Bab 5. Si Bunglon

***

Begitu keluar dari restoran, tiba-tiba segerombolan fans datang mengerubungi Zanna dan yang lainnya, membuat beberapa bodyguard yang memang ditugaskan untuk menjaga kalau sewaktu-waktu ada hal yang tak diinginkan terjadi seperti sekarang, langsung mencegahnya. Asisten Naomi—Indra—dan Farhan juga segera melindungi artis mereka. Sementara Bang Jefri berjalan di barisan paling depan, menyisakan Zanna beserta beberapa kru yang mengekor di belakang.

Sorak-sorai dari para fans terdengar bergemuruh di telinga Zanna, tak jarang dia tersenggol oleh mereka yang berdesakan. Zanna mengutuk dalam hati. Kalau tahu situasinya akan begini, dia pasti akan menolak ajakan Bang Jefri. Lebih baik dia diam di rumah, marathon drama Korea atau menonton konser kesayangannya daripada harus menghadapi fans Sebastian dan Naomi yang entah kenapa semakin membludak.

Siapa, sih, yang ngomporin supaya ke sini?

Zanna heran dengan keberadaan fans yang muncul secara mendadak, padahal yang dia tahu, acara makan-makan ini dilakukan dengan keamanan yang ketat, bahkan media tidak mengetahuinya. Pasti ada yang membocorkannya.

"BASTIAN! I LOVE YOU!"

"BASTIAN, YA AMPUN, GANTENG BANGET!"

"NAOMI, SAY HAI DONG!"

"KALIAN KENCAN YA?"

"Ngomongnya nggak usah pake urat juga kali," gerutu Zanna sambil mengelus telinganya yang terasa berdenging. Ya, ampun ... apa mereka tidak takut suaranya jadi serak? Lagi pula, mana ada kencan ramai-ramai begini? Ingin wisata kuliner yang ada.

Kehebohan semakin menjadi. Jumlah fans semakin banyak hingga membuat bodyguard yang dibantu satpam restoran sedikit kesusahan untuk mem-backup. Alhasil, Zanna yang kesulitan menyamai langkah mereka semua, terlebih sering didorong-dorong, jauh berada di belakang.

"Aduh!" Zanna terjatuh saat salah satu fans mendorongnya terlalu kencang. Seolah-olah belum cukup, tangannya juga tanpa sengaja terinjak dan bajunya robek. Bukannya menanyai keadaan Zanna yang sudah berlutut seraya meringis, para fans tersebut justru meninggalkannya, membiarkan Zanna kesakitan tanpa pertolongan.

Zanna hampir menangis ketika sebuah tangan terulur di hadapannya. Dia menengadah, dan mendapati Sebastian berdiri dengan tatapan datar.

"Bas..." lirih Zanna. Dia tidak menyadari kehadiran Sebastian lantaran terlalu fokus dengan lukanya.

"Bangun, Na."

Zanna menggeleng, tidak mau menerima uluran tangan Sebastian saat menyadari kalau tatapan para fans kini mengarah kepada mereka. Dia tak ingin setelah ini ada berita-berita aneh tentang mereka yang pasti akan mengancam karir Sebastian.

"Bangun, Na. Ayo." Sebastian mengambil tangan Zanna, membantunya bangkit. Namun, kakinya terasa sakit, hingga Zanna hendak jatuh kembali kalau Sebastian tidak memegangnya.

"Kaki kamu kenapa?" Sebastian melirik kaki Zanna yang dilapisi jeans. Ternyata di bagian lutut sudah robek, memperlihatkan luka baret yang mengeluarkan darah. "lutut kamu berdarah."

Dengan sigap, Sebastian meletakkan tangannya di pundak Zanna, mendekapnya erat. Dia mengirim sinyal ke arah bodyguard yang setia berada di sekitarnya melalui ekor mata untuk menghalangi para fans. Kemudian, Sebastian membantu Zanna berjalan menuju parkiran lalu mendudukkan wanita itu di salah satu bangku.

"Ya, ampun, Zanna. Kamu nggak apa-apa?" tanya Naomi dengan ekspresi yang terlihat khawatir.

Zanna tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, Mi."

"Maaf, Na. Aku tinggalin kamu di belakang." Kali ini, Bang Jefri yang angkat bicara. Raut pria itu menunjukkan penyesalan.

"Nggak apa-apa, Bang. Kan, Bang Jef juga punya alasan untuk itu."

Beberapa kru lainnya, termasuk Farhan juga meminta maaf kepada Zanna karena mengabaikan wanita itu sebelum diminta untuk pulang terlebih dahulu.

"Untung banget ada Bastian yang bantu kamu." Ucapan Naomi seketika membuat Zanna menatap Sebastian yang hanya diam di sebelahnya. Iya, ini semua berkat Sebastian. Kalau takada pria itu, mungkin Zanna benar-benar sudah ditinggalkan di sana. Namun, dia juga masih cemas dengan nasib Sebastian selanjutnya.

"Makasih, Bas."

Sebastian hanya berdeham sebagai jawaban.

"Ya, udah. Mi, kamu mending pulang sama Indra, udah mau malem, besok masih ada syuting."

Naomi tidak langsung menuruti ucapan Bang Jefri. Dia tampak bimbang, barangkali masih merasa tak enak dengan Zanna. Melihat itu, Zanna tersenyum untuk menenangkan Naomi. Zanna akui kalau Naomi benar-benar wanita yang baik. Dia salah satu artis yang tidak suka bersandiwara seperti yang lainnya.

"Aku nggak apa-apa, Mi. Kan, ada Bang Jef juga."

"Beneran, Zan? Luka kamu diobatin aja, yuk?"

"Iya, entar aku obatin, kok, Mi."

Meski masih ragu-ragu, akhirnya Naomi dan Indra pamit undur diri, yang tersisa hanya Zanna, Sebastian dan Bang Jefri. Zanna spontan meringis ketika rasa perih di lukanya kembali datang, membuat dua kaum Adam itu langsung menatap Zanna.

"Bas, urus istri kamu. Bawa pulang, obatin. Gara-gara kamu juga Zanna jadi begini," ucap Bang Jefri sambil menepuk bahu Sebastian.

"Iya, Bang." Sebastian menurut. Sudah Zanna bilang, kan, kalau apa pun yang diucapkan Bang Jefri, Sebastian tak punya kuasa untuk menolak.

Lantas, Sebastian membantu Zanna berjalan ke mobilnya, duduk di sebelah kemudi lalu mengubah posisi kursi Zanna agak mundur supaya kaki wanita itu tidak tertekuk. Namun, Sebastian tak langsung masuk ke mobil, melainkan berbicara dengan Bang Jefri. Zanna sendiri menatap gerak-gerik pria itu dari dalam mobil. Entah apa yang mereka bicarakan karena posisi mereka yang menjauh darinya, tapi Zanna menebak kalau pembicaraan tersebut lumayan serius, terbukti dari ketegangan yang terpancar di wajah keduanya.

Kira-kira hampir sepuluh menitan baru Sebastian masuk ke mobil. Pria itu tidak mengeluarkan sepatah katapun, Zanna juga enggan untuk bertanya. Sepanjang perjalanan, hanya ada keheningan yang memeluk sepasang suami-istri itu.

***

Sepertinya, otak Sebastian ketinggalan di restoran. Pasalnya, pria itu mendadak berubah menjadi sangat perhatian dengan Zanna. Begitu sampai rumah, alih-alih pergi ke kamar seperti biasanya, Sebastian malah mengobati luka Zanna. Dia sudah berusaha menolak, tapi keras kepala Sebastian berhasil membungkamnya. Sebelum itu, Sebastian meminta Zanna untuk berganti baju supaya lebih leluasa.

Sementara Sebastian menunggu di kamarnya, Zanna pergi ke kamar mandi untuk berganti baju. Pilihannya jatuh pada kaus putih kebesaran dan celana rayon warna mustard. Butuh waktu yang agak lama bagi Zanna untuk melepas pakaian, mengingat lukanya yang masih basah.

Ketika Zanna keluar dari kamar mandi, mata semanis madu milik Sebastian langsung menyapanya. Dengan langkah yang sedikit tertatih, dia menghampiri Sebastian yang duduk di sofa dekat jendela.

"Kamu nggak perlu repot-repot ngobatin aku, Bas. Aku bisa sendiri, kok." Sejujurnya, Zanna tak menampik kalau dia tersentuh dengan tindakan Sebastian, hanya saja dia tidak terbiasa diperlakukan demikian, apalagi dengan orang yang hampir setiap hari selalu berdebar dengannya.

Bagai dilakban, mulut Sebastian tertutup rapat, tak menyahuti Zanna. Dia justru mengambil posisi berjongkok di depan Zanna yang duduk, hingga membuat wanita itu sontak menghindar.

"Ka-kamu ngapain?" tanya Zanna dengan mata melotot. Sungguh, dia tidak memperkirakan pergerakan Sebastian yang terlalu tiba-tiba.

"Ngobatin kamu." Belum selesai keterkejutan Zanna, Sebastian menarik kaki Zanna dan meletakkannya di atas paha pria itu.

"Bas!"

"Hm?"

"Jangan kayak gini." Zanna berusaha untuk melepaskan diri, tapi langsung ditahan Sebastian.

"Diem dulu, Na."

Zanna menghela napas, memutuskan untuk mengalah. Dia menatap Sebastian yang tampak fokus mengobati luka di lututnya. Setiap kali dia meringis, pria itu langsung mendongak dan memelankan sentuhan pada lukanya.

"Maaf," ucap Sebastian seraya menempelkan plester luka di lutut Zanna.

"Maaf untuk apa?" Zanna bingung, tentu saja. Sebastian tidak melakukan apa pun yang mengharuskannya untuk meminta maaf. Bahkan, kalaupun pria itu bersikap menyebalkan, Sebastian sangat jarang mengucapkan kata sakral tersebut. Tumben sekali. Jangan-jangan Sebastian kerasukan peri baik, tapi sepertinya tidak mungkin. Setan yang berada di diri pria itu sudah terlalu mendominasi.

Kayaknya Babas lupa minum obat, deh.

"Kalau mama tau kamu kayak gini gara-gara aku, mama pasti bakal marahin aku habis-habisan." Dada Zanna seketika berdesir tatkala Sebastian mengelus lututnya yang dibalut plester luka. Demi Sandy yang menikah dengan Spongebob, kenapa Sebastian jadi manis begini?

Mama ... aku oleng!

Tolong, siapa pun, pegang Zanna supaya tidak terbang!

***

Hei hei, gimana Lovey, aku update lagi wkwk. Maunya semalem aku double update, tapi ternyata aku kalah sama rasa kantuk, jadi sekarang deh.

Aku harap kalian menikmati part ini di sela-sela wekeend. See you again!

Bali, 3 Oktober 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top