Prolog
Prolog
Panasnya suhu kota Surabaya sepertinya juga berpengaruh pada gadis yang menatapnya dengan tajam. Seakan ingin memotongnya menjadi beberapa bagian setelah aksi nekatnya beberapa saat yang lalu. Bahkan Risky masih bisa melihat sisa es teh yang Ananta semburkan—tanpa disengaja kearahnya—di atas meja mereka saat ini. Mata Gadis berambut pendek berwarna coklat terang tersebut masih memerah setelah ia tersedak karenanya.
“Barusan kamu ngomong apa, Mas?!” tanya Ananta ke arah Risky yang tidak terlihat bersalah. Beberapa kali ia menarik tissue untuk mengelap bagian depan bajunya sambil sesekali melirik lelaki di depannya.
“Nikah, yuk! Salah?!” tanya Rizky yang masih belum mengerti di mana letak kesalahannya. Ia bahkan memandang Ananta dengan sorot mata penuh tanya. Dari sudut matanya, ia bisa melihat Ananta menumpuk tissue bekas tak jauh dari gelas minum mereka.
"Ya jelas aja salah!” Sentak Ananta. “Gini ya Mas … kita pacaran gak sih? Gak, kan!" Rizky menggeleng menjawab pertanyaan Ananta yang tak mengalihkan pasangan darinya saat ini.
"Kita udah lama kenal, enggak?"
Rizky terlihat mengingat-ingat sesuatu sebelum menjawab, “Enggak.”
"Kita baru kenal, Mas. Kalau dihitung—” Ananta menghitung dengan jari lalu melotot ke arah Rizky yang masih terlihat binging dengan sikap gadis tersebut. Meski ia merasa kasihan melihatnya terbatuk hingga mengeluarkan air mata karena tersedak, tapi lelaki yang hari itu terlihat rapi tetap merasa tidak ada yang salah dengan pertanyaannya. "Total 3 bulan, Mas. Tiga bulan!" Kata Ananta membuatnya semakin binging.
Dengan enteng Rizky jawab, "Terus kenapa?"
"Ya … enggak kenapa-napa, sih. Tapi juga bukan berarti kamu bisa ajak aku nikah seenaknya gitu dong!" Emosi Ananta semakin memuncak ketika mendapati senyum menghiasi bibir lelaki berkacamata di depannya. Meski ia mengakui senyum itu membuatnya sudah untuk memusatkan pikirkan, tapi ajakan yang diterimanya benar-benar menguji kesabarannya.
"Tenang aja. Kita pasti bisa. Orang-orang selalu bilang bisa karena terbiasa. Sesekali percaya aku kenapa to?" Pinta Rizky pada gadis yang hari itu terlihat manis dengan summer dress biru dongker dengan sneaker putih menghiasi kakinya.
" Percoyo karo kowe podo karo percoyo setan, Mas[1]!" Kata Ananta sebelum berdiri meninggalkan Rizky menuju kamar kecil untuk merapikan diri. Ia menolak untuk mempercayai ajakan impulsive lelaki yang selama tiga bulan ini menjadi penghuni tetap pikirannya.
[1] Percaya kamu sama dengan percaya sama setan
Sedikit berbeda dengan versi sebelumnya, tapi garis besarnya masih sama. Tentang dua orang yang memutuskan untuk menikah tanpa pacaran.
Jangan bosen bacanya, dan untuk cerita kali ini aku bakalan coba untuk masukan ide cerita dari kalian yang sudah berbaik hati baca ceritaku.
Jadi nanti bakalan ada pertanyaan-pertanyaan yang kalian jawab.
Pertanyaan untuk bab ini adalah, apa hal kecil atau kebiasaan dari pasangan yang bikin kamu kaget atau jengkel saat pertama kali tahu?
Kalau aku, kebiasaan suami mencet pasta gigi di bagian tengah-tengah. Jengkel banget! Jadi, tiap pagi aku selalu pencet bagian bawahnya. Biar enggak terbagi di tengah-tengah gitu. 😂😂😂
Thank you yang sudah bersedia baca.
Love ya!
😘😘😘
Shofie
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top