entry no.02 - estival: orientasi resolusi [fushiguro megumi/renesha hortensia]
Jujutsu Kaisen © Akutami Gege
case: Fushiguro Megumi/Renesha Hortensia
warning(s): minor character death
.
Kalian bertemu kembali di antara hujan yang turun.
Rintik-rintiknya mengisi ringan di rungu pendengaran, pelan-pelan pula mengetuk payung yang menjadi naungan berlindungmu. Melewati kubang air dan langkah-langkah yang bertabrakan di jalanan, netramu menyusuri hydrangea yang bermekaran.
Lantas, ia berada di sana. Halte bus tanpa pengunjung.
Barangkali bukan tanpa pengunjung, melainkan hanya belum ada yang ikut menunggu. Jadi sebagai penunggu nomor dua, kau menutup payungmu begitu atap telah meneduhi kepala, kemudian mengungsi di kursi kosong sebelahnya. Dan, seperti yang telah lalu-lalu, apa yang berada di antara kalian adalah berupa hening.
"Tak ingin menyapa?"
Atau, begitulah pikirmu.
Kau bungkam barang sejenak, menimbang-nimbang jawaban. "... dari kabar-kabar yang telah berlalu, saya tidak tahu ingin berkata apa."
Bagaimana keadaanmu setelah nyaris menjumpai kematian?―barangkali adalah pertanyaan yang dapat disampaikan, tetapi sayang sekali itu terlalu sinis untuk dilontarkan dari mulutmu. Kau mendengarnya menghela napas, membuatmu spontan berpikir apa yang telah kau ucapkan merupakan suatu kesalahan.
"Bukannya paling tidak, bagaimana kabarmu?"
Ah. Kau mengerjap. Yang lebih sederhana seperti itu bisa juga, ya?
"... benar. Oh, benar." Di antara kalut pikiran, kau lekas teringat. "Saya mohon maaf tidak sempat menjengukmu tempo hari. Sepertinya, saya lupa memberimu pesan."
Daripada lupa, barangkali lebih tepat dikatakan terlalu canggung untuk mengirim pesan, tetapi kau memutuskan untuk tidak menjelaskan lebih lanjut.
"Seperti yang kuduga, sibuk?"
"Mhm. Kakak sedikit keteteran dengan masalah-masalah yang tersisa, jadi saya diseret ikut membantu."
"Begitu?"
Lantas, hening kembali. Kau mengetahui kalian berdua bukanlah sesama pembicara, sehingga sudah memaklumi bila itulah yang terjadi. Lagipula, bukan waktu yang lama untuk menanti kedatangan bus, jadi ada baiknya kau tidak perlu―
"Ren."
"Y-ya?"
Ah. Suaramu terbata. Yang membuatnya tergelak.
"Santai saja kenapa." Ah, gawat. Ia serius tersenyum. "Aku barusan mengunjungi makam. Tsumiki dan Gojou-sensei."
"... begitukah ...?"
"Begitu. Oh, kau menerima surat dari Gojou-sensei juga?"
"Itadori-san sempat memberikannya kepada saya ...."
"Oh, jadi kau bertemu dengannya?"
Entah mengapa konotasi kalimatnya terdengar, oh, jadi kau bertemu dengannya, tetapi tidak sempat menemuiku? Namun, kau berusaha untuk tidak berprasangka buruk dengan buru-buru berkata, "Mhm. Jadi, saya menerimanya. Hanya ... sedikit informasi mengenai orang tua saya. Dengan cara seperti Gojou-sensei."
"Menyebalkan?"
"... saya berusaha tidak mengatakannya, tetapi bila perlu menjawab dengan jujur―ya."
"Iya, kan, ya?" Ia tertawa lagi, dan kau serius perlu mengalihkan atensi. "Aku jadi sekalian menata ulang pikiranku. Tentang banyak hal. Mungkin."
Kau kembali menjeda, menyadari topik sensitif yang tengah dilempar. Satu saat perlu dilewat untukmu menyusun kata-kata. "Kalau begitu, jangan sampai terlewat untuk memikirkan dirimu sendiri."
"Itu harusnya yang mesti kukatakan kepadamu."
Yah.
Kalian berdua terlalu mirip soal itu. Kau tidak bisa menyangkal.
"Ah, busnya datang."
Kau spontan mengerling. Tak ada kebohongan yang menyertai kalimat itu dengan bus yang tak lama berhenti di hadapan kalian. Spontan, kau berdiri, untuk sesaat kembali disela oleh panggilannya, "Ren."
Kau menoleh, mendapati ia tengah mengelus tengkuknya sendiri. Alhasil, kau menunggu, tak ingin menginterupsi waktunya memilah potongan benak.
"... apa kau ada waktu kosong?"
"... huh?"
"Bayaran utang setelah nyaris membunuhmu―mau jalan-jalan?"
Lalu, kerjap. Untukmu yang berusaha mengusir segala desak racun skenario film romantis yang dicekoki kakakmu selama bertahun-tahun. Rona di wajahnya hanyalah imaji, kau meyakini diri.
Baiklah.
"Secara teknis, bukan kamu yang .... Bukankah saya baru saja mengatakan untuk lebih memikirkan dirimu sendiri?"
"Ini memang tentangku, sih?"
Oke.
Oke. Kalau begitu, apa boleh buat.
"Akan saya lihat kondisi di akhir pekan."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top