Bab 12. Si Khawatir

***

Hari libur seharusnya menjadi hari penuh kebebasan untuk Zanna. Dia bisa bermalas-malasan atau melakukan apa pun sesukanya seharian. Namun, semuanya berubah menjadi bencana saat Sebastian juga ikut mengosongkan jadwal. Karena kalau pria itu berada di rumah, jangan harap Zanna bisa berperan sebagai putri kerajaan. Dia justru beralih profesi sebagai asisten Sebastian, menuruti setiap keinginan Yang Mulai Raja yang seringkali menguji kesabaran.

"NA, AMBILIN AKU YOGHURT!"

Nah, kan. Baru juga disinggung, Sebastian sudah berteriak seperti sedang berada di hutan. Padahal, posisi pria itu sekarang ada di ruang gym pribadi yang letaknya di belakang, berdekatan dengan taman. Sementara Zanna sedang duduk di ruang tamu sambil menonton drama Korea berjudul Hometown Cha Cha Cha. Jadi, bisa dibayangkan betapa supernya suara Sebastian.

Zanna menghela napas panjang sebelum menekan tombol pause. Ini sudah terhitung ketiga kalinya Sebastian menganggu kesenangannya hanya untuk masalah sepele. Tadi, pria itu minta dibawakan handuk, lalu air mineral dan kini yoghurt. Kenapa tidak dia saja yang inisiatif mengambil sendiri?

Meski bibir Zanna tak berhenti menggerutu, dia tetap bergerak menuju dapur, mengambil beberapa yoghurt—jaga-jaga kalau pria itu butuh lebih dari satu—lalu pergi ke ruang gym. Zanna tak heran kalau Sebastian memiliki tempat olahraganya sendiri, mengingat dia yang merupakan seorang publik figur yang tidak boleh sembarangan mendatangi suatu tempat tanpa penjagaan.

Lagi pula, orang-orang yang mirip Sebastian itu sepertinya tipe yang suka bingung bagaimana cara menghabiskan uangnya. Terbukti dari beberapa kendaraan mewah dan limited edition yang terparkir di garasi. Manusia rata-rata memang begitu. Kebanyakan uang bingung, tidak punya uang, lebih bingung lagi.

"Ini yoghurt anda, Yang Mulia," ucap Zanna dengan penekanan di setiap kalimatnya seraya meletakkan yoghurt-yoghurt tersebut di meja dekat pintu.

Dan entah Sebastian memang sengaja atau tidak—kemungkinan besar, sih, sengaja—dia tiba-tiba membuka bajunya, menimbulkan pekikan dari Zanna yang segera menutup mata, menyelamatkan dirinya yang tidak sengaja melihat tonjolan-tonjolan di perut Sebastian yang terpahat sempurna.

"Biasa aja kali responsnya."

Mendengar nada suara Sebastian yang penuh ejekan, Zanna langsung merenggangkan jari-jarinya sedikit walaupun tidak sampai menurunkannya. Tampak Sebastian sedang mengelap tubuhnya yang berkeringat menggunakan handuk kecil. Gerak-gerik Sebastian sebenarnya biasa saja, tapi otot-otot bisep pria itu seolah-olah menggoda Zanna untuk memegangnya.

Buru-buru Zanna menggeleng, berusaha mengenyahkan pikiran absurd yang mulai memenuhi kepala.

Mama, aku takut khilaf!

—Bersambung—

Untuk kelanjutannya, bisa langsung cek karyakarsa ya! Bisa klik link di bio aku. Ditunggu kedatangannya di akun akuu ❤️

Free!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top