Bab 2. Si Perintah
***
"... daging udah, telur udah, bumbu dapur udah. Apalagi, ya?" Zanna bermonolog sambil memeriksa kertas yang berisi catatan belanjaannya. Setiap pergi ke supermarket, dia memang selalu menyisipkan catatan, takut kalau-kalau ada yang tertinggal atau terlalu overload. Walaupun sebenarnya tidak apa-apa belanja lebih banyak dari perkiraan, toh uang yang dia pakai juga punya Sebastian, tapi entah kenapa, setelah menikah, jiwa-jiwa istri perhitungan mulai muncul dari diri Zanna. Dia akan berpikir dua kali untuk membeli sesuatu yang tidak penting-penting amat. Sayang uang, lebih baik dipakai untuk kebutuhan yang lebih mendesak.
Tahu bagaimana respons Sebastian saat melihatnya bersikap begitu? Katanya, "Kamu jangan pengiritan gitu, Na. Aku ngerasa kayak suami yang nggak ngasih uang belanja cukup. Kamu mau borong semuanya juga aku masih mampu."
Setelah itu, Sebastian benar-benar belanja sampai tiga troli sekaligus, membuat orang-orang yang ada di supermarket menatap mereka kagum. Beruntung takada yang menyadari identitas Sebastian yang sudah menyamar dengan memakai masker dan kacamata hitam. Alhasil, setiap Zanna belanja bulanan, dia tidak mau mengajak Sebastian. Kapok. Waktu itu saja mereka sudah menghabiskan uang belanja tiga kali lipat dari biasanya. Tak pelak, Sebastian mendapat omelan Zanna sepanjang mereka pulang ke rumah, hingga membuat pria itu harus membungkam mulut Zanna dengan seblak, cireng dan berbagai macam makanan pinggir jalan lainnya.
Iya, Sebastian memang tahu kelemahan Zanna selain drama Korea atau telenovela; makanan. Sedikit tidaknya, Sebastian bersyukur karena kesukaan Zanna tidak aneh-aneh. Minta dibawakan Menara Eiffel misalnya.
"Dasar maniak yoghurt," gerutu Zanna saat membaca tulisan yang terletak di bagian ujung kertas. Sebelum pergi, Sebastian memang mengambil kertas catatan Zanna. Siapa sangka, pria itu akan membubuhkan tulisan tangan ala ceker ayam itu dengan huruf kapital yang berukuran besar.
NA, INGET BELI YOGHURT. KALAU ENGGAK, BASRENG PESENAN KAMU, AKU MAKAN.
Satu lagi karakter Sebastian yang jarang diketahui publik; suka mengancam dan memerintah. Zanna jadi heran. Pria itu sebenarnya memiliki beberapa kepribadian, sih? Bisa-bisanya dia berubah-ubah begitu sesuai dengan lingkungannya seperti bunglon. Tak dipungkiri, Zanna sempat kaget dengan karakter asli Sebastian, bahkan dia merasa sudah dibohongi. Pasalnya, di layar kaca Sebastian tampak mirip malaikat, tapi nyatanya tak lebih dari temannya setan.
"Ya ampun, ganteng banget, aku nggak sabar buat liat dia tampil sama rambut gondrong. Pasti lebih manly."
"Banget. Dia, tuh, diapain aja emang cocok. Tapi biasanya pasti rambutnya pendek terus, dan baru sekarang dapet peran rambut gondrong. Mau sungkem dulu sama Pak Sutradara."
Zanna yang saat itu sedang memilih buah-buahan berusaha acuh tak acuh dengan perbincangan para wanita yang lumayan keras, padahal posisi mereka dengan Zanna lumayan jauh. Mungkin mereka sedang membicarakan idola pria mereka. Kalau Zanna sendiri mengidolakan Ji Chang Wook, meski dia juga menyukai aktor Korea lainnya. Apa, ya. Tampan dan hot sekali, apalagi kalau sudah beradegan action, kharismanya semakin menjadi-jadi.
"Aku pernah ketemu langsung sama dia. Dan, sumpah. Lebih ganteng aslinya ketimbang di tivi. Mana baik pula."
"Aku berharap banget bisa ketemu nanti waktu nobar. Mau foto, supaya bisa aku pamerin sama adek. Dia suka banget ngejek aku yang belum pernah ketemu Sebastian."
Zanna yang sedang mengambil buah apel, seketika berhenti. Apa katanya tadi? Sebastian? Jadi mereka lagi membicarakan pria itu? Astaga ... rasanya Zanna ingin sekali tertawa. Baik? Ganteng? Mereka belum pernah saja melihat topeng asli Sebastian. Zanna yakin kalau mereka tahu, mereka akan resign jadi fans Sebastian.
Mereka ketipu banget sama cover kamu, Bas.
Menggeleng, Zanna mengambil beberapa buah apel lalu berjalan sambil mendorong troli menuju bagian minuman untuk membelikan pesanan Yang Mulia. Dia tidak ikhlas kalau basreng yang sudah dia pesan jauh-jauh hari harus ludes dalam perut Sebastian.
Namun, ketika dia tak sengaja melewati rak sabun, langkahnya memelan karena melihat foto seseorang yang baru saja dibicarakan tengah memegang salah satu produk face wash men yang bernama Kaili For Men Charcoal. Zanna hampir lupa kalau Sebastian memang menjadi brand ambassador produk best seller itu yang namanya semakin melejit setelah berhasil menggaet aktor kenamaan Indonesia.
Zanna menelisik wajah Sebastian di foto tersebut, membandingkannya dengan yang biasa dia lihat secara langsung. Kalau dipikir-pikir, yang dikatakan oleh para wanita tadi tidak sepenuhnya salah. Sebastian memang lebih tampan versi aslinya, tapi andai karakternya juga sama dengan yang selalu diperlihatkan di publik, pasti lebih bagus lagi. Dia jadi tidak perlu dibuat naik darah setiap hari.
"Mbak suka juga sama Sebastian?"
Zanna menoleh, dan menemukan seorang wanita yang dia taksir berumur lebih kecil darinya berdiri di sebelahnya dengan tatapan tertuju pada foto Sebastian. Zanna tahu persis jenis tatapan yang wanita itu layangkan; penuh kekaguman.
"Enggak. Biasa aja," jawab Zanna. Suka apanya? Yang ada dia kesal setiap kali menghadapi Sebastian.
"Nggak apa-apa, Mbak, kalau memang suka sama Sebastian. Pesona dia memang sulit buat diabaikan. Kali aja Mbak mau join sama aku ke perkumpulan Lovey."
Zanna hanya tersenyum paksa sebagai balasan. Lovey, yang bermakna cinta merupakan sebutan untuk fans Sebastian. Pria itu berharap Lovey akan selalu menjadi cintanya, begitu pun sebaliknya. Zanna yang mendengar ungkapan tersebut mendadak mual. Sungguh, Sebastian memang bermulut manis, pintar menjebak wanita dengan rayuan buayanya.
"Aku jadi iri sama perempuan yang bakal jadi istrinya nanti. Pasti beruntung banget."
Buntung yang ada!
Ingin sekali Zanna mengatakannya, tapi nanti dia malah dimusuhi karena dikira hatters Sebastian.
"Eng—kalau gitu, aku duluan, ya. Masih banyak yang belum kebeli." Cepat-cepat Zanna undur diri. Kalau terus berlama-lama bersama wanita itu, dia takut kelepasan. Apalagi dia merasa sudah terlalu lama berada di supermarket, bisa-bisa Sebastian benar-benar memakan basreng miliknya.
Awas aja kalau beneran. Aku cincang kamu, Bas!
***
"Bastian kampret!"
Zanna ingin mencekik Sebastian sekarang juga! Tega sekali pria itu memakan basreng miliknya, padahal Zanna sudah membelikan yoghurt sesuai permintaan Sebastian, tapi ketika sampai di rumah, dia justru mendapati bungkus basreng yang sudah habis, hanya tersisa bumbu-bumbunya saja. Jangan tanya di mana pria itu berada, karena sudah dipastikan Sebastian sedang bersembunyi di dalam kamar, layaknya Jerry yang kabur dari kejaran Tom.
Sebagai gantinya, Zanna memindahkan semua yoghurt Sebastian ke kamarnya. Biarkan saja, dia yang akan menghabiskan yoghurt tersebut supaya pria itu jadi nelangsa. Siapa suruh mencari masalah dengan seorang Zanna Kirania.
Bukannya Zanna lebay atau apalah, hanya saja basreng yang dia beli harus open pre-order terlebih dahulu, dan itu bukan waktu yang sebentar. Dia harus menahan keinginannya sebelum mendapat yang dia mau. Setelah terpenuhi, alih-alih bisa mencicipi, basreng tersebut sudah bercampur dengan berbagai macam enzim di dalam perut Sebastian. Kesal? Jangan ditanya lagi. Dia bahkan berencana untuk mendaftarkan Sebastian ke Squid Game nanti.
Zanna menarik napasnya dalam-dalam, berusaha menahan tangisannya supaya tidak keluar. Ah, basreng kesayangannya. Dia mulai membereskan belanjaannya untuk dimasukkan ke kulkas. Lihat, kan? Sebastian tidak mau repot-repot membantunya. Minimal, saat tahu dia dalam mode merajuk, Sebastian peka dan melakukan apa pun untuk menghilangkan kekesalan Zanna.
Bisanya menyuruh Zanna peka, tapi dia sendiri malah begitu.
Saat Zanna sedang beres-beres, bel pintu rumahnya tiba-tiba berbunyi. Namun, seolah tuli, dia sama sekali tidak membukakan pintu untuk si tamu karena pasti itu kenalan Sebastian. Teman-teman Zanna sendiri hanya tahu kalau dia menikah, tapi tidak tahu mengenai sosok suaminya.
Bel terus berbunyi, hingga suara derap langkah kaki yang menuruni tangga terdengar. Pasti Sebastian. Tak lama kemudian, Sebastian berjalan ke dapur. Zanna hanya meliriknya sekilas sebelum kembali berkutat dengan kegiatannya. Dan, sepertinya pria itu juga paham kalau dia masih kesal, jadi Sebastian tidak berbicara sama sekali padanya.
Alis Zanna terangkat satu ketika menangkap gerak-gerik Sebastian yang tampak kebingungan. Mondar-mandir tidak jelas, terus bolak-balik membuka rak kitchen set hingga membuat Zanna geregetan.
"Kamu mau cari apa, sih?" Akhirnya, Zanna membuka suara. Dia berbalik menghadap Sebastian dengan satu tangan di pinggang.
"Mau cari teh," jawab Sebastian sambil tetap mencari di rak.
Zanna mendengkus, lalu menghampiri Sebastian dan mendorong pria itu supaya mundur. "Makanya, jangan bisanya cuma nyuruh, sekali-kali bantuin beres-beres, biar tau tempatnya di mana."
Memang benar. Kalau urusan dapur, Sebastian menyerahkan sepenuhnya kepada Zanna. Bahkan bisa dihitung berapa kali Sebastian datang ke sana, selain untuk makan. Dia jadi heran. Dulu, sebelum mereka menikah, entah bagaimana Sebastian bisa hidup sendirian di rumah sebesar ini.
"Kamu masih kesel, padahal cuma karena masalah sepele doang."
Alis Zanna langsung menukik tajam. Gampang sekali mulut Sebastian berbicara. "Masalah sepele kata kamu? Kamu tau nggak, sih, kalau aku udah kepengen banget makan basreng? Kan, kamu bilang enggak bakal makan basreng aku kalau aku beliin yoghurt. Udah aku beliin kenapa masih dimakan?"
Sebastian mengedikkan bahu. "Salahin basreng kamu yang godain aku. Lagi pula, kamu bisa beli lagi, nggak usah kayak anak kecil."
Ucapan Sebastian tentu semakin menyulut api kemarahan Zanna. Dia langsung menjambak rambut gondrong Sebastian yang diikat ke belakang, berusaha meluapkan kekesalannya yang sedari tadi ditahan.
"Aww! Na, rambut aku sakit!"
"Biarin! Aku sakit hati tau!"
"Ya, tapi rambut aku jangan dijambak juga, nanti rontok!"
"Kalau perlu biar botak sekalian!"
Seberapa pun usaha Sebastian untuk melepaskan diri, nyatanya tenaga wanita yang sedang kesal lumayan besar hingga dia kesakitan.
"Loh? Na, Bas. Kalian ngapain?"
Suara lain yang menyusup ke indra pendengarannya sontak mengalihkan perhatian Zanna. Dia menoleh, di ambang pintu, berdiri seorang pria dengan raut penasaran sekaligus ngeri.
"Bang Jefri?"
***
Annyeong! I'm back wkwk. Maapkeun aku yang lama update, ya. Masih pada nunggu, nggak?
Kemarin tuh aku lagi bucin drama Korea soalnya, dan ya. Habis nonton Squid Game yang lagi viral di sosial media, maunya lanjut Sebastian-Zanna, eh tau-taunya nggak jadi. Soalnya feel dramanya masih kebawa-bawa. Aku takut malah salah genre, yang harusnya romance, jadi thriller wkwk
Kan, enggak mungkin aku buat adegan bunuh-bunuhan di sini.
So, gimana sama part ini? Kalau kalian jadi Zanna, apa yang bakal kalian lakuin?
Btw, untuk para pembaca Bite The Bullet, aku panggil Lovey, ya, biar lebih istimewa. Kayak sebutan Sebastian untuk fansnya.
Oke, Lovey. Sampai jumpa di part selanjutnya!
Bali, 28 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top