1.1 Alone? Not that.
TERIK baskara serasa bakar kulit. Jeon Jungkook-dengan peluh mengucur deras masih mendribble bola basket dengan semangat. Bahkan, ia tak begitu terlihat letih. Dan, kala tangannya mencapai ring basket dan berhasil memasukkan bola ke dalam ring, sontak penonton bersorak-sorai. Jungkook tersenyum bangga sembari tersenyum-memperlihatkan gigi kelincinya tertata rapi.
Bukan tanpa sebab, Jungkook adalah salah satu murid famous karena menjadi kapten basket di SMA nya. Setidaknya hanya itu yang mereka tahu. Mereka tidak tahu bahwa Jungkook adalah lelaki penyuka kesendirian. Bukan perspektif dari sendiri sebenarnya. Jungkook ada teman dalam artian lain.
Laut.
Biru.
Terik matahari.
Semuanya itu teman Jungkook. Bahkan, saat temannya mengajak Jungkook untuk berpesta merayakan musim panas selepas ia bermain basket, Lelaki itu hanya menggeleng kecil; menolak secara halus. Mengatakan bahwa ia punya acara. Kendati acara itu hanya ia sendiri.
"Jung. Kau benar-benar tidak ingin ikut?" Tanya salah satu teman Jungkook. Lagi.
Jungkook menggeleng kecil, "Kubilang aku ada acara, Hyung. Maaf ya."
Yang dipanggil Hyung hanya terkekeh lalu mengangguk dua kali. Jungkook menghela napas lalu mengusap dahinya kasar. Jungkook tersenyum kecil lalu mengambil ponselnya-sengaja ia taruh di bangku dekatnya.
"Sebaiknya aku memilih Homestay lain. Ini sudah pernah kunjungi," ucap Jungkook sembari menscroll layar ponsel. "Kiranya mungkin aku akan ke pantai lagi seperti biasa dan-gotcha! Mungkin Homestay ini akan bagus!"
Binar manik Jungkook terlihat-pertanda bahwa ia tertarik akan sesuatu ia lihat di layar. Kali ini adalah musim panas dan Jungkook tak akan bisa pertahankan karsa tuk pergi temui eksistensi pasir dan air pada musim amat dirindukannya.
Karena Jungkook dan musim panas adalah suatu frasa dan akan cocok jika digabungkan. Laiknya bulan dan bintang. Jika berdampingan akan terasa indah.
***
Jeon Jungkook terlampau senang jika berurusan dengan pantai. Sembari mengemudikan mobilnya, lelaki itu menyenandungkan melodi bak piano dengan suara khas. Suara bak kicauan burung-barangkali benar-benar bisa hipnotis eksistensi. Jungkook memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah atau biasanya disebut dengan penginapan dekat pantai tersebut.
Kala kakinya menginjakkan kaki pada pembatas gerbang, Ia terhenti kala dapati presensi seorang wanita menghampiri. Jungkook mematung beberapa saat sebelum wanita itu memiringkan kepala—barangkali nampak bingung. "Kau kenapa berdiam disana? Tidak ingin masuk?"
Jungkook tersadar. Lantas ia berdeham; canggung. Menggaruk tengkuk kikuk Jungkook tersenyum sembari membuka gerbang dengan wanita itu di sebelah. Mereka berjalan beriringan. Bahkan, kala ia memasukki Homestay untuk menanyakan kamar, wanita itu masih membuntuti.
"Kau untuk apa disini?" Tanya wanita itu kala Jungkook bersiap untuk masuk ke dalam kamar.
Jungkook mengernyit, "Menginap tentunya," ucapnya. "Lagipula disini memang tempat untuk menginap bukan?"
"Ya. Aku tau."
"Lalu?" Tanya Jungkook semakin bingung dengan cara pikir wanita ini. "Kalau tau kenapa bertanya?"
"Ah, tidak," ujar wanita itu sembari menggeleng dua kali. "Oh, iya. Aku Song Aera. Kau?" lanjutnya mengulurkan tangan—dengan senyum mengembang. Penuh afeksi.
Jungkook membalas uluran tangan dari Aera dengan kerutan di kening. Kenapa terasa berbeda? Pikirnya. Namun, Jungkook memilih menggeleng lalu balas tersenyum. "Aku Jeon Jungkook. Senang berkenalan denganmu Nona."
"Jangan panggil Nona." Wanita itu mendelik sambil melepaskan tangannya dari Jungkook. "Kau sudah kenal aku. Panggil aku Aera dan semoga eksistensiku membuatmu nyaman."
Jungkook tersenyum hangat, "Baiklah, Non—Aera. Semoga juga eksistensiku membuatmu tidak terganggu," ucapnya sembari terkekeh."Well, Aera. Terima kasih sudah menyambutku. Aku tau kau orang yang baik. Aku ingin ke kamarku dulu."
"Ay ay senang bertemu denganmu, Jeon."
Jungkook tersenyum kala melihat punggung wanita itu menjauh. Namun, senyumnya memudar kala ia memasuki kamar tempat menginapnya. Pikirannya berkecamuk.
Kenapa ia seperti tahu eksistensi?
Kenapa juga terasa ... Berbeda?
Kenapa ia merasa jika eksistensinya memang dinanti-nantikan? []
Tbc—
Sorry kalau tidak sesuai ekspektasi:""")
Aku sebenarnya enggak terlalu paham sama kinerja homestay. tapi, hope u enjoy ya!
aku gajago bikin ridle heheheheheh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top