Bab 24. Si Malu

***

Ketika Zanna baru membuka mata dan hendak mematikan lampu tidur, dia langsung disambut dengan sebuah note kecil yang tertempel di atas nakas. Alisnya berkerut sebentar sebelum bangkit, duduk di sisi ranjang dengan kaki yang menjuntai. Dia mengambil note tersebut lalu membacanya. Tanpa perlu menebak, Zanna sudah tahu siapa pemilik tulisan tangan yang lumayan rapi itu; Sebastian.

Gimana tidurnya? Nyenyak? Atau masih keingetan sama ciuman semalam? Udah tau, kan, bedanya ciuman sama kecupan?

Siap-siap sana! Jam 10 dijemput Bang Jefri.


Padahal hanya beberapa bait, tapi berhasil membuat pipi Zanna terasa memanas. Dia spontan menutup wajah untuk meredam teriakannya supaya tidak terdengar oleh orang tuanya. Hari masih pagi, tapi bisa-bisanya Sebastian sudah menggodanya. Bergegas, Zanna keluar dari kamar. Dia celingak-celinguk, mencari keberadaan pria itu yang barangkali sedang bertandang ke rumah. Semalam, Sebastian memang tidak menginap dengan alasan kalau ada urusan yang harus diselesaikan. Untuk kepulangan Zanna sendiri, dia memutuskan akan kembali nanti malam.

Namun, ruang tamu sangat sepi, bahkan orang tuanya juga takada. Rumah berlantai satu itu memang cukup minimalis, berbeda dengan rumah Sebastian atau mertuanya yang bisa menampung satu RT. Jadi, kamar remaja Zanna berhadapan langsung dengan ruang tamu, sedangkan kamar orang tuanya terletak tepat di sebelah kamarnya, dekat dengan dapur.

"Cari apa, Na?"

—Bersambung—

Untuk kelanjutannya bisa langsung cek karyakarsa atau klik link di bio aku, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top