
***
"Jadi, kamu akan berangkat ke Easthorn besok?" tanya wanita bersurai pirang panjang yang menutupi sebelah matanya itu. Sambil tangannya mengemas buku.
"Iya. Sangat disayangkan karena itu artinya aku akan absen dari pembelajaran kita, Lena," jawab pria muda tampan yang menjadi lawan bicaranya.
"Hmmm." Lena membalasnya dengan darar. Dia lalu melihat ke arah pria muda dengan rambut coklat emas itu. "Kalau boleh tahu, sebenarnya apa rencanamu?"
Sekilas, iris hijau emerald itu bertemu dengan sang empunya netra biru. "Aku akan mendekati saudara kandungku, lalu setelah aku mendapat kepercayaan mereka, aku akan mengungkapkan identitas diriku kepada pihak internal istana."
"!!!" Wanita yang dipanggil Lena itu tampak sedikit terkejut. "Bukankah bangsawan saat ini sudah cukup korup? Bagaimana bila setelah itu mereka malah memanfaatkan kamu?"
"Itulah poin penting mengapa aku harus dekat dengan kedua pangeran terlebih dahulu," Gustav berkata dengan yakin, "Aku akan memengaruhi mereka."
Dan jika perlu, aku akan memancing Atristan dan Lady Vesia untuk turut memberontak, lanjut Gustav di dalam pikirannya.
"Kamu... apa benar kamu memikirkan rencana itu hanya dalam sehari setelah mengalahkan iblis?" Lena terlihat tidak percaya dengan keagresifan Gustav yang datang dengan tiba-tiba. Ke mana perginya pria muda yang berpelaku pasif, diri Gustav yang dulu?
"Aku sadar selama ini, aku sudah terlalu lama berdiam diri di zona nyamanku," jawab Gustav, "Bukankah kamu sendiri yang bilang, kalau aku ingin bangkit, aku harus berambisi terlebih dahulu?"
Lena meneguk ludah, dia memandang Gustav dengan berbinar. Seolah melihat harapan.
"Ini adalah ambisiku. Dan aku bertekad untuk terus maju. Aku sudah muak."
Setelah ini, barulah aku bisa berkata dengan mantap di hadapannya : "Aku serius saat bilang akan melindungimu."
***
Keesokan paginya, pagi-pagi sekali, di depan gerbang istana, Gustav menunggu sambil menaiki kudanya, Veronika. Ini adalah langkah selanjutnya untuk jadi lebih dekat dengan kakaknya, Pangeran Angellio.
Dan jika pengawalan ini sukses, aku harap aku dapat memancing bangsawan lain juga.
Demi reputasi, katanya. Gustav paham betul karena selama ini dia hidup dalam hukum rimba, yang kuat akan berkuasa. Bila dia memang ingin menjalankan misinya seperti yang sudah dia dapatkan dari wahyu dewi lewat artifak Kubea, dia harus mendapatkan posisinya sebagai pangeran kembali.
Karena Dewi sudah berkehendak, aku tidak boleh mengecewakan-Nya.
Namun, seluruh pemikiran Gustav runtuh begitu ia melihat dua orang di atas kuda coklat datang ke arahnya.
Dia kenal sosok yang pertama, Claudius. Adik kurang sopannya itu mengenakan seragam ksatria lengkap. Sementara untuk orang kedua... Gustav tidak begitu yakin. Dia tidak pernah melihat wanita itu di istana ... sepertinya?
"Kakak tidak bilang kalau orang itu akan ikut juga?" Claudius menunjuk Gustav dengan kesal.
Kakak? Apa aku punya saudari perempuan?
"Mohon maafkan kelancangan saya, Lady. Namun, jika boleh tahu, siapakah Anda?" tanya Gustav. Wanita itu malah terkekeh.
"Sir Gus, ini saya Angellio, tetapi mulai sekarang dalam perjalanan ini saya akan senang bila kamu memanggilku Angella," jelas sosok wanita itu yang hampir membuat Gustav terperanjat dari kudanya.
"... Saya minta maaf karena saya tidak menyadari bahwa itu adalah Anda," ungkap Gustav setelah kepalanya memproses apa yang baru saja terjadi.
Oh. Sekarang aku mengerti ....
"Untuk seterusnya juga saya harap kamu memanggil saya dengan sebutan Putri, itu lebih nyaman didengar oleh telinga saya," terang Angellio--yang sekarang adalah Angella, "Bila kamu serius saat bilang akan menimbang-nimbang untuk menerima tawaran menjadi ksatria atau asisten pribadi saya, kamu harus terbiasa dengan diri saya yang sebenarnya."
"Saya akan mengingat itu dengan baik," jawab Gustav. Dia agak canggung. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan orang seperti Angella. Sedikit gugup, tetapi setelahnya perjalanan mereka berjalan seperti biasa hingga mereka melewati daerah padang rumput yang sepi.
"Gustav, perjalanan ini membosankan, lalu karena identitasku juga akan terungkap cepat atau lambat sama denganmu, bagaimana kalau kita mempercepat perjalanan ini?" desis Veronika yang dibalas oleh anggukan Gustav.
Gustav lalu berhenti di tengah jalan, dia berputar balik.
"Hoi, apa yang kau lakukan? Kau mau memperlambat perjalanan ini?" cetus Claudius saat melihat kelakuan prajurit bayaran yang agak tidak disukainya itu.
"Saya ingin menunjukkan sesuatu yang akan memudahkan perjalanan kita," beber Gustav. Ia mengelus leher kudanya.
"Veronika, tunjukkanlah kemampuanmu."
Perintah Gustav itu pun langsung dijawab dengan ringkikan. Veronika mengeluarkan kedua sayap dan aura magis yang dimilikinya.
Kedua saudara kandungnya seketika melotot tak percaya. Bahkan kuda coklat yang mereka naiki sampai melompat sedikit ke belakang dengan dua kakinya berada di udara.
"Persetan dengan berjalan, kita akan terbang!"
o==[]::::::::::::::::> TBC
A/N :
Yo, ada yang kaget gk di episode kali ini? Hopefully Gustav could have fun with his brother and sister tho.
Lalu aku akan memberi peringatan terakhir kalau cerita ini sangat-sangat friendly terhadap LGBTQA+ so expect this story to be super gaycoded.
Kalau misal kalian merasa tidak nyaman dengan representasi yang saya bawa, saya akan sangat menyarankan kalian untuk pergi dari cerita ini dan mencari cerita lain yang sesuai dengan keinginan kalian 😔😉. Daripada mencak-mencak di komen, lebih baik kita damai dan kembali ke jalan masing-masing saja.
Regards,
Alienna Zero.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top